PENDAHULUAN
Tujuan pencampuran sendiri adalah bergabungnya bahan menjadi suatu campuran yang
sedapat mungkin memiliki kesamaan penyebaran yang sempurna. Berhubung secara
fisik bahan-bahan yang ada di alam tersedia dalam berbagai bentuk fasa, maka secara
teoritis banyak sekali variasi pencampuran bahan yang mungkin timbul. Peralatan
pencampuran mempunyai pemanfaatan yang bermacam-macam. Untuk menentukan
jenis dari alat pencampur tergantung pada jenis bahan yang akan di campurkan (cairan,
padatan, atau gas), kecepatan alat yang diinginkan serta kekentalan dari suatu bahan
tersebut.
Pencampuran bahan padat memiliki karakteristik yang hampir sama dengan bahan cair
yaitu memenuhi ruang, ada aliran bahan ke pengaduk, tidak memerlukan gaya gunting
yang besar dan tenaga yang diperlukan relatif kecil. Tetapi pada bahan yang padat aliran
bahan ke pengaduk bukan karena sendirinya tetapi ada gaya yang diberikan oleh
pengaduk tersebut. Pencampuran bahan padat berguna untuk mencampur bahan yang
memiliki sifat berbeda dan dapat diproses pada saat yang bersamaan, hal ini juga
dilakukan untuk merubah fisik dari bahan tersebut, dan juga merubah karakteristik
bahan tersebut baik dari rasa, dan baunya.
Meskipun pada tingkat laboratorium, reaksi kimia yang dilakukan memungkinkan
pencampuran bahan cair-gas, proses ini contohnya seperti proses hidrogenasi,
11
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengadukan adalah operasi yang menciptakan terjadinya gerakan dari bahan yang
diaduk seperti molekul-molekul, zat-zat yang bergerak atau komponennya menyebar
(terdispersi). Tujuan dari operasi pengadukan terutama adalah terjadinya pencampuran
(mixing). Pencampuran merupakan suatu operasi yang dilakukan dengan tujuan untuk
mengurangi ketidaksamaan komposisi, suhu atau sifat lain yang terdapat dalam suatu
bahan. Selain itu pencampuran juga digunakan untuk berbagai ragam operasi, dimana
derajat homogenitas bahan yang bercampur itu sangat berbeda-beda. Pencampuran
dapat terjadi karena adanya gerakan dari bahan tersebut. Agar bahan tersebut dapat
bergerak diperlukan suatu pengadukan dimana pengadukan tersebut akan memberikan
suatu gerakan tertentu pada suatu bahan di dalam bejana. Pemilihan pengaduk sangat
ditentukan oleh jenis pencampuran yang diinginkan serta keadaan bahan yang akan
dicampur (Achmad, 2004).
Prinsip pengadukan ialah mencampur dua cairan yang saling melarut, melarutkan
padatan dalam cairan, mendispersikan gas dalam cairan dalam bentuk gelembung dan
untuk mempercepat perpindahan panas antara fluida dengan koil pemanas dan jaket
pada dinding bejana (Munson, 2005).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pencampuran, yaitu:
a. Aliran, aliran yang turbulen dan laju alir bahan yang tinggi biasanya
menguntungkan proses pencampuran. Sebaliknya, aliran yang laminar dapat
menggagalkan pencampuran.
b. Ukuran partikel/luas permukaan, semakin luas permukaan kontak bahan-bahan
yang harus dicampur yang berarti semakin kecil partikel dan semakin mudah
gerakannya di dalam campuran, maka proses pencampuran semakin baik.
c. Kelarutan, semakin besar kelarutan bahan-bahan yang akan dicampur satu
terhadap lainnya, semakin baik pencampurannya.
13
(Brown, 1978).
a. Propeller
Kelompokini biasa digunakan untuk kecepatan pengadukan tinggi dengan arah aliran
aksial. Pengaduk ini dapat digunakan untuk cairan yang memiliki viskositas rendah dan
tidak bergantung pada ukuran serta bentuk tangki. Kapasitas sirkulasi yang dihasilkan
besar dan sensitif terhadap beban head. Dalam perancangan propeller, luas sudah biasa
dinyatakan dalam perbandingan luas area yang terbentuk dengan luas daerah disk.
