Anda di halaman 1dari 13

Fluidisasi

I. Pendahuluan

Fluidisasi adalah metoda pengontakan butiran-butiran padat dengan uida baik


cair maupun gas. Dengan metoda ini diharapkan butiran-butiran padat memiliki sifat
seperti uida dengan viskositas tinggi. Sebagai ilustrasi, tinjau suatu kolom berisi
sejumlah partikel padat berbentuk bola! Me lalui unggun padatan ini kemudian dialirkan
gas dari bawah ke atas. Pada laju alir yang cukup rendah, butiran padat akan tetap diam,
karena gas hanya mengalir dari bawah ke atas. Pada laju alir yang cukup rendah, butiran
padat akan tetap diam, karena gas hanya me ngalir melalui ruang antar partikel tanpa
menyebabkan perubahan susunan partikel tersebut. Keadaan yang demikian disebut
unggun diam atauxed bed.Keadaan uidisasi unggun diam tersebut ditunjukkan pada
Gambar 1a.

1a
1b
Gambar 1 Skema unggun diam dan unggun teruidakan

Kalau laju alir kemudian dinaikkan, akan sampai pada suatu keadaan di mana
unggun padatan akan tersuspensi di dalam aliran gas yang melaluinya. Pada keadaan ini
masing-masing butiran akan terpisahkan satu sama lain sehingga dapat bergerak dengan
lebih mudah. Pada kondisi butiran yang dapat bergerak ini, sifat unggun akan menyerupai
suatu cairan dengan viskositas tinggi, misalnya adanya kecenderungan untuk mengalir,
mempunyai sifat hidrostatik dan sebagainya. Sifat unggun teruidisasi ini dapat dilihat

Dalam dunia industri, uidisasi diaplikasikan dalam banyak hal seperti


transportasi serbuk padatan (conveyor untuk solid), pencampuran padatan halus,
perpindahan panas (seperti pendinginan untuk bijih alumina panas), pelapisan plastik

pada permukaan logam, proses drying dan sizing pada pembakaran, proses pertumbuhan
partikel dan kondensai bahan yang dapat mengalami sublimasi, adsorpsi (untuk
pengeringan udara dengan adsorben), dan masih banyak aplikasi lain.

Gambar 2 Sifat Cairan dalam Unggun teruidisasi

Fenomena-fenomena yang dapat terjadi pada prose uidisasi antara lain:


1. Fenomena xed bed yang terjadi ketika laju alir uida kurang dari laju minimum
yang dibutuhkan untuk proses awal uidisasi. Pada kondisi ini partikel padatan tetap
diam. Kondisi ini ditunjukkan pada Gambar 1a.
2. Fenomena minimum or incipient uidization yang terjadi ketika laju alir uida
mencapai laju alir minimum yang dibutuhkan untuk proses uidisasi. Pada kondisi
ini partikel-partikel padat mulai terekspansi. Kondisi ini ditunjukkan pada Gambar
1b.
3. Fenomena smooth or homogenously uidization terjadi ketika kecepatan dan
distribusi aliran uida merata, densitas dan distribusi partikel dalam unggun sama
atau homogen sehingga ekspansi pada setiap partikel padatan seragam. Kondisi ini
ditunjukkan pada Gambar 3.

Gambar 3 Fenomena
smooth or homogenously uidization

4. Fenomena bubbling uidization yang terjadi ketika gelembung gelembung pada


unggun terbentuk akibat densitas dan distribusi partikel tidak homogen. Kondisi ini
ditunjukkan pada Gambar 4.

Gambar 4 Fenomena bubbling uidization

5. Fenomena slugging uidization yang terjadi ketika gelembung-gelembung besar


yang mencapai lebar dari diameter kolom terbentuk pada partikel-partikel padat. Pada
kondisi ini terjadi penorakan sehingga partikel-partikel padat
Kondisi ini ditunjukkan pada Gambar 5.

Gambar 5 Fenomena

6. Fenomena chanelling uidization yang terjadi ketika dalam ungggun partikel


padatan terbentuk saluran-saluran seperti tabung vertikal. Kondisi ini ditunjukkan
pada Gambar 6.

Gambar 6 Fenomena chanelling uidization

7. Fenomena disperse uidization yang terjadi saat kecepatan alir uida melampaui
kecepatan maksimum aliran uida. Pada fenomena ini sebagian partikel akan terbawa
aliran uida dan ekspansi mencapai nilai maksimum. Kondisi ini ditunjukkan pada
Gambar 7.

