Anda di halaman 1dari 21

MIXING

I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menghitung nilai power pengadukan
2. Menjelaskan pengaruh viskositas, densitas, dan rate pengadukan terhadap nilai
power pengadukan

II. ALAT DAN BAHAN


Alat
1. Neraca analitik
2. Baskom plastik
3. Gelas kimia
4. Viskometer Oswald
5. Erlenmeyer
6. Bola hisap
7. Piknometer
8. Stopwatch
9. Pengaduk
10. Tangki berpengaduk / reaktor
11. Termometer
12. Tali rapia
13. Penggaris

Bahan
1. Air
2. Garam
3. Aquadest

III. DASAR TEORI


Dalam sebuah industri, mesin merupakan peralatan yang sangat vital dimana
mesin-mesin tersebut menentukan kualitas dan optimalitas suatu industri. Untuk
dapat bersaing dalam pemasaran produk, dan untuk dapat memperoleh keuntungan
yang layak, industri harus bekerja secara efekif dan efisien. Cara kerja demikian
hanya dapat dicapai bila industri tersebut didukung oleh sistem manajemen yang
baik dan juga bantuan mesin dan alat penunjang produksi yang tepat.
Proses pencampuran adalah suatu proses yang penting dilakukan dalam
industri, bahkan mesin pencampur ditemukan di hampir semua industri pengolahan
pangan maupun non pangan mulai dari pencampuran yang sederhana sampai
pencampuran yang rumit seperti pada industri farmasi. Mesin pencampur dapat
digolongkan dalam kategori mesin pengolah dalam suatu industri yang menunjang
proses pengolahan bahan menjadi produk.

Keberhasilan suatu proses pengolahan sering amat bergantung pada efektifnya


pengadukan dan pencampuran zat cair dalam proses tersebut. Pengadukan
(agitation) adalah suatu operasi kesatuan yang mempunyai sasaran untuk
menghasilkan pergerakan tidak beraturan dalam suatu cairan, dengan alat mekanis
yang terpasang pada alat di atas. Sedangkan pencampuran (mixing) adalah peristiwa
menyebarnya bahan-bahan secara acak, dimana bahan yang satu menyebar kedalam
bahan yang lain dan sebaliknya, sedang bahan-bahan itu sebelumya terpisah dalam
dua fase atau lebih. Agar bahan tersebut dapat bergerak diperlukan suatu
pengadukan dimana pengadukan tersebut akan memberikan suatu gerakan tertentu
pada suatu bahan di dalam bejana. Pemilihan pengaduk sangat ditentukan oleh jenis
pencampuran yang diinginkan serta keadaan bahan yang akan dicampur.

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengadukan dan pencampuran


diantaranya adalah perbandingan antara geometri tangki dengan geometri
pengaduk, bentuk dan jumlah pengaduk, posisi sumbu pengaduk, kecepatan putaran
pengaduk, penggunaan sekat dalam tangki dan juga properti fisik fluida yang diaduk
yaitu densitas dan viskositas. Oleh karena itu, perlu tersedia seperangkat alat tangki
berpengaduk yang bisa digunakan untuk mempelajari operasi dari pengadukan dan
pencampuran tersebut.

Prinsip percobaan pencampuran adalah berdasarkan pada peningkatan


pengacakan dan distribusi dua atau lebih komponen mempunyai sifat yang berbeda.
Derajat pencampuran dapat dikarakterisasi dari waktu yang dibutuhkan untuk
melakukan pencampuran. Derajat keragaman pencampuran diukur dari sampel yang
diambil selama pencampuran jika komponen yang dicampur telah terdistribusi
melalui komponen lain secara random, maka dikatakan pencampuran telah
berlangsung dengan baik. Derajat pencampuran yang dicapai tergantung pada:

