Anda di halaman 1dari 49

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proses pencampuran merupakan suatu proses yang penting dilakukan dalam industri,
bahkan mesin pencampur ditemukan di hampir semua industri pengolahan pangan
maupun non pangan mulai dari pencampuran yang sederhana sampai pencampuran
yang rumit seperti pada industri farmasi. Mesin pencampur dapat digolongkan dalam
kategori mesin pengolah dalam suatu industri yang menunjang proses pengolahan bahan
menjadi produk.

Tujuan pencampuran sendiri adalah bergabungnya bahan menjadi suatu campuran yang
sedapat mungkin memiliki kesamaan penyebaran yang sempurna. Berhubung secara
fisik bahan-bahan yang ada di alam tersedia dalam berbagai bentuk fasa, maka secara
teoritis banyak sekali variasi pencampuran bahan yang mungkin timbul. Peralatan
pencampuran mempunyai pemanfaatan yang bermacam-macam. Untuk menentukan
jenis dari alat pencampur tergantung pada jenis bahan yang akan di campurkan (cairan,
padatan, atau gas), kecepatan alat yang diinginkan serta kekentalan dari suatu bahan
tersebut.
Pencampuran bahan padat memiliki karakteristik yang hampir sama dengan bahan cair
yaitu memenuhi ruang, ada aliran bahan ke pengaduk, tidak memerlukan gaya gunting
yang besar dan tenaga yang diperlukan relatif kecil. Tetapi pada bahan yang padat aliran
bahan ke pengaduk bukan karena sendirinya tetapi ada gaya yang diberikan oleh
pengaduk tersebut. Pencampuran bahan padat berguna untuk mencampur bahan yang
memiliki sifat berbeda dan dapat diproses pada saat yang bersamaan, hal ini juga
dilakukan untuk merubah fisik dari bahan tersebut, dan juga merubah karakteristik
bahan tersebut baik dari rasa, dan baunya.
Meskipun pada tingkat laboratorium, reaksi kimia yang dilakukan memungkinkan
pencampuran bahan cair-gas, proses ini contohnya seperti proses hidrogenasi,
11

khlorinasi, fosfogensi, oksidasi cairan oleh udara (fermentasi, memasukkan udara


kedalam lumpur dalam instalasi penjernih biologis), meningkatkan kadar (melarutkan)
gas dalam cairan (misalnya HCl dalam air, oksigen dalam cairan-cairan),
membangkitkan basa misalnya busa pemadam api.
Oleh karena itu, perlu dilakukan praktek mengenai proses mixing, agar praktikan lebih
memahami dan dapat mengaplikasikan proses sedimentasi ini baik dalam proses ajar
mengajar, penelitian serta dunia kerja.
1.2 Tujuan
a. Mengetahui densitas NaCl pada kecepatan 200 rpm, 250 rpm dan 300 rpm pada
tangki ber-baffle dan tangki tanpa baffle.
b. Mengetahui perbandingan waktu pengadukan sempurna NaCl dengan kecepatan
200 rpm, 250 rpm dan 300 rpm pada tangki ber-baffle dan tanpa baffle.
c. Mengetahui daya pengadukan pada tangki dengan kecepatan 200 rpm, 250 rpm
dan 300 rpm pada tangki ber-baffle dan tangki tanpa baffle.

12

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pengadukan adalah operasi yang menciptakan terjadinya gerakan dari bahan yang
diaduk seperti molekul-molekul, zat-zat yang bergerak atau komponennya menyebar
(terdispersi). Tujuan dari operasi pengadukan terutama adalah terjadinya pencampuran
(mixing). Pencampuran merupakan suatu operasi yang dilakukan dengan tujuan untuk
mengurangi ketidaksamaan komposisi, suhu atau sifat lain yang terdapat dalam suatu
bahan. Selain itu pencampuran juga digunakan untuk berbagai ragam operasi, dimana
derajat homogenitas bahan yang bercampur itu sangat berbeda-beda. Pencampuran
dapat terjadi karena adanya gerakan dari bahan tersebut. Agar bahan tersebut dapat
bergerak diperlukan suatu pengadukan dimana pengadukan tersebut akan memberikan
suatu gerakan tertentu pada suatu bahan di dalam bejana. Pemilihan pengaduk sangat
ditentukan oleh jenis pencampuran yang diinginkan serta keadaan bahan yang akan
dicampur (Achmad, 2004).
Prinsip pengadukan ialah mencampur dua cairan yang saling melarut, melarutkan
padatan dalam cairan, mendispersikan gas dalam cairan dalam bentuk gelembung dan
untuk mempercepat perpindahan panas antara fluida dengan koil pemanas dan jaket
pada dinding bejana (Munson, 2005).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pencampuran, yaitu:
a. Aliran, aliran yang turbulen dan laju alir bahan yang tinggi biasanya
menguntungkan proses pencampuran. Sebaliknya, aliran yang laminar dapat
menggagalkan pencampuran.
b. Ukuran partikel/luas permukaan, semakin luas permukaan kontak bahan-bahan
yang harus dicampur yang berarti semakin kecil partikel dan semakin mudah
gerakannya di dalam campuran, maka proses pencampuran semakin baik.
c. Kelarutan, semakin besar kelarutan bahan-bahan yang akan dicampur satu
terhadap lainnya, semakin baik pencampurannya.
13

(Brown, 1978).
a. Propeller

Kelompokini biasa digunakan untuk kecepatan pengadukan tinggi dengan arah aliran
aksial. Pengaduk ini dapat digunakan untuk cairan yang memiliki viskositas rendah dan
tidak bergantung pada ukuran serta bentuk tangki. Kapasitas sirkulasi yang dihasilkan
besar dan sensitif terhadap beban head. Dalam perancangan propeller, luas sudah biasa
dinyatakan dalam perbandingan luas area yang terbentuk dengan luas daerah disk.
Pengaduk propeller terutama menimbulkan aliran arah aksial, arus aliran meninggalkan
pengaduk secara kontinyu melewati fluida ke satu arah tertentu sampai dibelokkan oleh
dinding atau dasar tangki (Geankoplis, 2003).
b. Turbine
Istilah turbine ini diberikan bagi berbagai macam jenis pengaduk tanpa memandang
rancangan, arah discharge ataupun karakteristik aliran. Turbine merupakan pengaduk
dengan sudut tegak datar dan bersudut konstan. Pengaduk jenis ini digunakan pada
viskositas fluida rendah seperti halnya pengaduk jenis propeller. Pengaduk turbin
menimbulkan aliran arah radial dan tengensial. Disekitar turbin terjadi daerah
turbulensi yang kuat, arus dan geseran yang kuat antar fluida. Salah satu jenis
pengaduk turbine adalah pitchedblade. Pengaduk jenis ini memiliki sudut sudut
konstan. Aliran terjadi pada arah aksial, meski demikian terdapat pola aliran pada arah
radial. Aliran ini akan mendominasi jika sudut berada dekat dengan dasar tangki
(Geankoplis, 2003).
c. Paddle
Pengaduk jenis ini sering memegang peranan penting pada proses pencampuran dalam
industri. Bentuk pengaduk ini memiliki minimum 2 sudut, horizontal atau vertikal,
dengan nilai D/T yang tinggi. Paddle digunakan pada aliran fluida laminar, transisi
atau turbulen tanpa baffle. Pengaduk paddle menimbulkan aliran arah radial dan
tangensial dan hampir tanpa gerak vertical sama sekali. Arus

yang bergerak kearah

horizontal setelah mencapai dinding akan dibelokkan keatas atau kebawah. Bila
digunakan pada kecepatan tinggi akan terjadi pusaran saja tanpa terjadi agitasi
(Geankoplis, 2003).
14

Gambar 2.1 Bentuk-bentuk Pengaduk : (a) Pengaduk Paddle, (b) Pengaduk


Propeller, (c) Pengaduk Turbine

Gambar 2.2 Tipe-tipe Pengaduk Jenis Turbin : (a) Flate Blade, (b) Curved Blade,
(c) Pitched Blade
Sekat (baffle) adalah lembaran vertikal datar yang ditempelkan pada dinding tangki.
Tujuan utama menggunkan sekat dalam tangki adalah memecah terjadinya pusaran saat
terjadinya pengadukan dan pencampuran. Oleh karena itu, posisi sumbu pengaduk pada
tangki bersekat berada di tengah. Namun, pada umumnya pemakaian sekat akan
menambah beban pengadukan yang berakibat pada bertambahnya kebutuhan daya
pengadukan. Sekat pada tangki juga membentuk distribusi konsentrasi yang lebih baik
di dalam tangki, karena pola aliran yang terjadi terpecah menjadi 4 bagian. Penggunaan
ukuran sekat yang lebih besar mampu menghasilkan pencampuran yang lebih baik
(Perry, 1984).

