1 MIXING
Dosen Pengampu:
Sandra Santoso B.tech., M.Pd.
Disusun Oleh:
Mufatin Nunikmah (2241420027)
M. Faheda I. A. (2241420046)
18 September 2023
B. DASAR TEORI
Mixing adalah proses penggabungan dua atau lebih bahan atau komponen yang
berbeda untuk menciptakan campuran homogen atau campuran yang merata. Proses ini
sering dilakukan dengan tujuan mencapai distribusi yang seragam dari bahan-bahan yang
dicampur. Mixing dapat diterapkan pada berbagai jenis bahan, termasuk bahan padat,
cairan, atau gas, dan digunakan dalam berbagai aplikasi, mulai dari industri kimia,
farmasi, makanan, hingga manufaktur.
Da×n×ρ
NRe = 𝜇
Aliran Fluida
Jenis-Jenis Pencampuran
1. Pencampuran Padat-Padat
Pencampuran dua atau lebih dari bahan padat banyak dijumpai yang akan
menghasilkan produk komersial industri kimia. Contohnya Pencampuran
bahan pewarna dengan bahan pewarna lainnya atau dengan bahan penolong
untuk menghasilkan nuansa warna tertentu atau warna yang cemerlang. Alat
yang digunakan untuk pencampuran bahan padat dengan padat dapat berupa
bejana-bejana yang berputar, atau bejana-bejana berkedudukan tetap tapi
mempunyai perlengkapan pencampur yang berputar, ataupun pneumatik.
2. Pencampuran Cair-Gas
Untuk proses kimia dan fisika tertentu gas harus dimasukkan ke dalam
cairan, artinya cairan dicampur secara sempurna dengan bahan-bahan
berbentuk gas. Contohnya Proses hidrogenasi, khorinasi dan fosfogensi,
Oksidasi cairan oleh udara (fermentasi, memasukkan udara kedalam lumpur
dalam instalasi penjernih biologis).
3. Pencampuran Padat-Cair
Pada persiapan atau pelaksaan proses kimia dan fisika serta juga pada
pembuatan produk akhir komersial, seringkali cairan harus dicampur dengan
bahan padat. Pencampuran cairan dengan padatan akan menghasilkan
suspensi. Tetapi bila kelarutan padatan dalam cairan tersebut cukup besar
akan terbentuk larutan. Pelarutan adalah suatu proses mencampurkan bahan
padat kedalam cairan.
4. Pencampuran Cair-Cair
Beberapa contoh pencampuran cair-cair adalah pada pembuatan sirop, obat
tetes dan larutan injeksi. Metode yang paling sering digunakan untuk
mencampur cairan dengan cairan ialah dengan metode turbulensi didalam
bejana pengaduk atau dalam suatu pencampur getar.
2. Propeller
Merupakan impeller aliran aksial berkecepatan tinggi untuk zat cair
berviskositas rendah. Propeller kecil biasanya berputar pada kecepatan motor
penuh. Arus yang meninggalkan propeller mengalir melalu zat menurut arah
tertentu dan sampai di belokkan oleh lantai dinding bejana. Propeller biasanya
digunakan bila kita menghendaki adanya arus yang kuat, umpamanya kita
hendak menjaga agar partikel-partikel zat padat yang berada dalam suspensi.
3. Turbin
Kebanyakan turbin menyerupai agitator berdaun banyak dengan daun-
daun yang agak pendek dan berputar pada kecepatan tinggi pada suatu poros
yang dipasang pada pusat bejana. Daun-daun boleh lurus dan boleh juga
lengkung, sudut vertikal. Impellernya mungkin terbuka, setengah terbuka atau
terselubung. Diameter impellernya biasanya lebih kecil dari diameter dayung
yaitu berkisar antara 30 sampai 50 persen dari diameter bejana. Turbin biasanya
efektif untuk jangkauan viskositas cukup luas. Pada cairan berviskositas rendah
turbin itu menimbulkan arus yang sangat deras yang berlangsung pada
keseluruhan bejana. (McCabe, Operasi Teknik Kimia jilid 1. Erlangga, Jakarta.
1991).
C. ALAT DAN BAHAN
Alat Bahan
Tachometer Asam Sitrat
Konduktometer Soda Kue
Timbangan Digital Air
Beaker glass 200 ml
Stopwatch
Alat Mixing
Spatula
D. PROSEDUR
1. Hubungkan peratalan tangki berpengaduk ke sumber listrik dan secara otomatis
peralatan akan beroperasi.
2. Atur kecepatan putar pengaduk pada skala kecepatan putar tertentu dan pastikan
kecepatan putarnya dengan menggunakan alat tachometer dan segera matikan
peralatan tangki berpengaduk.
3. Masukkan air sejumlah 15 liter dan bahan yang sesuai dengan variabel yang diberikan
oleh dosen pembimbing.
4. Tambahkan 15 gram Asam sitrat/Soda kue ke dalam tangki berpengaduk
5. Hidupkan konduktometer dan pastikan siap digunakan untuk mengukur konduktifitas
larutan dalam tangki berpengaduk selama proses pencampuran.
