Disusun oleh:
Kelompok : LTK-I-02
Nama Praktikan : Rosmawati Purnama Sari (NIM. 2311211026)
Rizka Nurul Kamila (NIM. 2311211037)
Ilyas Aminudin (NIM. 2311211044)
Tanggal Praktikum : 17 Mei 2023
Dosen Pembimbing : Dr. Hendriyana, ST., MT. (NID. 412166382)
Asisten Lab : Rania (NIM. 2311191055)
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fluidisasi
Fluidisasi adalah salah satu cara untuk mengontakkan butiran padat dengan
fluida (gas atau cairan). Sebagai ilustrasi, sebaiknya kita tinjau suatu kolom berisi
sejumlah partikel padat berbentuk bola. Melalui unggun padatan ini kemudian
dialirkan gas dari bagian bawah ke atas. Pada laju alir yang cukup rendah, butiran
padat akan tetap diam, karena gas hanya mengalir melalui ruang antar partikel
tanpa menyebabkan terjadinya perubahan susunan partikel tersebut. Keadaan
yang demikian disebut sebagai unggun diam atau “fixed bed”.
Jika laju alir gas kemudian dinaikkan akan sampai pada suatu keadaan
dimana unggun padatan tadi tersuspensi di dalam aliran gas yang melaluinya.
Pada keadaan ini masing-masing butiran akan terpisahkan satu sama lain
sehingga bisa bergerak lebih mudah. Pada kondisi butiran yang mobile ini, sifat
unggun akan menyerupai sifat suatu cairan dengan viskositas tinggi, misalnya
adanya kecenderungan untuk mengalir, mempunyai sifat hidrostatik dan
sebagainya. (Gambar 2.2)
2
Gambar 2.2 Sifat Cairan Dalam Unggun Terfluidakan
Di dalam pemakaiannya, unggun terfluidakan mempunyai beberapa
keuntungan dibandingkan dengan unggun diam, antara lain:
1. Sifat unggun yang menyerupai fluida memungkinkan adanya aliran zat
padat secara kontinu dan memudahkan pengontrolan.
2. Kecepatan pencampuran yang tinggi membuat reaktor selalu berada dalam
kondisi isotermal sehingga memudahkan pengendaliannya.
3. Sirkulasi butiran-butiran padat antara dua unggun fluidisasi memungkinkan
pemindahan jumlah panas yang besar dalam reaktor.
4. Perpindahan panas dan kecepatan perpindahan massa antara partikel cukup
tinggi.
5. Perpindahan panas antara unggun terfluidakan dengan media pemindah
panas yang baik memungkinkan pemakaian alat penukar panas yang
memiliki luas permukaan kecil (Mc Cabe, 1993).
Adapun beberapa kerugiannya, yaitu:
1. Selama operasi partikel-partikel padat mengalami pengikisan sehingga
karakteristik fluidisasi dapat berubah dari waktu ke waktu.
2. Butiran halus akan terbawa aliran sehingga mengakibatkan hilangnya
sejumlah tertentu padatan.
3. Adanya erosi terhadap bejana dan sistem pendingin.
4. Terjadinya gelombang dan penolakan di dalam unggun seringkali tidak
dapat dihindari sehingga kontak antara fluida dan partikel tidak seragam.
Jika hal ini terjadi pada reaktor, konversi reaksi akan kecil (Mc Cabe,
1993).
3
2.2 Hilang Tekan (Pressure Drop)
Aspek utama yang akan ditinjau di dalam percobaan ini adalah mengetahui
besarnya hilang tekan (pressure drop) di dalam unggun padat yang terfluidakan.
Hal tersebut mempunyai arti yang cukup penting karena selalu erat sekali
hubungannya dengan besarnya energi yang dibutuhkan, juga bisa memberikan
indikasi tentang kelakuan unggun selama operasi berlangsung. Penentuan
besarnya hilang tekan di dalam unggun terfluidakan terutama dihitung
berdasarkan rumus– rumus yang diturunkan untuk unggun diam yaitu oleh Blake,
Kozeny, Carman ataupun peneliti–peneliti lainnya.
2.2.1 Hilang Tekan di Dalam Unggun Diam
Korelasi–korelasi matematika yang menggambarkan hubungan antara
hilang tekan dengan laju alir fluida di dalam suatu sistem unggun diam diperoleh
pertama kali pada tahun 1922 oleh Blake melalui metode–metode yang bersifat
semi empiris, yaitu dengan menggunakan bilangan–bilangan tidak berdimensi.
Untuk aliran laminar dimana kehilangan energi terutama disebabkan oleh
"viscous losses", Blake memberikan hubungan sebagai berikut:
……………………………………………………………. (2.1)
Dimana:
∆𝑃
: hilang tekan persatuan panjang / tinggi unggun.
𝐿
gc : faktor konversi.
µ : viskositas fluida.
ℇ : porositas unggun yang didefinisikan sebagai perbandingan volume ruang
kosong di dalam unggun dengan volume unggun.
U: kecepatan alir superfisial fluida.
s : luas permukaan spesifik partikel.