15

Gambar 2.3 Pengaruh Pemasangan Baffle Terhadap Pola Aliran


Pada saat menggunakan empat sekat vertikal seperti pada gambar 2.3 biasanya dapat
menghasilkan pola putaran yang sama dalam tangki. Lebar sekat yang digunakan
sebaiknya berukuran 1/12 diameter tangki (Perry, 1984).
Bilangan Reynolds adalah suatu rasio antara gaya inersia terhadap gaya viskositas yang
mengkuantifikasikan antara hubungan kedua gaya tersebut dengan suatu kondisi aliran
tertentu. Bilangan ini digunakan untuk mengidentikasikan jenis aliran yang berbeda,
misalnya pada jenis aliran laminar dan turbulen. Bilangan Reynold merupakan salah
satu bilangan tak berdimensi yang paling penting dalam mekanika fluida dan
digunakan, seperti halnya dengan bilangan tak berdimensi lain. Untuk memberikan
kriteria untuk menentukan dynamic similitude. Jika dua pola aliran yang mirip secara
geometris, mungkin pada fluida yang berbeda dan laju alir yang berbeda pula, memiliki
nilai bilangan tak berdimensi yang relevan, keduanya disebut memiliki kemiripan
dinamis. Sistem pengadukan yang terjadi bisa diketahui bilangan Reynold-nya dengan
menggunakan persamaan:
=

D( ND) DN
=

(2.1)

dimana :
Re = Bilangan Reynold
16

= densitas fluida

= viskositas fluida
(Geankoplis, 2003).
Secara umum jenis-jenis aliran dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Aliran Laminar
Laminar adalah aliran fluida yang ditunjukkan dengan gerak partikel-partikel
fluidanya sejajar dan garis-garis arusnya halus. Dalam aliran laminar, partikelpartikel fluida seolah-olah bergerak sepanjang lintasan-lintasan yang halus dan
lancar, dengan satu lapisan meluncur secara mulus pada lapisan yang
bersebelahan. Sifat kekentalan zat cair berperan penting dalam pembentukan
aliran laminar. Aliran laminar bersifat steady maksudnya alirannya tetap. Tetap
menunjukkan bahwa di seluruh aliran air, debit alirannya tetap atau kecepatan
aliran tidak berubah menurut waktu.Aliran laminar mengikuti hukum Newton
tentang viskositas yang menghubungkan tegangan geser dengan laju perubahan
bentuk sudut. Tetapi pada viskositas yang rendah dan kecepatan yang tinggi aliran
laminar tidak stabil dan berubah menjadi aliran turbulen.Bisa diambil kesimpulan
mengenai ciri- ciri aliran laminar yaitu fluida bergerak mengikuti garis lurus,
kecepatan fluidanya rendah, viskositasnya tinggi dan lintasan gerak fluida teratur
antara satu dengan yang lain.Dalam pipa, aliran laminar biasanya terjadi pada
nilai bilangan Reynolds Re < 2100.
2. Aliran Turbulen
Aliran turbulen yaitu pergerakan dari partikel-partikel fluida yang tidak bisa
menentu dikarenakan mengalami campuran serta putaran partikel antar lapisan,
dan dapat mengakibatkan saling tukar momentum dari satu bagian fluida dan
kebagian fluida lainnya dan dalam skala yang begitu besar. Dalam keadaan yang
alirannya turbulen maka turbulensi yang akan terjadi membangkitkan tegangan
geser merata diseluruh aliran fluida sehingga akan menghasilkan kerugiankerugian aliran. Aliran turbulenakan terjadi jika nilai bilangan Reynolds Re >
4000.
3. Aliran Transisi

17

Aliran transisi merupakan aliran peralihan dari aliran laminar ke aliran


turbulen.Apabila Reynolds number didapatkan hasil aliran transisi terjadi pada
2100 < Re < 4000
(Munson, 2005).

Sifat fisik dan kimia NaCl

Sifat fisik

1.

Rumus molekul

: NaCl

2.

Berat molekul

: 58,45 gr/mol

3.

Titik lebur, 1 atm

: 800,4C

4.

Titik didih, 1 atm

: 1413C

5.

Densitas

: 1,13 gr/ml

6.

Kapasitas panas (25C)

: 1,8063 cal/mol C

7.

Kelarutan

: 35,7 gr/ 100 gr H2O

8.

Kerapatan

: 2,165 gram/cm3

9.

Tekanan uap, 1 atm

: 1465 C

10. Panas penguapan, 1 atm


Sifat kimia
1.

: 40.810 cal/mol
:

Dengan perak nitrat membentuk endapan perak klorida


NaCl + AgNO3 NaNO3 + AgCl

2.

Dengan timbal asetat membentuk endapan putih timbal klorida


NaCl + PbAc NaAc + PbCl2

Sifat fisik dan kimia air

Sifat fisik

1.

Rumus molekul

: H2O

2.

Berat molekul

: 18,0153 gr/mol

3.

Titik lebur, 1 atm

: 0C

4.

Titik didih, 1 atm

: 100C

5.

Densitas

: 0.998 g/cm (cairan pada 20 C)

6.

Kapasitas panas (25C)

: 4184 cal/mol C
18

7.

Entalpi pembentukan standar : 286.0 kJ/mol (cairan), 242.0 kJ/mol (gas)

8.

Panas Penguapan

Sifat kimia
1.

: 2258.6 J/g or 40.7 kJ/mol


:

Elektrolisis air
Reaksi keseluruhan yang setara dari elektrolisis air dapat dituliskan sebagai
berikut.
2 H2O(l) 2 H2(g) + O2(g)

2.

Kelarutan (Solvasi)
Air adalah pelarut yang kuat, melarutkan banyak jenis zat kimia.

3.

Tidak mudah terbakar

4.

Memiliki Ph =7

5.

Merupakan produk stabil

6.

Tidak bersifat korosif

7.

Tidak beracun

(Achmad, 2004).