Gambar 7 Fenomena disperse uidization

Fenomena-fenomena uidisasi tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor:


1. laju alir uida dan jenis uida
2. ukuran partikel dan bentuk partikel
3. jenis dan densitas partikel serta faktor interlok antar partikel
4. porositas unggun
5. distribusi aliran,
6. distribusi bentuk ukuran uida
7. diameter kolom
8. tinggi unggun.
Faktor-faktor di atas merupakan variabel-var
menentukan karakteristik proses uidisasi tersebut.
Pada praktikum uidisasi ini uida yang digunakan adalah udara tekan. Butiran
padat yang akan diuidisasikan juga dapat bervariasi seperti butiran batu bara, batu bata,
pasir, dan sebagainya. Ukuran partikel juga divariasikan dengan melakukan pengayakan
dengan mesh tertentu. Densitas partikel dapat juga divariasikan dengan menyampur
partikel, baik yang berbeda ukuran maupun berbeda jenis. Selain itu variasi juga dapat
dilakukan pada tinggi unggun. Dalam prak tikum ini akan teramati fenomena-fenomena
uidisasi. Selama uidisasi berlangsung juga dapat diamati kecepatan minimum
uidisasi secara visual. Dari hasil pengukuran tekanan dan laju alir uida dibuat pula
Kurva Karakteristik Fluidisasi.
Karakteristik unggun teruidakan digambarkan pada kurva karakteristik
uidisasi yang merupakan plot antara log U dan log P. Persamaan yang digunakan
adalah Persamaan Ergun dan Persamaan Wen Yu.

Proses uidisasi biasanya dilakukan dengan cara mengalirkan uida gas atau cair
ke dalam kolom yang berisi unggun butiran-butiran padat. Pada laju alir yang kecil aliran
hanya menerobos unggun melalui celah-celah/ ruang kosong antar partikel, sedangkan
partikel-partikel padat tetap dalam keadaan diam. Kondisi ini dikenal sebagai fenomena
unggun diam. Saat kecepatan aliran uida diperbesar sehingga mencapai kecepatan
minimum, yaitu kecepatan saat gaya seret ui da terhadap partikel-partikel padatan lebih
atau sama dengan gaya berat partikel-partikel padatan tersebut, partikel yang semula
diam akan mulai terekspansi, Keadaan ini disebut incipient uidization atau uidisasi
minimum. Jika kecepatan diperbesar, akan terjadi beberapa fenomena yang dapat diamati
secara visual dan pada kondisi inilah partikel-partikel padat memiliki sifat seperti uida
dengan viskositas tinggi.
Karena sifat-sifat partikel padat yang menyerupai sifat uida cair dengan
viskositas tinggi, metoda pengontakan uidisasi memiliki beberapa keuntungan dan
kerugian. Keuntungan proses uidisasi, antara lain:
1. sifat unggun yang menyerupai uida memungkinkan adanya aliran zat padat secara
kontinu dan memudahkan pengontrolan

2. kecepatan pencampuran yang tinggi membuat reaktor selalu berada dalam kondisi
isotermal sehingga memudahkan pengendaliannya.
3. sirkulasi butiran-butiran padat antara dua unggun uidisasi memungkinkan
pemindahan jumlah panas yang besar dalam reaktor
4. perpindahan panas dan kecepatan perpindahan mass antara partikel cukup tinggi.
5. perpindahan panas antara unggun teruidakan dengan media pemindah panas yang
baik memungkinkan pemakaian alat penukar panas yang memiliki luas permukaan
kecil.
Sebaliknya, kerugian proses uidisasi antara lain:
1. selama operasi partikel-partikel padat mengalami pengikisan sehingga karakteristik
uidisasi dapat berubah dari waktu ke waktu
2. butiran halus akan terbawa aliran sehingga mengakibatkan hilangnya sejumlah
tertentu padatan
3. adanya erosi terhadap bejana dan sistem pendingin
4. terjadinya gelombang dan penorakan di dalam unggun sering kali tidak dapat
dihindari sehingga kontak antara uida dan partikel tidak seragam. Jika hal ini terjadi
pada reaktor, konversi reaksi akan kecil.

