Anda di halaman 1dari 19

Laporan Akhir Praktikum Operasi Teknik Kimia

1 MIXING

Dosen Pengampu:
Sandra Santoso B.tech., M.Pd.

Disusun Oleh:
Mufatin Nunikmah (2241420027)

M. Faheda I. A. (2241420046)

Resty Chintya W. A. (2241420070)

18 September 2023

TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI


JURUSAN TEKNIK KIMIA POLITEKNIK NEGERI MALANG
TAHUN 2023
A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Dapat menentukan pola pencampuran
2. Dapat menghitung kebutuhan daya
3. Dapat mengetahui berapa lama waktu pencampuran
4. Dapat memahami tentang bilangan Reynold, bilangan Power dan bilangan Froud dari
fluida yang bercampur

B. DASAR TEORI
Mixing adalah proses penggabungan dua atau lebih bahan atau komponen yang
berbeda untuk menciptakan campuran homogen atau campuran yang merata. Proses ini
sering dilakukan dengan tujuan mencapai distribusi yang seragam dari bahan-bahan yang
dicampur. Mixing dapat diterapkan pada berbagai jenis bahan, termasuk bahan padat,
cairan, atau gas, dan digunakan dalam berbagai aplikasi, mulai dari industri kimia,
farmasi, makanan, hingga manufaktur.

Gambar 1. Alat Mixing (Tangki berpengaduk/reactor)

Tujuan utama dari mixing adalah menciptakan campuran yang memiliki


komposisi dan sifat yang seragam di seluruh volume campuran. Ini penting dalam
berbagai bidang seperti produksi makanan untuk memastikan kualitas produk yang
seragam, dalam industri farmasi untuk mencapai obat-obatan yang konsisten, dan dalam
proses kimia untuk mencapai reaksi kimia yang diinginkan.
Proses pencampuran cairan didasarkan pada prinsip-prinsip dasar seperti agitasi,
dispersi, dan difusi. Agitasi melibatkan penggunaan peralatan seperti pengaduk atau
mixer untuk menggerakkan cairan dan mencampurkannya secara fisik. Dispersi berfokus
pada penghancuran partikel-partikel besar atau penggabungan bahan-bahan yang tidak
larut menjadi partikel-partikel yang lebih kecil. Difusi melibatkan perpindahan zat-zat
dari daerah berkonsentrasi tinggi ke daerah berkonsentrasi rendah untuk mencapai
keseragaman komposisi. Efisiensi proses pencampuran cairan dipengaruhi oleh beberapa
faktor, termasuk viskositas cairan, kecepatan pengadukan, suhu, dan tekanan. Selain itu,
karakteristik kimia cairan seperti kelarutan, reaktivitas, dan sifat-sifat permukaan juga
memainkan peran penting dalam pencampuran yang efektif.
Terdapat berbagai metode pencampuran cairan, termasuk pencampuran dengan
pengaduk mekanis, pencampuran dengan pompa, pencampuran dengan difusi, dan
pencampuran dengan pengadukan ultrasonik. Pemilihan metode tergantung pada sifat
cairan yang dicampur dan tujuan pencampuran.

Bilangan Tak Berdimensi


1. Bilangan Reynold (NRe)
Bilangan Reynolds digunakan untuk menggambarkan jenis aliran dalam
proses pencampuran cairan. Ini didefinisikan sebagai rasio gaya inersia
terhadap gaya viskositas. Nilai Re yang tinggi menunjukkan aliran turbulen,
sedangkan nilai Re yang rendah menunjukkan aliran laminar. Ini
mempengaruhi bagaimana cairan dicampur.
Rumus :

Da×n×ρ
NRe = 𝜇

Aliran Fluida

- Aliran laminar (𝑁𝑅𝑒 < 2000 )

- Aliran transisi (2000 < 𝑁𝑅𝑒 < 4000)

- Aliran turbulen (4000 < 𝑁𝑅𝑒 )

2. Bilangan Fourde (NFr)


Bilangan Froude digunakan dalam proses pencampuran cairan di aliran
terbuka, seperti sungai atau saluran. Ini menggambarkan perbandingan antara
gaya inersia terhadap gaya gravitasi. Ini membantu dalam memahami
karakteristik gelombang dan aliran.
Rumus :
NFr 2
Da ×
= n gc