19

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1

Alat

a. Rangkaian Alat Tangki Berpengaduk


b. Gelas Beaker 100 mL
c. Picnometer 25 mL
d. Penggaris
e. Bulb
f. Viscometer
g. Stopwatch
h. Neraca Analitik
i. Alat Tulis
j. Batang Pengaduk
k. Kunci Batang Pengaduk
l. Propeller
m. Baffle
n. Gelas beaker 250 ml
o. Timbangan
3.1.2

Bahan

a. Aquadest
b. NaCl

20

3.2 Rangkaian Alat


1
2

3
4
5
Gambar 3.1 Rangkaian Alat Tangki Berpengaduk
Keterangan :
1. Motor pengaduk
2. Speed controller
3. Tangki
4. Baffle
5. Pengaduk
3.3 Cara Kerja
3.3.1

Pengukuran Alat

a. Disiapkan rangkaian alat tangki berpengaduk serta penggaris.


b. Diukur diameter tangki berpengaduk (Dt), diameter pengaduk (Da), tinggi
permukaan larutan (H), jarak pengaduk dasar tangki (Zi) dan lebar baffle.
c. Dicatat hasil pengukuran.
3.3.2

Penentuan Waktu Pengadukan Sempurna


21

a. Diisi tangki pengaduk dengan air setinggi diameter tangki.


b. Ditimbang NaCl seberat 100 gram.
c. Dinyalakan motor pengaduk yang telah terpasang dengan tangki yang berisi air
dengan kecepatan 200 rpm.
d. Dimasukkan NaCl kedalam tangki pengaduk bersamaan dengan dinyalakannya
stopwatch.
e. Dihitung waktu yang diperlukan untuk garam agar larut sempurna dengan
menggunakan stopwatch.
f. Dihitug berat, massa jenis dan viskositas larutan sebelum dan sesudah
pengadukan.
g. Dilakukan percobaan yang sama dengan variasi kecepatan putar pengaduk yang
berbeda yaitu 250 dan 300 rpm.
h. Diulangi percobaan dengan tangki ber-baffle.
3.3.3

Penentuan Power Consumption

a. Diisi tangki berpengaduk dengan air setinggi diameter tangki yaitu 20.8 cm.
b. Ditimbang garam seberat 100 gram.
c. Dinyalakan motor pengaduk yang telah terpasang dengan tangki yang berisi air
dengan kecepatan 200 rpm.
d. Dimasukkan

garam

kedalam

tangki

pengadukan

bersamaan

dengan

dinyalakannya stopwatch selama 10 detik.


e. Dilakukan pengadukan selama 1 menit.
f. Diamati ada atau tidaknya vortex pada saat pengadukan.
g. Dilakukan percobaan yang sama dengan variasi kecepatan putar pengaduk yang
berbeda yaitu 250 dan 300 rpm.
h. Diulangi percobaan dengan tangki ber-baffle.

22

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Pengamatan


Data Percobaan :
Berat NaCl

: 100 gram

Diameter tangki (Dt)

: 20.8 cm

Diameter impeller (Da)

: 6.4 cm

Tinggi impeller dari dasar tangki (z)

: 4.2 cm

Tinggi larutan (H)

: 10.4 cm

Berat piknometer kosong

: 15.9142 gram

Suhu air kran (T)

: 29oC

Waktu alir air kran dalam viskometer (t)

: 4.8 s

Berat air kran + piknometer

: 25.5210 gram

4.2 Tabel Hasil Pengamatan


Tabel 4.1 Pengamatan Waktu Pengadukan Sempurna untuk Tangki Tanpa baffle
Kecepatan (rpm)
200

Waktu Pengadukan
Sempurna (s)
219

Berat Larutan
Garam +

t viskometer (s)

Piknometer (g)
25.1740

8.3
23

250
300

82
56

25.7045
25.7155

7.1
5.05

Tabel 4.2 Pengamatan Waktu Pengadukan Sempurna untuk Tangki Ber-baffle


Berat Larutan

Waktu Pengadukan

Kecepatan (rpm)

Sempurna (s)

200
250
300

397.9
162
115

Garam +

t viskometer (s)

Piknometer (g)
25.7180
25.7400
25.7301

4.4
8.0
4,8

Tabel 4.3 Pengamatan untuk Penentuan Power Consumption


Tangki Tanpa Baffle
Berat
Kecepatan
(rpm)
200
250
300

Larutan
Garam +

Tangki Ber-baffle

Waktu

Ada

Viskometer

Tidaknya

(s)

Vortex

8.3
7.1
5.05

Ada
Ada
Ada

Pikno (g)
25.1740
25.7045
25.7155

Berat
Larutan
Garam +

Waktu

Ada

Viskometer

Tidaknya

(s)

Vortex

4,4
8
4,8

Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada

Pikno (g)
25.7180
25.7400
25.7301

4.3 Perhitungan
4.3.1 Menghitung volume piknometer dan viskositas akuades
a. Massa piknometer

15.9142

gram

b. Massa piknometer + aquadest

25.5210

gram

c. Massa aquadest

9.6068

gram

akuades pada suhu 303 K, diperoleh dari data Tabel 2.30 Perry, 1997, Process and
Unit Operations, diperoleh = 0.99596 g/cm3
Volume piknometer

= Volume aquadest

maquadest
aquadest

9.6068 gr
0.99596 gr / cm3

9.6457 cm 3

24

Dari data Tabel Appendix A.2-4 Geankoplis diperoleh nilai


akuades (pada 29 oC)

= 8.183 x 10-3 g/cm.s

4.3.2 Menghitung densitas () larutan NaCl pada tangki tanpa baffle untuk
waktu pengadukan sempurna
Kecepatan Putaran 200 rpm
Kecepatan putar impeller 200 rpm

= 3.33 rps

Berat larutan NaCl

= 9.2598 gram

NaCl=

9.2598 gram
9.6457 cm3

= 0.9599

gram/cm

Kecepatan Putaran 250 rpm


Kecepatan putar impeller 250 rpm

= 4.17 rps

Berat larutan NaCl

= 9.7903 gram

NaCl=

9.7903 gram
9.6457 cm3

= 1.0149

gram/cm

Kecepatan Putaran 300 rpm


Kecepatan putar impeller 300 rpm

= 5 rps

Berat larutan NaCl

= 9.8013 gram

NaCl=

9.8013 gram
9.6457 cm3

= 1.0161

gram/cm3

4.3.3 Menghitung densitas () larutan NaCl pada tangki ber-baffle untuk waktu
pengadukan sempurna
Kecepatan Putaran 200 rpm
Kecepatan putar impeller 200 rpm

= 3.33 rps

Berat larutan NaCl

= 9.8038 gram

NaCl=

9.8038 gram
3
9.6457 cm

= 1.0163

gram/cm3
25

Kecepatan Putaran 250 rpm


Kecepatan putar impeller 250 rpm

= 4.17 rps

Berat larutan NaCl

= 9.8258 gram

NaCl=

9.8258 gram
9.6457 cm3

= 1.0186

gram/cm3

Kecepatan Putaran 300 rpm


Kecepatan putar impeller 300 rpm

= 5 rps

Berat larutan NaCl

= 9.8159 gram

NaCl=

9.8159 gram
9.6457 cm3

= 1.0176

gram/cm

4.3.4 Menghitung densitas () larutan NaCl pada tangki tanpa baffle untuk
penentuan power consumption
Kecepatan Putaran 200 rpm
Kecepatan putar impeller 200 rpm

= 3.33 rps

Berat larutan NaCl

= 9.2598 gram

NaCl=

9.2598 gram
3
9.6457 cm

= 0.9599

gram/cm3

Kecepatan Putaran 250 rpm


Kecepatan putar impeller 250 rpm

= 4.17 rps

Berat larutan NaCl

= 9.7903 gram

NaCl=

9.7903 gram
3
9.6457 cm

= 1.0149

gram/cm3

Kecepatan Putaran 300 rpm


Kecepatan putar impeller 300 rpm

= 5 rps

Berat larutan NaCl

= 9.8013 gram
26

NaCl=

9.8013 gram
9.6457 cm3

4.3.5

= 1.0161

gram/cm3

Menghitung densitas () larutan NaCl

pada tangki ber-baffle untuk penentuan power consumption


Kecepatan Putaran 200 rpm
Kecepatan putar impeller 200 rpm

= 3.33 rps

Berat larutan NaCl

= 9.8038 gram

NaCl=

9.8038 gram
3
9.6457 cm

= 1.0163

gram/cm3

Kecepatan Putaran 250 rpm


Kecepatan putar impeller 250 rpm

= 4.17 rps

Berat larutan NaCl

= 9.8258 gram

NaCl=

9.8258 gram
3
9.6457 cm

= 1.0186

gram/cm3

Kecepatan Putaran 300 rpm


Kecepatan putar impeller 300 rpm

= 5 rps

Berat larutan NaCl

= 9.8159 gram

NaCl=

9.8159 gram
3
9.6457 cm

= 1.0176

gram/cm3

4.3.6 Menghitung viskositas () larutan NaCl pada tangki tanpa baffle untuk
waktu pengadukan sempurna
Kecepatan putaran 200 rpm
Kecepatan putar impeller 200 rpm
NaCl