IV.2 Hilang Tekan P


( ressure Drop
Aspek utama yang akan ditinjau dalam percobaan ini adalah mengetahui
besarnya hilang tekan ( pressure drop ) di dalam unggun padatan yang teruidakan. Hal
tersebut mempunyai arti yang cukup penting karena selain erat sekali hubungannya
dengan besarnya energi yang diperlukan, juga bisa memberikan indikasi tentang kelakuan
unggun selama operasi berlangsung. Penent uan besarnya hilang tekan di dalam unggun
teruidakan terutama dihitung berdasarkan rumus-rumus yang diturunkan untuk unggun
diam, terutama oleh Balke, Kozeny, Carman, ataupun peneliti-peneliti lainnya.

IV.2.1 Hilang Tekan dalam Unggun Diam


Korelasi-korelasi matematik yang menggambarkan hubuangan antara hilang
tekan dengan laju alir uida di dalam suatu sistem unggun diam diperoleh pertama kali
pada tahun 1922 oleh Blake melalui metoda-metoda yang bersifat semi empiris, yaitu
dengan menggunakan bilangan-bilangan tidak berdimensi. Untuk aliran laminer dengan
kehilangan energi terutama disebabkan oleh gaya viscous, Blake memberikan hubungan
seperti berikut:

P
k..S2
gc
L
3
dimana:

(1)

P
= hilang tekan per satuan panjang/ tinggi unggun
L

gc = faktor gravitasi
= viskositas uida
= porositas unggun yang didenisikan sebagai perbandingan volume ruang kosong di
dalam unggun dengan volume unggun
u = kecepatan alir supersial uida
S = luas permukaan spesik partikel
Luas permukaan spesik partikel (luas permukaan per satuan volume unggun) dihitung
berdasarkan korelasi berikut:

6.(1 )
dp

(2)

sehingga persamaan tersebut menjadi:

gc

36.k..1 -

(3)

dp 3

atau

k'.(1 - ) 2
P
gc
2
L
dp 3

(4)

dimana k adalah konstanta udisasi dan k=36k (lihat Tabel 1).


Persamaan ini kemudian diturunkan lagi oleh Kozeny (1927) dengan
mengasumsikan bahwa unggun zat padat tersebut adalah ekivalen dengan satu kumpulan
saluran-saluran lurus yang paralel yang mempunyai luas permukaan dalam total dan
volume dalam total masing-masing sama dengan luas permukaan luar partikel dan
volume ruang kosongnya.
Harga konstanta k diperoleh beberapa pe neliti berbeda-beda seperti ditunjukkan pada
Tabel 1 berikut:
Tabel 1 Konstanta Empirik Fluidisasi
k
150
180
200

Peneliti
Kozeny (1927)
Carman (1937)
US Bureau of Mines (1951)

Untuk aliran turbulen, persamaan tersebut tidak dapat digunakan lagi sehingga Ergun
menurunkan rumus yang lain (1952) dimana kehilangan tekanan digambarkan sebagai
gabungan dari viscous losses dan kinetic energy
. los

P
(1 - ) 2
(1 - ).g 2
gc k 1 2 3 u k 2
u
L
dp . 3
dp .

(5)

viscous losses kinetic energy losses


dimana k1= 150 dan k2 = 1,75
Pada keadaan ekstrem, yaitu bila:
a. aliran laminer (Re<20), kinetic energy losses dapat diabaikan, sehingga

P
(1 - ) 2
g c 150 2 3 u
L
dp .

(6)

b. aliran turbulen (Re>1000),viscous losses dapat diabaikan, sehingga:

P
(1 - )..g 2
u
g c 1,75.
L
dp . 3

(7)

IV.2.2 Hilang Tekan pada Unggun Teruidakan (Fluidized Bed )


Pada unggun teruidakan, persamaan yang menggambarkan hubungan p/l dan u
yang biasanya digunakan adalah persamaan Ergun, yaitu:

(1 - ) 2
(1 - f ).. 2
P
g c 150 2 f 3 u 1,75
u
3
L
dp . f
dp . f

(8)

dimanaf adalah porositas unggun pada keadaan teruidakan. Pada keadaan ini, dimana
partikel-partikel zat padat seolah-olah terapung di dalam uida sehingga terjadi
kesetimbangan antara berat partikel dengan gaya seret dan gaya apung dari uida di

[gaya seret oleh uida yang naik] = [berat partikel]-[gaya apung]


atau
[hilang tekan pada unggun] x [luas penampang] = [volume unggun] x [fraksi zat padat] x
[densitas zat padat densitas uida]