Pengaduk propeller terutama menimbulkan aliran arah aksial, arus aliran meninggalkan
pengaduk secara kontinyu melewati fluida ke satu arah tertentu sampai dibelokkan oleh
dinding atau dasar tangki (Geankoplis, 2003).
b. Turbine
Istilah turbine ini diberikan bagi berbagai macam jenis pengaduk tanpa memandang
rancangan, arah discharge ataupun karakteristik aliran. Turbine merupakan pengaduk
dengan sudut tegak datar dan bersudut konstan. Pengaduk jenis ini digunakan pada
viskositas fluida rendah seperti halnya pengaduk jenis propeller. Pengaduk turbin
menimbulkan aliran arah radial dan tengensial. Disekitar turbin terjadi daerah
turbulensi yang kuat, arus dan geseran yang kuat antar fluida. Salah satu jenis
pengaduk turbine adalah pitchedblade. Pengaduk jenis ini memiliki sudut sudut
konstan. Aliran terjadi pada arah aksial, meski demikian terdapat pola aliran pada arah
radial. Aliran ini akan mendominasi jika sudut berada dekat dengan dasar tangki
(Geankoplis, 2003).
c. Paddle
Pengaduk jenis ini sering memegang peranan penting pada proses pencampuran dalam
industri. Bentuk pengaduk ini memiliki minimum 2 sudut, horizontal atau vertikal,
dengan nilai D/T yang tinggi. Paddle digunakan pada aliran fluida laminar, transisi
atau turbulen tanpa baffle. Pengaduk paddle menimbulkan aliran arah radial dan
tangensial dan hampir tanpa gerak vertical sama sekali. Arus
horizontal setelah mencapai dinding akan dibelokkan keatas atau kebawah. Bila
digunakan pada kecepatan tinggi akan terjadi pusaran saja tanpa terjadi agitasi
(Geankoplis, 2003).
14
Gambar 2.2 Tipe-tipe Pengaduk Jenis Turbin : (a) Flate Blade, (b) Curved Blade,
(c) Pitched Blade
Sekat (baffle) adalah lembaran vertikal datar yang ditempelkan pada dinding tangki.
Tujuan utama menggunkan sekat dalam tangki adalah memecah terjadinya pusaran saat
terjadinya pengadukan dan pencampuran. Oleh karena itu, posisi sumbu pengaduk pada
tangki bersekat berada di tengah. Namun, pada umumnya pemakaian sekat akan
menambah beban pengadukan yang berakibat pada bertambahnya kebutuhan daya
pengadukan. Sekat pada tangki juga membentuk distribusi konsentrasi yang lebih baik
di dalam tangki, karena pola aliran yang terjadi terpecah menjadi 4 bagian. Penggunaan
ukuran sekat yang lebih besar mampu menghasilkan pencampuran yang lebih baik
(Perry, 1984).
15
D( ND) DN
=
(2.1)
dimana :
Re = Bilangan Reynold
16
= densitas fluida
= viskositas fluida
(Geankoplis, 2003).
Secara umum jenis-jenis aliran dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Aliran Laminar
Laminar adalah aliran fluida yang ditunjukkan dengan gerak partikel-partikel
fluidanya sejajar dan garis-garis arusnya halus. Dalam aliran laminar, partikelpartikel fluida seolah-olah bergerak sepanjang lintasan-lintasan yang halus dan
lancar, dengan satu lapisan meluncur secara mulus pada lapisan yang
bersebelahan. Sifat kekentalan zat cair berperan penting dalam pembentukan
aliran laminar. Aliran laminar bersifat steady maksudnya alirannya tetap. Tetap
menunjukkan bahwa di seluruh aliran air, debit alirannya tetap atau kecepatan
aliran tidak berubah menurut waktu.Aliran laminar mengikuti hukum Newton
tentang viskositas yang menghubungkan tegangan geser dengan laju perubahan
bentuk sudut. Tetapi pada viskositas yang rendah dan kecepatan yang tinggi aliran
laminar tidak stabil dan berubah menjadi aliran turbulen.Bisa diambil kesimpulan
mengenai ciri- ciri aliran laminar yaitu fluida bergerak mengikuti garis lurus,
kecepatan fluidanya rendah, viskositasnya tinggi dan lintasan gerak fluida teratur
antara satu dengan yang lain.Dalam pipa, aliran laminar biasanya terjadi pada
nilai bilangan Reynolds Re < 2100.
2. Aliran Turbulen
Aliran turbulen yaitu pergerakan dari partikel-partikel fluida yang tidak bisa
menentu dikarenakan mengalami campuran serta putaran partikel antar lapisan,
dan dapat mengakibatkan saling tukar momentum dari satu bagian fluida dan
kebagian fluida lainnya dan dalam skala yang begitu besar. Dalam keadaan yang
alirannya turbulen maka turbulensi yang akan terjadi membangkitkan tegangan
geser merata diseluruh aliran fluida sehingga akan menghasilkan kerugiankerugian aliran. Aliran turbulenakan terjadi jika nilai bilangan Reynolds Re >
4000.