1. Ukuran relatif partikel


2. Efisiensi alat pencampur untuk komponen yang dicampue
3. Kecerendungan komponen untuk membentuk agregat
4. Kadar air, sifat permukaan, dan aliran dari masing-masing komponen

Tujuan pengadukan antara lain adalah :

1. Membuat partikel padat tersuspensi


2. Mencampurkan liquid yang saliang larut (miscible), misalnya metil alkohol dan
air.
3. Mendispersikan zat cair yang tidak dapat bercampur dengan zat cair lain,
sehingga membentuk emulsi atau suspensi butiran-butiran halus.
4. Mempercepat perpindahan kalor antara zat cair baik sesama bahan dengan
menyuplai panas yang ada dalam tangki pencampuran tersebut.

Adapun jenis-jenis pencampuran dibedakan atas 7, yaitu :

1. Pencampuran bahan padat-padat


2. Pencampuran bahan cair-gas
3. Pencampuran bahan cair-padat
4. Pencampuran bahan cair-cair
5. Pencampuran bahan gas-padat
6. Pencampuran bahan gas-gas

Dan adapun macam-macam alat pencampur antara lain :

1. Alat pencampur liquid


Untuk pencampuran liquid, propeller mixer adalah jenis yang paling umum dan
memuaskan, alat ini terdiri dari tangki silinder yang dilengkapi dengan propeller
atau blender beserta motor pemutar, bentuk propeller, impeller, blender
dibesain sedemikian rupa untuk efektivitas pencampuran dan disesuaikan
dengan viskositas fluida. Pada jenis alat pencampur ini, diusahakan untuk
menghindari tipe aliran monoton yang berputar melingkari dinding yang sangat
kecil konstribusinya terhadap pengaruh pencampuran.
2. Alat pencampur granula
Dalam pencampuran ini dapat digunakan ribbon blender dan double cone mixer.
Ribbon blender terdiri dari silinder horizontal yang didalamnya dilengkapi dengan
screw berputar. Double cone blender adalah alat pencampur yang terdiri dari
dua kerucut yang berputar pada porosnya, jika kerucut berputar maka tepung
granula berada di dalam granula yang berada di dalam volume kerucut akan
teragritasi dan tercampur. Pencampuran tipe ini memerlukan energi yang
dikonsumsi diubah menjadi panas yang dapat menyebabkan terjadinya kenaikan
suhu dari produk. Untuk menentukan jenis dari alat pencampur tergantung pada
jenis bahan yang akan dicampurkan (cair, padat, gas), kecepatan alat yang
diinginkan serta kekentalan dari suatu bahan tersebut. Alat pencampur ini
dikelompokkan menurut kekentalan yaitu:
a. Alat pencampur untuk bahan cair yang memiliki viskositas rendah-sedang
b. Alat pencampur untuk bahan cair yang memiliki viskositas tinggi-pasta
c. Alat pencampuran untuk tepung kering atau padatan
3. Alat pencampur untuk tepung yang kering atau padatan
Dalam melakukan pencampuran dibutuhkan kecepatan dari suatu alat
pencampur. Kecepatan komponen-komponen cairan yang dicampurkan
disebabkan oleh pengadukan dan kecepatan pengadukan terdiri dari:
a. Kecepatan radial yang berfungsi sebagai arak ke pengaduk
b. Kecepatan longitudinal, paralel dari pengaduk
c. Kecepatan rotasional tangensial ke pengaduk

