Anda di halaman 1dari 7

Rabu, 09 November 2022

PRAKTIKUM MATA KULIAH FISIKA DASAR


SEMESTER 117

KOEFISIEN KEKENTALAN ZAT CAIR (VISKOSITAS)

Nama : Astrid Sovana Situmorang


NIM : 1306622072
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Sunaryo, M.Si.
Asisten Laboratorium :
Ahmad Fatullah 1306619013
Galih Muhammad Gufron 1306619059
Alifia Putri Rachmatillah 1306619061
Daffa Aji Pangestu 1306619063

Nilai Laporan Awal Nilai Laporan Akhir Nilai Akhir

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam


Universitas Negeri Jakarta
2022
A. TUJUAN
1. Memahami bahwa benda yang bergerak di dalam fluida (zat cair atau gas) akan
mendapatkan gesekan yang disebabkan oleh kekentalan fluida tersebut.
2. Menentukan koefisien kekentalan (coefficien of viscosity) dari zat cair, dalam hal
ini gliserin, dengan mengukur waktu jatuh bola-bola di dalam fluida.
3. Menganalisis pengaruh suhu terhadap nilai viskositas.
4. Mengetahui pengaruh temperatur zat cair terhadap besarnya koefisien kekentalan
zat cair.
5. Mengetahui hipotesis dan syarat-syarat dari hukum Stokes yang merupakan
prinsip dari metode dalam mengetahui nilai viskositas.

B. ALAT DAN BAHAN


1. Tabung yang berisi zat cair
2. Bola-bola kecil dari zat padat
3. Mikrometer sekrup, jangka sorong mistar
4. Termometer
5. Sendok saringan untuk mengambil bola dari dasar tabung
6. Dua gelang kawat yang melingkari tabung
7. Stop-watch
8. Areometer
9. Timbangan torsi dengan batu timbangannya

C. TEORI DASAR
Jika benda dijatuhkan pada zat cair tanpa kecepatan awal, maka benda tersebut akan
mendapatkan percepatan karena ada gaya yang bekerja padanya. Gaya yang bekerja
pada benda tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

∑ Fy = G – B – F = ma
dengan
G = gaya berat benda
B = gaya apung ke atas
F = gaya gesek

Gaya yang dialami oleh benda berbanding lurus dengan kecepatan, gaya semacam ini
disebut gaya gesek Newton dan cairan. Dalam hal ini, cairan yang digunakan disebut
cairan Newton. Apabila benda berbentuk bola, menurut Stokes, gaya yang dialami
benda dapat dirumuskan sebagai berikut :

F=6 Π rη ν (1)
dimana,
F = gaya gesekan yang bekerja pada bola
η= kofisien kekentalan dari fluida
r = jari-jari bola
v = kecepatan bola relatif terhadap fluida

Pemakaian hukum Stokes memerlukan beberapa syarat, antara lain :


a. Ruang tempat fluida tidak terbatas ukurannya cukup besar/luas dibandingkan
dengan ukuran benda.
b. Tidak ada turbulensi di dalam fluida.
c. Kecepatan v tidak besar,sehingga aliran masih laminar.

Jika sebuah benda padat berbentuk bola dengan rapat massa ρ dilepaskan pada
permukaan zat cair tanpa kecepatan awal, bola tersebut mula-mula akan mendapat
percepatan. Dengan bertambah besarnya kecepatan bola, maka bertambah besar pula
gaya Stokes yang bekerja pada bola tersebut. Pada akhirnya bola tersebut akan
bergerak dengan kecepatan tetap. Gerakan dengan kecepatan tetap ini terjadi setelah
tercapai keseimbangan antara gaya berat, gaya apung (Archimedes) dan gaya Stokes
pada bola tersebut

Jika kecepatan makin membesar, maka gaya gesek juga akan makin membesar,
sehingga suatu saat akan terjadi keseimbangan dinamis, dimana benda bergerak tanpa
percepatan. Gaya gesek tersebut dirumuskan:

F r=G−B
Dengan memasukan harga gaya-gaya ini, maka dapat diperoleh
2 g
η= r 2 (ρbola −ρcairan ) (2)
9 v
Dari persamaan (2) dapat diturunkan persamaan :
2 9 ηd
Tr = (ρ −ρ )
2 g bola cairan
(3)

T = waktu yang diperlukan bola menempuh jarak d


d = jarak jatuh yang ditempuh.
Koreksi : Pada percobaan yang dilakukan , syarat (a) tidak dipenuhi, karena fluida
yang akan ditentukan koefisien kekentalannya ditempatkan dalam tabung yang
besarnya terbatas, sehingga jari – jari bola tidak dapat diabaikan terhadap Jari-jari
tabung. Dalam hal demikian kecepatan bola harus dikoreksi dengan :
kr
v 0=v (1+ ) (4)
R
Karena : v = d/t persamaan (6-4) dapat ditulis sebagai :
T kr
= +1 (5)
Tο R
TEORI TAMBAHAN :
Istilah viskositas umumnya digunakan dalam menjelaskan untuk menandakan
derajat gesekan internal pada fluida. Gesekan internal, atau gaya viskos, berkaitan
dengan hambatan yang dialami oleh dua lapisan fluida yang bersebelahan untuk
bergerak relatif satu terhadap yang lain. Viskositas menyebabkan sebagian energi
kinetik dari fluida berubah menjadi energi internal. Mekanisme ini mirip dengan
bendayang meluncur pada permukaan horizontal kasar yang kehilangan energi
kinetiknya (Jewett, 2009).
Gerakan fluida yang sesunguhnya sangatlah rumit sehingga dibuatlah beberapa
asumsi yang memudahkan dalam melakukan pendekatan. Oleh karena itu, dibuatlah
gambaran suatu fluida yang ideal yang ciri-cirinya diasumsikan sebagai berikut :
1. Fluidanya tidak kental. Dalam fluida yang tidak kental (non-viscos), gesekan
internal (gesekan antarpartikel fluida dan gesekan fluida dengan dinding
wadah) diabaikan.
2. Alirannya tunak. Dalam aliran yang tunak (laminar), maka kecepatan fluida
pada setiap titik tetap konstan.
3. Tidak Kompresibel. Artinya, volume dan massa jenis fluida tidak dipengaruhi
tekanan. Pada umumnya, fluida (terutama gas) bersifat kompresibel, yaitu
massa jenis fluida bergantung pada tekanannya. Ketika tekanan gas diperbesar,
misal dengan memperkecil volumenya, maka massa jenis gas akan berubah.
4. Alirannya tidak berputar. Dalam aliran yang tidak dapat diputar (irotasional),
fluida tidak memiliki momentum sudut pada titik manapun. Jika sebuah roda
berdayung yang diletakkan pada titik manapun di dalam fluid tidak mengalami
rotasi terhadap pusat massa roda, maka aliran tersebut irotasional. (Jewett,
2009).
Salah satu sifat yang berhubungan dengan zat cair adalah kental (viscous), dimana
setiap zat cair memiliki koefisen kekentalan yang berbeda-beda. Kekentalan adalah
sifat suatu zat cair (fluida) disebabkan adanya gesekan antara molekul-molekul zat
cair dengan gaya kohesi pada zat cair tersebut. Gesekan - gesekan inilah yang
menghambat aliran zat cair. Besarnya kekentalan zat cair (viskositas) dinyatakan
dengan suatu bilangan yang menentukan kekentalan suatu zat cair. Viskositas suatu
fluida merupakan daya hambat yang disebabkan oleh gesekan antara molekul-molekul
cairan, yang mampu menahan aliran fluida sehingga dapat dinyatakan sebagai
indikator tingkat kekentalannya. Nilai kuantitatif dari viskositas dapat dihitung
dengan membandingkan gaya tekan per satuan luas terhadap gradien kecepatan aliran
fluida. (Soebyakto, 2016)
Viskositas menetukan kemudahan suatu molekul bergerak karena adanya gesekan
antar lapisan material. Karenanya viskositas menunjukkan tingkat ketahanan suatu
cairan untuk mengalir. Besarnya viskositas dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
suhu, gaya tarik antar molekul, dan ukuran serta jumlah molekul terlarut. Fluida, baik
zat cair maupun gas yang jenisnya berbeda memiliki tingkat kekentalan yang berbeda
beda. Viskositas dapat dianggap sebagai gerakan di bagian dalam (internal) suatu
fluida. (Lubis, 2018)
Viskositas air adalah 1,79 cP pada 0℃ dan 0,28 cP pada 100℃. Viskositas minyak
pelumas umumnya dari 1 sampai 10 P, dan viskositas udara pada 20℃ adalah 181 μP.
(Hugh D. Young, 2002)
Fluida yang mengalir dengan mudah seperti air atau minyak tanah, memiliki
viskositas yang lebih kecil daripada cairan kental seperti madu atau oli motor.
Viskositas seluruh fluida sangat tergantung pada suhu, bertambah untuk gas, dan
berkurang untuk cairan saat suhu meningkat. (Hugh D. Young, 2002)
Pada umumnya faktor yang mempengaruhi nilai koefisien viskositas baik fluida
Newton maupun Non Newton adalah temperatur. Temperatur memiliki pengaruh
besar terhadap nilai koefisien viskositas fluida karena temperatur dapat merubah
ikatan molekul fluida. (Bias M. Lungidta Putri, 2013)