NFr < 1 aliran subkritis


NFr =1 aliran kritis
NFr >1 aliran subperkritis

3. Bilangan Power (Np)


Bilangan power (power number) adalah salah satu bilangan tak berdimensi
yang digunakan dalam ilmu fluida dan pemindahan panas untuk
menggambarkan karakteristik pengadukan (mixing) atau peralatan pengaduk
dalam suatu sistem. Bilangan power mengukur sejauh mana energi yang
disuplai oleh pengadukan memengaruhi perilaku aliran cairan dalam tangki
atau reaktor.
Rumus : P
Np =
𝐷𝑎2 × 𝑛3 × 𝜌

Jenis-Jenis Pencampuran
1. Pencampuran Padat-Padat
Pencampuran dua atau lebih dari bahan padat banyak dijumpai yang akan
menghasilkan produk komersial industri kimia. Contohnya Pencampuran
bahan pewarna dengan bahan pewarna lainnya atau dengan bahan penolong
untuk menghasilkan nuansa warna tertentu atau warna yang cemerlang. Alat
yang digunakan untuk pencampuran bahan padat dengan padat dapat berupa
bejana-bejana yang berputar, atau bejana-bejana berkedudukan tetap tapi
mempunyai perlengkapan pencampur yang berputar, ataupun pneumatik.

2. Pencampuran Cair-Gas
Untuk proses kimia dan fisika tertentu gas harus dimasukkan ke dalam
cairan, artinya cairan dicampur secara sempurna dengan bahan-bahan
berbentuk gas. Contohnya Proses hidrogenasi, khorinasi dan fosfogensi,
Oksidasi cairan oleh udara (fermentasi, memasukkan udara kedalam lumpur
dalam instalasi penjernih biologis).

3. Pencampuran Padat-Cair
Pada persiapan atau pelaksaan proses kimia dan fisika serta juga pada
pembuatan produk akhir komersial, seringkali cairan harus dicampur dengan
bahan padat. Pencampuran cairan dengan padatan akan menghasilkan
suspensi. Tetapi bila kelarutan padatan dalam cairan tersebut cukup besar
akan terbentuk larutan. Pelarutan adalah suatu proses mencampurkan bahan
padat kedalam cairan.
4. Pencampuran Cair-Cair
Beberapa contoh pencampuran cair-cair adalah pada pembuatan sirop, obat
tetes dan larutan injeksi. Metode yang paling sering digunakan untuk
mencampur cairan dengan cairan ialah dengan metode turbulensi didalam
bejana pengaduk atau dalam suatu pencampur getar.

5. Pencampuran Gas – Padat


Pencampuran gas dengan bahan padat termasuk proses yang jarang
dilakukan. Proses tersebut digunakan misalnya pada pengangkutan puing
secara pneumatic, pada pembakaran serbuk pemadam api.

6. Pencampuran Gas – gas


Pencampuran gas dengan gas lain terutama dilakukan pada pembuatan
campuran bahan bakar yang berbentuk gas dalam alat pembakar dengan gas
(misalnya campuran bahan bakar – udara).

7. Pencampuran Padat – Gas


Pencampuran bahan padat dengan gas terjadi misalnya pada proses
pengeringan, pemanggangan ataupun pembakaran bahan-bahan padat.

Pencampuran baik dapat di peroleh apabila di perhatikan bentuk dan


dimensi pengaduk yang digunakannya karena akan mempengaruhi keefektifan
proses pencampuran, serta daya yang diperlukan. Zat cair biasanya diaduk di
dalam suatu tangki atau bejana biasanya yang berbentuk silinder dengan
sumbu terpasang vertikal. Bagian atas bejana itu mungkin terbuka saja ke
udara atau dapat pula tertutup. Ukuran dan proporsi tangki itu bermacam-
macam, bergantung pada masalah pengadukan itu sendiri.
Didalam tangki itu dipasang impeller pada ujung poros menggantung,
artinya poros itu ditumpuh dari atas. Poros itu digerakkan oleh motor, yang
terkadang dihubungkan langsung dengan poros itu, namun biasanya
dihubungkan melalui peti roda gigi untuk menurunkan kecepatannya. Tangki itu
biasanya diperlengkapi pula dengan lubang masuk dan lubang keluar, kumparan
kalor, mantel, dan sumur untuk menempatkan termometer atau peranti
pengukuran suhu lainnya. Impeller itu akan membangkitkan pola aliran dalam
yang menyebabkan zat cair bersirkulasi di dalam bejana untuk akhirnya kembali
ke impeller.
Alat pengaduk dapat dibuat dari berbagai bahan yang sesuai dengan
bejana pengaduknya, misalnya dari baja, baja tahan karat, baja berlapis
email, baja berlapis karet. Suatu alat pengaduk diusahakan menghasilkan
pengadukan yang sebaik mungkin dengan pemakaian daya yang sekecil mungkin.
Ini berarti seluruh isi bejana pengaduk sedapat mungkin digerakkan secara
merata, biasanya secara turbulen.
Pengaduk
Pengaduk memiliki 3 macam jenisnya, yaitu
1. Padel
Untuk tugas yang sederhana agitator yang terdiri dari satu dayung datar
berputar pada poros vertikal merupakan pengaduk yang cukup efektif. Kadang-
kadang daunnya dibuat miring tapi biasanya vertikal saja. Dayung ini berputar
ditengah bejana dengan kecepatan rendah sampai sedang dan mendorong zat cair
secara radial dan tangensial, hampir tanpa adanya gerakan vertikal pada impeller,
kecuali bila daunnya agak miring.

