Anda di halaman 1dari 19

Laporan Praktikum OPERASI TEKNIK KIMIA 1

Dosen Pembimbing Ir Syarfi MT

ALIRAN FLUIDA MELALUI BENDA PADAT

Disusun Oleh :

Kelompok Nama

: :

I ( Satu ) 1. Arief Rachman 2. Debora Fitriyana Sitorus 3. Mutiqnal Hidayat (1207021212) (1207021327) (1207036504)

LABORATORIUM INSTRUKSIONAL DASAR PROSES & OPERASI PABRIK PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU 2013

Abstrak

Fluida adalah zat yang dapat mengalami perubahan bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser walaupun relatif kecil. Pada percobaan ini bertujuan mencari koefisien hambatan fluida dalam kolom berisi benda padat, menjelaskan persamaan stokes, membandingkan Cd perhitungan dengan Cd yang ada di grafik, dan untuk menentukan Presure drop. Percobaan ini menggunkan bahan berupa pasir, arang aktif, dan zeolit dengan tinggi kenaikan unggun bervariasi yaitu 4.5 cm dan 3.5 cm dan dengan diameter kolom berbeda sehingga menimbulkan laju alir, pressure drop, NRe (Bilangan reynold), CD (koefisien benda), dan F(gaya) yang berbeda pula. Dari percobaan 1 diperoleh hasil pada bahan pasir, penurunan laju alir yang terkecil sebesar 2000 L/hr dengan penurunan tekanan 0.167 dan Cd yang diperoleh sebesar 0.00343 sedangkan yang terbesar pada laju alir 14000 L/hr dengan penurunan tekanan 1.172 dan Cd yang diperoleh sebesar 0.0049. Pada bahan arang aktif, penurunan laju alir yang terkecil sebesar 6000 L/hr dengan penurunan tekanan 0.502 dan Cd yang diperoleh sebesar 0.0114, sedangkan yang terbesar pada laju alir 13000 L/hr dengan penurunan tekanan 1.088 dan Cd yang diperoleh sebesar 0.0052. Pada bahan zeolit, penurunan laju alir yang terkecil sebesar 6000 L/hr dengan penurunan tekanan 0.757 dan Cd yang diperoleh sebesar 0.0057 sedangkan yang terbesar pada laju alir 13000 L/hr dengan penurunan tekanan 1.088 dan Cd yang diperoleh sebesar 0.0052. Hal yang sama diperoleh pada percobaan 2, maka dapat disimpulkan bahwa semakin besar laju alir fluida maka semakin besar juga penurunan tekanan yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Tinjauan Pustaka

1.1.1

Definisi Fluida
Fluida adalah zat yang berubah bentuk secara terus-menerus bila terkena tegangan geser.

Gaya geser adalah komponen gaya yang menyinggung permukaan. Tegangan geser pada suatu titik adalah nilai batas perbandingan gaya geser terhadap luas dengan berkurangnya luas hingga menjadi titik tersebut. Suatu zat cair ditempatkan di antara dua buah plat sejajar, dengan jarak antara yang kecil dan besar sedemikian luasnya sehingga keadaan pada tepi-tepi plat dapat diabaikan. Plat bawah terpasang tetap dan suatu gaya F ditetapkan pada plat atas, yang mengerahkan tegangan geser F/A pada zat apapun yang terdapat di antara plat-plat. A ialah luas plat atas satuannya (m2). Bila gaya F menyebabkan plat bergerak dengan suatu kecepatan (bukan nol) satuannya (N), betapapun kecilnya F, maka kita dapat menyimpulkan bahwa zat di antara kedua plat tersebut adalah fluida. Termasuk fluida adalah air, gas dan zat padat.

Dalam berbagai proses teknik, zat cair atau gas mengalir melintasi lapis hamparan partikel benda padat. Contoh-contoh situasi ini dalam satuan operasi kimia teknik ialah proses filtrasi dan aliran dua fase lawan arah dari zat cair dan gas melalui menara isian curah. Tahanan terhadap aliran fluida melalui rongga-rongga di dalam lapisan hampar benda padat adalah akibat dari seret total semua partikel di dalam hamparan itu. Bergantung pada angka Reynoldnya, aliran yang terjadi dapat berupa aliran laminar, aliran turbulen dan mengalami serat bentuk, pemisahan, dan pembentukan riak ikutan. Gaya pada arah aliran, yang diberikan fluida terhadap benda padat di dalam aliran disebut seret. Menurut hukum ketiga Newton tentang gerakan, benda itu akan memberikan pula gaya yang besarnya sama pada fluida itu, tetapi pada arah yang berlawanan.