A. Tangki Pengaduk
Yang dimaksud dengan tangki pengaduk (tangki reaksi) adalah bejana
pengaduk tertutup yang berbentuk silinder, bagian alas dan tutupnya cembung.
Tangki pengaduk terutama digunakan untuk reaksi-reaksi kimia pada tekanan
diatas tekanan atmosfer dan pada tekanan vakum, namun tangki ini juga sering
digunakan untuk proses yang lain misalnya untuk pencampuran, pelarutan,
penguapan ekstraksi dan kristalisasi.
Hal penting dari tangki pengaduk, antara lain:
1. Bentuk : pada umumnya digunakan bentuk silinder dan bagain bawahnya
cekung.
2. Ukuran : diameter dan tangki tinggi
3. Kelengkapan, seperti :
a. Ada tidaknya buffle, yang berpengaruh pada pola aliran didalam tangki.
b. Jacket atau coil pendingin/pemanas, yang berfungsi sebagai pengendali
suhu.
c. Letak lubang pemasukan dan pengeluaran untuk proses kontinu.
d. Sumur untuk menempatkan termometer atau peranti untuk
pengukuran suhu
e. Kumparan kalor, tangki dan kelengkapan lainnya pada tangki pengaduk.

Keuntungan pemakaian tangki berpengaduk, yaitu :

1. Pada tangki berpengaduk suhu dan komposisi campuran dalam tangki selalu
serba sama. Hal ini memungkinkan mengadakan suatu proses isothermal
dalam tangki berpengaduk untuk reaksi yang panas reaksinya sangat besar.
2. Pada tangki berpengaduk dimana volume tangki relative besar, maka waktu
tinggal juga besar, berarti zat pereaksi dapat lebih lama beraksi didalam
tangki.
Kerugian pemakaian tangki berpengaduk, yaitu :
1. Sukar membuat tangki berpengaduk yang dapat bekerja dengan efesiensi
untuk reaksi-reaksi dalam fase gas, karena adanya persoalan pengaduk.
2. Untuk reaksi yang memerlukan tekanan tinggi.
3. Kecepatan perpindahan panas per satuan massa pada tangki pengaduk lebih
rendah.
4. Kecepatan reaksi pada tangki berpengaduk adalah kecepatan reaksi yang
ditunjukkan oleh komposisi waktu aliran keluar dari tangki.

B. Pengaduk
Biasanya zat cair diaduk di dalam tangki atau bejana berbentuk silinder yang dapat
tertutup maupun terbuka. Tinggi zat cair yang digunakan adalah 2/3 dari tinggi
tangki. Ada dua macam jenis impeller , yaitu yang menghasilkan arus sejajar
(axial) dengan sumbu poros impeller dan yang menghasilkan arus dalam arah
tangensial (radial). Terdapat tiga jenis utama dari impeller yaitu :
1. Propeller
Merupakan contoh impeller aliran aksial, dengan kecepatan tinggi untuk cairan
viskositas rendah. Propeller berukuran kecil berputar pada kecepatan penuh,
baik 1150 atau 1750 r/min. Sedangkan propeller yang berukuran besar berputar
pada 400 hingga 800 r/min.
2. Paddles
Untuk masalah sederhana agitator yang efektif digunakan adalah paddles datar
yang berputar pada poros vertikal. Paddle yang umum adalah paddle dengan dua
bilah dan empat bilah. Paddle berputar dengan kecepatan lambat di tengah
vessel mendorong cairan secara radial dan tangensial dengan hampir tidak ada
gerak vertikal diimpeller. Dalam industri paddle berputar pada kecepatan antara
20 dan 150 r/min.
3. Turbine
Bentuknya menyerupai paddle bilah banyak dengan pisau pendek, yang berputar
pada kecepatan tinggi diporos pusat vessel. Diameter impeller lebih kecil dari
paddle, mulai 30 sampai 50 persen dari diameter vessel. Turbin biasanya efektif
untuk jangkau viskositas yang cukup luas. Pada cair berviskositas rendah, turbin
itu menimbulkan arus yang sangat deras yang berlangsung di keseluruhan
bejana, menabrak kantong-kantong yang stagnan dan merusaknya. Di dekat
impeller itu terdapat zone arus deras yang sangat turbulen dengan geseran yang
kuat. Arus utamanya bersifat radial dan tangensial. Komponen tangensialnya
menimbulkan vorteks dan arus putar, yang harus dihentikan dengan
menggunakan sekat (baffle) atau difuser agar impeller itu menjadi sangat
efektif.