2. Propeller
Merupakan impeller aliran aksial berkecepatan tinggi untuk zat cair
berviskositas rendah. Propeller kecil biasanya berputar pada kecepatan motor
penuh. Arus yang meninggalkan propeller mengalir melalu zat menurut arah
tertentu dan sampai di belokkan oleh lantai dinding bejana. Propeller biasanya
digunakan bila kita menghendaki adanya arus yang kuat, umpamanya kita
hendak menjaga agar partikel-partikel zat padat yang berada dalam suspensi.

3. Turbin
Kebanyakan turbin menyerupai agitator berdaun banyak dengan daun-
daun yang agak pendek dan berputar pada kecepatan tinggi pada suatu poros
yang dipasang pada pusat bejana. Daun-daun boleh lurus dan boleh juga
lengkung, sudut vertikal. Impellernya mungkin terbuka, setengah terbuka atau
terselubung. Diameter impellernya biasanya lebih kecil dari diameter dayung
yaitu berkisar antara 30 sampai 50 persen dari diameter bejana. Turbin biasanya
efektif untuk jangkauan viskositas cukup luas. Pada cairan berviskositas rendah
turbin itu menimbulkan arus yang sangat deras yang berlangsung pada
keseluruhan bejana. (McCabe, Operasi Teknik Kimia jilid 1. Erlangga, Jakarta.
1991).
C. ALAT DAN BAHAN

Alat Bahan
Tachometer Asam Sitrat
Konduktometer Soda Kue
Timbangan Digital Air
Beaker glass 200 ml
Stopwatch
Alat Mixing
Spatula

D. PROSEDUR
1. Hubungkan peratalan tangki berpengaduk ke sumber listrik dan secara otomatis
peralatan akan beroperasi.
2. Atur kecepatan putar pengaduk pada skala kecepatan putar tertentu dan pastikan
kecepatan putarnya dengan menggunakan alat tachometer dan segera matikan
peralatan tangki berpengaduk.
3. Masukkan air sejumlah 15 liter dan bahan yang sesuai dengan variabel yang diberikan
oleh dosen pembimbing.
4. Tambahkan 15 gram Asam sitrat/Soda kue ke dalam tangki berpengaduk
5. Hidupkan konduktometer dan pastikan siap digunakan untuk mengukur konduktifitas
larutan dalam tangki berpengaduk selama proses pencampuran.
6. Hubungkan lagi tangki berpengaduk ke sumber listrik dan segera hitung waktu
pencampuran dengan stopwatch dan berhenti jika telah homogen.
7. Catat nilai konduktifitas larutan selama proses pencampuran dengan interval waktu
pengamatan 10 detik hingga pencampuran selesai. (padatan terdistribusi sempurna
dilarutan yang ditunjukkan dengan nilai konduktifitas larutan yang tetap).
8. Ukur tegangan dan kuat arus masing-masing kabel menggunakan tachometer dan
catat angkanya.
9. Ulangi percobaan untuk perubahan nilai kecepatan putar pengaduk yang berbeda.
E. DATA PENGAMATAN
 Data Percobaan 1
1. Massa asam sitrat = 15 g
2. Massa soda kue = 15 g
3. Kecepatan putaran = 204,11 rpm
4. Kuat arus
Warna kabel Asam sitrat Soda kue
Kabel merah 0,43 A 0,13 A
Kabel biru 0,13 A 0,24 A
Kabel hitam 0,29 A 0,45 A
Rata - Rata 0,283 A 0,273 A

5. Tegangan
Warna kabel Asam sitrat Soda kue
Kabel merah 0,18 V 0,08 V
Kabel biru 0,09 V 0,11 V
Kabel hitam 0,16 V 0,14 V
Rata - Rata 0,143 V 0,11 V