1.1.2

Fluidisasi Bila zat cair atau gas dilewatkan melalui lapisan hamparan partikel pada

kecepatan rendah, partikel-partikel itu tidak akan bergerak dan menurunkan tekanannya dapat ditentukan denga persamaan Engun. Jika kecepatan fluida berangsur-angsur dinaikkan, partikel-partikel itu akhirnya akan mulai bergerak dan melayang di dalam fluida. Istilah fluidisasi dan hamparan fluidisasi biasa digunakan untuk memeriksa keadaan partikel yang seluruhnya dalam keadaan melayang, karena suspense ini berprilaku seakan-akan fluida rapat. Jika hamparan itu dimiringkan, permukaan atas nya akan tetap horizontal dan benda-benda besar akan mengapung atau tenggelam di dalam hamparan itu bergantung pada perbadingan densitas nya terhadap suspensi. Zat padat yang terfluidisasi dapat dikosongka melalui hamparannya malalui pipa dan katup sebagaimana halnya suatu zat cair, dan sifat fluiditas ini merupakan keuntungan utama dari penggunaan fluidisasi untuk menangani zat padat. Perhatikan suatu tabungvertikal yang sebagian berisi dengan bahan butiran, misalnya katalis untuk proses perengkahan katalitik, sebagaimana terlihat dalam skema Gambar I :

Gambar

I:

Penurunan Tekanan

Tabung itu turbulen pada bagian atas, dan mempunyai plat berpori pada bagian bawah. Untuk mendukung katalis itu serta untuk menyebarkan aliran secara seragam pada keseluruhan penampang.

Udara dimasukkan di bawah plat distribusi dengan laju lamba, dan naik ke atas melalui hamparan tanpa menyebabkan terjadinya gerakan pada partikel. Jika partikel itu cukup kecil, aliran di dalam saluran-saluran di antara partikel-partikel dalam hamparan itu akan bersifat laminar dan penurunan tekanan pada hamparan itu akan sebanding dengan kecepatan semu. Jika tekanan itu berangsur-angsur dinaikkan penurunan tekanan akan meningkat, tetapi partikel-partikel itu masih tidak bergerak dan tinggi hamparan pun tidak berubah. Pada kecepatan tertentu, penurunan tekanan melintas hamparan itu akan mengimbangi gaya gravitasi yang dialaminya; dengan kata lain, mengimbangi bobot hamparan, dan jika kecepatan masih dinaikan lagi, partikel itu akam mulai bergerak. Dan jika kecepatan it uterus ditingkatkan lagi, partikel-partikel itu akam memisah dan menjadi cukup berjauhan satu sama lain sehingga dapat berpindah-pindah di dalam hamparan itu, maka akan terjadi fluidisasi. Jika hamparan itu sudah terfluidisasi, penurunan tekanan melintasi hamparan tetap konstan, akan tetapi tinggi hamparan bertambah terus jika aliran ditingkatkan lagi. Hamparan itu dapat dioperasikan pada kecepatan yang cukup tinggi tanpa menyebabkan kehilangan zat padat, atau hanya sedikit yang kehilangan, karana kecepatan semu yang diperlukan untuk mendukung hamparan partikel itu jauh lebih kecil dari kecepatan terminal masing-masing partikel. Sedangkan untuk penurunan tekanan pada kecepatan randah lebih kecil dari pada hambatan diam semula.

1.1.3

Jenis-Jenis Fluidisasi Dalam fludisasi dengan air, partikel-partikel itu akan bergerak menjauh satu sama

lain dan gerakannya bertambah hebat dengan meningkatnya kecepatan, tetapi densitas hamparan rata-rata pada suatu kecepatan tertentu sama di segalah arah hamparan. Proses ini di sebut fluidisasi partikulat dan bercirikan ekspansi hamparan yang cukup beras tetapi seragam, pada kecepatan tinggi. Pada fluidisasi partikulat ekspansi yang terjadi adalah seragam dan persamaan Engun, yang berlaku untuk hamparan diam, dapat di katakana masih berlaku untuk hamparan yang agak mengembang. Persamaan berikut ini untuk hamparan yang mengalami ekspansi :