3. Aliran Transisi
17
Sifat fisik
1.
Rumus molekul
: NaCl
2.
Berat molekul
: 58,45 gr/mol
3.
: 800,4C
4.
: 1413C
5.
Densitas
: 1,13 gr/ml
6.
: 1,8063 cal/mol C
7.
Kelarutan
8.
Kerapatan
: 2,165 gram/cm3
9.
: 1465 C
: 40.810 cal/mol
:
2.
Sifat fisik
1.
Rumus molekul
: H2O
2.
Berat molekul
: 18,0153 gr/mol
3.
: 0C
4.
: 100C
5.
Densitas
6.
: 4184 cal/mol C
18
7.
8.
Panas Penguapan
Sifat kimia
1.
Elektrolisis air
Reaksi keseluruhan yang setara dari elektrolisis air dapat dituliskan sebagai
berikut.
2 H2O(l) 2 H2(g) + O2(g)
2.
Kelarutan (Solvasi)
Air adalah pelarut yang kuat, melarutkan banyak jenis zat kimia.
3.
4.
Memiliki Ph =7
5.
6.
7.
Tidak beracun
(Achmad, 2004).
19
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
Alat
Bahan
a. Aquadest
b. NaCl
20
3
4
5
Gambar 3.1 Rangkaian Alat Tangki Berpengaduk
Keterangan :
1. Motor pengaduk
2. Speed controller
3. Tangki
4. Baffle
5. Pengaduk
3.3 Cara Kerja
3.3.1
Pengukuran Alat
a. Diisi tangki berpengaduk dengan air setinggi diameter tangki yaitu 20.8 cm.
b. Ditimbang garam seberat 100 gram.
c. Dinyalakan motor pengaduk yang telah terpasang dengan tangki yang berisi air
dengan kecepatan 200 rpm.
d. Dimasukkan
garam
kedalam
tangki
pengadukan
bersamaan
dengan
22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
: 100 gram
: 20.8 cm
: 6.4 cm
: 4.2 cm
: 10.4 cm
: 15.9142 gram
: 29oC
: 4.8 s
: 25.5210 gram
Waktu Pengadukan
Sempurna (s)
219
Berat Larutan
Garam +
t viskometer (s)
Piknometer (g)
25.1740
8.3
23
250
300
82
56
25.7045
25.7155
7.1
5.05
Waktu Pengadukan
Kecepatan (rpm)
Sempurna (s)
200
250
300
397.9
162
115
Garam +
t viskometer (s)
Piknometer (g)
25.7180
25.7400
25.7301
4.4
8.0
4,8
Larutan
Garam +
Tangki Ber-baffle
Waktu
Ada
Viskometer
Tidaknya
(s)
Vortex
8.3
7.1
5.05
Ada
Ada
Ada
Pikno (g)
25.1740
25.7045
25.7155
Berat
Larutan
Garam +
Waktu
Ada
Viskometer
Tidaknya
(s)
Vortex
4,4
8
4,8
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Pikno (g)
25.7180
25.7400
25.7301
4.3 Perhitungan
4.3.1 Menghitung volume piknometer dan viskositas akuades
a. Massa piknometer
15.9142
gram
25.5210
gram
c. Massa aquadest
9.6068
gram
akuades pada suhu 303 K, diperoleh dari data Tabel 2.30 Perry, 1997, Process and
Unit Operations, diperoleh = 0.99596 g/cm3
Volume piknometer
= Volume aquadest
maquadest
aquadest
9.6068 gr
0.99596 gr / cm3
9.6457 cm 3
24
4.3.2 Menghitung densitas () larutan NaCl pada tangki tanpa baffle untuk
waktu pengadukan sempurna
Kecepatan Putaran 200 rpm
Kecepatan putar impeller 200 rpm
= 3.33 rps
= 9.2598 gram
NaCl=
9.2598 gram
9.6457 cm3
= 0.9599
gram/cm
= 4.17 rps
= 9.7903 gram
NaCl=
9.7903 gram
9.6457 cm3
= 1.0149
gram/cm
= 5 rps
= 9.8013 gram
NaCl=
9.8013 gram
9.6457 cm3
= 1.0161
gram/cm3
4.3.3 Menghitung densitas () larutan NaCl pada tangki ber-baffle untuk waktu