0.9599 g/cm3

aq

0.99596 g/cm3

t NaCl

8.3 s

= 3.33 rps

27

lart Nacl t lart Nacl


NaCl

air t air

air

0.9599 g /cm3 8.3 s


8.183 103 g/cm 3 . s
3
0.99596 g /cm 4.8 s
13.637 x 10-3 g/cm.s

Kecepatan putaran 250 rpm


Kecepatan putar impeller 250 rpm
NaCl

1.0149 g/cm3

aq

0.99596 g/cm3

t NaCl

7.1 s

lart Nacl t lart Nacl


NaCl

air t air

= 4.17 rps

air

1.0149 g /cm 7.1 s


8.183 103 g/cm 3 . s
3
0.99596 g /cm 4.8 s
12.33 x 10-3 g/cm.s

Kecepatan putaran 300 rpm


Kecepatan putar impeller 300 rpm
NaCl

1.0161 g/cm3

aq

0.99596 g/cm3

t NaCl

4.8 s

lart Nacl t lart Nacl


NaCl

air t air

= 5 rps

air

1.0161 g /cm3 5.05 s

8.183 103 g/cm 3 . s


3
0,99596 g /cm 4.8 s
=

8.78 x 10-3 g/cm.s

4.3.7 Menghitung viskositas () larutan NaCl pada tangki ber-baffle untuk waktu
pengadukan sempurna
28

Kecepatan putaran 200 rpm


Kecepatan putar impeller 200 rpm
NaCl

1.0163 g/cm3

aq

0.99596 g/cm3

t NaCl

4.4 s

lart Nacl t lart Nacl


NaCl

air t air

= 3.33 rps

air

1.0163 g/cm 4.4 s


8.183 103 g/cm3 . s
3
0.99596 g /cm 4.1 s
7.654 x 10-3 g/cm.s

Kecepatan putaran 250 rpm


Kecepatan putar impeller 250 rpm
NaCl

1.0186 g/cm3

aq

0.99596 g/cm3

t NaCl

8s

lart Nacl t lart Nacl


NaCl

air t air

= 4.17 rps

air

1,0186 g /cm3 8 s
8.183 103 g/cm 3 . s
3
0.99596 g /cm 4.8 s
13.948 x 10-3 g/cm.s

Kecepatan putaran 300 rpm


Kecepatan putar impeller 300 rpm
NaCl

1.0176 g/cm3

aq

0.99596 g/cm3

t NaCl

4.8 s

lart Nacl t lart Nacl


NaCl

air t air

= 5 rps

air

29

1.0176 g /cm 4.8 s


8.183 103 g/cm 3 . s
3
0.99596 g /cm 4.8 s
8.3607 x 10-3 g/cm.s

4.3.8 Menghitung viskositas () larutan NaCl pada tangki tanpa baffle untuk
penentuan power consumption
Kecepatan putaran 200 rpm
Kecepatan putar impeller 200 rpm
NaCl

0.9599 g/cm3

aq

0.99596 g/cm3

t NaCl

8.3 s

lart Nacl t lart Nacl


NaCl

air t air

= 3.33 rps

air

0.9599 g /cm3 8.3 s


8.183 103 g/cm 3 . s
3
0.99596 g /cm 4.8 s
13.637 x 10-3 g/cm.s

Kecepatan putaran 250 rpm


Kecepatan putar impeller 250 rpm
NaCl

1.0149 g/cm3

aq

0.99596 g/cm3

t NaCl

7.1 s

NaCl

= 4.17 rps

lart Nacl t lart Nacl


air
air tair
3

1.0149 g /cm 7.1 s


8.183 103 g/cm 3 . s
3
0.99596 g /cm 4.8 s
12.33 x 10-3 g/cm.s

30

Kecepatan putaran 300 rpm


Kecepatan putar impeller 300 rpm
NaCl

1.0161 g/cm3

aq

0.99596 g/cm3

t NaCl

4.8 s

lart Nacl t lart Nacl


NaCl

air t air

= 5 rps

air

1.0161 g /cm 5.05 s


8.183 103 g/cm 3 . s
3
0.99596 g /cm 4.8 s
8.78 x 10-3 g/cm.s

4.3.9 Menghitung viskositas () larutan NaCl pada tangki ber-baffle untuk


penentuan power consumption
Kecepatan putaran 200 rpm
Kecepatan putar impeller 200 rpm
NaCl

1.0163 g/cm3

aq

0.99596 g/cm3

t NaCl

4.4 s

lart Nacl t lart Nacl


NaCl

air t air

= 3.33 rps

air

1.0163 g/cm 4.4 s


8.183 103 g/cm3 . s
3
0.99596 g /cm 4.1 s
7.654 x 10-3 g/cm.s

Kecepatan putaran 250 rpm


Kecepatan putar impeller 250 rpm
NaCl

1.0186 g/cm3

aq

0.99596 g/cm3

t NaCl

8s

= 4.17 rps

31

lart Nacl t lart Nacl


NaCl

air t air

air

1.0186 g /cm3 8 s
8.183 103 g/cm 3 . s
3
0.99596 g /cm 4.8 s
13.948 x 10-3 g/cm.s

Kecepatan putaran 300 rpm


Kecepatan putar impeller 300 rpm
NaCl

1.0176 g/cm3

aq

0.99596 g/cm3

t NaCl

4.8 s

lart Nacl t lart Nacl


NaCl

air t air

= 5 rps

air

=
4.3.10

1.0176 g /cm 4.8 s


8.183 103 g/cm 3 . s
3
0.99596 g /cm 4.8 s
8.3607 x 10-3 g/cm.s
Menghitung Bilangan Reynolds (NRe) larutan NaCl pada tangki

tanpa baffle untuk waktu pengadukan sempurna


Kecepatan putaran 200
Kecepatan putar impeller 200 rpm
Da

6.4 cm

NaCl

0.9599 g/cm3

NaCl

13.63 x 10-3 g/cm.s

NRe

= 3.33 rps

n Da2 NaCl
NaC l

32

6.4 cm

2 0.9599 g /cm3
3.33 rps

9605.81

Kecepatan putaran 250


Kecepatan putar impeller 250 rpm
Da

6.4 cm

NaCl

1.0149 g/cm3

NaCl

12.33 x 10-3 g/cm.s

NRe

= 4.17 rps

n Da2 NaCl
NaC l

6.4 cm

2 1,0149 g /cm3
4.17 rps

14059.05

Kecepatan putaran 300


Kecepatan putar impeller 300 rpm
Da

6.4 cm

NaCl

1.0161 g/cm3

NaCl

8.78 x 10-3 g/cm.s

NRe

= 5 rps

n Da2 NaCl
NaC l

6 cm

2 1.0161 g /cm3
5 rps

33

23701.28

4.3.11 Menghitung Bilangan Reynolds (NRe) larutan NaCl pada tangki ber-baffle untuk
waktu pengadukan sempurna
Kecepatan putaran 200
Kecepatan putar impeller 200 rpm
Da