6. Hubungkan lagi tangki berpengaduk ke sumber listrik dan segera hitung waktu
pencampuran dengan stopwatch dan berhenti jika telah homogen.
7. Catat nilai konduktifitas larutan selama proses pencampuran dengan interval waktu
pengamatan 10 detik hingga pencampuran selesai. (padatan terdistribusi sempurna
dilarutan yang ditunjukkan dengan nilai konduktifitas larutan yang tetap).
8. Ukur tegangan dan kuat arus masing-masing kabel menggunakan tachometer dan
catat angkanya.
9. Ulangi percobaan untuk perubahan nilai kecepatan putar pengaduk yang berbeda.
E. DATA PENGAMATAN
Data Percobaan 1
1. Massa asam sitrat = 15 g
2. Massa soda kue = 15 g
3. Kecepatan putaran = 204,11 rpm
4. Kuat arus
Warna kabel Asam sitrat Soda kue
Kabel merah 0,43 A 0,13 A
Kabel biru 0,13 A 0,24 A
Kabel hitam 0,29 A 0,45 A
Rata - Rata 0,283 A 0,273 A
5. Tegangan
Warna kabel Asam sitrat Soda kue
Kabel merah 0,18 V 0,08 V
Kabel biru 0,09 V 0,11 V
Kabel hitam 0,16 V 0,14 V
Rata - Rata 0,143 V 0,11 V
6. Konduktivitas
t
Asam sitrat Soda kue
(detik)
0 62,1 67,8
10 60,0 69,9
20 59,8 73,8
30 76,3
40 81,2
50 84,2
60 86,0
70 90,4
80 92,4
90 95,6
100 97,7
110 100,5
120 102,6
130 103,9
140 105,1
150 105,6
7. Lama Homogen
- Asam sitrat = 18 detik
- Soda kue = 149 detik
-
Data Percobaan 2
1. Massa asam sitrat = 15 g
2. Massa soda kue = 15 g
3. Kecepatan putaran = 212,15 rpm
4. Kuat arus
Warna kabel Asam sitrat Soda kue
Kabel merah 0,38 A 0,13 A
Kabel biru 0,57 A 0,47 A
Kabel hitam 0,36 A 0,31 A
Rata - Rata 0,437 A 0,303 A
5. Tegangan
Warna kabel Asam sitrat Soda kue
Kabel merah 0,11 V 0,16 V
Kabel biru 0,14 V 0,13 V
Kabel hitam 0,20 V 0,17 V
Rata - Rata 0,15 V 0,153 V
6. Konduktivitas
t
Asam sitrat Soda kue
(detik)
0 130,4 150,7
10 135,7 159,8
20 138,7 174,5
30 137,4 188,6
40 138,2 193,5
50 138,6 207
60 138,8 210
70 139,1 215
80 139, 4 217
90 222
100 217
110 221
7. Lama Homogen
- Asam sitrat = 78 detik
- Soda kue = 109 detik
F. DATA PERHITUNGAN
1. Perhitungan Daya/ Power
Percobaan 1
Asam sitrat
I = 0,283 A
V = 0,143 V
P =I×V
= 0,283 A × 0,143 V
= 0,042 W
Soda kue
I = 0,273 A
V = 0,11 V
P =I×V
= 0,273 A × 0,11 V
= 0,03 W
Percobaan 2
Asam sitrat
I = 0,437 A
V = 0,15 V
P =I×V
= 0,437 A × 0,15 V
= 0,066 W
Soda kue
I = 0,303 A
V = 0,153 V
P =I×V
= 0,303 A × 0,153 V
= 0,046 W
2. Perhitungan Bilangan Reynold (NRe)
Percobaan 1
Da = 12 cm
n = 204,11 rpm
= 128,18 cm/s
𝜌 = 1 g/cm3
𝜇 = 1,0019 cP
= 1,0019 g/cm.s
Da×n×ρ
NRe = 𝜇
12 cm ×128,18 𝑐𝑚/𝑠 ×1 𝑔/𝑐𝑚3
= 1,0019 cP
= 1535,243 (Laminer)
Percobaan 2
Da = 12 cm
n = 212,15 rpm
= 133,23 cm/s
𝜌 = 1 g/cm3
𝜇 = 1,0019 cP
= 1,0019 g/cm.s
Da×n×ρ
NRe = 𝜇
12 cm ×133,23 𝑐𝑚/𝑠 ×1 𝑔/𝑐𝑚3
= 1,0019 cP
= 1595,73 (Laminer)
Pada praktikum kali ini, diambil 2 variable kecepatan putaran pengaduk yaitu
204,11 rpm dan 212,15 rpm. Pengaruh kecepatan putaran terhadap waktu yang
dibutuhkan untuk pencampuran sempurna yaitu , asam sitrat lebih cepat larut daripada
soda kue. Pada kecepatan 212,15 rpm soda kue lebih cepat larut daripada 204,11 rpm.