6. Konduktivitas
t
Asam sitrat Soda kue
(detik)
0 62,1 67,8
10 60,0 69,9
20 59,8 73,8
30 76,3
40 81,2
50 84,2
60 86,0
70 90,4
80 92,4
90 95,6
100 97,7
110 100,5
120 102,6
130 103,9
140 105,1
150 105,6

7. Lama Homogen
- Asam sitrat = 18 detik
- Soda kue = 149 detik
-
 Data Percobaan 2
1. Massa asam sitrat = 15 g
2. Massa soda kue = 15 g
3. Kecepatan putaran = 212,15 rpm
4. Kuat arus
Warna kabel Asam sitrat Soda kue
Kabel merah 0,38 A 0,13 A
Kabel biru 0,57 A 0,47 A
Kabel hitam 0,36 A 0,31 A
Rata - Rata 0,437 A 0,303 A

5. Tegangan
Warna kabel Asam sitrat Soda kue
Kabel merah 0,11 V 0,16 V
Kabel biru 0,14 V 0,13 V
Kabel hitam 0,20 V 0,17 V
Rata - Rata 0,15 V 0,153 V

6. Konduktivitas
t
Asam sitrat Soda kue
(detik)
0 130,4 150,7
10 135,7 159,8
20 138,7 174,5
30 137,4 188,6
40 138,2 193,5
50 138,6 207
60 138,8 210
70 139,1 215
80 139, 4 217
90 222
100 217
110 221

7. Lama Homogen
- Asam sitrat = 78 detik
- Soda kue = 109 detik
F. DATA PERHITUNGAN
1. Perhitungan Daya/ Power
Percobaan 1
 Asam sitrat
I = 0,283 A
V = 0,143 V
P =I×V
= 0,283 A × 0,143 V
= 0,042 W
 Soda kue
I = 0,273 A
V = 0,11 V
P =I×V
= 0,273 A × 0,11 V
= 0,03 W
Percobaan 2
 Asam sitrat
I = 0,437 A
V = 0,15 V
P =I×V
= 0,437 A × 0,15 V
= 0,066 W
 Soda kue
I = 0,303 A
V = 0,153 V
P =I×V
= 0,303 A × 0,153 V
= 0,046 W
2. Perhitungan Bilangan Reynold (NRe)
Percobaan 1
Da = 12 cm
n = 204,11 rpm
= 128,18 cm/s
𝜌 = 1 g/cm3
𝜇 = 1,0019 cP
= 1,0019 g/cm.s
Da×n×ρ
NRe = 𝜇
12 cm ×128,18 𝑐𝑚/𝑠 ×1 𝑔/𝑐𝑚3
= 1,0019 cP
= 1535,243 (Laminer)
Percobaan 2
Da = 12 cm
n = 212,15 rpm
= 133,23 cm/s
𝜌 = 1 g/cm3
𝜇 = 1,0019 cP
= 1,0019 g/cm.s
Da×n×ρ
NRe = 𝜇
12 cm ×133,23 𝑐𝑚/𝑠 ×1 𝑔/𝑐𝑚3
= 1,0019 cP
= 1595,73 (Laminer)

3. Perhitungan Bilangan Power (Np)


Percobaan 1
 Asam Sitrat
P = 0,042 W
Da = 12 cm
= 0,12 m
n = 204,11 rpm
= 1,2818 m/s
𝜌 = 1000Pkg/m3
Np =
𝐷𝑎2 × 𝑛3 × 𝜌
0,042 W
= (0,12 𝑚)2 × (1,2818 𝑚/𝑠)3 × 1000 𝑘𝑔/𝑚3
= 0,001385
= 13,85 × 10-4
 Soda Kue
P = 0,03 W
Da = 12 cm
= 0,12 m
n = 204,11 rpm
= 1,2818 m/s
𝜌 = 1000Pkg/m3
Np =
𝐷𝑎2 × 𝑛3 × 𝜌
0,03 W
= (0,12 𝑚)2 × (1,2818 𝑚/𝑠)3 × 1000 𝑘𝑔/𝑚3
= 0,000989
= 9,89 × 10-4
Percobaan 2
 Asam Sitrat
P = 0,066 W
Da = 12 cm
= 0,12 m
n = 212,15 rpm
= 1,3323 m/s
𝜌 = 1000Pkg/m3
Np =
𝐷𝑎2 × 𝑛3 × 𝜌
0,066 W
= (0,12 𝑚)2 × (1,3323 𝑚/𝑠)3 × 1000 𝑘𝑔/𝑚3
= 0,001938
= 19,38 × 10-4
 Soda Kue
P = 0,046 W
Da = 12 cm
= 0,12 m
n = 212,15 rpm
= 1,3323 m/s
𝜌 = 1000Pkg/m3
Np =
𝐷𝑎2 × 𝑛3 × 𝜌
0,046 W
= (0,12 𝑚)2 × (1,3323 𝑚/𝑠)3 × 1000 𝑘𝑔/𝑚3
= 0,001351
= 13,51 × 10-4