pengadukan sempurna
Kecepatan Putaran 200 rpm
Kecepatan putar impeller 200 rpm
= 3.33 rps
= 9.8038 gram
NaCl=
9.8038 gram
3
9.6457 cm
= 1.0163
gram/cm3
25
= 4.17 rps
= 9.8258 gram
NaCl=
9.8258 gram
9.6457 cm3
= 1.0186
gram/cm3
= 5 rps
= 9.8159 gram
NaCl=
9.8159 gram
9.6457 cm3
= 1.0176
gram/cm
4.3.4 Menghitung densitas () larutan NaCl pada tangki tanpa baffle untuk
penentuan power consumption
Kecepatan Putaran 200 rpm
Kecepatan putar impeller 200 rpm
= 3.33 rps
= 9.2598 gram
NaCl=
9.2598 gram
3
9.6457 cm
= 0.9599
gram/cm3
= 4.17 rps
= 9.7903 gram
NaCl=
9.7903 gram
3
9.6457 cm
= 1.0149
gram/cm3
= 5 rps
= 9.8013 gram
26
NaCl=
9.8013 gram
9.6457 cm3
4.3.5
= 1.0161
gram/cm3
= 3.33 rps
= 9.8038 gram
NaCl=
9.8038 gram
3
9.6457 cm
= 1.0163
gram/cm3
= 4.17 rps
= 9.8258 gram
NaCl=
9.8258 gram
3
9.6457 cm
= 1.0186
gram/cm3
= 5 rps
= 9.8159 gram
NaCl=
9.8159 gram
3
9.6457 cm
= 1.0176
gram/cm3
4.3.6 Menghitung viskositas () larutan NaCl pada tangki tanpa baffle untuk
waktu pengadukan sempurna
Kecepatan putaran 200 rpm
Kecepatan putar impeller 200 rpm
NaCl
0.9599 g/cm3
aq
0.99596 g/cm3
t NaCl
8.3 s
= 3.33 rps
27
air t air
air
1.0149 g/cm3
aq
0.99596 g/cm3
t NaCl
7.1 s
air t air
= 4.17 rps
air
1.0161 g/cm3
aq
0.99596 g/cm3
t NaCl
4.8 s
air t air
= 5 rps
air
4.3.7 Menghitung viskositas () larutan NaCl pada tangki ber-baffle untuk waktu
pengadukan sempurna
28
1.0163 g/cm3
aq
0.99596 g/cm3
t NaCl
4.4 s
air t air
= 3.33 rps
air
1.0186 g/cm3
aq
0.99596 g/cm3
t NaCl
8s
air t air
= 4.17 rps
air
1,0186 g /cm3 8 s
8.183 103 g/cm 3 . s
3
0.99596 g /cm 4.8 s
13.948 x 10-3 g/cm.s
1.0176 g/cm3
aq
0.99596 g/cm3
t NaCl
4.8 s
air t air
= 5 rps
air
29
4.3.8 Menghitung viskositas () larutan NaCl pada tangki tanpa baffle untuk
penentuan power consumption
Kecepatan putaran 200 rpm
Kecepatan putar impeller 200 rpm
NaCl
0.9599 g/cm3
aq
0.99596 g/cm3
t NaCl
8.3 s
air t air
= 3.33 rps
air
1.0149 g/cm3
aq
0.99596 g/cm3
t NaCl
7.1 s
NaCl
= 4.17 rps
30
1.0161 g/cm3
aq
0.99596 g/cm3
t NaCl
4.8 s
air t air
= 5 rps
air
1.0163 g/cm3
aq
0.99596 g/cm3
t NaCl
4.4 s
air t air
= 3.33 rps
air
1.0186 g/cm3
aq
0.99596 g/cm3
t NaCl
8s
= 4.17 rps
31
air t air
air
1.0186 g /cm3 8 s
8.183 103 g/cm 3 . s
3
0.99596 g /cm 4.8 s
13.948 x 10-3 g/cm.s
1.0176 g/cm3
aq
0.99596 g/cm3
t NaCl
4.8 s
air t air
= 5 rps
air
=
4.3.10
6.4 cm
NaCl
0.9599 g/cm3
NaCl
NRe
= 3.33 rps
n Da2 NaCl
NaC l
32
6.4 cm
2 0.9599 g /cm3
3.33 rps
9605.81
6.4 cm
NaCl
1.0149 g/cm3
NaCl
NRe
= 4.17 rps
n Da2 NaCl
NaC l
6.4 cm
2 1,0149 g /cm3
4.17 rps
14059.05
6.4 cm
NaCl
1.0161 g/cm3
NaCl
NRe
= 5 rps
n Da2 NaCl
NaC l
6 cm
2 1.0161 g /cm3
5 rps
33
23701.28
4.3.11 Menghitung Bilangan Reynolds (NRe) larutan NaCl pada tangki ber-baffle untuk
waktu pengadukan sempurna
Kecepatan putaran 200
