Anda di halaman 1dari 20

Laboratorium Operasi Teknik Kimia I

Semester IV 2022/2023

LAPORAN PRAKTIKUM
MIXING

Pembimbing : Ir. Hastami Murdiningsih, M.T.


Kelompok : 3 (tiga)
Tanggal praktikum : Selasa, 28 Maret 2023

Nama : Nazirah Nahdah. B


Nim : 432 21 043
Kelas : 2B D-4 Teknologi Kimia Industri

JURUSAN TEKNIK KIMIA


POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
2023
MIXING

I. TUJUAN PERCOBAAN
o Menentukan power input yang dibutuhkan oleh sistem
o Mempelajari pengaruh kecepatan putaran alat terhadap pencampuran bahan

II. PERINCIAN KERJA


o Menyiapkan sampel
o Mengalibrasi volume piknometer
o Mengoperasikan alat mixing three blade propeller
o Menentukan berat jenis sampel
o Menentukan viskositas blanko dan sampel

III. ALAT DAN BAHAN


a. Alat yang digunakan
1. Erlenmeyer
2. Gelas kimia
3. Gelas kimia plastik
4. Pipet ukur
5. Pipet volume
6. Piknometer
7. Viskometer
8. Alat pengaduk (mixer)
9. Labu semprot
10. Bola isap
11. Tabung pengaduk
b. Bahan yang digunakan
1. Air bersih
2. Garam
3. Etanol 96%
IV. DASAR TEORI
1. Pengertian Mixing (Pencampuran)
Mixer merupakan salah satu alat pencampur dalam sistem emulsi sehingga
menghasilkan suatu dispersi yang seragam atau homogen. Terdapat dua jenis mixer yang
berdasarkan jumlah propeler-nya (turbin), yaitu mixer dengan satu propeller dan mixer
dengan dua propeller. Mixer dengan satu propeller adalah mixer yang biasanya
digunakan untuk cairan dengan viskositas rendah. Sedangkan mixer dengan dua propiller
umumnya diigunakan pada cairan dengan viskositas tinggi. Hal ini karena satu propeller
tidak mampu mensirkulasikan keseluruhan massa dari bahan pencampur (emulsi), selain
itu ketinggian emulsi bervariasi dari waktu ke waktu.
Pencampuran merupakan operasi yang bertujuan mengurangi ketidaksamaan
kondisi, suhu, atau sifat lain yang terdapat dalam suatu bahan. Pencampuran dapat terjadi
dengan cara menimbulkan gerak di dalam bahan itu yang menyebabkan bagian-bagian
bahan saling bergerak satu terhadap yang lainnya, sehingga operasi pengadukan hanyalah
salah satu cara untuk operasi pencampuran. Pencampuran fasa cair merupakan hal yang
cukup penting dalam berbagai proses kimia. Pencampuran fasa cair dapat dibagi dalam
dua kelompok. Pertama, pencampuran antara cairan yang saling tercampur (miscible), dan
kedua adalah pencampuran antara cairan yang tidak tercampur atau tercampur sebagian
(immiscible). Selain pencampuran fasa cair dikenal pula operasi pencampuran fasa cair
yang pekat seperti lelehan, pasta, dan sebagainya, pencampuran fasa padat seperti bubuk
kering, pencampuran fasa gas, dan pencampuran antar fasa.
Mixer merupakan proses mencampurkan satu atau lebih bahan dengan
menambahkan satu bahan ke bahan lainnya sehingga membuat suatu bentuk yang
seragam dari beberapa konstituen baik cair – padat, padat – padat , maupun cair - gas.
Komponen yang jumlahnya lebih banyak disebut fasa kontinyu dan yang lebih sedikit
disebut fasa disperse. (No name, 2014)
2. Tujuan Mixing (Pencampuran)
Tujuan dari proses pencampuran yaitu mengurangi ketidaksamaan atau
ketidakrataan dalam komposisi, temperature atau sifat-sifat lain yang terdapat dalam
suatu bahan atau terjadinya homogenisasi, kebersamaan dalam setiap titik dalam
pencampuran. Dampak dari hasil pencampuran adalah terjadinya homogenitas,
kebersamaan dalam setiap titik dalam pencampuran. Dampak dari hasil pencampuran
adalah terjadinya keadaan serba sama, terjadinya reaksi kimia, terjadinya perpindahan
panas, dan perpindahan massa. Dan dampak tersebut merupakan tujuan akhir dari suatu
proses pencampuran.

