Anda di halaman 1dari 10

MIXING (PENCAMPURAN)

PERCOBAAN V
(Mata Kuliah Praktikum Mesin dan Peralatan Industri)

Kelompok 1

AMINAH 1902301005
ANISSA NORMALITASARI 1902301007
DHEANITA ANANDA 1902301011
HASNAN BUKHARI 1902301017
MUHAMMAD RAHAYU 1902301033

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


POLITEKNIK NEGERI TANAH LAUT
PELAIHARI
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Suatu industri yang memproduksi suatu produk pasti melakukan proses
pencampuran dari satu bahan dengan bahan lain, baik bahan padat dengan padat.
Padat dengan cair. Mengurangi ketidaksamaan atau ketidakrataan dalam
komposisi, temperatur atau sifat-sifat lain yang terdapat dalam suatu bahan dapat
diatasi dengan proses pencampuran.
Pencampuran merupakan proses yang menyebabkan tercampurnya suatu
bahan ke bahan lain dimana bahan-bahan tersebut terpisah dalam fase yang
berbeda. Pencampuran diartikan sebagai suatu proses menghimpun dan
membaurkan bahan-bahan. Dalam hal ini diperlukan gaya mekanik untuk
menggerakkan alat pencampur supaya pencampuran dapat berlangsung dengan
baik. Mesin pencampur dapat digolongkan dalam kategori mesin pengolah dalam
suatu industri yang menunjang proses pengolahan bahan menjadi produk.
Tujuan operasi pencampuran adalah bergabungnya bahan menjadi suatu
campuran yang sedapat mungkin memiliki kesamaan penyebaran yang semurna.
Berhubung secara fisik bahan-bahan yang ada di alam tersedia dalam berbagai
bentuk fasa, maka secara teoritis banyak sekali variasi pencampuran bahan yang
mungkin timbul. Peralatan pencampuran mempunyai pemanfaatan yang
bermacam-macam. Untuk menentukan jenis dari alat pencampur tergantung pada
jenis bahan yang akan di campurkan (cairan, padatan, atau gas), kecepatan alat
yang diinginkan serta kekentalan dari suatu bahan tersebut. Dampak dari hasil
pencampuran adalah terjadinya homogenitas, kebersamaan dalam setiap titik
dalam pencampuran, terjadinya keadaan serba sama, terjadinya reaksi kimia,
terjadinya perpindahan panas, dan perpindahan massa.

1.2 Tujuan
Untuk menentukan kadar air dan menentukan massa yang hilang pada cabe
merah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Mixing (Pencampuran)


Pencampuran adalah proses yang menyebabkan tercampurnya suatu bahan
ke bahan lain dimana bahan-bahan tersebut terpisah dalam fase yang berbeda.
Pencampuran dapat dipisahkan menjadi komponen aslinya secara mekanis.
Pencampuran dapat bersifat homogen atau heterogen. Berdasarkan ilmu kimia,
suatu pencampuran (mixing) adalah sebuah zat yang dibuat dengan
menggabungkan dua zat atau lebih yang berbeda tanpa reaksi kimia yang terjadi,
sementara tidak ada perubahan fisik dalam suatu pencampuran, sifat kimia suatu
pencampuran seperti titik lelehnya dapat menyimpang dari komponennya.
Pencampuran dapat dipisahkan menjadi komponen aslinya secara mekanis.
Pencampuran dapat bersifat homogen atau heterogen (Rizaldi, 2006).
Pencampuran bertujuan untuk mengurangi ketidaksamaan atau
ketidakrataan dalam komposisi, temperatur atau sifat-sifat lain yang terdapat
dalam suatu bahan atau terjadinya homogenisasi, kebersamaan dalam setiap titik
dalam pencampuran. Dampak dari hasil pencampuran adalah terjadinya
homogenitas, kebersamaan dalam setiap titik dalam pencampuran, terjadinya
keadaan serba sama, terjadinya reaksi kimia, terjadinya perpindahan panas, dan
perpindahan massa (Winarno, 1997).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pencampuran adalah ukuran partikel
bentuk dan pengaduk dari masing-masing komponen, kadar air permukaan baha
pangan dan karakteristik aliran masing-masing bahan.