1 f p f
P.A A.L

g
gc

P
g

1 f
p f
(10)
gc
L

(9)

IV.3 Kecepatan Minimum uidisasi


Yang dimaksud dengan kecepatan minimum uidisasi (dengan notasi Umf ) adalah
kecepatan supersial uida minimum dimana uidisasi mulai terjadi. harganya diperoleh
dengan mengombinasikan persaman Ergun dengan persamaan neraca massa pada unggun
teruidakan, menjadi:

150(1 mf )d p .g

mf 3

U mf

1,75 d p .Pg

mf 3

d p Pg s g g
3

U mf

(11)

Untuk keadaan ekstrem, yaitu:


1. aliran laminer (Re<20), kecepatan uidisasi minimumnya dalah:

U mf

dp

150

Pg g

mf 3
.
(12)
1 mf

2. aliran turbulen (Re>1000), kecepatan uidisasi minimumnya adalah


2

U mf

dp
1,75

P P g
s

Pg

. mf

(13)

Beberapa persamaan lain untuk menghitung harga Umf dapat dilihat di dalam pustaka.

IV.4 Karakteristik Unggun Teruidakan


Karakteristik unggun teruidakan biasanya dinyatakan dalam bentuk grak
antara penurunan tekanan ( P) dan kecepatan supersial (u). Untuk keadaan yang ideal,
kurva hubungan ini berbentuk seperti Gambar 8.

Gambar 8 Kurva karakteristik uidisasi ideal

Garis A-B dalam grak menunjukkan hilang tekan pada daerah unggun diam (porositas
unggun = 0). Garis B-C menunjukkan keadaan dimana unggun telah teruidakan. Garis
D-E menunjukkan hilang tekan dalam daerajh unggun diam pada waktu menurunkan

kecepatan alir uida. Harga penurunan tekanannya, untuk kecepatan aliran uida
tertentu, sedikit lebih rendah dari pada harga penurunan tekanan pada saat awal operasi.
Penyimpangan dari keadaan ideal:
1. Interlock
Karakteristik uidisasi seperti digambarkan pada kurva uidisasi ideal hanya
terjadi pada kondisi yang betul-betul ideal dimana butiran zat padat dengan
mudah saling melepaskan pada saat terjadi kesetimbangan antara gaya seret
dengan berat partikel. Pada kenyataannya, keadaan di atas tidak selamanya bisa
terjadi karena adanya kecenderungan partikel-partikel untuk saling mengunci
satu dengan lainnya (interlock), sehingga akan terjadi kenaikan hilang tekan (P)
sesaat sebelum uidisasi terjadi. Fenomena interlock ini dapat dilihat pada
Gambar 9, terjadi pada awal uidisasi saat terjadi perubahan kondisi dari unggun
tetap menjadi unggun teruidakan.
2. Fluidisasi heterogen ( aggregative uidization
Jenis penyimpangan yang lain adalah kalau pada saat uidisasi partikel-partikel
padat tidak terpisah-pisah secara sempurna tetapi berkelompok membentuk
suatu agregat. Keadaan yang seperti ini disebut sebagai uidisasi heterogen atau
aggregative uidization. Tiga jenis uidisasi heterogen yang biasa terjadi adalah
karena timbulnya:
a. penggelembungan (bubbling ), ditunjukkan pada Gambar 10a,
b. penorakan (slugging ), ditunjukkan pada Gambar 10b,
c. saluran-saluran uida yang terpisahkan ( chanelling ), ditunjukkan pada
Gambar 10c,

Umf
Gambar 9 Kurva karakteristik uidisasi tidak ideal karena terjadi interlock

Gambar 10 Tiga jenis agregative uidization

Bentuk

kurva

karakteristik

untuk

unggun

teruidakan

yang

mengalami

penyimpangan dari keadaan ideal yang diseba bakan oleh tiga jenis fenomena di atas
dapat dilihat dalam pustaka (1) dan (3).

IV.5 Evaluasi Parameter-Parameter dalam Peristiwa Fluidisasi


IV.5.1 Densitas Partikel
Penentuan densitas partikel untuk zat padat yang tidak menyerap air atau zat cair
lain bisa dilakukan dengan memakai piknometer. Sedangkan untuk partikel berpori, cara
di atas akan menimbulkan kesalahan yang cukup besar karena air atau cairan akan
memasuki pori-pori di dalam partikel, sehingga yang diukur bukan lagi densitas partikel
(berikut pori-porinya) seperti yang diperlukan di dalam persamaan-persamaan yang
ditulis di muka, tetapi densitas bahan padatnya (tidak termasuk pori-pori di dalamnya).
Untuk partikel-partikel yang demikian, ada cara lain yang biasa digunakan, yaitu dengan
memakai metoda yang diturunkan Ergun. Prosedur percobaannya bisa dilihat di dalam
pustaka 3 dalam Daftar Pustaka, di halaman 57 dan 58.