Dalam praktek, operasi mixing hampir selalu mempunyai multi fungsi yaitu
ketika proses dilakukan didalam tangki berpengaduk mekanis, pengaduk menjalankan
banyak tugas, sebagai contoh dalam tangki kristalisasi harus memperhatikan bulk
blending, heat transfer dan suspense kristal.
3. Jenis – Jenis Pencampuran
a. Pencampuran bahan padat-padat
Pencampuran dua atau lebih dari bahan padat banyak dijumpai yang akan
menghasilkan produk komersial industri kimia. Contohnya Pencampuran bahan
pewarna dengan bahan pewarna lainnya atau dengan bahan penolong untuk
menghasilkan nuansa warna tertentu atau warna yang cemerlang. Alat yang
digunakan untuk pencampuran bahan padat dengan padat dapat berupa bejana-
bejana yang berputar, atau bejana-bejana berkedudukan tetap tapi mempunyai
perlengkapan pencampur yang berputar, ataupun pneumatik.
b. Pencampuran bahan cair-gas
Untuk proses kimia dan fisika tertentu gas harus dimasukkan ke dalam
cairan, artinya cairan dicampur secara sempurna dengan bahan-bahan berbentuk
gas. Contohnya Proses hidrogenasi, khorinasi dan fosfogensi, Oksidasi cairan
oleh udara (fermentasi, memasukkan udara kedalam lumpur dalam instalasi
penjernih biologis).
c. Pencampuran bahan cair-padat
Pada persiapan atau pelaksaan proses kimia dan fisika serta juga pada
pembuatan produk akhir komersial, seringkali cairan harus dicampur dengan bahan
padat. Pencampuran cairan dengan padatan akan menghasilkan suspensi. Tetapi
bila kelarutan padatan dalam cairan tersebut cukup besar akan terbentuk larutan.
Pelarutan adalah suatu proses mencampurkan bahan padat kedalam cairan.
d. Pencampuran Cair-Cair
Tujuan pencampuran cair-cair adalah untuk mempersiapkan atau
melangsungkan proses-proses kimia dan fisika serta juga untuk membuat produk
akhir yang komersil. Beberapa contoh pencampuran cair-cair adalah pada
pembuatan sirop, obat tetes dan larutan injeksi.Metode yang paling sering
digunakan untuk mencampur cairan dengan cairan ialah dengan metode turbulensi
didalam bejana pengaduk atau dalam suatu pencampur getar

e. Pencampuran Gas – Padat


Pencampuran gas dengan bahan padat termasuk proses yang jarang
dilakukan. Proses tersebut digunakan misalnya pada pengangkutan puing secara
pneumatic, pada pembakaran serbuk pemadam api. Kebanyakan persoalannya
adalah bagaimana mendistribusikan bahan padat itu secara merata kedalam gas
yang mengalir kontinyu. Pada pencampuran gas dengan bahan padat akan
terbentuk debu maupun asap. Metode terpenting untuk mencampur gas dengan
bahan padat adalah dengan menggunakan aat penakar bahan padat dan
penyemburan dengan alat semprot.
f. Pencampuran Gas – gas
Pencampuran gas dengan gas lain terutama dilakukan pada pembuatan
campuran bahan bakar yang berbentuk gas dalam alat pembakar dengangas
(misalnya campuran bahan bakar – udara). Metode terpenting untuk mencampur
gas dengan gas adalah pencampuran dengan alat semprot atau injektor.
g. Pencampuran padat – gas
Pencampuran bahan padat dengan gas terjadi misalnya pada proses
pengeringan, pemanggangan ataupun pembakaran bahan-bahan padat. Permukaan
kontak bahan padat dengan gas selalu diusahakan seluas mungkin. Untuk maksud
ini bahan padat dialiri, ditembus atau dihanyutkan oleh gas, disemprotkan atau
difluidisasikan. alat yang digunakan untuk tujuan ini seringkali dikenal
dengan bejana unggun terdifusikan (Irwansyah, 2015).

4. Alat Pencampur Bahan Cair/liquid


Bahan cair diaduk untuk mencapai beberapa maksud, diantaranya (Mc Cabe et
al,1985) :
a. Mensuspensikan partikel padatan.

b. Menggabungkan bahan cair yang dapat saling bercampur.

c. Mendispersikan gas dalam bentuk gelembung halus.


d. Mendispersikan bahan cair lain yang tidak dapat bercampur.

e. Meningkatkan pindah panas antara bahan cair dan sumber panas.