Pada hamparan zat padat yang terfluidisasi di dalam udara biasanya menunjukan fluidisasi yang dikenal sebagai fluidisasi agregat atau fluidisasi gelembung. Gelembun yang terbentuk berprilaku hamper seperti gelembung udara di dalam air atau gelembung uap di dalam zat cair yang mendidih, dank arena itu fluida jenis ini kadang-kadang dinamai dengan istilah hamparan didih. Pengembangan volume hamparan dalam fluidisasi gelombang terutama disebabkan oleh volume yang di pakai oleh gelembung gas, karena fase rapat pada umumnya tidak berekspresi dengan peningkatan aliran. Dalam penurunan berikut ini, aliran gas melalui fase rapat diandaikan sama dengan OM dikalikan dengan fraksi hamparan yang disi oleh fase rapat, ditambahkan sisa aliran gas yang dibawa oleh gelembung. Jadi

1.1.4

Penerapan Fluidisasi Penggunaan fluidisasi secara ekstensif dimulai pada industry pengolahan minyak

bumi, yaitu dengan dikembangkanya proses perengkahan katalitik hamparan fluidisasi. Fluidisasi digunakan juga di dalam proses katalitik lainnya, seperti sintesis akronitril, dan untuk melaksanakan reaksi zat padat gas. Dan hamparan fluidisasi juga banyak digunakan untuk memanggang bijih, mengeringkan zat padat halus, dan absorpsi gas.

1.2 Tujuan Perjobaan

1. Mencari koefisien hambatan fluida dalam kolom berisi benda padat 2. Mencari persamaan stokes 3. Membandingkan Cd perhitungan dengan Cd yang ada di grafik 4. Menentukan pressure drop dan fluidisasi minimum ( Vm )

BAB II METODOLOGI PERCOBAAN

2.1 Alat Satu set alat Fluidized Bed

Untuk skema rangkaian alat Fluidized Bed dapat dilihat pada Gambar 2.1 dibawah ini:

Gambar 2.1 Skema Alat Fluidized Bed Keterangan : 1. Switch 2. Flowmeter 3. Kolom 4. Valve 5. Manometer 6. Pompa 7. Kompresor udara

2.2 Bahan Pasir Arang hitam Zeolit

2.3 Prosedur Kerja a. Salah satu bahan dimasukkan kedalam kolom. b. Kompresor dihidupkan dengan kecepatan terendah. c. Kemudian flow regulator dibuka. d. Catat angka pada flowmeter dan manometer pada setiap ketinggian 1 cm pada bahan isian kolom. e. Kemudian percobaan dilakukan pada bahan berbeda. f. Percobaan dilakukan kembali dari langkah c s/d e dengan kolom yang berbeda. g. Dan pada kolom pertama tinggi unggun 4.5 cm dan kolom kedua tingi unggun 3.5 cm

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Percobaan pada Kolom 1 (D=6.5 cm = 0.065 m) Gambar 3.1 merupakan hubungan antara flowrate dan pressure drop dengan menggunakan kolom 1 dengan diameter 0.065 m yang terjadi pada masing-masing bahan, diantaranya pasir, arang aktif, dan zeolit.
8 6 P (mmH2O) 4 2 0 0 0.5 Flowrate (m/s) 1 1.5 Pasir Arang Aktif Zeolit

Gambar 3.1: Grafik Hubungan antara pressure drop dan flowrate pada bahan pasir, arang aktif dan zeolit.

Berdasarkan Gambar 3.1, dapat dilihat bahwa dari ketiga bahan tersebut, ketika fluida lewat, pasir lebih mudah terfluidisasikan dibandingkan dengan arang aktif dan zeolit. Hal ini disebabkan pasir memiliki massa partikel yang lebih ringan dan diameter partikelnya lebih kecil di bandingkan dengan arang aktif dan zeolit, sehingga diperlukan laju alir (V) yang besar agar bahan dapat terfluidisasikan. Dari hubungan antara pressure drop (P) dan flowrate (V) diketahui bahwa semakin besar kecepatan aliran fluida maka semakin besar penurunan tekanan yang terjadi. Hal ini dibuktikan dari hasil pada bahan pasir, penurunan yang terkecil pada laju alir 2000 L/hr dengan penurunan tekanan 0.167sedangkan yang terbesar pada laju alir 14000 L/hr dengan penurunan tekanan 1.172. Pada bahan arang aktif, penurunan yang terkecil pada laju alir 6000 L/hr dengan penurunan tekanan 0.502 sedangkan yang terbesar pada laju alir 13000 L/hr dengan penurunan tekanan 1.088. Pada bahan zeolit, penurunan yang terkecil pada laju alir 6000 L/hr dengan penurunan tekanan 0.757 sedangkan yang terbesar pada laju alir 13000 L/hr dengan penurunan tekanan 1.088.