4. Perhitungan Bilangan Froude (NFr)


Percobaan 1
Da = 12 cm
= 0,12 m
n = 204,11 rpm
= 1,2818 m/s
gc = 9,8 m/s2
NFr 2
Da ×
= n gc
(0,12 m)2 × 1,2818 m/s
= 9,8 m/𝑠2
= 0,00188
Percobaan 2
Da = 12 cm
= 0,12 m
n = 212,15 rpm
= 1,3323 m/s
gc = 9,8 m/s2
NFr 2
Da ×
= n gc
(0,12 m)2 × 1,3323 m/s
= 9,8 m/𝑠2
= 0,00196
G. PEMBAHASAN

Pembahasan (Mufatin Nunikmah)

Pencampuran (mixing) adalah proses yang menyebabkan tercampurnya suatu


bahan ke bahan lain dimana bahan-bahan tersebut terpisah dalam fasa yang berbeda
dengan tujuan untuk mengurangi ketidaksamaan atau ketidakrataan dalam komposisi,
temperature atau sifat-sifat lain yang terdapat dalam suatu bahan atau terjadinya
homogenisasi, kesamaan pada setiap titik dalam pencampuran. Dengan dilakukannya
pencampuran (mixing) akan terjadi homogenitas, yaitu kemampuan suatu campuran
untuk memiliki zat-zat penyusunnya yang tersebar secara merata, sehingga tidak ada
perbedaan yang signifikan dalam komposisi antara satu bagian dan bagian lainnya.
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi pencampuran (mixing), yang
pertama ada kecepatan aliran, dimana pada percobaan kali ini dilakukan pencampuran
(mixing) dengan kecepatan 204,11 rpm dan 212,15 rpm yang mana keduanya
merupakan aliran laminer setelah diketahui bilangan Reynold nya. Aliran laminer
adalah aliran fluida yang kecepatannya di sluruh lapisan relatif sama (tidak terjadi
pusaran), aliran tersebut akan disebut laminer jika bilangan reynoldnya kurang dari
2.000 dan kami mendapatkan bilangan Reynold 1535,243 dan 1595,73. Yang kedua
ada ukuran partikel, semakin luas permukaan kontak bahan-bahan yang harus
dicampur, yang berarti semakin kecil partikel dan semakin mudah gerakannya
didalam campuran, maka proses pencampuran akan semakin baik. Perbedaan ukuran
yang besar dalam proses pencampuran akan menyulitkan dalam terciptanya derajat
pencampuran yang tinggi. Lalu ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi
pencampuran (mixing) yaitu kelarutan, viskositas, jenis bahan yang dicampur, dan
lain-lain.
Perhitungan bilangan froude (Nfr) digunakan untuk menghitung pengaruh
gravitasi bumi dalam penentuan gerakan fluida. Nfr berbanding lurus dengan
kecepatan putaran pengaduk. Pada percobaan kali ini, didapatkan bilangan froude
pada kecepatan 204,11 rpm sebesar 0,00188 dan pada kecepatan 212,15 rpm sebesar
0,00196. Semakin besar kecepatan putaran pengaduk semakin besar pula Bilangan
Froude yang didapat.
Dalam percobaan kali ini juga dihitung bilangan power (Np) yakni parameter
yang digunakan untuk mengukur intensitas pergerakan atau kekuatan pencampuran
dalam sistem pencampuran (mixing). Bilangan power menggambarkan sejauh mana
energi mekanik yang disuplai ke dalam sistem mampu menciptakan pergerakan atau
pencampuran yang efektif. Pada percobaan pertama dengan asam sitrat diperoleh
bilangan power sebesar 13,85 × 10-4 dan pada soda kue sebesar 9,89 × 10-4 di
kecepatan 204,11 rpm, lalu pada percobaan kedua didapatkan bilangan power pada
asam sitrat 19,38 × 10-4 dan soda kue 13,51 × 10-4 di kecepatan 212,15 rpm. Power
yang dihasilkan berbanding lurus dengan kecepatan pengadukan, semakin besar
power semakin besar pula kecepatan pengadukannya. Namun Bilangan Power (Np)
berbanding terbalik terhadap kecepatan pengadukan. Semakin besar kecepatan
pengadukan (rpm) yang diberikan maka semakin kecil Bilangan Power (Np) yang
didapat.