Pengadukan bahan cair umumnya dilakukan dalam suatu bejana, biasanya


berbentuk silinder, yang memiliki sumbu vertikal. Bagian atas dari bejana bisa terbuka
terhadap udara atau dapat juga tertutup. Dasar bejana pada umumnya dicekungkan,
artinya tidak rata, agar tidak dihindari adanya sudut atau bagian yang tidak bisa
dipenetrasi oleh aliran fluida. Sebuah pengaduk (impeller) terakit pada sumbu yang
menggantung ke atas. Sumbu ini digerakkan oleh motor listrik yang kadang-kadang
langsung dihubungkan ke sumbu tetapi lebih sering melalui kotak gear pengurang
kecepatan. Perlengkapan tambahan seperti jalur masuk atau keluar bahan, coil pemanas,
jaket atau termometer rendam atau alat pengukur suhu lainnya merupakan komponen
tetap alat pencampur bahan cair ini.
Tiga tipe utama impeller adalah propeller (baling-baling), paddles (pedal), dan
turbin. Setiap tipe memiliki banyak variasi dan subtipe. Sekalipun masih terdapat tipe
impeller lain yang juga berguna untuk situasi tertentu, akan tetapi ketiga tipe tersebut
mungkin dapat mengatasi 95% masalah pencampuran bahan cair yang ada. Untuk
pencampuran liquid, propeller mixer adalah jenis yang paling umum dan paling
memuaskan.Alat ini terdiri dari tangki silinder yang dilengkapi dengan propeller/ blades
beserta motor pemutar. Bentuk propeller, impeller, blades didesain sedemikian rupa
untuk efektifitas pencampuran dan disesuaikan dengan viskositas fluid. Pada jenis alat
pencampur ini diusahakan untuk dihindari tipe aliran monoton yang berputar melingkari
dinding tangki , penambahan sekat-sekat (baffles) pada dinding tangki juga dapat
menciptakan pengaruh pengadukan, namun menimbulkan masalah karena sulit
membersihkannya (no name, 2014).
5. Alat Pencampur Bahan Padat
Pada umumnya, untuk mencampur bahan-bahan berpartikel padat digunakan
mesin pencampur yang lebih ringan dari pada bahan viscous.Dalam hal ini digunakan
ribbon blender dan double cone mixers. Ribbon blender terdiri dari silinder horizontal
yang di dalamnya dilengkapi dengan ”screw” berputar dan pengaduk pita berbentuk
heliks. Dua pita yang bergerak berlawanan dirakit pada sumbu yang sama. Yang satu
menggerakkan padatan perlahan kesatu arah, sedangkan yang lain menggerakkannya
dengan cepat ke arah lain. Pita-pita bisa kontinyu maupun terputus-putus. Pencampuran
dihasilkan oleh turbulensi yang diinduksi oleh pengaduk yang beraksi berlawanan, jadi
tidak oleh gerakan lamban padatan sepanjang rongga aduk. Beberapa ribbon blender
beroperasi secara batch yaitu dengan membuat padatan sekaligus dan mengaduknya
sampai tercampur rata. Ribbon blender tipe lain bekerja secara kontinue yaitu bahan
padatan diumpankan pada salah satu ujung rongga aduk dan dikeluarkan pada ujung
lainnya. Ribbon blender adalah pencampur yang efektif untuk tepung – tepungan yang
tidak mengalir dengan sendirinya. Beberapa unit batch memiliki kapasitas yang sangat
besar sehingga mampu memuat sampai 9000 galon bahan padat. Kebutuhan daya
umumnya berukuran sedang.
Satu prinsip penerapan untuk mencampur bahan dengan viskositas yang tinggi
dan berbentuk pasta adalah kinerja yang tergantung pada kontak langsung antara material
pencampur dengan bahan yang akan dicampur. Untuk bahan dengan viskositas tinggi dan
berbentuk pasta ini banyak menggunakan model pencampur seperti : pencampur tipe
pancim, pencampur dengan pisau berbentuk z.
Planetery mixer merupakan alat pencampur bahan padat yang bekerja
berdasarkan perputaran planet dimana beater berputar mengitari bowl sedangkan bowl
tidak berputar sehingga menghasilkan adonan yang lembut dan merata. Aplikasi alat ini
adalah pada industri bakery (roti dan kue).
Double cone blender adalah alat pencampur yang terdiri dari 2 kerucut yang
berputar pada porosnya, jika kerucut berputar maka tepung granula berada di dalam
granula yang berada di dalam volume kerucut akan teragitasi dan tercampur.
Pencampuran tipe ini memerlukan energi dan tenaga yang lebih besar. Oleh karena itu
diperhatikan jangan sampai energi yang dikonsumsi diubah menjadi panas yang dapat
menyebabkan terjadinya kenaikan temperatur dari produk. Jenis alat pencampur adonan
kadang-kadang harus dilengkapi dengan alat pendingin.
Yang umum ditemui yaitu kneader yang berbentuk sigmoid yang berputar
didalam suatu ”can” atau ”vessel” dengan berbagai kecepatan. Prinsip dari alat ini adalah
disamping mencampur juga mengadon yaitu membagi, mematahkan dan selalu membuat
luas permukaan yang baru sesering mungkin terhadap adonan.
6. Jenis Pengaduk (Impeller)
Pengaduk dalam tangki memiliki fungsi sebagai pompa yang menghasilkan laju
volumetrik tertentu pada tiap kecepatan putaran dan input daya. Input daya dipengaruhi
oleh geometri peralatan dan fluida yang digunakan. Profil aliran dan derajat turbulensi
merupakan aspek penting yang mempengaruhi kualitas pencampuran. Rancangan
pengaduk sangat dipengaruhi oleh jenis aliran, laminar atau turbulen. Aliran laminar
biasanya membutuhkan pengaduk yang ukurannya hampir sebesar tangki itu sendiri. Hal
ini disebabkan karena aliran laminar tidak memindahkan momentum sebaik aliran
turbulen. Menurut aliran yang dihasilkan, pengaduk dapat dibagi menjadi tiga golongan :
1. Pengaduk aliran aksial yang akan menimbulkan aliran yang sejajar dengan sumbu
putaran.
2. Pengaduk aliran radial yang akan menimbulkan aliran yang berarah tangensial
dan radial terhadap bidang rotasi pengaduk. Komponen aliran tangensial
menyebabkan timbulnya vortex dan terjadinya pusaran, dan dapat dihilangkan
dengan pemasangan baffle atau cruciform baffle.
3. Pengaduk aliran campuran yang merupakan gabungan dari kedua jenis pengaduk
di atas.
Menurut bentuknya, pengaduk dapat dibagi menjadi 3 golongan:Propeller, Turbine,
Paddles.
a. Pengaduk jenis baling-baling (Propeller)
Kelompok ini biasa digunakan untuk kecepatan pengadukan tinggi
dengan arah aliran aksial. Pengaduk ini dapat digunakan untuk cairan yang
memiliki viskositas rendah dan tidak bergantung pada ukuran serta bentuk tangki.
Kapasitas sirkulasi yang dihasilkan besar dan sensitif terhadap beban head.
Dalam perancangan propeller, luas sudu biasa dinyatakan dalam perbandingan
luas area yang terbentuk dengan luas daerah disk. Nilai nisbah ini berada pada
rentang 0.45 sampai dengan 0.55. Pengaduk propeler terutama menimbulkan
aliran arah aksial, arus aliran meninggalkan pengaduk secara kontinu melewati
fluida ke satu arah tertentu sampai dibelokkan oleh dinding atau dasar tangki.
Ada beberapa jenis pengaduk atau impeller yang biasa digunakan, yaitu:
a. Marine propeller