Kecepatan putar impeller 200 rpm
Da
6.4 cm
NaCl
1.0163 g/cm3
NaCl
NRe
= 3.33 rps
n Da2 NaCl
NaC l
6.4 cm
2 1.0163 g /cm3
3.33 rps
18110.09
6.4 cm
NaCl
1.0186 g/cm3
NaCl
NRe
= 4.17 rps
n Da2 NaCl
NaC l
34
6.4 cm
2 1.0186 g /cm 3
4.17 rps
12480.64
6.4 cm
NaCl
1.0176 g/cm3
NaCl
NRe
= 5 rps
n Da2 NaCl
NaC l
6.4 cm
2 1.0176 g /cm 3
5 rps
24928.76
4.3.12 Menghitung Bilangan Reynolds (NRe) larutan NaCl pada tangki tanpa baffle untuk
penentuan power consumption
Kecepatan putaran 200
Kecepatan putar impeller 200 rpm
Da
6.4 cm
NaCl
0.9599 g/cm3
NaCl
NRe
= 3.33 rps
n Da2 NaCl
NaC l
35
6.4 cm
2 0.9599 g /cm3
3.33 rps
9605.81
6.4 cm
NaCl
1.0149 g/cm3
NaCl
NRe
n Da2 NaCl
NaC l
6.4 cm
2 1,0149 g /cm3
4.17 rps
14059.05
6.4 cm
NaCl
1.0161 g/cm3
NaCl
NRe
= 5 rps
n Da2 NaCl
NaC l
6 cm
2 1.0161 g /cm3
5 rps
36
=
4.3.13
23701.28
Menghitung Bilangan Reynolds (NRe) larutan NaCl pada tangki ber-
6.4 cm
NaCl
1.0163 g/cm3
NaCl
NRe
= 3.33 rps
n Da2 NaCl
NaC l
6.4 cm
2 1.0163 g /cm3
3.33 rps
18110.09
6.4 cm
NaCl
1.0186 g/cm3
NaCl
NRe
= 4.17 rps
n Da2 NaCl
NaC l
6.4 cm
2 1.0186 g /cm 3
4.17 rps
12480.64
37
6.4 cm
NaCl
1.0176 g/cm3
NaCl
NRe
= 5 rps
n Da2 NaCl
NaC l
6.4 cm
2 1.0176 g /cm 3
5 rps
24928.76
= 3.33 rps
Nre
9605.81
P0
Da
6.4 cm
NaCl
0.9599 g/cm3
gc
P0 n 3 D 5a NaCl
gc
2 (3.33 rps)3 (6.4 cm)5 0.9599 g/cm3
0.076 W
38
D
P t
Da
Zt
Da
Dt
Da
desired
Zt
Da
graph
Pr
Dt
20,8 cm
Zt
4.2 cm
Da
6.4 cm
4.35
4.3
0.076 W x 0.3376
= 0,0256 W
Dt
Da
Zt
Da
Pr
graph
graph
= 4.17 rps
Nre
14059.05
P0
Da
6.4 cm
NaCl
0.9599 g/cm3
gc
P0 n 3 D 5a NaCl
gc
3
0.1580 W
D
P t
Da
Pr
Dt
20,8 cm
Zt
4.2 cm
Da
6.4 cm
Zt
Da
desired
Dt
Da
Zt
Da
graph
39
Dt
Da
Zt
Da
graph
graph
Pr
4.35
4.3
0.1580 W x 0.3376
= 0.053 W
= 5 rps
Nre
23701.28
P0
Da
6.4 cm
NaCl
1,0161 g/cm3
gc
P0 n 3 D 5a NaCl
gc
2 (5 rps)3 (6.4 cm)5 1,0161 g /cm3
0.2727 W
D
P t
Da
Zt
Da
desired
Dt
Da
Zt
Da
graph
Pr
Dt
20,8 cm
Zt
4.2 cm
Da
6.4 cm
4.35
4.3
0,2727W x 0,3376
= 0,0920 W
Dt
Da
Zt
Da
Pr
graph
graph
40
= 3.33 rps
Nre
18110.09
P0
Da
6.4 cm
NaCl
1,0163 g/cm3
gc
P0 n 3 D 5a NaCl
gc
2 (3.33 rps)3 (6.4 cm)5 1,0163 g/cm3
0.0805 W
D
P t
Da
Zt
Da
desired
Dt
Da
Zt
Da
graph
Pr
Dt
20,8 cm
Zt
4.2 cm
Da
6.4 cm
4.35
4.3
0.0805 W x 0.3376
= 0.2720 W
Dt
Da
Zt
Da
Pr
graph
graph
= 4.17 rps
12480.64
41
P0
1.8
Da
6.4 cm
NaCl
1.0186 g/cm3
gc
P0 n 3 D 5a NaCl
gc
3
1
=
0.1427 W
D
P t
Da
Zt
Da
desired
Dt
Da
Zt
Da
graph
Pr
Dt
20,8 cm
Zt
4.2 cm
Da
6.4 cm
4.35
4.3
0.1427 W x 0.3376
= 0.0482 W
Dt
Da
Zt
Da
Pr
graph
graph
= 5 rps
Nre
24928.76
P0
Da
64 cm
NaCl
1,0176 g/cm3
gc
42
P0 n 3 D 5a NaCl
gc
0.2731 W
D
P t
Da
Zt
Da
desired
Dt
Da
Zt
Da
graph
Pr
Dt
20,8 cm
Zt
4.2 cm
Da
6.4 cm
4.35
4.3
0.2731 W x 0.3376
= 0.0921 W
Dt
Da
Zt
Da
graph
graph
Pr
Vpiknometer
NaCl
4.17
(gram)
9.2598
9.7903
(cm3)
9.6457
9.6457
(g/cm3)
0.9599
1.0149