D. CARA KERJA
1. Mengukur diameter tiap-tiap bola dengan micrometer sekrup. Melakukan 5 kali
pengukuran untuk tiap-tipa bola.
2. Menimbang tiap-tiap bola dengan neraca torsi.
3. Mengukur diameter bagian dalam dari tabung, sebanyak 5 kali pengukuran.
4. Mencatat suhu zat cair sebelum dan sesudah percobaan
5. Mengukur rapat massa zat cair sebelum dan sesudah tiap percobaan dengan
Areometer.
6. Meletakkan gelang kawat yang melingkar tabung kira-kira 5 cm di bawah
permukaan zat cair dan yang lain kira-kira 5 cm dari dasar tabung.
7. Mengukur jarak jatuh d (Jarak kedua gelang kawat).
8. Memasukkan sendok saringm sampai dasar tabung dan tunggu beberapa saat
hingga zat cair diam.
9. Mengukur waktu jatuh T untuk tiap-tiap bola masing-masing 5 kali pengulangan.
10. Mengubah letak – letak kawat sehingga jarak d berubah juga. Mengukur d dan T
seperti langkah pada nomor 7 dan 9. (pengulangan jarak d sebanyak 3 perubahan)
11. Mengubah suhu zat cair dengan memasukkan tabung zat cair ke dalam air es
(dingin) atau ke dalam bak air hangat (panas). (Bila kondisi memungkinkan).
12. Mengulangi langkah percobaan nomor 4, 5, 6, 7, 8, 9 dan 10 untuk suhu yang
tidak sama dengan suhu semula.

E. PERTANYAAN AWAL
1. Tentukan letak gelang-gelang kawat yang melingkari tabung dipilih (jarak d).
Apakah akibatnya bila terlalu tinggi (dekat dengan permukaan atau terlalu rendah
(dekat dengan dasar tabung).
Jawab : Memilih letak karet-karet gelang pada tabung dengan cara menyesuaikan
jarak antara gelang dengan permukaan sama dengan jarak gelang dengan dasar
tabung, jika jarak terlalu dekat dengan permukaan dan dasar tabung akan
menyebabkan waktu yangditempuh benda semakin lama daripada jarak yang lebih
jauh dari permukaan dan dasar, hal ini juga berdampak pada koefisien kekentalan
za cair yang semakin besar.

2. Apakah faedahnya menghitung T 2r lebih dulu untuk menghitung harga η?


2
Jawab : Tidak ada, karena kami ketika menghitung T r menghitung η terlebih
dahulu, karena pada rumus T 2r memerlukan nilai η .