b. Hydrofoil propeller

c. High flow propeller

Gambar 2.1 Jenis Pengaduk propeller


Baling-baling ini digunakan pada kecepatan berkisar antara 400 hingga
1750 rpm (revolutions per minute) dan digunakan untuk cairan dengan viskositas
rendah. Menghitung gaya pada sudu pengaduk, Gaya atau kakaks adalah apapun
yang dapat menyebabkan sebuah benda bermassa mengalami percepatan. gaya
sentripetal adalah gaya yang membuat benda bergerak melingkar, sehingga pada
perencanaan ini dapat dihitung gaya sentripetal yang terjadi pada pengaduk.
b. Pengaduk Jenis Dayung (Paddle)
Pengaduk jenis ini sering memegang peranan penting pada proses
pencampuran dalam industri. Bentuk pengaduk ini memiliki minimum 2 sudu,
horizontal atau vertical, dengan nilai D/T yang tinggi. Paddle digunakan pada
aliran fluida laminar, transisi atau turbulen tanpa baffle. Pengaduk padel
menimbulkan aliran arah radial dan tangensial dan hamper tannpa gerak vertikal
sama sekali. Arus yang bergerak ke arah horisontal setelah mencapai dinding
akan dibelokkan ke atas atau ke bawah. Bila digunakan pada kecepatan tinggi
akan terjadi pusaran saja tanpa terjadi agitasi. Berbagai jenis pengaduk dayung
biasanya digunakan pada kecepatan rendah diantaranya 20 hingga 200 rpm.
Dayung datar berdaun dua atau empat biasa digunakan dalam sebuah proses
pengadukan. Panjang total dari pengadukan dayung biasanya 60 - 80% dari
diameter tangki dan lebar dari daunnya 1/6 - 1/10 dari panjangnya. Beberapa
jenis paddle yaitu:
a. Paddle anchor

b. Paddle flat beam – basic

c. Paddle double – motion

d. Paddle gate

e. Paddle horseshoe

f. Paddle glassed steel (used in glass-lined vessels)

g. Paddle finger

h. Paddle helix

i. Multi paddle
Gambar 2.2 Pengaduk Jenis Dayung (Paddle)