2.2 Macam Macam Pencampuran


Berdasarkan sifat dari bahannya pencampuran bahan dapat dibedakan atas
pencampuran bahan cair, bahan viskos, dan pencampuran bahan padat.

2.2.1 Pencampuran Bahan Cair


Pencampuran bahan cair memiliki karakteristik bahan yang dicampur cair,
memenuhi ruang, ada gerakan aliran bahan ke pengaduk, tidak memerlukan gaya
gunting yang besar dan tenaga yang diperlukan relatif lebih kecil. Pencampuran
bahan cair berguna untuk menggabungkan bahan-bahan cair, mendispersikan
bahan cair, meningkatkan pindah panas antara bahan cair dan penukar panas serta
meningkatkan kapasitas kalor dari suatu bahan. Dalam suatu proses pengadukan,
beberapa tujuan diatas dapat dicapai secara sekaligus, contohnya pada proses
hidrogenasi katalitis minyak.

2.2.2 Pencampuran Bahan Viskos


Pencampuran bahan bersifat viskos memiliki karakteristik viskositas yang
tinggi, bahannya plastis dan berbentuk pasta, memerlukan gaya gunting (shear
force) yang lebih besar, memerlukan energi spesifik juga lebih besar (sampai 1
KWH/Kg), tidak ada aliran bahan menuju pengaduk. Pencampuran ini biasanya
bukan hanya bahan viskos yang dicampur, bisa jadi pencampuran bahan padat dan
cair yang akhirnya membentuk bahan viskos, atau bahan pasta yang dicampurkan
bahan padat atau bahan cair. Hal tersebut tergantung dari tujuan akhir
pencampuran yang ingin dilakukan, baik meningkatkan nilai viskos atau
menurunkannya (Azwar, 1991).

2.2.3 Pencampuran Bahan Padat


Pencampuran bahan padat memiliki karakteristik yang hampir sama dengan
bahan cair yaitu memenuhi ruang, ada aliran bahan ke pengaduk, tidak
memerlukan gaya gunting yang besar dan tenaga yang diperlukan relatif kecil.
Tetapi pada bahan yang padat aliran bahan ke pengaduk bukan karena sendirinya
tetapi ada gaya yang diberikan oleh pengaduk tersebut. Pencampuran bahan padat
berguna untuk mencampur bahan yang memiliki sifat berbeda dan dapat diproses
pada saat yang bersamaan, hal ini juga dilakukan untuk merubah fisik dari bahan
tersebut, dan juga merubah karakteristik bahan tersebut baik dari rasa, dan baunya
(Dakung, 1989).

2.3 Macam-Macam Alat Pencampuran


2.3.1 Alat Pencampur Untuk Tepung Yang Kering atau Padatan
Dalam melakukan pencampuran dibutuhkan kecepatan dari suatu alat
pencampur. Kecepatan komponen-komponen cairan yang dicampurkan
disebabkan oleh pengadukan dan kecepatan pengadukan terdiri dari. Yang
pertama kecepatan radial yang berfungsi sebagai arah ke pengaduk, yang kedu
kecepatan longitudinal, pararel dari pengaduk dan yang terakhir kecepatan
rotasional tangensial ke pengaduk (Irwansyah, 2015).

2.3.2 Alat Pencampur Liquid


Saat pencampuran liquid, propeller mixer adalah jenis yang paling umum
dan memuaskan saat proses penggunaan, alat ini terdiri dari tangki silinder yang
dilengkapi dengan propeller atau blender beserta motor pemutar bentuk
propeller, impeller, blender didesain, sedemikian rupa untuk efektivitas
pencampuran dan disesuaikan dengan viskositas fluida.
Pada jenis alat pencampur ini, diusahakan untuk menghindari tipe aliran
monoton yang berputar melingkari dinding yang sangat kecil konstribusinya
terhadap pengaruh pencampuran.