Gambar 1 Jenis jenis Impeller (a) three-blade marine propeller; (b) open
straight-blade turbine; (c) bladed disk turbine; (d) vertical curved-bladeturbine; (e)
pitched-blade turbine.
Pengaduk dalam tangki memiliki fungsi sebagai pompa yang menghasilkan laju
volumetrik tertentu pada tiap kecepatan putaran dan input daya. Input daya
dipengaruhi oleh geometri peralatan dan fluida yang digunakan. Profil aliran
dan derajat turbulensi merupakan aspek penting yang mempengaruhi kualitas
pencampuran. Rancangan pengaduk sangat dipengaruhi oleh jenis aliran,
laminar atau turbulen. Aliran laminar biasanya membutuhkan pengaduk yang
ukurannya hampir sebesar tangki itu sendiri. Hal ini disebabkan karena aliran
laminar tidak memindahkan momentum sebaik aliran turbulen.
Pencampuran di dalam tangki pengaduk terjadi larena adanya gerak rotasi dari
pengaduk dalam fluida. Gerak pengaduk ini memotong fluida tersebut dan
dapatmenimbulkan arus eddy yang bergerak keseluruhan sistem fluida tersebut.
Oleh sebab itu, pengaduk merupakan bagian yang paling penting dalam suatu
operasi pencampuran fasa cair dengan tangki pengaduk. Pencampuran yang baik
akan diperoleh bila diperhatikan bentuk dan dimensi pengaduk yang digunakan,
karena akan mempengaruhi keefektifan proses pencampuran, serta daya yang
diperlukan.

Gambar 2 Bejana pengaduk

Kecepatan pengaduk yang umumnya digunakan pada operasi industri kimia


adalah sebagai berikut:

1) Kecepatan tinggi, berkisar pada kecepatan 1750 rpm. Pengaduk dengan


kecepatan ini umumnya digunakan untuk fluida dengan viskositas rendah
misalnya air.
2) Kecepatan sedang, berkisar pada kecepatan 1150 rpm. Pengaduk dengan
kecepatan ini umumnya digunakan untuk larutan sirup kental dan minyak
pernis. Kecepatan rendah, berkisar pada kecepatan 400 rpm. Pengaduk
dengan kecepatan ini umumnya digunakan untuk minyak kental, lumpur di
mana terdapat serat atau pada cairan yang dapat menimbulkan busa.
Untuk menjamin keamanan proses, pengaduk dengan kecepatan lebih
tinggi dari 400 rpm sebaiknya tidak digunakan untuk cairan dengan
viskositas lebih besar dari 200 cP, atau volume cairan lebih besar dari 2000
L. Pengaduk dengan kecepatan lebih besar dari 1150 rpm sebaiknya tidak
digunakan untuk cairan dengan viskositas lebih besar dari 50 cP atau
volume cairan lebih besar dari 500 L. Kecepatan pengaduk ditentukan oleh
viskositas fluida dan ukuran geometri sistem pengadukan.

C. Pola Aliran dalam Tangki Pengaduk

Pada tangki berpengaduk, pola aliran yang dihasilkan bergantung pada beberapa
faktor antara lain geometri tangki, sifat fisik fluida dan jenis pengaduk itu sendiri.
Pengaduk jenis turbine akan cenderung membentuk pola aliran radial sedangkan
propeller cenderung membentuk aliran aksial. Pengaduk jenis helical screw dapat
membentuk aliran aksial dari bawah tangki menuju ke atas permukaan cairan.

Pola aliran fluida di dalam tangki berpengaduk:

flat-blade turbine
marine propeller
helical screw

Pada dasarnya terdapat 3 komponen yang hadir dalam tangki berpengaduk yaitu:

komponen radial pada arah tegak lurus terhadap tangkai pengaduk


komponen aksial pada arah sejajar (paralel) terhadap tangkai pengaduk
komponen tangensial atau rotasional pada arah melingkar mengikuti putaran
sekitar tangkai pengaduk.