6.4 cm

NaCl

1.0163 g/cm3

NaCl

7.654 x 10-3 g/cm.s

NRe

= 3.33 rps

n Da2 NaCl
NaC l

6.4 cm

2 1.0163 g /cm3
3.33 rps

18110.09

Kecepatan putaran 250


Kecepatan putar impeller 250 rpm
Da

6.4 cm

NaCl

1.0186 g/cm3

NaCl

13.94 x 10-3 g/cm.s

NRe

= 4.17 rps

n Da2 NaCl
NaC l

34

6.4 cm

2 1.0186 g /cm 3
4.17 rps

12480.64

Kecepatan putaran 300


Kecepatan putar impeller 300 rpm
Da

6.4 cm

NaCl

1.0176 g/cm3

NaCl

8.36 x 10-3 g/cm.s

NRe

= 5 rps

n Da2 NaCl
NaC l

6.4 cm

2 1.0176 g /cm 3
5 rps

24928.76

4.3.12 Menghitung Bilangan Reynolds (NRe) larutan NaCl pada tangki tanpa baffle untuk
penentuan power consumption
Kecepatan putaran 200
Kecepatan putar impeller 200 rpm
Da

6.4 cm

NaCl

0.9599 g/cm3

NaCl

13.63 x 10-3 g/cm.s

NRe

= 3.33 rps

n Da2 NaCl
NaC l

35

6.4 cm

2 0.9599 g /cm3
3.33 rps

9605.81

Kecepatan putaran 250


Kecepatan putar impeller 250 rpm = 4.17 rps
Da

6.4 cm

NaCl

1.0149 g/cm3

NaCl

12.33 x 10-3 g/cm.s

NRe

n Da2 NaCl
NaC l

6.4 cm

2 1,0149 g /cm3
4.17 rps

14059.05

Kecepatan putaran 300


Kecepatan putar impeller 300 rpm
Da

6.4 cm

NaCl

1.0161 g/cm3

NaCl

8.78 x 10-3 g/cm.s

NRe

= 5 rps

n Da2 NaCl
NaC l

6 cm

2 1.0161 g /cm3
5 rps

36

=
4.3.13

23701.28
Menghitung Bilangan Reynolds (NRe) larutan NaCl pada tangki ber-

baffle untuk waktu pengadukan sempurna


Kecepatan putaran 200
Kecepatan putar impeller 200 rpm
Da

6.4 cm

NaCl

1.0163 g/cm3

NaCl

7.654 x 10-3 g/cm.s

NRe

= 3.33 rps

n Da2 NaCl
NaC l

6.4 cm

2 1.0163 g /cm3
3.33 rps

18110.09

Kecepatan putaran 250


Kecepatan putar impeller 250 rpm
Da

6.4 cm

NaCl

1.0186 g/cm3

NaCl

13.94 x 10-3 g/cm.s

NRe

= 4.17 rps

n Da2 NaCl
NaC l

6.4 cm

2 1.0186 g /cm 3
4.17 rps

12480.64

37

Kecepatan putaran 300


Kecepatan putar impeller 300 rpm
Da

6.4 cm

NaCl

1.0176 g/cm3

NaCl

8.36 x 10-3 g/cm.s

NRe

= 5 rps

n Da2 NaCl
NaC l

6.4 cm

2 1.0176 g /cm 3
5 rps

24928.76

4.3.14 Menghitung daya pengadukan pada tangki tanpa baffle


Kecepatan putaran 200 rpm
Kecepatan impeller 200 rpm

= 3.33 rps

Nre

9605.81

P0

Da

6.4 cm

NaCl

0.9599 g/cm3

gc

1 (untuk sistem SI atau cgs)

(dari fig. 477 Brown, 1950)

P0 n 3 D 5a NaCl
gc
2 (3.33 rps)3 (6.4 cm)5 0.9599 g/cm3

0.076 W

38

D
P t
Da

Zt

Da

Dt

Da

desired

Zt

Da

graph

Pr

Dt

20,8 cm

Zt

4.2 cm

Da

6.4 cm

4.35

(Brown, hal 507)

4.3

(Brown, hal 507)

0.076 W x 0.3376

= 0,0256 W

Dt

Da

Zt

Da

Pr

graph

graph

Kecepatan putaran 250 rpm


Kecepatan impeller 250 rpm

= 4.17 rps

Nre

14059.05

P0

Da

6.4 cm

NaCl

0.9599 g/cm3

gc

1 (untuk sistem SI atau cgs)

(dari fig. 477 Brown, 1950)

P0 n 3 D 5a NaCl
gc
3

2 (4.17 rps ) (6.4 cm) 1.0149 g / cm

0.1580 W

D
P t
Da
Pr

Dt

20,8 cm

Zt

4.2 cm

Da

6.4 cm

Zt

Da

desired

Dt

Da

Zt

Da

graph

39

Dt

Da

Zt

Da

graph

graph

Pr

4.35

(Brown, hal 507)

4.3

(Brown, hal 507)

0.1580 W x 0.3376

= 0.053 W

Kecepatan putaran 300 rpm


Kecepatan impeller 300 rpm

= 5 rps

Nre

23701.28

P0

Da

6.4 cm

NaCl

1,0161 g/cm3

gc

1 (untuk sistem SI atau cgs)

(dari fig. 477 Brown, 1950)

P0 n 3 D 5a NaCl
gc
2 (5 rps)3 (6.4 cm)5 1,0161 g /cm3

0.2727 W
D
P t
Da

Zt

Da

desired

Dt

Da

Zt

Da

graph

Pr

Dt

20,8 cm

Zt

4.2 cm

Da

6.4 cm

4.35

(Brown, hal 507)

4.3

(Brown, hal 507)

0,2727W x 0,3376

= 0,0920 W

Dt

Da

Zt

Da

Pr

graph

graph

40

4.3.15 Menghitung daya pengadukan pada tangki ber-baffle


Kecepatan putaran 200 rpm
Kecepatan impeller 200 rpm

= 3.33 rps

Nre

18110.09

P0

Da

6.4 cm

NaCl

1,0163 g/cm3

gc

1 (untuk sistem SI atau cgs)

(dari fig. 477 Brown, 1950)

P0 n 3 D 5a NaCl
gc
2 (3.33 rps)3 (6.4 cm)5 1,0163 g/cm3

0.0805 W
D
P t
Da

Zt

Da

desired

Dt

Da

Zt

Da

graph

Pr

Dt

20,8 cm

Zt

4.2 cm

Da

6.4 cm

4.35

(Brown, hal 507)

4.3

(Brown, hal 507)

0.0805 W x 0.3376

= 0.2720 W

Dt

Da

Zt

Da

Pr

graph

graph

Kecepatan putaran 250 rpm


Kecepatan impeller 250 rpm
Nre

= 4.17 rps

12480.64
41

P0

1.8

Da

6.4 cm

NaCl

1.0186 g/cm3

gc

1 (untuk sistem SI atau cgs)

(dari fig. 477 Brown, 1950)

P0 n 3 D 5a NaCl
gc
3

2 (4.17 rps ) (6.4 cm) 1,0186 g /cm

1
=

0.1427 W
D
P t
Da

Zt

Da

desired

Dt

Da

Zt

Da

graph

Pr

Dt

20,8 cm

Zt

4.2 cm

Da

6.4 cm

4.35

(Brown, hal 507)

4.3

(Brown, hal 507)

0.1427 W x 0.3376

= 0.0482 W

Dt

Da

Zt

Da

Pr

graph

graph

Kecepatan putaran 300 rpm


Kecepatan impeller 300 rpm

= 5 rps

Nre

24928.76

P0

Da

64 cm

NaCl

1,0176 g/cm3

gc

1 (untuk sistem SI atau cgs)

(dari fig. 477 Brown, 1950)

42

P0 n 3 D 5a NaCl
gc

2 (5 rps) (6.4 cm) 1,0176 g/cm


1

0.2731 W
D
P t
Da

Zt

Da

desired

Dt

Da

Zt

Da

graph

Pr

Dt

20,8 cm

Zt

4.2 cm

Da

6.4 cm

4.35

(Brown, hal 507)

4.3

(Brown, hal 507)