Pembahasan (M. Faheda Irsyadilla Arhab)

Mixing (pencampuran) adalah sebuah zat yang dibuat dengan menggabungkan


dua zat atau lebih yang berbeda tanpa reaksi kimia yang terjadi, sementara tidak
ada perubahan fisik dalam suatu pencampuran, sifat kimia suatu pencampuran
seperti titik lelehnya dapat menyimpang dari komponennya. Pada praktikum ini
dilakukan pencampuran yang bersifat heterogen, jenis pencampurannya yaitu
pencampuran padat-cair yang mana sampelnya adalah padatan asam sitrat dan
soda kue dengan komposisi 15 gr garam dan 15 L air. Jenis impeller pengadukan
yang digunakan pada percobaan ini adalah propeller (baling-baling).
Pada praktikum ini, diambil sampel untuk diukur waktu pencampuran dan
nilai viskositasnya. Yang dimana pada percobaan kali ini kami menggunakan
kecepatan putaran pengaduk sebesar 204,11 rpm dan 212,15 rpm yang mana
keduanya merupakan aliran laminer setelah diketahui bilangan Reynold nya. Dengan
adanya data tersebut, kami dapat mengetahui nilai Renol Number (NRe), Power
Number (NP), Froude Number (NFr), dan nilai Power Pengadukan. Bilangan
Reynold (Re) dipengaruhi oleh viskositas, kecepatan rotasi, dan diameter
imperller yang digunakan. Dapat diakatakan bahwa bilangan Reynold berbanding
dengan besarnya power yang digunakan.
Pada percobaan waktu pengadukan, dan kecepatan putaran pengaduk sangat
berpengaruh terhadap besarnya power yang digunakan, yang secara langsung
juga mempengaruhi besarnya Reynold yang akan didapatkan. Berdasarkan hasil
perhitungan yang didapatkan, bilangan reynold pada percobaan yang telah kami
lakukan sebesar 1535,243 dan 1595,73, yang dimana jika hasilnya kurang dari 2000
dapat disebut aliran Laminer.
Perhitungan bilangan froude (Nfr) digunakan untuk menghitung pengaruh
gravitasi bumi dalam penentuan gerakan fluida. Nfr berbanding lurus dengan
kecepatan putaran pengaduk. Pada percobaan yang kami dapatkan, bilangan froude
pada kecepatan 204,11 rpm sebesar 0,00188 dan pada kecepatan 212,15 rpm sebesar
0,00196. Semakin besar kecepatan putaran pengaduk semakin besar pula Bilangan
Froude yang didapat jadi tidak berbanding terbalik.
Bilangan power (Np) atau power number itu mengukur sejauh mana energi yang
disuplai oleh pengadukan memengaruhi perilaku aliran cairan dalam tangki atau
reaktor. Kemudian perhitungan bilangan power yang kami dapatkan pada percobaan
pertama dengan asam sitrat diperoleh bilangan power sebesar 13,85 × 10-4 dan pada
soda kue sebesar 9,89 × 10-4 di kecepatan 204,11 rpm,. Kemudian pada percobaan
kedua didapatkan bilangan power pada asam sitrat 19,38 × 10-4 dan soda kue 13,51 ×
10-4 di kecepatan 212,15 rpm.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa hasil yang
didapatkan hampir sesuai dengan teori yang ada, yaitu semakin Besar nilai
viskositas maka nilai Renol Number akan semakin Kecil begitupun sebaliknya.
Dan jika nilai viskositas kecil maka fluida juga akan encer, sehingga
menimbulkan aliran turbulen yang dimana nilai renol numbernya besar.
Begitupun sebaliknya jika nilai viskositas besar maka fluida akan kental, sehingga
menimbulkan aliran laminer yang nilai Renol Numbernya kecil.
Pada percobaan ini, kesalahan yang didapatkan yaitu pada saat penggunaan
viscometer yang dimana pada pengambilan waktunya yang tidak akurat sehingga
menyebabkan adanya sedikit perbedaan yang didapatkan dengan teori yang ada.