Ini berarti bahwa seiring bertambahnya kecepatan, tingkat kelarutan soda kue juga
meningkat sehingga waktu yang dibutuhkan untuk tercampur sempurna juga lebih
cepat. Sebaliknya, Pada kecepatan 204,11 rpm asam sitrat lebih cepat larut daripada
212,15 rpm. Artinya, seiring bertambahnya kecepatan pengaduk, tingkat kelarutan
asam sitrat juga ikut berkurang sehingga waktu yang dibutuhkan untuk tercampur
sempurna juga lebih lama. Hal tersebut terjadi dikarenakan perbedaan sifat sampel.
Selama proses mixing (pencampuran), asam sitrat dan soda kue sama-sama larut dala
air. Namun, waktu yang dibutuhkan soda kue untuk tercampur secara merata lebih
lama jika dibandingkan dengan asam sitrat.
Berdasarkan lietratur, hal itu terjadi dikarenakan kelarutan soda kue meningkat
seiring berjalannya suhu. Soda kue akan lebih mudah larut dalam air dengan suhu
tinggi, sedangkan dalam praktikum ini kami menggunakan air dingin dengan suhu
kamar. Saat soda kue ditambahkan ke dalam air dingin, awalnya akan membentuk
gumpalan dan mengendap di dasar wadah. Namun, seiring pengadukan dan waktu,
pada akhirnya akan larut. Sebaliknya, asam sitrat cepat larut dalam air dingin
daripada dalam air hangat.
Dalam praktikum mixing (pencampuran), terdapat alat mixing yang bisa bekerja
jika dialiri dengan listrik. Bilangan power digunakan untuk mengukur sejauh mana
energi yang disuplai oleh pengadukan memengaruhi perilaku aliran cairan dalam
tangki atau reactor. Semakin lama pengerjaan suatu alat dalam melakukan fungsinya,
semakin banyak juga daya yang dibutuhkan selama proses mixing ini. Selain itu,
bertambahnya kecepatan putar pengaduk juga menyebabkan bertambahnya daya.
kenaikan power (daya) juga diiringi dengan kenaikan bilangan power (Np).
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dan data yang yang didapat, dapat
dismpulkan bahwa semakin besar kecepatan putar, semakin besar juga nilai Power,
Bilangan Power, Bilangan Reynolds, dan Bilangan Fraude. Angka Power sebanding
lurus dengan Bilangan Power. Pada kecepatan 204,11 rpm dan 212,15 rpm, N Re <
2000 yang menghasilkan aliran laminar dan NFr yang menunjukan pergerakan fluida
subkritis. Selain itu, homogenitas suatu bahan atau sampel itu berbeda tergantung
sifat sample yang digunakan. Homogenitas suatu sampel menjadi penentu berapa
lama waktu yang dibutuhkan untuk tercampur rata. Konduktivitas akan selalu
bertambah seiring dengan bertambahnya waktu proses pencampuran.
Pada praktikum kali ini, terdapat kesalahan dalam data konduktivitas dikarenakan
human-eror yang seharusnya konduktivitas selalu naik namun di data percobaan
kedua terdapat konduktivitas yang menurun.
H. KESIMPULAN
Dengan dilakukannya praktikum kali ini, dapat disimpulkan bahwa :
1. Pada praktikum kali ini, kami menggunakan 2 variabel kecepatan putar pengaduk
yaitu 204,11 rpm dan 212,15 rpm.
2. Pada percobaan pertama dengan kecepatan pengaduk 204,11 rpm, daya yang
dibutuhkan asam sitrat sebesar 0,042 W, dan soda kue sebesar 0,03 W. Pada
percobaan kedua dengan kecepatan putar pengaduk 212,15 rpm, daya yang
dibutuhkan asam sitrat sebesar 0,066 W dan soda kue sebesar 0,046 W.
3. Waktu yang dibutuhkan setiap bahan untuk homogen berbeda, seperti pada percobaan
pertama untuk bahan asam nitrat pada kecepatan 204,11 rpm selama 18 detik dan
soda kue selama 149 detik. Lalu untuk percobaan kedua untuk bahan asam nitrat pada
kecepatan 212,15 rpm selama 78 detik dan soda kue selama 109 detik.
4. Kecepatan putar pengaduk berbanding lurus dengan Bilangan Power, Bilangan
Reynolds, dan Bilangan Fraude.
5. Bilangan Reynolds (NRe) dari kedua percobaan yang telah dilakukan adalah < 2000
yang menunjukkan pola aliran laminar.
6. Bilangan Fraude (NFr) dari kedua percobaan yang telah dilakukan adalah <1 yang
menunjukkan aliran subkritis yaitu menonjolnya gaya gravitasi daripada gara inersia.
I. DAFTAR PUSTAKA
Asyrofa, Wilda, dkk. 2017. “Laporan Mixing Praktikum Operasi Teknik Kimia”.
Universitas Negeri Semarang.
Buku Petunjuk Praktikum Satuan Operasi. 2004. "Agitasi dan Pencampuran".
Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Bandung.
Iqbal, Agi, dkk. 2013. “Laporan Praktikum Pencampuran dan Pengadukan”.
Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Bandung.
Tim LAB OTK – 1. 2018. “Petunjuk Praktikum Operasi Teknik Kimia 1”.
Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Malang.