0.2731 W x 0.3376

= 0.0921 W

Dt

Da

Zt

Da

graph

graph

Pr

4.4 Grafik dan Tabel


Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Densitas NaCl untuk Tangki Tanpa baffle pada
Pengamatan Waktu Pengadukan Sempurna
Berat larutan NaCl

Vpiknometer

NaCl

4.17

(gram)
9.2598
9.7903

(cm3)
9.6457
9.6457

(g/cm3)
0.9599
1.0149

9.8013

9.6457

1.0161

n (rps)
3.33

43

Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Densitas NaCl untuk Tangki Ber-baffle pada
Pengamatan Waktu Pengadukan Sempurna
n (rps)
4,167
5
5,833

Berat larutan NaCl

Vpiknometer

NaCl

(gram)
9.8038

(cm3)
9.6457

(g/cm3)
1.0163

9.8258
9.8159

9.6457
9.6457

1.0186
1.0176

Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Densitas NaCl untuk Tangki Tanpa Baffle pada
Penentuan Power Consumption
Berat larutan NaCl

Vpiknometer

NaCl

4.17

(gram)
9.2598
9.7903

(cm3)
9.6457
9.6457

(g/cm3)
0.9599
1.0149

9.8013

9.6457

1.0161

n (rps)
3.33

Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Densitas NaCl untuk Tangki Ber-baffle pada
Penentuan Power Consumption
n (rps)
4,167
5
5,833

Berat larutan NaCl

Vpiknometer

NaCl

(gram)
9.8038

(cm3)
9.6457

(g/cm3)
1.0163

9.8258
9.8159

9.6457
9.6457

1.0186
1.0176

Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Viskositas NaCl untuk Tangki Tanpa Baffle pada
Pengamatan Waktu Pengadukan Sempurna

44

NaCl

aq

t NaCl

t aq

aq

NaCl

(rps)

(g/cm3)

(g/cm3)

(s)

(s)

(g/cm.s)

(g/cm.s)

3.33

0.9599

0.99596

8.3

4.8

8.183 x 10-3

13.63 x 10-3

4.17

1.0149

0.99596

7.1

4.8

8.183 x 10-3

12.33 x 10-3

1.0161

0.99596

5.05

4.8

8.183 x 10-3

8.78 x 10-3

Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Viskositas NaCl untuk Tangki Ber-baffle pada
Pengamatan Waktu Pengadukan Sempurna
N

NaCl

aq

t NaCl

t aq

aq

(rps)
3.33

(g/cm3)
1.0163

(g/cm3)
0.99596

(s)
4.4

(s)

(g/cm.s)

4.17

1.0186

0.99596

1.0176

0.99596

NaCl
(g/cm.s)

4.8

8.183 x 10

-3

7.654 x 10-3

8.0

4.8

8.183 x 10-3

13.94 x 10-3

4.8

4.8

8.183 x 10-3

8.36 x 10-3

Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Viskositas NaCl untuk Tangki Tanpa Baffle pada
Penentuan Power Consumption
N

NaCl

aq

t NaCl

t aq

aq

NaCl

(rps)

(g/cm3)

(g/cm3)

(s)

(s)

(g/cm.s)

(g/cm.s)

3.33

0.9599

0.99596

8.3

4.8

8.183 x 10-3

13.63 x 10-3

4.17

1.0149

0.99596

7.1

4.8

8.183 x 10-3

12.33 x 10-3

1.0161

0.99596

5.05

4.8

8.183 x 10-3

8.78 x 10-3

Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Viskositas NaCl untuk Tangki Ber-baffle pada
Penentuan Power Consumption
N

NaCl

aq

t NaCl

t aq

aq

(rps)
3.33

(g/cm3)
1.0163

(g/cm3)
0.99596

(s)
4.4

(s)

(g/cm.s)

4.17

1.0186

0.99596

1.0176

0.99596

NaCl
(g/cm.s)

4.8

8.183 x 10

-3

7.654 x 10-3

8.0

4.8

8.183 x 10-3

13.94 x 10-3

4.8

4.8

8.183 x 10-3

8.36 x 10-3

Tabel 4.12 Hasil Perhitungan Bilangan Reynolds NaCl untuk Tangki Tanpa Baffle
pada Pengamatan Waktu Pengadukan Sempurna

45

Da

NaCl

NaCl

(rps)
3.33

(cm)
6.4

(g/cm3)
0.9599

(g/cm.s)
13.63 x 10-3

9605.81

4.17

6.4

1.0149

12.33 x 10-3

14059.05

6.4

1.0161

8.78 x 10-3

23701.28

NRe

Tabel 4.13 Hasil Perhitungan Bilangan Reynolds NaCl untuk Tangki Ber-baffle
pada Pengamatan Waktu Pengadukan Sempurna
n

Da

NaCl

NaCl

(rps)
3.33

(cm)
6.4

(g/cm3)
1.0163

(g/cm.s)
7.694 x 10-3

18110.09

4.17

6.4

1.0186

13.94 x 10-3

12480.64

6.4

1.0176

8.36 x 10-3

24928.76

NRe

Tabel 4.14 Hasil Perhitungan Bilangan Reynolds NaCl untuk Tangki Tanpa Baffle
pada Penentuan Power Consumption
n

Da

NaCl

NaCl

(rps)
3.33

(cm)
6.4

(g/cm3)
0.9599

(g/cm.s)
13.63 x 10-3

9605.81

4.17

6.4

1.0149

12.33 x 10-3

14059.05

6.4

1.0161

8.78 x 10-3

23701.28

NRe

Tabel 4.15 Hasil Perhitungan Bilangan Reynolds NaCl untuk Tangki Ber-baffle
pada Penentuan Power Consumption
n

Da

NaCl

NaCl

(rps)
3.33

(cm)
6.4

(g/cm3)
1.0163

(g/cm.s)
7.694 x 10-3

18110.09

4.17

6.4

1.0186

13.94 x 10-3

12480.64

NRe

46

6.4

8.36 x 10-3

1.0176

24928.76

Tabel 4.16 Hasil Perhitungan Daya Pengadukan untuk Tangki Tanpa Baffle
n
(rps)
3.33
4.17
5

Da
P0
2
2
2

NRe

(cm

9605.81
14059.05
23701.28

)
6.4
6.4
6.4

NaCl

Pr

(g/cm3)

(W)

(W)

0.9599
1.0149
1.0161

0.076
0.0158
0.2727

0.0256
0.053
0.0920

Tabel 4.17 Hasil Perhitungan Daya Pengadukan untuk Tangki ber-Baffle


n

Da

NaCl

18110.09

(cm)
6.4

(g/cm3)
1.0163

(W)
0.0805

(W)
0.2720

1.8

12480.64

6.4

1.0186

0.1427

0.6482

24928.76

6.4

1.0176

0.2731

0.0921

P0

NRe

4.17
5

(rps)
3.33

Pr

Tabel 4.18 Hubungan antara tT dengan NRe pada Tangki Tanpa Baffle
Waktu pengadukan sempurna (tT),
sekon

NRe

219

9605.81

82

14059.05

56

23701.28

47

250
200

219

150
Waktu Pengadukan Sempurna (tT), s

100

82

56

50
0
5000 10000 15000 20000 25000
Bilangan Reynold (Nre)

Grafik 4.1 Hubungan antara Waktu Pengadukan Sempurna (tT) dengan Bilangan
Reynolds (NRe) pada Tangki Tanpa Baffle

Tabel 4.19 Hubungan antara tT dengan NRe pada Tangki Ber-baffle


Waktu pengadukan sempurna
(tT), sekon

NRe

397.9

18110.09

162

12480.64

115

24928.76

48

450
397.9
400
350
300
Waktu Pengadukan Sempurna 250
(tT), s
200
115
150 162
100
50
0
10000 15000 20000 25000 30000
Bilangan Reynold (Nre)

Grafik 4.2 Hubungan antara Waktu Pengadukan Sempurna (tT) dengan Bilangan
Reynolds (NRe) pada Tangki Ber-baffle