Pengaduk dayung menjadi tidak efektif untuk suspensi padatan, karena


aliran radial bisa terbentuk namun aliran aksial dan vertikal menjadi kecil.Sebuah
dayung jangkar atau pagar, yang terlihat pada gambar 6 biasa digunakan dalam
pengadukan.Jenis ini menyapu dan mengeruk dinding tangki dan kadang-kadang
bagian bawah tangki. Jenis ini digunakan pada cairan kental dimana endapan
pada dinding dapat terbentuk dan juga digunakan untuk meningkatkan transfer
panas dari dan ke dinding tangki. Bagaimanapun jenis ini adalah pencampuran
yang buruk. Pengaduk dayung sering digunakan untuk proses pembuatan pasta
kanji, cat, bahan perekat dan kosmetik.
c. Pengaduk jenis Turbin (turbine)
Istilah turbine ini diberikan bagi berbagai macam jenis pengaduk tanpa
memandang rancangan, arah discharge ataupun karakteristik aliran. Turbine
merupakan pengaduk dengan sudut tegak datar dan bersudut konstan. Pengaduk
jenis ini digunakan pada viskositas fluida rendah seperti halnya pengaduk jenis
propeller [Uhl & Gray, 1966]. Pengaduk turbin menimbulkan aliran arah radial
dan tengensial. Di sekitar turbin terjadi daerah turbulensi yang kuat, arus dan
geseran yang kuat antar fluida. Salah satu jenis pengaduk turbine adalah pitched
blade. Pengaduk jenis ini memiliki sudut sudu konstan. Aliran terjadi pada arah
aksial, meski demikian terdapat pule aliran pada arah radial. Aliran ini akan
mendominasi jika sudu berada dekat dengan dasar tangki.
Pengaduk turbin adalah pengaduk dayung yang memiliki banyak daun
pengaduk dan berukuran lebih pendek, digunakan pada kecepatan tinggi untuk
cairan dengan rentang kekentalan yang sangat luas. Diameter dari sebuah turbin
biasanya antara 30 - 50% dari diameter tangki. Turbin biasanya memiliki empat
atau enam daun pengaduk. Turbin dengan daun yang datar memberikan aliran
yang radial. Jenis ini juga berguna untuk dispersi gas yang baik, gas akan
dialirkan dari bagian bawah pengaduk dan akan menuju ke bagian daun pengaduk
lalu tepotong-potong menjadi gelembung gas. Beberapa jenis turbin yaitu:
a. Turbine disc flat blade