3. Apakah pengaruh suhu terhadap koefisien kekentalan zat cair? Terangkan


jawaban anda.
Jawab : Semakin tinggi suhu, maka nilai kekentalan zat cairnya akan semakin
rendah. Hal ini disebabkan harena adanya gaya kohesi pada zat cair apabila
dipanaskan, akan mengalami penurunan dengan bertambahnya temperatur pada
zat cair yang menyebabkan viskositasnya turun. Akan lebih tinggi, jika suhu
mengalami penurunan, karena pada saat suhu dinaikkan partikel penyusun zat
akan bergerak secara acak sehingga kekentalan pengalami penurunan.

4. Berilah defenisi koefislen kekentalan zat secara umum


Jawab : Sifat cahaya zat cair dihitung dengan membandingkan waktu yang
digunakan zat cair untuk mengalir dan massa jenis dengan nilai koefisien
kekentalan zat. Viskositas merupakan efek dari transfer momentum molekul.
Semakin tinggi viskositas, maka semaki tinggi transfer momentum dari fluida
terhadap permukaan benda. Teori momentum menyatakan semakin besar
momentum diberikan maka semakin sulit suatu benda untuk melenting (lenting
tidak sempurna) dan cenderung lengket pada permukaan. Viskositas adalah
ukuran kekentalan fuida yang menyatakan berat kecilnya gesekan dalam fluida.

5. Apakah satuan koefisien kekentalan η dalam SI dan apa pula satuan η dalam
c.g.s?
Jawab : Satuan kekentalan (Ƞ) dalam SI adalah Ns/m2 atau pascal sekon (Pas)
Satuan kekentalan (Ƞ) dalam c.g.s adalah dyn.s/cm2 = poise (P)

6. Apakah akibatnya bila kecepatan bola besar relatif terhadap fluida?


Jawab : Jika kecepatan bola relatif terhadap fluida, maka gaya gerak juga akan
semakin besar. Gesekan akan menghambat gesekan fluida sehingga energi kinetik
hilang. Suatu saat akan terjadi keseimbangan dinamis dimana benda bergerak
tanpa percepatan dengan bertambah besarnya kecepatan bola dan akhirnya bola
akan bergerak kecepatan tetap.

7. Bagaimanakah dapat ditentukan harga T 0 dari grafik?


Jawab : Dengan bertambahnya besar kecepatan bola maka bertambah pula gaya
stokes pada bola tersebut sehingga pada akhirnya bola tersebut akan bergerak
dengan kecepatan tetap.

8. Jika sebuah peluru ditembakkan ke atas, apakah kecepatannya pada saat jatuh
kembali sama dengan kecepatannya pada saat ditembakkan? Terangkan jawaban
anda.
Jawab : Kecepatannya akan berbeda. Peristiwa ini dinamakan GLBB ( Gerak
Lurus Berubah Beraturan ). Pada saat peluru ditembakkan ke atas, maka akan
mengalami perlambatan karena bergesekan dengan udara, kemudian disaat peluru
jatuh akan mengalami percepatan karena gravitasi bumi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Tim Dosen Fisika Dasar Jurusan Fisika FMIPA UNJ, “Panduan Praktikum Fisika
Dasar II”, Laboratorium Fisika Dasar, Jurusan Fisika FMIPA, UNJ, 2006
2. Jewett, S. (2009). Fisika Untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Erlangga.
3. Hugh D. Young, R. A. (2002). Fisika universitas jilid I. Jakarta: Erlangga.
4. Bias M. Lungidta Putri,dkk.”Pembuatan Prototipe Viskometer Bola Jatuh
Menggunakan Sensor Magnet dan Bola Magnet”. J.Oto.Ktrl.Inst (J.Auto.Ctrl.Inst)
Vol 5 (2), 2013. Program D3 Metrologi dan Instrumentasi, Institut Teknologi
Bandung
5. Soebyakto, dkk, “Nilai Koefisien Viskositas Diukur dengan Metode Bola Jatuh
Dalam Fluida Viskos” Engineering. Vol. 13 No. 2, Oktober 2016, hal. 7.
6. Nur Azizah Lubis. Fisitek: Jurnal Ilmu Fisika dan Teknologi, Vol. 2, No. 2,
2018.Program Studi Fisika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sumatera Utara
Medan

Anda mungkin juga menyukai