9.8013
9.6457
1.0161
n (rps)
3.33
43
Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Densitas NaCl untuk Tangki Ber-baffle pada
Pengamatan Waktu Pengadukan Sempurna
n (rps)
4,167
5
5,833
Vpiknometer
NaCl
(gram)
9.8038
(cm3)
9.6457
(g/cm3)
1.0163
9.8258
9.8159
9.6457
9.6457
1.0186
1.0176
Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Densitas NaCl untuk Tangki Tanpa Baffle pada
Penentuan Power Consumption
Berat larutan NaCl
Vpiknometer
NaCl
4.17
(gram)
9.2598
9.7903
(cm3)
9.6457
9.6457
(g/cm3)
0.9599
1.0149
9.8013
9.6457
1.0161
n (rps)
3.33
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Densitas NaCl untuk Tangki Ber-baffle pada
Penentuan Power Consumption
n (rps)
4,167
5
5,833
Vpiknometer
NaCl
(gram)
9.8038
(cm3)
9.6457
(g/cm3)
1.0163
9.8258
9.8159
9.6457
9.6457
1.0186
1.0176
Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Viskositas NaCl untuk Tangki Tanpa Baffle pada
Pengamatan Waktu Pengadukan Sempurna
44
NaCl
aq
t NaCl
t aq
aq
NaCl
(rps)
(g/cm3)
(g/cm3)
(s)
(s)
(g/cm.s)
(g/cm.s)
3.33
0.9599
0.99596
8.3
4.8
8.183 x 10-3
13.63 x 10-3
4.17
1.0149
0.99596
7.1
4.8
8.183 x 10-3
12.33 x 10-3
1.0161
0.99596
5.05
4.8
8.183 x 10-3
8.78 x 10-3
Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Viskositas NaCl untuk Tangki Ber-baffle pada
Pengamatan Waktu Pengadukan Sempurna
N
NaCl
aq
t NaCl
t aq
aq
(rps)
3.33
(g/cm3)
1.0163
(g/cm3)
0.99596
(s)
4.4
(s)
(g/cm.s)
4.17
1.0186
0.99596
1.0176
0.99596
NaCl
(g/cm.s)
4.8
8.183 x 10
-3
7.654 x 10-3
8.0
4.8
8.183 x 10-3
13.94 x 10-3
4.8
4.8
8.183 x 10-3
8.36 x 10-3
Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Viskositas NaCl untuk Tangki Tanpa Baffle pada
Penentuan Power Consumption
N
NaCl
aq
t NaCl
t aq
aq
NaCl
(rps)
(g/cm3)
(g/cm3)
(s)
(s)
(g/cm.s)
(g/cm.s)
3.33
0.9599
0.99596
8.3
4.8
8.183 x 10-3
13.63 x 10-3
4.17
1.0149
0.99596
7.1
4.8
8.183 x 10-3
12.33 x 10-3
1.0161
0.99596
5.05
4.8
8.183 x 10-3
8.78 x 10-3
Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Viskositas NaCl untuk Tangki Ber-baffle pada
Penentuan Power Consumption
N
NaCl
aq
t NaCl
t aq
aq
(rps)
3.33
(g/cm3)
1.0163
(g/cm3)
0.99596
(s)
4.4
(s)
(g/cm.s)
4.17
1.0186
0.99596
1.0176
0.99596
NaCl
(g/cm.s)
4.8
8.183 x 10
-3
7.654 x 10-3
8.0
4.8
8.183 x 10-3
13.94 x 10-3
4.8
4.8
8.183 x 10-3
8.36 x 10-3
Tabel 4.12 Hasil Perhitungan Bilangan Reynolds NaCl untuk Tangki Tanpa Baffle
pada Pengamatan Waktu Pengadukan Sempurna
45
Da
NaCl
NaCl
(rps)
3.33
(cm)
6.4
(g/cm3)
0.9599
(g/cm.s)
13.63 x 10-3
9605.81
4.17
6.4
1.0149
12.33 x 10-3
14059.05
6.4
1.0161
8.78 x 10-3
23701.28
NRe
Tabel 4.13 Hasil Perhitungan Bilangan Reynolds NaCl untuk Tangki Ber-baffle
pada Pengamatan Waktu Pengadukan Sempurna
n
Da
NaCl
NaCl
(rps)
3.33
(cm)
6.4
(g/cm3)
1.0163
(g/cm.s)
7.694 x 10-3
18110.09
4.17
6.4
1.0186