b. Turbine hub mounted curved blade


c. Turbine disc mounted curved blade

d. Turbine pitched blade

e. Turbine bar

f. Turbine shrouded

Gambar 2.3 Pengaduk Turbin pada bagian variasi

Pada turbin dengan daun yang dibuat miring sebesar 450, seperti yang
terlihat pada Gambar 3, beberapa aliran aksial akan terbentuk sehingga sebuah
kombinasi dari aliran aksial dan radial akan terbentuk. Jenis ini berguna dalam
suspensi padatan kerena aliran langsung ke bawah dan akan menyapu padatan ke
atas. Terkadang sebuah turbin dengan hanya empat daun miring digunakan dalam
suspensi padat.Pengaduk dengan aliran aksial menghasilkan pergerakan fluida
yang lebih besar dan pencampuran per satuan daya dan sangat berguna dalam
suspensi padatan (No name, 2014)..
7. Kecepatan Pengadukan
Komponen radial dan tangensial terletak pada daerah horizontal dan komponen
longitudinal pada daerah vertikal untuk kasus tangkai tegak (vertical shaft). Komponen
radial dan longitudinal sangat berguna untuk penentuan pola aliran yang diperlukan untuk
aksi pencampuran (mixing action). Pengadukan pada kecepatan tinggi ada kalanya
mengakibatkan pola aliran melingkar di sekitar pengaduk. Gerakan melingkar tersebut
dinamakan vorteks. Vorteks dapat terbentuk di sekitar pengaduk ataupun di pusat tangki
yang tidak menggunakan baffle. Fenomena ini tidak diinginkan dalam industri karena
beberapa alasan. Pertama: kualitas pencampuran buruk meski fluida berputar dalam
tangki. Hal ini disebabkan oleh kecepatan sudut pengaduk dan fluida sama. Kedua udara
dapat masuk dengan mudahnya ke dalam fluida karena tinggi fluida di pusat tangki jatuh
hingga mencapai bagian atas pengaduk. Ketiga, adanya vorteks akan mengakibatkan
naiknya permukaan fluida pada tepi tangki secara signifikan sehingga fluida tumpah.
Salah satu variasi dasar dalam proses pengadukan dan pencampuran adalah kecepatan
putaran pengaduk yang digunakan. Variasi kecepatan putaran pengaduk bisa memberikan
gambaran mengenai pola aliran yang dihasilkan dan daya listrik yang dibutuhkan dalam
proses pengadukan dan pencampuran. Secara umum klasifikasi kecepatan putaran
pengaduk dibagi tiga, yaitu : kecepatan putaran rendah, sedang dan tinggi.
i. Kecepatan Putaran Rendah
Kecepatan rendah yang digunakan berkisar pada kecepatan 100 rpm.
Pengadukan dengan kecepatan ini umumnya digunakan untuk minyak kental,
lumpur dimana terdapat serat atau pada cairan yang dapat menimbulkan busa.
Jenis pengaduk ini meghasilkan pergerakan batch yang empurna dengan sebuah
permukaan fluida yang datar untuk menjaga temperatur atau mencampur larutan
dengan viskositas dan gravitasi spesifik yang sama.
ii. Kecepatan Putaran Sedang
Kecepatan sedang, berkisar pada kecepatan 1150 rpm. Pengaduk dengan
kecepatan ini umumnya digunakan untuk larutan sirup kental dan minyak pernis.
Kecepatan rendah, berkisar pada kecepatan 400 rpm. Pengaduk dengan kecepatan
ini umumnya digunakan untuk minyak kental, lumpur di mana terdapat serat atau
pada cairan yang dapat menimbulkan busa. Untuk menjamin keamanan proses,
pengaduk dengan kecepatan lebih tinggi dari 400 rpm sebaiknya tidak digunakan
untuk cairan dengan viskositas lebih besar dari 200 cP, atau volume cairan lebih
besar dari 2000 L. Pengaduk dengan kecepatan lebih besar dari 1150 rpm
sebaiknya tidak digunakan untuk cairan dengan viskositas lebih besar dari 50 cP
atau volume cairan lebih besar dari 500 L. Kecepatan pengaduk ditentukan oleh
viskositas fluida dan ukuran geometri sistem pengadukan.
Kecepatan sedang yang digunakan berkisar pada kecepatan 1150 rpm.
Pengaduk dengan kecepatan ini umumnya digunakan untuk larutan sirup kental
dan minyak pernis. Jenis ini paling sering digunakan untuk meriakkan permukaan
pada viskositas yang rendah, mengurangi waktu pencampuran, mencampuran
larutan dengan viskositas yang berbeda dan bertujuan untuk memanaskan atau
mendinginkan.
iii. Kecepatan Putaran Tinggi
Kecepatan tinggi yang digunakan berkisar pada kecepatan 1750 rpm.
Pengaduk dengan kecepatan ini umumnya digunakan untuk fluida dengan
viskositas rendah misalnya air. Tingkat pengadukan ini menghasilkan permukaan
yang cekung pada viskositas yang rendah dan dibutuhkan ketika waktu
pencampuran sangat lama atau perbedaan viskositas sangat besar.
8. Jumlah Pengaduk
Penambahan jumlah pengaduk yang digunakan pada dasarnya untuk tetap
menjaga efektifitas pengadukan pada kondisi yang berubah. Ketinggian fluida yang lebih
besar dari diameter tangki, disertai dengan viskositas fluida yang lebih besar dan diameter
pengaduk yang lebih kecil dari dimensi yang biasa digunakan, merupakan kondisi dimana
pengaduk yang digunakan lebih dari satu buah, dengan jarak antara pengaduk sama
dengan jarak pengaduk paling bawah ke dasar tangki. Penjelasan mengenai kondisi
pengadukan dimana lebih dari satu pengaduk yang digunakan dapat dilihat dalam Tabel
1.1