3.2 Percobaan pada Kolom 2 (D=5,3 cm = 0.053 m) Gambar 3.2 merupakan hubungan antara flowrate dan pressure drop dengan menggunakan kolom 2 dengan diameter 0.053 m yang terjadi pada masing-masing bahan, diantaranya pasir, arang aktif, dan zeolit.

6 5 P (mmH2O 4 3 2 1 0 0 0.5 1 Flowrate (m/s) 1.5 2 Pasir Arang Aktif Zeolit

Gambar 3.2: Grafik Hubungan antara pressure drop dan flowrate pada bahan pasir, arang aktif dan zeolit.

Berdasarkan Gambar 3.2, dapat dilihat bahwa dari ketiga bahan tersebut, ketika fluida lewat, pasir lebih mudah terfluidisasikan dibandingkan dengan arang aktif dan zeolit. Hal ini disebabkan pasir memiliki massa partikel yang lebih ringan dan diameter partikelnya lebih kecil di bandingkan dengan arang aktif dan zeolit, sehingga diperlukan laju alir (V) yang besar agar bahan dapat terfluidisasikan. Dari hubungan antara pressure drop (P) dan flowrate (V) diketahui bahwa semakin besar kecepatan aliran fluida maka semakin besar penurunan tekanan yang terjadi. Hal ini dibuktikan dari hasil pada bahan pasir, penurunan yang terkecil pada laju alir 2000 L/hr dengan penurunan tekanan 0.252sedangkan yang terbesar pada laju alir 14000 L/hr dengan penurunan tekanan 1.767. Pada bahan arang aktif, penurunan yang terkecil pada laju alir 4000 L/hr dengan penurunan tekanan 0.505 sedangkan yang terbesar pada laju alir 13000 L/hr dengan penurunan tekanan 1.641. Pada bahan zeolit, penurunan yang terkecil pada laju alir 12000 L/hr dengan penurunan tekanan 1.005 sedangkan yang terbesar pada laju alir 13000 L/hr dengan penurunan tekanan 1.641.

Berdasarkan data tersebut juga dapat dilihat fluida akan mengalami hambatan yang lebih besar saat melalui kolom dengan diameter lebih kecil. hal ini bisa dilihat dengan flowrate yang kecil saja sudah dapat menggerakkan bahan yang ada pada kolom.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

1. Pada percobaan ini koefisien hambatan paling besar terdapat pada bahan pasir dan dikolom pertaman yaitu 0.0343 dengan laju aliran fluida 2000 L/jam dan rumus yang digunakan yaitu (CD) = .

2. Persamaan stokes menjelas kan Jika sebuah benda berbentuk bola (kelereng) jatuh bebas dalam suatu fluida kental, kecepatannya akan bertambah karena pengaruh gravitasi Bumi hingga mencapai suatu kecepatan terbesar yang tetap. Kecepatan terbesar yang tetap tersebut dinamakan kecepatan terminal. Pada saat kecepatan terminal tercapai, berlaku keadaan F = 0. 3. Dari hubungan antara pressure drop (P) dan flowrate (V) diketahui bahwa semakin besar kecepatan aliran fluida maka semakin besar penurunan tekanan yang terjadi, ini dapat di lihat dari hasil percobaan pada kolom 2 menggunakan bahan pasir, yaitu pada ketinggian unggun 3.4 cm flowrate yang di peroleh 0.252 m/s dan pressure drop sebesar 2, sedangkan pada ketinggian unggun 9.5 cm flowrate yang di peroleh 1.767 m/s dan pressure drop sebesar 5.4

4.2 Saran Sebaiknya sebelum melakukan percobaan diharapkan pratikan sudah memahami dan mempelajarai modul percobaannya sebelum diaplikasikan ke percobaan atau ke alat. Dan pada saat percobaan sebaiknya alat dan bahan dicek, bagus atau berbahaya alat dan bahan yang dipakai. Pada pratikum percobaan Aliran Fluida melalui Benda Padat ini pratikan harus serius dan telitik pada percobaan tersebut, supaya mendapatkan hasil yang bagus.