13.94 x 10-3
12480.64
6.4
1.0176
8.36 x 10-3
24928.76
NRe
Tabel 4.14 Hasil Perhitungan Bilangan Reynolds NaCl untuk Tangki Tanpa Baffle
pada Penentuan Power Consumption
n
Da
NaCl
NaCl
(rps)
3.33
(cm)
6.4
(g/cm3)
0.9599
(g/cm.s)
13.63 x 10-3
9605.81
4.17
6.4
1.0149
12.33 x 10-3
14059.05
6.4
1.0161
8.78 x 10-3
23701.28
NRe
Tabel 4.15 Hasil Perhitungan Bilangan Reynolds NaCl untuk Tangki Ber-baffle
pada Penentuan Power Consumption
n
Da
NaCl
NaCl
(rps)
3.33
(cm)
6.4
(g/cm3)
1.0163
(g/cm.s)
7.694 x 10-3
18110.09
4.17
6.4
1.0186
13.94 x 10-3
12480.64
NRe
46
6.4
8.36 x 10-3
1.0176
24928.76
Tabel 4.16 Hasil Perhitungan Daya Pengadukan untuk Tangki Tanpa Baffle
n
(rps)
3.33
4.17
5
Da
P0
2
2
2
NRe
(cm
9605.81
14059.05
23701.28
)
6.4
6.4
6.4
NaCl
Pr
(g/cm3)
(W)
(W)
0.9599
1.0149
1.0161
0.076
0.0158
0.2727
0.0256
0.053
0.0920
Da
NaCl
18110.09
(cm)
6.4
(g/cm3)
1.0163
(W)
0.0805
(W)
0.2720
1.8
12480.64
6.4
1.0186
0.1427
0.6482
24928.76
6.4
1.0176
0.2731
0.0921
P0
NRe
4.17
5
(rps)
3.33
Pr
Tabel 4.18 Hubungan antara tT dengan NRe pada Tangki Tanpa Baffle
Waktu pengadukan sempurna (tT),
sekon
NRe
219
9605.81
82
14059.05
56
23701.28
47
250
200
219
150
Waktu Pengadukan Sempurna (tT), s
100
82
56
50
0
5000 10000 15000 20000 25000
Bilangan Reynold (Nre)
Grafik 4.1 Hubungan antara Waktu Pengadukan Sempurna (tT) dengan Bilangan
Reynolds (NRe) pada Tangki Tanpa Baffle
NRe
397.9
18110.09
162
12480.64
115
24928.76
48
450
397.9
400
350
300
Waktu Pengadukan Sempurna 250
(tT), s
200
115
150 162
100
50
0
10000 15000 20000 25000 30000
Bilangan Reynold (Nre)
Grafik 4.2 Hubungan antara Waktu Pengadukan Sempurna (tT) dengan Bilangan
Reynolds (NRe) pada Tangki Ber-baffle
Tabel 4.20 Hubungan antara Pr dengan NRe pada Tangki Tanpa Baffle
NRe
Pr ( W )
9605.81
0.0256
14059.05
0.0530
23701.28
0.0920
49
0.1
0.09
0.08
0.06
Daya Pengadukan (Pr), Watt
0.05
0.04
0.02
0
5000
0.03
Grafik 4.3 Hubungan antara Daya Pengadukan (Pr) dengan Bilangan Reynolds
(NRe) pada Tangki Tanpa Baffle
Pr ( W )
18110.09
0.02720
12480.64
0.0482
24928.76
0.0921
50
0.1
0.09
0.08
0.06
Daya Pengadukan (Pr), Watt
0.05
0.04
0.02
0
10000
0.03
15000
20000
25000
30000
Grafik 4.4 Hubungan antara Daya Pengadukan (Pr) dengan Bilangan Reynolds
(NRe) pada Tangki Ber-baffle
4.4 Pembahasan
Percobaan yang kami lakukan berjudul mixing. Pencampuran (mixing) sendiri
merupakan suatu operasi yang dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi
ketidaksamaan komposisi, suhu atau sifat lain yang terdapat dalam suatu bahan. Pada
percobaan ini, yang kami lakukan yakni memutar batang pengaduk untuk menggerakan
bahan yang diaduk seperti molekul-molekul, zat-zat yang bergerak atau komponennya
51
pengadukan tangki dengan menggunakan baffle tidak dijumpai vortex atau vortex
tersebut menghilang.