Komponen radial dan tangensial terletak pada daerah horizontal dan komponen
longitudinal pada daerah vertikal untuk kasus tangkai tegak (vertical shaft).
Komponen radial dan longitudinal sangat berguna untuk penentuan pola aliran
yang diperlukan untuk aksi pencampuran (mixing action). Pengadukan pada
kecepatan tinggi ada kalanya mengakibatkan pola aliran melingkar di sekitar
pengaduk. Gerakan melingkar tersebut dinamakan vorteks. Vorteks dapat
terbentuk di sekitar pengaduk ataupun di pusat tangki yang tidak menggunakan
baffle. Fenomena ini tidak diinginkan dalam industri karena beberapa alasan.
Pertama: kualitas pencampuran buruk meski fluida berputar dalam tangki. Hal ini
disebabkan oleh kecepatan sudut pengaduk dan fluida sama. Kedua udara dapat
masuk dengan mudahnya ke dalam fluida karena tinggi fluida di pusat tangki jatuh
hingga mencapai bagian atas pengaduk. Ketiga, adanya vorteks akan
mengakibatkan naiknya permukaan fluida pada tepi tangki secara signifikan
sehingga fluida tumpah.

Upaya berikut ini dapat dilakukan untuk menghindari vorteks, yaitu:

a. menempatkan tangki pengaduk lebih ke tepi (off-center)


b. menempatkan tangkai pengaduk dengan posisi miring
c. menambahkan baffle pada dinding tangki.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pencampuran adalah ukuran partikel bentuk
dan pengaduk dari masing-masing komponen, kadar air permukaan baha pangan
dan karakteristik aliran masing-masing bahan.

D. Waktu Homogen

Waktu pencampuran (mixing time) adalah waktu yang dibutuhkan sehingga


diperoleh keadaan yang serba sama untuk menghasilkan campuran atau produk
dengan kualitas yang telah ditentukan. Sedangkan laju pencampuran (rate of
mixing) adalah laju di mana proses pencampuran berlangsung hingga mencapai
kondisi akhir. Pada operasi pencampuran dengan tangki pengaduk, waktu
pencampuran ini dipengaruhi oleh beberapa hal:

1. Yang berkaitan dengan alat, seperti:


- ada tidaknya baffle atau cruciform baffle
- bentuk atau jenis pengaduk (turbin, propeler, padel)
- ukuran pengaduk (diameter, tinggi)
- laju putaran pengaduk
- kedudukan pengaduk pada tangki, seperti
2. jarak terhadap dasar tangki
3. pola pemasangannya:
- center, vertikal
- off center, vertikal
- miring (inciclined) dari atas
- horisontal
E. Teori Perhitungan

1. Bilangan Reynold ( NRe )

Bilangan ini menggambarkan jenis aliran dalam fluida yang disebabkan


oleh putaran batang pengaduk. Secara matematis bilangan Reynold
dapat ditulis:

Dimana :

D= diameter impeller

n = kecepatan putaran impeller

= densitas

= viskositas

2. Bilangan Power ( NPo )

Bilangan ini digunakan untuk menggambarkan hubungan dan kaitannya


dalam pengerjaan operasi dan juga untuk menghitung power atau
tenaga yang dibutuhkan pada operasi yang dilaksanakan. Secara
matematis bilangan ini dapat ditulis :

.
=
3 5

Dimana :

P = daya keluaran motor

D= diameter impeller

n = kecepatan putaran impeller

g= gravitasi

= densitas

3. Bilangan Froud (NFr)

Bilangan ini digunakan untuk menghitung pengaruh gravitasi bumi


dalam penentuan gerakan fluida dan juga untuk mengetahui besarnya
vorteks yang terjadi. Secara matematis bilangan ini dapat ditulis

