Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM

Laboratorium Teknik Kimia I


FLUIDISASI





DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2/KELAS C

CHARISMAYANI (1207121300)
ERLISA YANUARI PUTRI (1207113660)
KARTONO (1207113637)
PETER (1207113617)


PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2014

ABSTRAK
Fluidisasi merupakan operasi dimana partikel padat ditransformasikan menjadi
seperti partikel fluida melalui suspensi dalam gas atau cairan. Pada proses
fluidisasi terjadi beberapa fenomena yaitu fenomena fixed bed, fenomena
minimum, fenomena homogen, fenomena bubbling, fenomena slugging,
fenomena chanelling, dan fenomena disperse. Tujuan dari percobaan ini adalah
untuk mengetahui prinsip kerja fluidisasi, mengetahui operasi fluidisasi gas dan
cairan, mengetahui persamaan Ergun, menyelidiki kondisi permulaan fluidisasi,
serta menghitung pressure drop yang melewati fixed bed dan fluidized bed.
Variabel dalam percobaan ini adalah diameter kolom, laju alir, tinggi bed, dan
jenis bahan. Dimana diameter yang digunakan adalah 53 mm untuk kolom I dan
65 mm untuk kolom II, laju alir yang digunakan dimulai dari 1200 L/jam sampai
9200 L/jam dengan kecepatan superfisial selang 400 L/jam dan bahan yang
digunakan adalah zeolit, arang aktifdanpasir. Pada percobaan untuk setiap variasi
umpan memperlihatkan bahwasemakin tinggi flow rate, maka pressure drop juga
semakin meningkat. Partikel yang memiliki densitas lebih besar membutuhkan
kecepatan superfisial yang lebih besar pula untuk mencapai kondisi fluidisasi.
Diameter kolom yang lebih besar menyebabkan partikel lebih mudah terfluidisasi
dan kondisi fluidisasi lebih mudah dicapai pada saat ketinggian awal ungggun
kecil.
Kata Kunci : fixed bed, fluidisasi, fluidized bed, pressure drop











BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Tinjauan Pustaka
1.1.1 Fluidisasi
Fluidisasi merupakan operasi dimana partikel padat ditransformasikan
menjadi seperti fluida melalui suspensi dalam gas atau cairan. Metode ini
memiliki beberapa karakteristik yang tidak biasanya dan para ahli teknik kimia
menggunakan prinsip ini dalam berbagai bidang yang berhubungan dengan
fluidisasi. Jika laju alir kemudian dinaikkan, akan sampai pada suatu keadaan di
mana unggun padatan akan tersuspensi di dalam aliran gas yang melaluinya. Pada
keadaan ini masing-masing butiran akan terpisahkan satu sama lain sehingga
dapat bergerak dengan lebih mudah. Pada kondisi butiran yang dapat bergerak ini,
sifat unggun akan menyerupai suatu cairan dengan viskositas tinggi, misalnya
adanya kecenderungan untuk mengalir, mempunyai sifat hidrostatik dan
sebagainya. ( Zeffa, 2011 )
Pada praktikum fluidisasi ini fluida yang digunakan adalah udara tekan.
Butiran padat yang akan difluidisasikan juga dapat bervariasi seperti butiran batu
bara, batu bata, pasir, dan sebagainya. Ukuran partikel juga divariasikan dengan
melakukan pengayakan dengan mesh tertentu. Densitas partikel dapat juga
divariasikan dengan mencampur partikel, baikyang berbeda ukuran maupun
berbeda jenis. Selain itu variasi juga dapat dilakukan pada tinggi unggun. Dalam
praktikum ini akan teramatifenomena-fenomena fluidisasi. Selama fluidisasi
berlangsung juga dapat diamati kecepatan minimum fluidisasi secara visual. Dari
hasil pengukuran tekanan dan laju alir fluida dibuat pula kurva karakteristik
fluidisasi. ( Hilda, 2012 )
Bila kita amati suatu unggun butiran yang disangga oleh pelat kasa dan
dilalukan pada unggun tersebut suatu aliran fluida ke arah atas, maka untuk debit
aliran yang kecil unggun akan tetap diam, fluida hanya akan mengalami kenaikan
hilang tekan dengan peningkatan debit tersebut. Untuk suatu debit tertentu hilang
tekan (dinyatakan dalam tekanan, artinya gaya per satuan permukaan) sampai
pada nilai yang sama dengan berat unggun persatuan permukaan (yang ukurannya
juga sama dengan permukaan untuk hilang tekan) dan unggun mulai terangkat.
Inilah yang disebut awal fluidisasi. Di atas kecepatan ini butiran unggun beberapa
menjadi terpisah dan bergerak secara bervariasi ke segala arah. Akan tetapi untuk
kecepatan tertentu posisi rata-ratanya secara statistik adalah tetap, dalam arti
unggun mempunyai suatu tinggi yang konstan. Tinggi unggun ini meningkat bila
debit cairan meningkat.
Bila kita naikkan lagi debit aliran kita akan mencapai suatu kecepatan
yang bersamaan seperti bila butiran tersebut jatuh bebas dalam fluida diam. Maka
kita akan mengalami pengaliran butiran padat itu keluar menurut arah aliran.