Kemudian, untuk perhitungan viskositas NaCl dalam pengamatan waktu pengadukan
sempurna tanpa menggunakan baffle pada kecepatan 200 rpm atau 3.33 rps, diperoleh
hasil 13.63 x10-3 g/cm.s. Pada kecepatan 250 rpm atau 4.17 rps diperoleh viskositas
NaCl yaitu 12.33 x10-3 g/cm.s. Sedangkan untuk kecepatan 300 rpm atau 5 rps hasil
perhitungan viskositas NaCl adalah 8.78 x10-3 g/cm.s. Dalam perhitungan viskositas
NaCl untuk pengamatan penentuan power consumption tanpa menggunakan baffle datadata perhitungannya sama dengan perhitungan viskositas NaCl dalam pengamatan
waktu pengadukan sempurna tanpa menggunakan baffle pada kecepatan 200, 250, dan
300 rpm.
Untuk perhitungan viskositas NaCl dalam pengamatan waktu pengadukan sempurna
dengan menggunakan baffle pada kecepatan 200 rpm atau 3.33 rps, diperoleh hasil
7.6543 x10-3 g/cm.s. Pada kecepatan 250 rpm atau 4.17 rps diperoleh viskositas NaCl
yaitu 13.94 x10-3
perhitungan viskositas NaCl adalah 8.36 x10-3 g/cm.s. Dalam perhitungan viskositas
NaCl untuk pengamatan penentuan power consumption dengan menggunakan baffle
data-data perhitungannya sama dengan perhitungan viskositas NaCl dalam pengamatan
waktu pengadukan sempurna dengan menggunakan baffle pada kecepatan 200, 250, dan
300 rpm.
Berikutnya, untuk perhitungan bilangan Reynolds NaCl dalam pengamatan waktu
pengadukan sempurna tanpa menggunakan baffle pada kecepatan 200 rpm atau 3.33 rps,
diperoleh hasil 9605.81. Pada kecepatan 250 rpm atau 4.17 rps diperoleh bilangan
Reynolds NaCl yaitu 14059.05. Sedangkan untuk kecepatan 300 rpm atau 5 rps hasil
perhitungan bilangan Reynolds NaCl adalah 23701.28. Dalam perhitungan bilangan
Reynolds NaCl untuk pengamatan penentuan power consumption tanpa menggunakan
baffle data-data perhitungannya sama dengan perhitungan bilangan Reynolds NaCl
dalam pengamatan waktu pengadukan sempurna tanpa menggunakan baffle pada
kecepatan 200, 250, dan 300 rpm.
54
55
BAB V
PENUTUP
56
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa:
a.
Pada tangki ber-baffle dengan kecepatan 200 rpm di dapatkan densitas NaCl
sebesar 1.0163 g/cm3 , sedagkan pada kecepatan 250 rpm didapatkan densitas
NaCl sebesar 1.0186 g/cm3 dan pada kecepatan 300 rpm didapatkan densitas NaCl
sebesar 1.0176 g/cm3. Sedangkan, pada tangki tanpa baffle dengan kecepatan 200
rpm di dapatkan densitas NaCl sebesar 0.9599 g/cm 3 , sedangkan pada kecepatan
250 rpm didapatkan densitas NaCl sebesar 1.0149 g/cm 3 dan pada kecepatan 300
rpm didapatkan densitas NaCl sebesar 1.0161 g/cm3
b.
5.2 Saran
Sebaiknya pada praktikum selanjutnya digunakan bahan yang bervariasi seperti
mengganti NaCl dengan gula sehingga viskositas dan densitas yang didapatkan akan
57
bervariasi pula. Selain itu pada praktikum selanjutnya dapat digunakan jenis impeller
yang lain seperti turbin sehingga diperoleh waktu pencampuran yang lebih bervariasi.
DAFTAR PUSTAKA
58
59