=

Dimana;

n = kecepatan putaran impeller

D= diameter impeller

g= gravitasi

Sehinnga nilai Np koreksi dapat diperoleh dari persamaan berikut :

Eksponensial m diperoleh dari persamaan :

a log NRe
=
b
Dimana a dan b merupakan tetapan.Nilai a dan b dapat diperoleh dari
tabel 9.1 konstanta a dan b sebagai berikut :

Sehingga jika nilai eksponensial diperoleh dari power number froude (Nrf)
maka power number (Np) yang diperoleh dari grafik dapat dikoreksi dan hasil
yang diperoleh diguanakan untuk menghitung daya yang dibutuhkan dengan
menggunakan persamaan daya :
IV. PROSEDUR KERJA
A. Mengkalibrasi alat
- Tangki Berpengaduk
1. Menyalakan alat dengan menekan tombol hijau
2. Mengatur skala putaran pengadukan, yaitu 50
3. Menghitung waktu yang diperlukan untuk 10 putaran
4. Mengulangi percobaan untuk skala putaran pengadukan 60 dan 70

- Piknometer
1. Menimbang piknometer kosong
2. Memasukkan aquadest sampai penuh ke dalam piknometer
3. Mengukur suhu aquadest yang ada di dalam piknometer
4. Menutup piknometer
5. Menimbang piknometer yang berisi aquadest

- Viskometer Oswald
1. Memasukkan aquadest ke dalam Viskometer Oswald
2. Mengatur ketinggian aquadest dengan menggunakan bola hisap hingga
melewati garis atas
3. Melepas bola hisap
4. Menyalakan stopwatch ketika aquadest berada pada garis atas dan
menghentikan stopwatch ketika aquadest berada pada garis bawah

B. Mixing
1. Mengisi tangki berpengaduk dengan air sampai batas yang telah ditentukan
2. Mengatur skala pengaduk, yaitu 50
3. Menyalakan alat dengan menekan tombol yang berwarna hijau
4. Memasukkan garam sebanyak 1 bungkus pada tangki berpengaduk
5. Menyalakan stopwatch
6. Mengambil sampel dengan interval waktu 5 menit (pengambilan sampel
dilakukan sebanyak 5 kali)
7. Mematikan alat apabila telah selesai mengambil sampel, kemudian menguras
atau mebuang samua isi reaktor
8. Mengulangi percobaan dengan variasi skala putaran yaitu 60 dan 70

C. Mengukur densitas larutan


1. Memasukkan larutan ke dalam piknometer hingga penuh
2. Menutup piknometer
3. Menimbang piknometer yang berisi larutan

D. Mengukur viskositas larutan


1. Memasukkan larutan ke dalam Viskometer Oswald
2. Mengatur ketinggi larutan dengan menggunakan bola hisap hingga melewati
garis atas
3. Melepas bola hisap
4. Menyalakan stopwatch ketika larutan berada pada garis atas dan
menghentikan stopwatch ketika aquadest berada pada garis bawah

V. DATA PENGAMATAN
1. Berat piknometer kosong = 22,3911 gram
2. Berat piknometer + aquadest = 50,5814 gram
3. Suhu Aquadest = 28oC
4. Kalibrasi putaran skala untuk 10 putaran
a. Skala 50 = 6,91 sekon
b. Skala 60 = 6,31 sekon
c. Skala 70 = 6,05 sekon
5. Keliling tangki = 103,5 cm
6. Data 1 ( untuk skala putaran 50)
Waktu (menit) Viskometer (sekon) Berat piknometer + sampel (g)
5 1,00 51,0321
10 0,97 51,0339
15 0,96 51,0362
20 0,87 51,0431
25 0,81 51,0435

7. Data 2 (untuk skala putaran 60)


Waktu (menit) Viskometer (sekon) Berat piknometer + sampel (g)
5 1,09 51,0316
10 0,99 51,0324
15 0,92 51,0336
20 0,90 51,0345
25 0,89 51,0443