Gambar 1.1 Skema Fluidisasi
Bila peristiwa tersebut akan kita gambarkan secara grafik, kita ambil
sebagai absis kecepatan atas dasar kolom kosong U
m
(artinya kecepatan rata-rata
fluida dalam suatu pipa kosong dengan luas permukaan penampangnya sama
dengan penampang unggun) dan sebagai ordinat adalah hilang tekan AP. Peristiwa
tersebut dapat kita nyatakan sebagai berikut:
a. Dari O ke A unggun tetap diam dan hilang tekan naik menurut debit aliran.
Bila debit aliran cukup kecil perubahan AP terhadap u
m
adalah tetap linier
dan dapat dihitung, misalnya dengan menggunakan persamaan Kozeny
Carman.
b. Di A hilang tekan menjadi sedemikian sehingga gaya tekan bersangkutan
dengan awal pengangkatan unggun. Harga hilang tekan ini akan
bergantung terutama pada kondisi pencurahan unggun dan sifat partikel
(keadaan permukaan, sifat dendritik atau tidak dan seterusnya). Kita
melihat kenyataan disini bahwa gaya yang bersangkutan dengan hilang
tekan pada titik ini tidak saja untuk mengangkat berat butiran yang
diakibatkan oleh penghimpitan partikel satu dengan yang lainnya.
c. Sekali unggun ini terberai hilang tekan akan turun kembali ke harga yang
lebih kecil (titik B), lalu bila kecepatan dinaikkan lagi hilang tekan akan
tetap konstan hingga titik C dengan ketinggian unggun yang senantiasa
meningkat. Oleh karena itu, kenyataan bahwa hilang tekan tetap konstan
(dan sama dengan berat unggun persatuan luas) pada saat debit meningkat,
menunjukkan bahwa geometri intern unggun adalah berubah terutama
berupa peningkatan porositasnya yang akan berhubungan erat dengan
naiknya tinggi unggun. Setelah titik C partikel akan berbawa dalam arah
aliran gas. Kurva akan berpotongan dengan kurva hilang tekan fluida
dalam tabung kosong (c = 1).
d. Bila kemudian kecepatan kita turunkan, maka tinggi unggun juga akan
menurun, akan tetapi mulai dari titik B sudah tentu kita tidak perlu lagi
mengikuti bekas keadaan A oleh karena partikel meletakkan dirinya secara
perlahan-lahan satu di atas lainnya tanpa pemadatan. Maka kita akan
bergerak dari B ke O dengan melewati D.
e. Alhasil bila kita memulai kembali suatu fluidisasi, tidak akan ada lagi
upaya yang harus dilakukan untuk mengatasi gaya gesekan antara partikel
yang terjadi karena pemadatan dan titik-titik yang menggambarkannya
dinyatakan oleh kurva ODBC naik atau turun akan tetap sama. Hilang
tekan (untuk suatu U
m
tertentu) dalam zone pertama (bersangkutan dengan
OD) adalah lebih kecil dari pada dalam OA, karena pemadatan unggun
lebih berkurang dan tinggi unggun Z
i
lebih besar.
Pernyataan tentang unggun terfluidakan di atas sebenarnya terlalu
diidealkan. Fluidisasi inilah yang biasa disebut fluidisasi homogen dimana butiran
terdispersi secara seragam dalam seluruh bagian unggun, artinya porositas lokal
unggun seolah-olah konstan pada setiap titik didalam unggun tersebut.