Tabel 4.20 Hubungan antara Pr dengan NRe pada Tangki Tanpa Baffle
NRe

Pr ( W )

9605.81

0.0256

14059.05

0.0530

23701.28

0.0920

49

0.1

0.09

0.08
0.06
Daya Pengadukan (Pr), Watt

0.05

0.04
0.02
0
5000

0.03

10000 15000 20000 25000


Bilangan Reynold (Nre)

Grafik 4.3 Hubungan antara Daya Pengadukan (Pr) dengan Bilangan Reynolds
(NRe) pada Tangki Tanpa Baffle

Tabel 4.21 Hubungan antara Pr dengan NRe pada Tangki Ber-baffle


NRe

Pr ( W )

18110.09

0.02720

12480.64

0.0482

24928.76

0.0921

50

0.1

0.09

0.08
0.06
Daya Pengadukan (Pr), Watt

0.05

0.04
0.02

0
10000

0.03

15000

20000

25000

30000

Bilangan Reynold (NRe)

Grafik 4.4 Hubungan antara Daya Pengadukan (Pr) dengan Bilangan Reynolds
(NRe) pada Tangki Ber-baffle

4.4 Pembahasan
Percobaan yang kami lakukan berjudul mixing. Pencampuran (mixing) sendiri
merupakan suatu operasi yang dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi
ketidaksamaan komposisi, suhu atau sifat lain yang terdapat dalam suatu bahan. Pada
percobaan ini, yang kami lakukan yakni memutar batang pengaduk untuk menggerakan
bahan yang diaduk seperti molekul-molekul, zat-zat yang bergerak atau komponennya
51

menyebar (terdispersi). Tujuan dari operasi pengadukan sendiri adalah terjadinya


pencampuran (mixing). Pencampuran dapat terjadi karena adanya pergerakan dari
bahan-bahan yang diaduk. Oleh karenanya, agar bahan tersebut dapat bergerak
diperlukan suatu pengadukan dimana pengadukan tersebut akan memberikan suatu
gerakan tertentu pada suatu bahan di dalam bejana. Pemilihan pengaduk sangat
ditentukan oleh jenis pencampuran yang diinginkan serta keadaan bahan yang akan
dicampur.
Adapun prinsip kerja percobaan pengadukan adalah berdasarkan pada peningkatan
pengacakan dan distribusi dua atau lebih komponen yang mempunyai sifat yang
berbeda. Pada percobaan mixing ini kami menentukan waktu pengadukan sempurna dan
menghitung power consumption.Untuk melakukan percobaan pengadukan yang pertama
kali dilakukan adalah pengukuran rangkaian alat tangki berpengaduk. Langkah pertama
disiapkan rangkaian alat tangki berpengaduk serta penggarisKemudian diukur diameter
tangki pengadukan (Dt), diameter pengaduk (Da), tinggi permukaan larutan (H), jarak
pengaduk dari dasar tangki (Zi) dan lebar baffle. Setelah itu, dicatat hasil pengukuran.
Selanjutnya menentukan waktu pengadukan sempurna, pada langkah awal diisi tangki
pengadukan dengan air setinggi diameter tangki. Kemudian ditimbang NaCl seberat 100
gr, dan dinyalakan motor pengaduk yang telah terpasang dengan tangki yang berisi air
dengan kecepatan 200 rpm. Setelah itu, dimasukkan NaCl ke dalam tangki pengadukan
bersamaan dengan dinyalakannya stopwatch. Tahap selanjutnya dihitung waktu yang
diperlukan untuk NaCl agar larut sempurna dengan menggunakan stopwatch. Lakukan
perhitungan berat, massa jenis dan viskositas larutan sebelum dan sesudah pengadukan.
Ulangi percobaan yang sama dengan variasi kecepatan putar pengaduk yang berbeda
yaitu 250 dan 300 rpm. Terakhir, diulangi percobaan yang sama dengan tangki berbaffle.
Terakhir adalah prosedur kerja untuk menentukan power consumption, untuk langkah
pertama diisi tangki pengadukan dengan air setinggi diameter tangki.Selanjutnya,
ditimbang NaCl seberat 100 gr. Kemudian dinyalakan motor pengaduk yang telah
terpasang dengan tangki yang berisi air dengan kecepatan 200 rpm. Setelah itu,
52

dimasukkan NaCl ke dalam tangki pengadukan bersamaan dengan dinyalakannya


stopwatch dan dilakukan pengadukan selama 1 menit.Diamati ada atau tidaknya vortex
pada saat pengadukan. Berikutnya, dilakukan percobaan yang sama dengan variasi
kecepatan putar pengaduk yang berbeda yaitu 250 dan 300 rpm, kemudian diulangi
percobaan dengan tangki ber-baffle.
Perhitungan yang dilakukan pada percobaan ini antara lain, menghitung densitas NaCl,
viskositas NaCl, dan bilangan Reynolds, baik menngunakan baffle atau tanpa baffle
pada pengamatan waktu pengadukan sempurna dan penentuan power consumption.
Serta juga mengitung daya pengadukan pada tangki ber-baffle dan tanpa baffle.
Pada percobaan pengamatan waktu pengadukan sempurna dan penentuan power
consumption baik tanpa baffle atau menggunakan baffle, kecepatan pengaduk disetel
pada kecepatan 200, 250, dan 300 rpm. Untuk perhitungan densitas NaCl dalam
pengamatan waktu pengadukan sempurna tanpa menggunakan baffle pada kecepatan
200 rpm atau 3.33 rps, diperoleh hasil 0.9599 g/cm3. Pada kecepatan 250 rpm atau 4.17
rps diperoleh densitas NaCl yaitu 1.0149 g/cm3. Sedangkan untuk kecepatan 300 rpm
atau 5rps hasil perhitungan densitas NaCl adalah 1.0161 g/cm3. Dalam perhitungan
densitas NaCl untuk pengamatan penentuan power consumption tanpa menggunakan
baffle data-data perhitungannya sama dengan perhitungan densitas NaCl dalam
pengamatan waktu pengadukan sempurna tanpa menggunakan baffle pada kecepatan
200, 250, dan 300 rpm. Pada saat proses pengadukan tangki tanpa baffle terbentuk
vortex, vortex ini sangat merugikan karena menghambat proses pencampuran.
Selanjutnya, untuk perhitungan densitas NaCl dalam pengamatan waktu pengadukan
sempurna dengan menggunakan baffle pada kecepatan 200 rpm atau 3.33 rps, diperoleh
hasil 1.0163 g/cm3. Pada kecepatan 250 rpm atau 4.17 rps diperoleh densitas NaCl yaitu
1.0186 g/cm3. Sedangkan untuk kecepatan 300 rpm atau 5rps hasil perhitungan densitas
NaCl adalah 1.0176 g/cm3. Dalam perhitungan densitas NaCl untuk pengamatan
penentuan power consumption dengan menggunakan baffle data-data perhitungannya
sama dengan perhitungan densitas NaCl dalam pengamatan waktu pengadukan
sempurna menggunakan baffle pada kecepatan 200, 250, dan 300 rpm. Pada saat proses
53

pengadukan tangki dengan menggunakan baffle tidak dijumpai vortex atau vortex
tersebut menghilang.
Kemudian, untuk perhitungan viskositas NaCl dalam pengamatan waktu pengadukan
sempurna tanpa menggunakan baffle pada kecepatan 200 rpm atau 3.33 rps, diperoleh
hasil 13.63 x10-3 g/cm.s. Pada kecepatan 250 rpm atau 4.17 rps diperoleh viskositas
NaCl yaitu 12.33 x10-3 g/cm.s. Sedangkan untuk kecepatan 300 rpm atau 5 rps hasil
perhitungan viskositas NaCl adalah 8.78 x10-3 g/cm.s. Dalam perhitungan viskositas
NaCl untuk pengamatan penentuan power consumption tanpa menggunakan baffle datadata perhitungannya sama dengan perhitungan viskositas NaCl dalam pengamatan
waktu pengadukan sempurna tanpa menggunakan baffle pada kecepatan 200, 250, dan
300 rpm.
Untuk perhitungan viskositas NaCl dalam pengamatan waktu pengadukan sempurna
dengan menggunakan baffle pada kecepatan 200 rpm atau 3.33 rps, diperoleh hasil
7.6543 x10-3 g/cm.s. Pada kecepatan 250 rpm atau 4.17 rps diperoleh viskositas NaCl
yaitu 13.94 x10-3