2.3.3 Alat Pencampur Granula (Solid-solid)


Pencampuran ini dapat menggunakan ribbon blender dan double cone
mixer. Ribbon blender terdiri dari silinder horizontal yang didalamnya dilengkapi
dengan screw berputar. Double cone blender adalah alat pencampur yang terdiri
dari dua kerucut yang berputar pada porosnya, jika kerucut berputar maka tepung
granula berada di dalam granula yang berada di dalam volume kerucut akan
teragritasi dan tercampur. Pencampuran tipe ini memerlukan energi yang
dikonsumsi diubah menjadi panas yang dapat menyebabkan terjadinya kenaikan
suhu dari produk. Untuk menentukan jenis dari alat pencampur tergantung pada
jenis bahan yang akan dicampurkan (cair, padat, gas), kecepatan alat yang
diinginkan serta kekentalan dari suatu bahan tersebut.
Alat pencampur ini dikelompokkan menurut kekentalan. Pertama alat
pencampur untuk bahan cair yang memiliki viskositas rendah-sedang, Kedua alat
pencampur untuk bahan cair yang memiliki viskositas tinggi-pasta, ketiga alat
pencampur untuk tepung kering atau padatan (Rizkiana, 2012)
BAB III
METODELOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilakasanakan pada hari Kamis tanggal 29 Agustus 2019
Pukul 13.00-selesai WITA di Laboratorium Pangan Teknologi Industri Pertanian
Politeknik Negeri Tanah Laut.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain pisau, blender, talenan,
saringan, mangkok, nampan, timbangan, dan sendok.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain cabe merah.

3.3 Prosedur Kerja


1. Disiapkan cabe masing-masing kelompok 100 gram, kemudian keluarkan
bijinya setelah dikeluarkan dijemur sampai kering.
2. Setelah kering cabenya ditimbang, dan setelah ditimbang dipotong kecil-
kecil kemuadian masukkan ke dalam blender sampai 10 detik.
3. Habis diblender disaring lalu yang jatuh ditimbang kembali, dan yang
masih tersisa ditimbang juga kemudian digabung menjadi satu dalam
waktu 30 detik.
4. Kemudian diblender kembali, setelah diblender lalu disaring, dan yang
jatuh ditimbang lagi. Setelah gabungkan menjadi satu dalam waktu 60
detik.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Adapun hasil praktikum mixing (pencampuran) dapat dilihat dari tabel
sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil pengamatan mixing (pencampuran)
No Waktu Persen Bahan Komulatif FM D
Tertinggal
1 10 8/12 x 100 = 66,67% 8/12 x 100 = 66,67% 66,67/100 = 0,6667
2 30 5/12 x 100 = 41,67% 8+5/12 x 100 = 108,3% 108,3/100 = 1,083
3 60 3/12 x 100 = 25% 8+5+3/12 x 100 = 133,3% 133,3/100 = 1,333

1. 0,0041.(2)Fm = 0,0041.(2)0,6667
= 0,0065084947
2. 0,0041.(2)Fm = 0,0041.(2)1,083
= 0,0086855903
3. 0,0041.(2)Fm = 0,0041.(2)1,333
= 0,0103289658