Pembahasan (Resty Chintya Windy Alifia)

Mixing (pencampuran) adalah sebuah zat yang dibuat dengan menggabungkan


dua zat atau lebih yang berbeda tanpa terjadi reaksi kimia, sementara tidak ada
perubahan fisik dalam suatu pencampuran, sifat kimia suatu pencampuran seperti titik
lelehnya dapat menyimpang dari komponennya. Pencampuran dapat bersifat
homogen atau heterogen. Pada praktikum kali ini dilakukan mixing (pencampuran)
yang bersifat heterogen dengan jenis penampurannya yaitu padat-cair dimana
dicampurkan sample berbentuk padatan (serbuk) ke dalam 15 liter air. Digunakan 15
liter air agar konduktivitasnya bisa terbaca dikarenakan alat konduktivitas bisa
terbaca di 10 liter ke atas. Terdapat dua sampel yang digunakan dalam praktikum ini
yaitu asam sitrat dan soda kue. Tujuan dari praktikum ini adalah dapat menentukan
pola pencampuran, besar daya yang dibutuhkan oleh system, dapat mempelajari
pengaruh kecepatan putaran alat terhadap pencampuran bahan, dan juga berapa lama
waktu yang dibutuhkan oleh bahan untuk dapat tercampur sempurna (homogen).
Jenis impeller pengadukan yang digunakan pada percobaan ini adalah propeller
(baling-baling).
Pada alat mixing, terdapat konduktometer yang digunakan untuk mengukur
konduktivitas. Berdasarkan data pengamatan, pada percobaan pertama konduktivitas
selalu naik mengikuti bertambahnya waktu proses mixing. Namun, pada percobaan
kedua berbeda, awalnya konduktivitas naik lalu pada detik 100 konduktivitas mulai
menurun.
Kecepatan putar Waktu yang dibutuhkan sampel untuk Homogen
(rpm) Asam sitrat Soda Kue
204,11 18 detik 149 detik
212,15 78 detik 109 detik

Tabel Pengaruh Kecepatan Putaran terhadap Waktu yang dibutuhkan


untuk Pencampuran Sempurna

Pada praktikum kali ini, diambil 2 variable kecepatan putaran pengaduk yaitu
204,11 rpm dan 212,15 rpm. Pengaruh kecepatan putaran terhadap waktu yang
dibutuhkan untuk pencampuran sempurna yaitu , asam sitrat lebih cepat larut daripada
soda kue. Pada kecepatan 212,15 rpm soda kue lebih cepat larut daripada 204,11 rpm.
Ini berarti bahwa seiring bertambahnya kecepatan, tingkat kelarutan soda kue juga
meningkat sehingga waktu yang dibutuhkan untuk tercampur sempurna juga lebih
cepat. Sebaliknya, Pada kecepatan 204,11 rpm asam sitrat lebih cepat larut daripada
212,15 rpm. Artinya, seiring bertambahnya kecepatan pengaduk, tingkat kelarutan
asam sitrat juga ikut berkurang sehingga waktu yang dibutuhkan untuk tercampur
sempurna juga lebih lama. Hal tersebut terjadi dikarenakan perbedaan sifat sampel.
Selama proses mixing (pencampuran), asam sitrat dan soda kue sama-sama larut dala
air. Namun, waktu yang dibutuhkan soda kue untuk tercampur secara merata lebih
lama jika dibandingkan dengan asam sitrat.
Berdasarkan lietratur, hal itu terjadi dikarenakan kelarutan soda kue meningkat
seiring berjalannya suhu. Soda kue akan lebih mudah larut dalam air dengan suhu
tinggi, sedangkan dalam praktikum ini kami menggunakan air dingin dengan suhu
kamar. Saat soda kue ditambahkan ke dalam air dingin, awalnya akan membentuk
gumpalan dan mengendap di dasar wadah. Namun, seiring pengadukan dan waktu,
pada akhirnya akan larut. Sebaliknya, asam sitrat cepat larut dalam air dingin
daripada dalam air hangat.

Kecepatan putar Power (Daya) Bilangan Power (Np)


(rpm) Asam sitrat Soda Kue Asam sitrat Soda Kue
-4
204,11 0,042 W 0,03 W 13,85 × 10 9,89 × 10-4
212,15 0,066 W 0,046 W 19,38 × 10-4 13,51 × 10-4

Tabel Hasil Perhitungan Power dan Bilangan Power

Dalam praktikum mixing (pencampuran), terdapat alat mixing yang bisa bekerja
jika dialiri dengan listrik. Bilangan power digunakan untuk mengukur sejauh mana
energi yang disuplai oleh pengadukan memengaruhi perilaku aliran cairan dalam
tangki atau reactor. Semakin lama pengerjaan suatu alat dalam melakukan fungsinya,
semakin banyak juga daya yang dibutuhkan selama proses mixing ini. Selain itu,
bertambahnya kecepatan putar pengaduk juga menyebabkan bertambahnya daya.
kenaikan power (daya) juga diiringi dengan kenaikan bilangan power (Np).