DAFTAR PUSTAKA

McCabe, Warren L., Smith, Julian C., dan Harriot, Peter. 1999. Operasi Teknik Kimia Jilid I Edisi Keempat. Jakarta : Erlangga.

Tim Penyusun. 2013. Penuntun Praktikum Operasi Teknik Kimia 1. Pekanbaru : Program Studi Teknik Kimia DIII Fakultas Teknik Universitas Riau.

LAMPIRAN A
1. Perhitungan Pada Kolom 1 Pada Setiap Kenaikan 1 cm pada bahan isian dengan Bahan Pasir.

Pada kolom 1 Diameter kolom (D)= 6,5cm = 0,065m Luas Permukaan Tabung (A) = 1/4 ( ) ( d ) 2 = 1 / 4 ( 3,14 ) x ( 0,065 )2 = 3,316625 x 10-3 m2 Desitas Udara () = 1,187 kg/m3 Viskositas udara ( )= 1,845 x 10-5 N.s/m3 Penyelesaian : Debit Aliran Udara (Q) = 2000 l/jam = m3/s = =

Kecepatan Aliran Udara (V) = = = 0,167 m/s

Bilangan Reynold Udara (NRe ) =

= = 693,35

Koefisien Hambatan Udara (CD) = = = 0,034 FUdara = 3...d.V = 3 ( 3,14 ) (1,845 x 10-5 ) ( 0,065 ) (0,1658) = 1,87 x 10-6 N

2. Perhitungan Pada Kolom 2 Pada Setiap Kenaikan 1 cm pada bahan isian dengan Bahan Arang aktif

Pada Kolom 2 Diameter kolom 2 = 5,3 mm = 0,053 m Luas Permukaan Tabung (A) = 1/4 ( ) ( d ) 2 = 1 / 4 ( 3,14 ) x ( 0,053 )2 = 2,2 x 10-3 m2 Desitas Udara () = 1,187 kg/m3 Viskositas udara ( ) = 1,845 x 10-5 N.s/m3 Penyelesaian : Debit Aliran Udara (Q) = 4000 l/jam = m3/s = =

Kecepatan Aliran Udara (V) = = = 0,505 m/s

Bilangan Reynold Udara (NRe ) = = = 1721.95

Koefisien Hambatan Udara (CD) = = = 0,0139 Fudara = 3...d.V = 3 ( 3,14 ) (1,845 x 10-5 ) ( 0,053 ) (0,505) = 4,65 x 10-6 N

LAMPIRAN B

3.1 Percobaan Pada Kolom 1 (D = 6.5 cm=0.065 m) 3.1.1 Percobaan Pada Bahan Pasir No Tinggi Unggun (cm) 1 2 3 4 5 6. 7 4.5 5.5 6.5 7.5 8.5 9.5 10.5 Q (L/hr) 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 2.5 2.9 3.9 4.5 5.3 6.1 6.8 P V (m/s) 0.167 0.335 0.502 0.670 0.837 1.005 1.172 698.37 1400.91 2099.28 2801.83 3500.20 4202.75 4901.12 NRe CD F (N) 0.0343 1.88 x 10-6 Hambatan Bentuk 0.0171 3.78 x 10-6 Hambatan Bentuk 0.0114 5.67 x 10-6 Hambatan Bentuk 0.0085 7.57 x 10-6 Hambatan Bentuk 0.0068 9.45 x 10-6 Hambatan Bentuk 0.0057 1.13 x 10-5 Hambatan Bentuk 0.0049 1.32 x 10-5 Hambatan Bentuk Keterangan Jenis
Aliran

Laminer Laminer Laminer Transisi Transisi Turbulen Turbulen

Tabel 3.1 Perhitungan pada setiap kenaikan 1 cm pada bahan pasir

3.1.2 Percobaan pada bahan Arang aktif Tinggi No Unggun ( cm ) 1 2 3 4 5 4.5 5.5 6.5 7.5 8.5 Q (L/hr) 6000 8000 10000 12000 13000 1 1.5 2 2.4 2.6 P V (m/s) 0.502 0.670 0.837 1.005 1.088 F (N) Jenis Aliran Transisi Transisi Transisi Turbulen Turbulen