Table 1.1 Kondisi untuk pemilihan pengaduk

Satu Pengaduk Dua Pengaduk


Fluida dengan viskositas rendah Fluida dengan viskositas sedang dang
tinggi
Pengaduk menyapu dasar tangki Pengaduk pada tangki yang dalam
Kecepatan balik aliran yang tinggi Gaya gesek aliran besar
Ketinggian permukaan cairan yang Ukuran mounting nozzle yang minimal
bervariasi
(Sumber : No name, 2014)

9. Pemilihan Jenis Pengaduk


Viskositas dari cairan adalah salah satu dari beberapa faktor yang mempengaruhi
pemilihan jenis pengaduk. Indikasi dari rentang viskositas pada setiap jenis pengaduk
adalah :
a. Pengaduk jenis baling-baling digunakan untuk viskositas fluida di bawah Pa.s
(3000 cP).

b. Pengaduk jenis turbin bisa digunakan untuk viskositas di bawah 100 Pa.s
(100.000 cp).
c. Pengaduk jenis dayung yang dimodifikasi seperti pengaduk jangkar bisa
digunakan untuk viskositas antara 50 - 500 Pa.s (500.000 cP)

d. Pengaduk jenis pita melingkar biasa digunakan untuk viskositas di atas 1000 Pa.s
dan telah digunakan hingga viskositas 25.000 Pa.s. Untuk viskositas lebih dari
2,5 - 5 Pa.s (5000 cP) dan diatasnya, sekat tidak diperlukan karena hanya terjadi
pusaran kecil.

Gambar 2.4 Pola aliran yang dihasilkan oleh jenis-jenis pengaduk yang berbeda, (a)
Impeller, (b) Propeller, (c) Paddle dan (d) Helical ribbon

10. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pencampuran


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pencampuran, yaitu:
 Aliran, aliran yang turbulen dan laju alir bahan yang tinggi biasanya
menguntungkan proses pencampuran. Sebaliknya, aliran yang laminar dapat
menggagalkan pencampuran.
 Ukuran partikel/luas permukaan, semakin luas permukaan kontak bahan-
bahan yang harus dicampur,yang berarti semakin kecil partikel dan semakin
mudah gerakannya di dalam campuran, maka proses pencampuran semakin
baik.
 Kelarutan, semakin besar kelarutan bahan-bahan yang akan dicampur satu
terhadap lainnya, semakin baik pencampurannya.

Pencampuran cairan dengan cairan digunakan untuk mempersiapkan atau


melangsungkan proses-proses kimia dan fisika serta juga untuk membuat produk akhir
yang komersial. Tangki atau bejana biasanya berbentuk silinder dengan sumbu terpasang
vertikal, bagian atas bejana itu bias terbuka saja ke udara atau dapat pula tertutup. Ujung
bawah tangki itu biasanya agak membulat, jadi tidak datar saja, maksudnya agar tidak
terdapat terlalu banyak sudut-sudut tajam atau daerah yang sulit ditembus arus zat cair.

Kedalaman zat cair (H) biasanya hampir sama dengan diameter tangki (Dt). Di
dalam tangki itu dipasang pengaduk (impeller) pada ujung poros menggantung, artinya
poros itu ditumpu dari atas. Poros itu digerakkan oleh motor, yang kadang-kadang
dihubungkan langsung dengan poros itu, namun biasanya dihubungkan melalui peti roda
gigi untuk menurunkan kecepatannya (Suparni Setyowati Rahayu, 2009)

11. Pola Aliran Dalam Bejana


Jenis aliran di dalam bejana yang sedang diaduk bergantung pada jenis impeller,
karakteristik fluida dan ukuran serta perbandingan tangki, sekat dan agigator. Kecepatan
fluida pada setiap titik dalam tangki mempunyai tiga komponen dan pola aliran
keseluruhan di dalam tangki itu bergantung pada variasi dari ketiga komponen itu dari
satu lokasi ke lokasi lain

1. Bilangan Reynold (NRe)


Bilangan ini menggambarkan jenis aliran dalam fluida yang disebabkan
oleh putaran batang pengaduk. Secara matematis bilangan Reynold dapat
ditulis:
Dimana :
2
Da ×n×ρ
N Re =
μ

Dimana:
Da : Diameter pengaduk
n : Kecepatan putaran pengaduk
ρ : Densitas
μ : Viskositas. (Geankoplis, 1983)

2. Bilangan Power (Npo)


Bilangan ini digunakan untuk menggambarkan hubungan dan kaitannya
dalam pengerjaan operasi dan juga untuk menghitung power atau tenaga yang
dibutuhkan pada operasi yang dilaksanakan. Secara matematis bilangan ini
dapat ditulis :