4.2 Pembahasan
Mixing (pencampuran) adalah proses pencampuran atau penggabungan
berbagai macam bahan untuk menjadi satu kesatuan yang seragam. Bahan yang
digunakan dalam proses mixing kali ini berupa tepung, gula dan air.
Pencampuran dilakukan dengan tiga tahap kecepatan yaitu, tahap pertama
dengan waktu satu menit dengan rotasi (putaran) sebanyak 68 rpm. Sedangkan
pada tahap kedua dengan waktu satu menit dengan rotasi (putaran) sebanyak 67
rpm dan pada tahap kecepatan ketiga dengan waktu satu menit maka rotasi
(putaran) sebanyak 65 rpm. Jadi semakin tinggi tahap kecepatan pada mesin mixer
mekanis, maka semakin cepat pula putaran yang dihasilkan oleh mesin mixer.
Ketiga tahap kecepatan pada mesin mixer memiliki fungsinya masing-
masing. Pada tahap kecepatan pertama, mixer berfungsi sebagi pencampuran
semua bahan yang hendak diaduk. Sedangkan pada tahap kedua berfungsi sebagai
pengadukan bahan. Terakhir pada tahap kecepatan ketiga yang berfungsi untuk
mengembangkan adonan. Tujuan dari proses mixing atau pencampuran adalah
untuk memperoleh adonan yang elastis dan menghasilkan adonan yang dapat
mengembang saat dilakukannya proses pengovenan, serta dengan adanya proses
mixing semua bahan dapat tercampur dengan merata.
Semakin lama waktu pengadukan mempengaruhi tekstur dan penampilan
bahan yang dicampurkan. Hal itu dapat dilihat pada sampel yang semakin lama
diaduk maka akan semakin homogen campurannya. Ketiga tahap kecepatan pada
mesin mixer memiliki fungsinya masing-masing. Pada tahap kecepatan pertama,
mixer berfungsi sebagi pencampuran semua bahan yang hendak diaduk.
Sedangkan pada tahap kedua berfungsi sebagai pengadukan bahan. Terakhir pada
tahap kecepatan ketiga yang berfungsi untuk mengembangkan adonan.
Tujuan dari proses mixing atau pencampuran adalah untuk memperoleh
adonan yang elastis dan menghasilkan adonan yang dapat mengembang saat
dilakukannya proses pengovenan, serta dengan adanya proses mixing semua
bahan dapat tercampur dengan merata.
Derajat pencampuran dapat dikarakterisasi dari waktu yang dibutuhkan,
keadaan produk atau bahkan jumlah energi yang dibutuhkan untuk melakukan
pencampuran. Derajat keseragaman pencampuran diukur dari sampel yang
diambil selama pencampuran, jika komponen yang dicampur telah terdistribusi
melalui komponen lain secara random, maka dikatakan pencampuran telah
berlangsung baik. Derajat keseragaman ini berbeda-beda tergantung pada tujuan
pencampuran yaitu keseragaman dalam konsentrasi satu macam bahan atau lebih,
keseragaman suhu, atau keseragaman fisik tepung. Pencampuran ini dapat terjadi
antara bahan dry powder, liquid solid dan solid-solid. Dalam pencampuran bahan
yang dicampur harus berurutan agar bahan dapat tercampur dengan rata dan dapat
membuat adonan lembut.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum tentang mixing (pencampuran) yang telah dilakukan
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pencampuran (mixing) dapat menyebabkan tercampurnya suatu bahan ke
bahan lain, dimana bahan-bahan tersebut terpisah dalam fasa yang
berbeda.
2. Tercampurnya bahan melalui tiga tahap rotasi (putaran). Tahap pertama
dengan rotasi satu menit sebanyak 68 rpm, berfungsi sebagai
pencampuran bahan. Tahap kedua dengan kecepatan rotasi 67 rpm,
berfungsi sebagi pengadukan. Tahap ketiga dengan kecepatan putaran
sebanyak 65 rpm, berfungsi sebagai pengembangan adonan.

5.2 Saran
Berdasarkan praktikum mixing (pencampuran) yang telah dilakukan, maka
disarankan agarpraktikan untukdapat lebih teliti dan fokus saat menghitung rotasi
(putaran) dalam satu menit yang telah diamati. Untuk efesiensi dalam pelaksanaan
praktikum ini, maka praktikan perlu memperhatikan prosedur-prosedur kerja
sebelum melakukan percobaan untuk menghindari adanya kesalahan-kesalahan
yang dapat terjadi selama berlangsungnya praktikum tentang inventarisasi
peralatan dan mesin industri.

DAFTAR PUSTAKA

Azwar. 1991. Pengeringan Produk. Jakarta: Erlangga.


Dakung, S. 1989. Teknologi Pertanian Sebagai Tanggapan Aktif Terhadap
Lingkungan di Daerah Pekalongan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.

Rizaldi, T. 2006. Mesin Peralatan. Departemen Teknologi Pertanian. Medan:


USU.

Rizkiana, Wening. 2012. Mixing Equipment. Bogor: IPB.

Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum.

Anda mungkin juga menyukai