NRe

CD

Keterangan

2099.28 2801.83 3500.20 4202.75 4549.84

0.0114 5.67 x 10-6 Hambatan Bentuk 0.0086 7.57 x 10-6 Hambatan Bentuk 0.0068 9.45 x 10-6 Hambatan Bentuk 0.0057 1.13 x 10-5 Hambatan Bentuk 0.0052 1.23 x 10-5 Hambatan Bentuk

Tabel 3.2 Perhitungan pada setiap kenaikan 1 cm pada bahan arang aktif

3.1.3 Percobaan pada bahan Zeolit Tinggi No Unggun ( cm ) 1 2 4.5 5.5

Q (L/hr) 12000 13000

V (m/s) 1.005 1.088

NRe

CD

F (N)

Jenis Aliran Turbulen Turbulen

Keterangan

1.8 2

4202.75 4549.84

0.0057 1.13 x 10-5 0.0052 1.23 x 10-5

Hambatan Bentuk Hambatan Bentuk

Tabel 3.3 Perhitungan pada setiap kenaikan 1 cm pada bahan Zeoli

3.2 Hasil percobaan pada Kolom 2 (D=5,3cm = 0.053 m) 3.2.1 Percobaan pada bahan Pasir Tinggi No Unggun ( cm ) 1 2 3 4 5 6 7 3.5 4.5 5.5 6.5 7.5 8.5 9.5

Q (L/hr) 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000

V ( m/s) 0.252 0.505 0.757 1.010 1.262 1.515 1.767

NRe

CD

F (N)

Jenis Aliran Laminer Laminer Transisi Transisi Turbulen Turbulen Turbulen

Keterangan

2 2.5 3.2 3.5 4.2 4.7 5.4

859.27 1721.95 2581.22 3443.91 4303.18 5165.86 6025.13

0.0279 2.32 x 10-6 0.0139 4.65 x 10-6 0.0093 6.97 x 10-6 0.0069 9.30 x 10-6 0.0055 1.16 x 10-5 0.0046 1.39 x 10-5 0.0039 1.63 x 10-5

Hambatan Bentuk Hambatan Bentuk Hambatan Bentuk Hambatan Bentuk Hambatan Bentuk Hambatan Bentuk Hambatan Bentuk

Tabel 3.4 Perhitungan pada setiap kenaikan 1 cm pada bahan pasir

3.2.2 Percobaan pada bahan Arang aktif Tinggi No Unggun ( cm ) 1 2 3 4 5 6 3.5 4.5 5.5 6.5 7.5 8.5

Q (L/hr) 4000 6000 8000 10000 12000 13000

V ( m/s) 0.505 0.757 1.010 1.262 1.515 1.641

NRe

CD

F (N)

Jenis Aliran Laminer Transisi Transisi Turbulen Turbulen Turbulen

Keterangan

0.7 1 1.2 1.7 1.9 2.2

1721.95 2581.22 3443.91 4303.18 5165.86 5595.49

0.0139 4.65 x 10-6 0.0093 6.97 x 10-6 0.0069 9.30 x 10-6 0.0055 1.16 x 10-5 0.0046 1.39 x 10-5 0.0042 1.51 x 10
-5

Hambatan Bentuk Hambatan Bentuk Hambatan Bentuk Hambatan Bentuk Hambatan Bentuk Hambatan Bentuk

Tabel 3.5 Perhitungan pada setiap kenaikan 1 cm pada bahan arang aktif

3.2.3 Percobaan pada bahan Zeolit Tinggi No Unggun ( cm ) 1 2 3 4 5 3.5 4.5 5.5 6.5 7.5

Q (L/hr) 6000 8000 10000 12000 13000

V (m/s)
0.757 1.010 1.262 1.515 1.641

NRe

CD

F (N)

Jenis Aliran Transisi Transisi Turbulen Turbulen Turbulen

Keterangan

0.7 2 2.9 3.2 3.7

2581.22 3443.91 4303.18 5165.86 5595.49

0.0093 6.97 x 10-6 0.0069 9.30 x 10-6 0.0055 1.16 x 10-5 0.0046 1.39 x 10
-5

Hambatan Bentuk Hambatan Bentuk Hambatan Bentuk Hambatan Bentuk Hambatan Bentuk

0.0042 1.51 x 10-5

Tabel 3.6 Perhitungan pada setiap kenaikan 1 cm pada bahan zeolit

Anda mungkin juga menyukai