P×g
Np= 3 5
ρ× n × Da

Dimana:
P : Daya keluaran motor
Da : Diameter pengaduk
n : Kecepatan putaran pengaduk
g : gravitasi
ρ : densitas

3. Bilangan Froud (NFr)


Bilangan ini digunakan untuk menghitung pengaruh gravitasi bumi dalam
penentuan gerakan fluida dan juga untuk mengetahui besarnya vorteks yang
terjadi. Secara matematis bilangan ini dapat ditulis. n 2

2
n × Da
N Fr =
g

Dimana ;
Da : Diameter pengaduk
n : Kecepatan putaran pengaduk
g : gravitasi

sumbu tetapi lebih sering melalui kotak gear pengurang kecepatan. Perlengkapan
tambahan seperti jalur masuk atau keluar bahan, coil pemanas, jaket atau termometer
rendam atau alat pengukur suhu lainnya merupakan komponen tetap alat pencampur
bahan cair ini.

V. PROSEDUR KERJA
a) Kalibrasi Rpm
1. Menyalakan pengaduk.
2. Mengatur kecepatan putaran dengan memutar alat kecepatan
mengarah ke angka 10 lalu ditekan tombol berwarna hijau
bersamaan dengan menekan tombol stopwatch.
3. Menghitung jumlah putaran pengaduk (misalnya 10 putaran), setelah
itu dicatat waktunya.
4. Melakukan langkah yang sama untuk skala kecepatan pengadukan
2,5 dan 3.

b) Pencampuran bahan/mixing
a. Membuat larutan air garam
b. Memasukkan larutan air garam ke dalam reaktor berpengaduk,
memutar skala kecepatan pengadukan ke angka 10.
c. Menekan tombol berwarna hijau bersamaan menekan tombol
stopwatch, dilakukan pengadukan selama 15 menit.
d. Mengeluarkan hasil campuran melalui kran tabung pengaduk ke
dalam erlenmeyer sebagai sampel, dan sisanya dapat dibuang.
e. Membilas tabung pengaduk, kemudian melakukan langkah –
langkah tadi dengan kecepatan yang berbeda yakni skala kecepatan
20.

c) Analisa Sampel
o Menentukan vikositas
1. Masukkan 10 ml aquades ke dalam viskometer.
2. Hitung waktu alir yang terjadi dalam viskometer dengan stopwatch.
3. Keluarkan aquades kemudian diganti 10 ml sampel ke dalam
viskometer (triplo).
4. Hitung kecepatan laju alir yang terjadi dengan menggunakan
stopwatch

o Menentukan densitas
1. Membersihkan piknometer dengan etanol 96%
2. Mengeringkan piknometer hingga tidak ada uap air yang tersisa
3. Menimbang bobot piknometer kosong.
4. Mengisi piknometer dengan aquadest hingga penuh kemudian
ditimbang.
5. Mengisi piknometer dengan sampel hingga penuh kemudian
ditimbang.
6. Mencatat hasil penimbangan.
7. Melakukan langkah yang sama untuk skala kecepatan pengadukan
2,5 dan 3.
VI. DATA PENGAMATAN
o Diameter tabung: 102 cm
o Suhu aquadest: 30C
o Kalibrasi kecepatan putaran
 Skala 2
Putaran Waktu (sec)
10 5,30
10 5,27
Rata-rata 5,28

 Skala 3
Putaran Waktu (sec)
10 3,40
10 3,40
Rata-rata 3,40

 Densitas
 Skala 2,5
Uraian Berat (gram)
Piknometer Kosong 23,3270
Piknometer + aquadest 47,5005
Piknometer + sampel 1 47,9664
Piknometer + sampel 2 47,9727
Piknometer + sampel 3 47,9706
Piknometer + sampel 4 47,9695
Piknometer + sampel 5 47,9668

 Skala 3
Uraian Berat (gram)
Piknometer Kosong 23,3270
Piknometer + aquadest 47,5005
Piknometer + sampel 1 48,0043
Piknometer + sampel 2 47,9980
Piknometer + sampel 3 48,0078
Piknometer + sampel 4 47,9891
Piknometer + sampel 5 48,0113

 Viskometer Oswald
 Skala 2,5
Uraian Waktu (sec)
Aquadest 0,15
Sampel 1 0,16
Sampel 2 0,16
Sampel 3 0,16
Sampel 4 0,16
Sampel 5 0,16

 Skala 3
Uraian Waktu (sec)
Aquadest 0,15
Sampel 1 0,16
Sampel 2 0,16
Sampel 3 0,16
Sampel 4 0,15
Sampel 5 0,16

Anda mungkin juga menyukai