IV.5.2 Bentuk Partikel


Didalam persamaan-persamaan yang telah diturunkan sebelumnya partikelpartikel padatnya dianggap sebagai butiran-butiran yang berbentuk bola dengan diameter
rata-rata dp. Untuk partikel-partikel yang mempunyai bentuk lain, harus diadakan suatu
koreksi yang menyatakan bentuk sebenarnya partikel yang ditinjau. Faktor koreksi ini
disebut sebagai faktor bentuk atau derajat kebolaan suatu partikel yang didenisikan
sebagai:

Ap
A

luaspermukaan bola
pada volume sama (14)
luaspermukaan partikel

Derajat kebolaan (s ) bisa dipakai langsung dalam persamaan-persamaan terdahulu


dengan mengganti d p menjadi s.dp, sehingga persamaan Ergun dapat ditulis menjadi:

(1 - ) 2 u
(1 - f ).. g 2
P
u
g c 150 2 f 3
.2 1,75
3

L
s .dp
s .dp
d p . f
dp . f

(15)

dimana s = 1 untuk partikel berbentuk bola


s < 1 untuk partikel berbentuk bola
IV.5.3 Diameter Partikel
Diameter partikel biasanya diukur berdasarkan analisa ayakan. Prosedur
penentuan dan perhitungan bisa dilihat dalam pustaka ke-1 (dalam Daftar Pustaka)
halaman 67 sampai 69 atau pustaka ke-3 (dalam Daftar Pustaka) halaman 61. Prosedur
perhitungannya dapat dilihat pada Bagian V.4 Rancangan Percobaan, Contoh Data dan
Langkah Perhitungan.

IV.5.4 Porositas Unggun


Porositas unggun menyatakan fraksi kosong di dalam unggun yang secara
matematik bisa ditulis sebagai berikut:

Vu Vp
Vu

dimana = porositas unggun


V
u = volume unggun
Vp = volume partikel
Harga porositas unggun ini sangat dipengaruhi oleh bentuk geometri butiran padat yang
membentuk unggun tersebut, atau dengan perkataan lain, porositas unggun merupakan
fungsi dari faktor bentuk atau derajat kebolaan partikel-partikelnya. Salah satu hasil
eksperimen yang menggambarkan pengaruh derajat kebolaan terhadap porositas unggun
diberikan oleh Brown dan diperlihatkan pada Gambar 11.

IV.6. Pendekatan dalam Percobaan


Pengukuran densitas partikel dilakuka n menggunakan piknometer dengan valome
tertentu dengan tipol sebagai uidanya.Tipol digunakan karena memiliki tegangan
permukaan dan viskositas tinggi sehingga cenderung tidak memasuki pori-pori partikel.
Dengan demikian asumsu partikel padatan berbentuk bola dapat digunakan.

Kecepatan minimum uidisasi dapat ditentukan secara gras dan teoritis. Teknik
gras dapat dilakukan apabila tersedia kur va karakteristik uidisasi. (antara log u
terhadap logP). Dengan menarik garis vertikal pada titik mulai konstannya log P atau
titik yang menunjukkan adanya fenomena interlock dapat diperpikrakan U mf. Karena
uktuasi nilai dibanding kurva uidisasi ideal, perkiraan ini kurang akurat. Supaya Umf
perkiraan mendekati nilai sebenarnya, penarikan garis pada titik konstan P dilakukan
saat kurva uidisasi mengalurkan data kecepatan tinggi ke rendah. Diharapkan saat
kecepatan menurun fenomena interlock dapat dikurangi. Interlock menyebabkan partikel
menyatu (biasanya karena basah atau karena kelembaban udara) sehingga kecepatan
udara yang dibutuhkan untuk memuidisasikan partikel tersebut juga bertambah besar.
Akibatnya Umf yang teramati cenderung lebih tinggi daripada nilai sebenarnya.

Gambar 11 Hubungan antara derajat kebolaan partikel dengan porositas unggun

Anda mungkin juga menyukai