g/cm.s. Sedangkan untuk kecepatan 300 rpm atau 5 rps hasil

perhitungan viskositas NaCl adalah 8.36 x10-3 g/cm.s. Dalam perhitungan viskositas
NaCl untuk pengamatan penentuan power consumption dengan menggunakan baffle
data-data perhitungannya sama dengan perhitungan viskositas NaCl dalam pengamatan
waktu pengadukan sempurna dengan menggunakan baffle pada kecepatan 200, 250, dan
300 rpm.
Berikutnya, untuk perhitungan bilangan Reynolds NaCl dalam pengamatan waktu
pengadukan sempurna tanpa menggunakan baffle pada kecepatan 200 rpm atau 3.33 rps,
diperoleh hasil 9605.81. Pada kecepatan 250 rpm atau 4.17 rps diperoleh bilangan
Reynolds NaCl yaitu 14059.05. Sedangkan untuk kecepatan 300 rpm atau 5 rps hasil
perhitungan bilangan Reynolds NaCl adalah 23701.28. Dalam perhitungan bilangan
Reynolds NaCl untuk pengamatan penentuan power consumption tanpa menggunakan
baffle data-data perhitungannya sama dengan perhitungan bilangan Reynolds NaCl
dalam pengamatan waktu pengadukan sempurna tanpa menggunakan baffle pada
kecepatan 200, 250, dan 300 rpm.
54

Untuk perhitungan bilangan Reynolds NaCl dalam pengamatan waktu pengadukan


sempurna dengan menggunakan baffle pada kecepatan 200 rpm atau 3.33 rps, diperoleh
hasil 18110.09 Pada kecepatan 250 rpm atau 4.17 rps diperoleh bilangan Reynolds NaCl
yaitu 12480.64. Sedangkan untuk kecepatan 300 rpm atau 5rps hasil perhitungan
bilangan Reynolds NaCl adalah 24928.76. Dalam perhitungan bilangan Reynolds NaCl
untuk pengamatan penentuan power consumption dengan menggunakan baffle data-data
perhitungannya sama dengan perhitungan bilangan Reynolds NaCl dalam pengamatan
waktu pengadukan sempurna dengan menggunakan baffle pada kecepatan 200, 250, dan
300 rpm.
Kemudian untuk perhitungan daya pengadukan (Pr) tangki tanpa baffle pada kecepatan
3.33 rps adalah 0.0256 W, untuk kecepatan 4.17 rps adalah 0.053 W, dan pada
kecepatan 5 rps diperoleh daya pengadukan 0.0920 W. Sedangkan untuk perhitungan
daya pengadukan (Pr) tangki ber-baffle pada kecepatan 3.33 rps adalah 0.2720 W, pada
kecepatan 4.17 rps adalah 0.0482 W, dan untuk kecepatan 5 rps diperoleh daya
pengadukan sebesar 0.0921 W.
Dari data bilangan Reynolds dengan waktu pengadukan sempurna dapat dibuat grafik,
dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa hubungan antara waktu pengadukan
sempurna dengan bilangan Reynolds berbanding terbalik, dimana semakin besar/tinggi
bilangan Reynolds maka semakin cepat waktu pengadukan sempurnanya. Sedangkan
dari data bilangan Reynolds dengan daya pengadukan dari grafik yang dibuat dapat
disimpulkan bahwa hubungan antara daya pengadukan dengan bilangan Reynolds
berbanding lurus, sehingga semakin besar bilangan Reynolds akan semakin besar pula
daya pengadukannya.
Beberapa faktor kesalahan pada percobaan ini seperti alat belum dikalibrasi. Dan tidak
akuratan dalam menimbang padatan NaCl Dan ketiakakuratan pengamatan pada saat
menghitung waktu viskometer. Penggunaan stopwatch yang tidak akurat pada saat
pengadukan larutan NaCl.

55

BAB V
PENUTUP

56

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa:
a.

Pada tangki ber-baffle dengan kecepatan 200 rpm di dapatkan densitas NaCl
sebesar 1.0163 g/cm3 , sedagkan pada kecepatan 250 rpm didapatkan densitas
NaCl sebesar 1.0186 g/cm3 dan pada kecepatan 300 rpm didapatkan densitas NaCl
sebesar 1.0176 g/cm3. Sedangkan, pada tangki tanpa baffle dengan kecepatan 200
rpm di dapatkan densitas NaCl sebesar 0.9599 g/cm 3 , sedangkan pada kecepatan
250 rpm didapatkan densitas NaCl sebesar 1.0149 g/cm 3 dan pada kecepatan 300
rpm didapatkan densitas NaCl sebesar 1.0161 g/cm3

b.

Perbandingan waktu pengadukan sempurna dengan kecepatan 200 rpm dengan


menggunakan tangki ber-baffle adalah 397.9 s sedangkan jika menggunakan
tangki tak ber-baffle waktu yang dibutuhkan untuk pengadukan sempurna adalah
219 s.Perbandingan waktu pengadukan sempurna dengan kecepatan 250 rpm
dengan menggunakan tangki ber-baffle adalah 162 s sedangkan jika menggunakan
tangki tak ber-baffle waktu yang dibutuhkan untuk pengadukan sempurna adalah
82 s. Perbandingan waktu pengadukan sempurna dengan kecepatan 300 rpm
dengan menggunakan tangki ber-baffle adalah 115 s sedangkan jika menggunakan
tangki tak ber-baffle waktu yang dibutuhkan untuk pengadukan sempurna adalah
56 s. Dalam percobaan ini membuktikan bahwa tangki tanpabaffle memerlukan
waktu yang lebih cepat daripada tangki ber-baffle.

c. Pada tangki tanpa ber-bafflepada kecepatan putar 200rpm didapatkan P sebesar


0.0805 W, pada kecepatan putar 250 rpm didapatkan P sebesar 0.1427 W dan
pada kecepatan 350 rpm didapatkan P sebesar 0.2731 W.Sedangkan pada tangki
tanpa baffle pada kecepatan putar 200 rpm didapatkan P sebesar 0.076 W, pada
kecepatan putar 250 rpm didapatkan P sebesar 0.0158 W dan pada kecepatan 350
rpm didapatkan P sebesar 0.2727 W.

5.2 Saran
Sebaiknya pada praktikum selanjutnya digunakan bahan yang bervariasi seperti
mengganti NaCl dengan gula sehingga viskositas dan densitas yang didapatkan akan
57

bervariasi pula. Selain itu pada praktikum selanjutnya dapat digunakan jenis impeller
yang lain seperti turbin sehingga diperoleh waktu pencampuran yang lebih bervariasi.

DAFTAR PUSTAKA

58

Achmad, R. 2004. Kimia Lingkungan Edisi 1. Yogyakarta: Andi Offset.


Brown, G. 1978. Unit Operations. New York: John Wiley and sons, Inc.
Geankoplis, C. J. 2003. Transport Process and Separation Process Principles 4th
Edition. New Jersey: Prentice Hall.
Munson, Bruce, dkk. 2005. Mekanika Fluida Edisi 4. Jakarta: Erlangga.
Perry, R. H, dkk. 1984. Perrys Chemical Engineers Handbook 6th Edition. Japan:
McGraw-Hill.

59

Anda mungkin juga menyukai