Kecepatan putar Bilangan Reynold


(NRe) Pola Aliran
(rpm)
204,11 1535,243 Laminer
212,15 1595,73 Laminer

Tabel Hasil Perhitungan Bilangan Reynold

Berdasarkan data hasil perhitungan diatas, Bilangan Reynold semakin bertambah


seiring dengan bertambahnya kecepatan putar pengaduk. Bilangan Reynold
berbanding lurus dengan kecepatan putar pengaduk. Bilangan Reynolds digunakan
untuk menggambarkan jenis aliran dalam proses pencampuran cairan. Berdasarkan
literature yang kami peroleh, jika nilai N Re < 2000 maka pola aliran tersebut adalah
aliran laminar.

Kecepatan putar Bilangan Fraude


(NFr) Aliran
(rpm)
204,11 0,00188 Aliran subkritis
212,15 0,00196 Aliran subkritis

Tabel Hasil Perhitungan Bilangan Fraude

Bilangan Fraude (NFr) digunakan untuk menghitung pengaruh gravitasi bumi


dalam penentuan gerakan fluida. Bilangan Fraude berbanding lurus dengan kecepatan
pengaduk. Semakin besar kecepatan pengaduk, semakin besar pula Bilangan Fraude.
Berdasarkan tabel hasil perhitungan diatas, kedua variable kecepatan putar pengaduk
menghasilkan NFr < 1, artinya terjadi aliran subkritis artinya gaya gravitasi bumi
menonjol, aliran kecepatan rendah, dan aliran tenang.

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dan data yang yang didapat, dapat
dismpulkan bahwa semakin besar kecepatan putar, semakin besar juga nilai Power,
Bilangan Power, Bilangan Reynolds, dan Bilangan Fraude. Angka Power sebanding
lurus dengan Bilangan Power. Pada kecepatan 204,11 rpm dan 212,15 rpm, N Re <
2000 yang menghasilkan aliran laminar dan NFr yang menunjukan pergerakan fluida
subkritis. Selain itu, homogenitas suatu bahan atau sampel itu berbeda tergantung
sifat sample yang digunakan. Homogenitas suatu sampel menjadi penentu berapa
lama waktu yang dibutuhkan untuk tercampur rata. Konduktivitas akan selalu
bertambah seiring dengan bertambahnya waktu proses pencampuran.
Pada praktikum kali ini, terdapat kesalahan dalam data konduktivitas dikarenakan
human-eror yang seharusnya konduktivitas selalu naik namun di data percobaan
kedua terdapat konduktivitas yang menurun.

H. KESIMPULAN
Dengan dilakukannya praktikum kali ini, dapat disimpulkan bahwa :
1. Pada praktikum kali ini, kami menggunakan 2 variabel kecepatan putar pengaduk
yaitu 204,11 rpm dan 212,15 rpm.
2. Pada percobaan pertama dengan kecepatan pengaduk 204,11 rpm, daya yang
dibutuhkan asam sitrat sebesar 0,042 W, dan soda kue sebesar 0,03 W. Pada
percobaan kedua dengan kecepatan putar pengaduk 212,15 rpm, daya yang
dibutuhkan asam sitrat sebesar 0,066 W dan soda kue sebesar 0,046 W.
3. Waktu yang dibutuhkan setiap bahan untuk homogen berbeda, seperti pada percobaan
pertama untuk bahan asam nitrat pada kecepatan 204,11 rpm selama 18 detik dan
soda kue selama 149 detik. Lalu untuk percobaan kedua untuk bahan asam nitrat pada
kecepatan 212,15 rpm selama 78 detik dan soda kue selama 109 detik.
4. Kecepatan putar pengaduk berbanding lurus dengan Bilangan Power, Bilangan
Reynolds, dan Bilangan Fraude.
5. Bilangan Reynolds (NRe) dari kedua percobaan yang telah dilakukan adalah < 2000
yang menunjukkan pola aliran laminar.
6. Bilangan Fraude (NFr) dari kedua percobaan yang telah dilakukan adalah <1 yang
menunjukkan aliran subkritis yaitu menonjolnya gaya gravitasi daripada gara inersia.

I. DAFTAR PUSTAKA

Asyrofa, Wilda, dkk. 2017. “Laporan Mixing Praktikum Operasi Teknik Kimia”.
Universitas Negeri Semarang.
Buku Petunjuk Praktikum Satuan Operasi. 2004. "Agitasi dan Pencampuran".
Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Bandung.
Iqbal, Agi, dkk. 2013. “Laporan Praktikum Pencampuran dan Pengadukan”.
Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Bandung.
Tim LAB OTK – 1. 2018. “Petunjuk Praktikum Operasi Teknik Kimia 1”.
Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Malang.

Anda mungkin juga menyukai