8. Data 3 (untuk skala putaran 70)


Waktu (menit) Viskometer (sekon) Berat piknometer + sampel (g)
5 1,11 51,0580
10 1,03 51,0620
15 1,00 51,0642
20 0,95 51,0572
25 0,87 51,0629

VI. PERHITUNGAN
A. Menghitung Densitas
- Menghitung berat aquadest
= ( + ) ( )
= 50,5814 20,3911
= 28,1903

- Menghitung volume piknometer



= 28
28,1903
=
0,996 3

3
= 28,3035

- Menghitung berat larutan


= ( + ) ( )
= 51,0321 20,3911
= 28,6410

- Menghitung densitas larutan



=

28,6410
= 28,3035 3

1 1000000 3
= 1,01192 3
1000 1 3


= 1011,92 3
- Densitas larutan (kg/m3)
Waktu (menit) Skala 50 Skala 60 Skala 70
5 1011,92432 1011,906655 1012,839401
10 1011,987917 1011,93492 1012,980727
15 1012,069179 1011,977317 1013,058456
20 1012,312965 1012,009115 1012,811136
25 1012,327097 1012,355362 1013,012525

B. Menghitung Viskositas
- Menghitung nilai k
28
=

0,000834
=
996 3 0,81

3
= 1,0337 106 2

- Menghitung viskositas larutan


=
3
= 1,0337 106 2 1,00 1011,92 3

= 1,046 103
- Viskositas larutan (kg/m s)
Waktu (menit) Skala 50 Skala 60 Skala 70
5 0,001046087 0,001140215 0,001162206
10 0,001014768 0,001035637 0,001078594
15 0,001004387 0,00096245 0,001047259
20 0,000910445 0,000941557 0,000994653
25 0,000847668 0,000931414 0,000911074

C. Menghitung Diameter Impeller


- Menghitung keliling reaktor pengaduk
1
99,5 = 0,995
100

- Menghitung jari-jari reaktor pengaduk


= 2
0,995 = 2 3,14
0,995
= 2 3,14
= 0,158

- Menghitung diameter luar reaktor pengaduk


=2
= 2 0,158
= 0,3168

- Menghitung tebal reaktor pengaduk


1
=
12
1
= 12
0,3168
= 12
= 0,0264

- Menghitung diameter dalam reaktor pengaduk


= (2 )
= 0,3168 (2 0,0264 )
= 0,3168 0,0528
= 0,264

- Menghitung diameter impeller


1
=
3
1
= 0,3168
3
= 0,1056

D. Menghitung Bilangan Reynold (NRe)


- Menghitung nilai n

=
10
= 6,91
= 1,447 /

- Menghitung bilangan Reynold (NRe)


2
=

(0,1056 )2 1,447 1011,92 3

=
1,046 103

0,01115 2 1,447 1011,92 3

=
1,046 103
= 15610,286

- Bilangan Reynold (NRe)

Waktu (menit) Skala 50 Skala 60 Skala 70


5 15610,9763 15683,8347 16063,1147
10 16093,7900 17268,0604 17310,7352
15 16261,4337 18581,9346 17830,0573
20 17943,6510 18994,8664 18768,4813
25 19272,8103 19208,2919 20494,3187

E. Menghitung (NRf)
- Menghitung Bilangan Froud (NFr)
2
=
(1,447)2 0,1056
= 9,81 2

2,938 /2 0,1056
= 9,81 2

= 0,0225
- Bilangan Froud (NFr)
Waktu (menit) Skala 50 Skala 60 Skala 70
5 0,022544407 0,027035611 0,029409264
10 0,022544407 0,027035611 0,029409264
15 0,022544407 0,027035611 0,029409264
20 0,022544407 0,027035611 0,029409264
25 0,022544407 0,027035611 0,029409264