Luas permukaan spesifik partikel (luas permukaan persatuan volume
unggun) dihitung berdasarkan korelasi berikut:
…………………………………………………………………. (2.2)
Sehingga:
4
……………………………………………….……….....(2.3)
………………………………………………………. (2.4)
Persamaan (2.4) ini kemudian diturunkan lagi oleh Kozeny (1927) dengan
mengasumsikan bahwa unggun zat padat tersebut adalah ekivalen dengan satu
kumpulan saluran-saluran lurus yang paralel yang mempunyai luas permukaan
dalam total dan volume dalam total masing-masing sama dengan luas permukaan
luar partikel dan volume ruang kosongnya.
Nilai konstanta k’ yang diperoleh beberapa peneliti berbeda – beda seperti
yang diperlihatkan pada tabel berikut ini:
Tabel 2.1 Nilai Konstanta yang Diperoleh Beberapa Peneliti
k’ peneliti
150 Kozeny (1927)
180 Carman (1937)
200 US Bureu of Mines (1951)
Memasuki pori – pori di dalam partikel, sehingga yang diukur bukan lagi
densitas partikel (berikut pori-porinya) seperti yang diperlukan di dalam
persamaan-persamaan yang ditulis di muka, tetapi densitas bahan padatnya (tidak
termasuk pori-pori di dalamnya). Untuk partikel-partikel yang demikian ada cara
lain yang biasa digunakan, yaitu dengan memakai metode yang diturunkan
Ergun.
2.2.2 Hilang Tekan di Dalam Unggun Terfluidakan
Untuk unggun yang terfluidakan, persamaan yang menggambarkan ∆𝑃 dan V
𝐿
…………………………..……….....………………….(2.5)
Dimana :
∆𝑃
𝐿 : hilang tekan persatuan panjang / tinggi unggun.
gc : faktor konversi.
Dp : diameter partikel.
𝜀 : porositas unggun pada keadaan terfluidakan.
V : kecepatan alir superfisial.
5
2.3 Parameter Fluidisasi
2.3.1 Bentuk Partikel
Di dalam persamaan–persamaan yang telah diturunkan dimuka, partikel–
partikel padatannya dianggap sebagai butiran–butiran yang berbentuk bola
dengan diameter rata–rata dp. Untuk partikel–partikel yang mempunyai bentuk
lain, harus diadakan suatu koreksi yang menyatakan bentuk sebenarnya partikel
yang ditinjau. Faktor koreksi ini disebut sebagai faktor bentuk atau derajat
kebolaan suatu partikel yang didefinisikan sebagai berikut:
……….……………………………….... (2.6)
Derajat kebolaan ɸ𝑠, bisa dipakai langsung di dalam persamaan–persamaan
terdahulu dengan mengganti dp menjadi ɸ𝑠 dp sehingga persamaan (2.5) misalnya
dapat ditulis menjadi:
Dimana:
ɸs = 1 untuk partikel berbentuk bola ɸs < 1 untuk partikel tidak berbentuk bola
………………………..……………………………………….(2.9)
Dimana:
Ɛ : porositas unggun.
Vu : volume unggun.
Vp : volume partikel.
6
Nilai porositas ini sangat dipengaruhi oleh bentuk geometri butiran padat
yang membentuk unggun tersebut, atau dengan perkataan lain porositas unggun
merupakan fungsi dari faktor bentuk atau derajat kebolaan partikel – partikelnya.
Salah satu hasil eksperimen yang menggambarkan pengaruh derajat kebolaan
terhadap porositas unggun diberikan oleh Brown (1) dan diperlihatkan dalam
gambar berikut ini :
Gambar 2.3 Hubungan Antara Derajat Kebolaan Partikel dengan Porositas Unggun
tetap diam.
7
2) Fenomena minimum or incipient fluidization
Terjadi ketika laju alir fluida mencapai laju alir minimum yang
dibutuhkan untuk proses fluidisasi. Pada kondisi ini partikel-partikel padat
mulai terekspansi.
8
5) Fenomena slugging fluidization
Terjadi ketika gelembung-gelembung besar yang mencapai lebar dari
diameter kolom terbentuk pada partikel-partikel padat. Pada kondisi ini
terjadi penolakan sehingga partikel-partikel padat seperti terangkat.
9
2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fluidisasi
1) Laju Alir
Semakin besar laju alir yang diberikan tinggi unggun bergerak semakin
bertambah karena tekanan yang diberikan semakin besar.
2) Diameter Kolom Fluidisasi
Semakin besar diameter kolom fluidisasi maka nilai NRe-nya semakin
besar pula.
3) Berat Jenis Partikel
Berat jenis partikel mempengaruhi gerak tinggi unggun.
4) Ukuran Partikel
Ukuran partikel mempengaruhi gerak tinggi unggun.
5) Putaran Kran
Semakin besar putaran kran maka laju alir juga semakin besar sehingga
tinggi unggun yang bergerak akan semakin bertambah (Redypta, 2015).
1
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
1
3.3 Diagram Alir
3.3.1 Densitas Partikel
Disiapkan piknometer, partikel padatan, dan campuran beberapa variasi padatan
Diulangi point ke 1,2 dan 3. Untuk jenis partikel padatan dan diameter
1
3.3.3 Tahapan Operasi
Disiapkan partikel tiap variasi yang telah ditimbang
Dinyalakan kompresor
Dinyalakan anemometer