F. Menghitung Np
Penentuan nilai Np dilakukan dengan cara memplotkan nilai NRe pada Grafik 6.1 di
bawah ini:

Untuk sampel awal yaitu skala putaran 50 nilai Np diperoleh dari sumbu x (NRe) =
15610,9763 yang ditarik vertical keatas menyentuh garis B, kemudian ditarik
horizontal menuju sumbu Y (Np) dan diperoleh nilai Np sebesar 6.
- Nilai Np

Waktu (menit) Skala 50 Skala 60 Skala 70


5 0,6 0,6 0,6
10 0,6 0,6 0,6
15 0,6 0,6 0,6
20 0,6 0,6 0,6
25 0,6 0,6 0,6
G. Menghitung Nilai Np Koreksi
- Menghitung nilai m
log
=

Karena kita menggunakan kurva B pada gambar 6.1, maka untuk nilai a dan b
dapat dilihat pada tabel 9.19

1,7log 15610,286
= 18,0

1,74,19341
= 18,0

= 0,13852

- Nilai m
Waktu (menit) Skala 50 Skala 60 Skala 70
5 -0,138523893 -0,138636236 -0,139212764
10 -0,139258796 -0,140957975 -0,141017529
15 -0,139508824 -0,142727274 -0,141730708
20 -0,141883934 -0,143257569 -0,142968285
25 -0,143608058 -0,143527153 -0,145090749

- Menghitung Np koreksi
=
= 0,6 0,02250,13852
= 0,6 1,6914
= 1,0146

- Nilai Np koreksi
Waktu (menit) Skala 50 Skala 60 Skala 70
5 1,014599688 0,989786931 0,980297294
10 1,017431272 0,998119063 0,986556197
15 1,01839643 1,004515685 0,989040496
20 1,027610616 1,006440859 0,993366348
25 1,034351498 1,007420963 1,000829345

H. Menghitung power pengadukan (P)


- Menghitung nilai power pengadukan (P)
3 5
=

1,0146 1011,92 3 (1,447)3 (0,1056 )5

=
9,81 2

3,0297
1,0146 1011,92 3 3 1,3131 105 5

= 9,81 2


= 0,00416
= 0,00416
- Nilai power pengadukan (P) (watt)
Waktu (menit) Skala 50 Skala 60 Skala 70
5 0,00416542385 0,005336355 0,006001818
10 0,00417731139 0,005381427 0,006040981
15 0,00418160984 0,005416142 0,006056658
20 0,00422046033 0,005426692 0,006081663
25 0,00424820486 0,005433835 0,006128572
VIII. PEMBAHASAN

VIII. PEMBAHASAN
IX. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Densitas berbanding lurus dengan nilai Power, dimana semakin besar densitas
larutan maka semakin besar nilai Power Pengadukan.
2. Viskositas berbanding lurus dengan nilai Power, dimana semakin besar viskositas
larutan maka semakin besar nilai Power Pengadukan
3. Kecepatan putaran impeler berbanding lurus dengan nilai Power, dimana
semakin besar keceptan putaran impeler maka semakin besar nilai Power
Pengadukan.
4. Adapun hasil perhitungan untuk harga P yang diperoleh, yaitu :

Waktu (menit) Skala 50 Skala 60 Skala 70


5 0,00416542385 0,005336355 0,006001818
10 0,00417731139 0,005381427 0,006040981
15 0,00418160984 0,005416142 0,006056658
20 0,00422046033 0,005426692 0,006081663
25 0,00424820486 0,005433835 0,006128572
DAFTAR PUSTAKA

Penuntun Praktikum Laboratorium Satuan Operasi I, Jurusan Teknik Kimia Politeknik


Negeri Ujung Pandang.

Warren L.McCabe., Julian C.Smith., Peter Harriot., Unit Operation of Chemical


Engineering

Anda mungkin juga menyukai