Gambar 1.2Berbagai Rezim Fluidisasi
Kita mengamati bahwa fluidisasi homogen terjadi bila densitas fluida
f
dan densitas partikel
s
sedikit saja berbeda:
[

]......................................................(1.1)
Misalnya dalam hasil fluidisasi butiran kaca dalam air. Akan tetapi
kebanyakan operasi fluidisasi dilakukan dalam fasa gas:
[

]....................................................(1.2)
dimana dalam hal ini fluidisasi menjadi heterogen. Bagian tertentu unggun seolah-
olah tetap diam sementara yang lainnya dilalui oleh gelembung-gelembung gas
yang besar dengan kecepatan U
m
dan mengandung sedikit butiran sebagai
suspensi di dalamnya, gelembung ini merambat ke arah permukaan unggun
sehingga tidak memungkinkan lagi untuk mendefinisikan suatu permukaan bebas.
Inilah yang disebut peristiwapenggelembungan. Bila gelembung ini sampai
memenuhi seluruh penampang unggun ia akan dapat terangkat selama beberapa
saat, lalu volum tersebut akan jatuh kembali secara tiba-tiba ke atas lapisan paling
rendah. Inilah yang disebut fenomena fluidisasi berpiston.
Karena sifat-sifat partikel padat yang menyerupai sifat fluida cair dengan
viskositas tinggi, metoda pengontakan fluidisasi memiliki beberapa keuntungan
dan kerugian. Keuntungan proses fluidisasi, antara lain:
a. Sifat unggun yang menyerupai fluida memungkinkan adanya aliran zat
padat secara kontinyu dan memudahkan pengontrolan.
b. Kecepatan pencampuran yang tinggi membuat reaktor selalu berada dalam
kondisi isotermal sehingga memudahkan pengendaliannya.
c. Sirkulasi butiran butiran padatantaraduaunggunfluidisasimemungkinkan
pemindahan jumlah panas yang besar dalam reaktor.
d. Perpindahan panas dan kecepatan perpindahan massa antara partikel cukup
tinggi.
e. Perpindahan panas antara unggun terfluidakan dengan media pemindah
panas yang baik memungkinkan pemakaian alat penukar panas yang
memiliki luas permukaan kecil.
Sebaliknya, kerugian proses fluidisasi antara lain:
a. Selama operasi partikel-partikel padat mengalami pengikisan sehingga
karakteristik fluidisasi dapat berubah dari waktu ke waktu.
b. Butiran halus akan terbawa aliran sehingga mengakibatkan hilangnya
sejumlah tertentu padatan.
c. Adanya erosi terhadap bejana dan sistem pendingin.
d. Terjadinya gelombang dan penorakan di dalam unggun sering kali tidak
dapat dihindari sehingga kontak antara fluida dan partikel tidak seragam.
Jika hal ini terjadi pada reaktor, konversi reaksi akan kecil.
Jika suatu fluida melewati partikel unggun yang ada dalam tabung,
maka aliran tersebut memberikan gaya seret (drag force) pada partikel dan
menimbulkan pressure drop sepanjang unggun. Pressure drop akan naik
jika kecepatan superfisial naik.
Pada kecepatan superfisial rendah, unggun mula-mula diam. Jika
kemudian kecepatan superfisial dinaikkan, maka pada suatu saat gaya seret
fluida menyebabkan unggun mengembang dan tahanan terhadap aliran
udara mengecil, sampai akhirnya gaya seret tersebut cukup untuk
mendukung gaya berat partikel unggun. Kemudian unggun mulai bergerak
dan kondisi ini disebut minimum fluidization. Kecepatan superfisial
terendah yang dibutuhkan untuk terjadinya fluidisasi disebut minimum
fluidization velocity (v
mf
). Sedangkan porositas dari unggun ketika
fluidisasi benar-benar terjadi dinamakan minimum fluidization porosity
(
mf
). Sementara itu pressure drop sepanjang unggun akan tetap walaupun
kecepatan superfisial dinaikkan dan sama dengan berat efektif unggun per satuan
luas.
Jika kecepatan fluida diatas v
mf
, unggun akan mulai mengembang
(bubbling) dan kondisi ini dinamakan aggregative fluidization. Kenaikan
kecepatan superfisial yang ekstrim tinggi dapat menyebabkan tumbuhnya
gelembung yang sangat besar, memenuhi seluruh tabung dan mendorong
terjadinya slugging bed. Pada saat ini pressure drop mungkin melampaui berat per
satuan luas karena adanya interaksi partikel dengan dinding tabung. Jika densitas
fluidanya lebih besar dan partikel unggun lebih kecil kemungkinan unggun dapat
tertahan dalam keadaan mengembang lebih stabil (particulate fluidzation).
Partikel unggun yang lebih ringan, lebih halus dan bersifat kohesif sangat sukar
terfluidisasi karena gaya tarik antar partikel lebih besar daripada gaya seretnya.
Sehingga partikel cenderung melekat satu sama lain dan gas menembus unggun
dengan membentuk channel. ( Zeffa, 2011)
1.1.2 Penentuan Pressure Drop pada Fixed Bed
Untuk menentukan pressure drop yang melalui fixed bed dapat dinyatakan
dengan persamaan berikut:

( )
c
c

c
c

A
+

A
= A
1
' 75 , 1
1
' 150
2
3
2
2
p
mf
p
mf
D
L v
D
L v
P
....................(1.3)
Dengan :
Dp = diameter partikel
= viskositas fluida
L = tinggi bed
= voidage / porositas
v
mf
= kecepatan superfisial

Jika flow rate (Q) diukur dalam liter/detik dan v adalah kecepatan superfisial
dalam m/detik, maka:
A
Q
v
3
10 .

= ..........(1.4)
1.1.3 Penentuan Pressure Drop dan Kecepatan pada Fluidisasi Minimum
Untuk memprediksi pressure drop saat fluidisasi dimulai dapat dtentukan
dengan persamaan:

( )( )g
L
P
f p mf
mf
c =
A
1 (1.5)
Dengan :
L
mf
= tinggi unggun pada saat mulai fluidisasi

mf
= porositas unggun pada saat mulai fluidisasi

p
= densitas partikel

f
= densitas fluida
g = gaya gravitasi

Untuk memprediksi kecepatan fluidisasi minimum dapat menggunakan
persamaan berikut:
( ) ( )( ) ( )
0
. .
.
1 150
.
75 , 1
3
3 2
Re,
3
2
Re,
=


c |
c
c |
g D N N
f p f p
mf s
mf mf
mf s
mf
..(1.6)
Dengan :


f mf p
mf
v D
N
. ' .
Re,
=
Dp = diameter partikel
V
mf
= kecepatan fluidisasi minimum

f
= densitas fluida
` = viskositas fluida
|
s
= faktor bentuk




1.1.4 Faktor Bentuk
Faktor bentuk adalah perbandingan luas permukaan bola pada volum
tertentu dengan luas permukaan partikel pada volum yang sama. Faktor bentuk
untuk partikel tidak teratur sudah ditentukan. Untuk material yang sering dipakai
mempunyai nilai 0,7 <|
s
< 0,9. ( Hilda,2012 )

1.1.5 Pengukuran Kecepatan Fluidisasi Minimum
Pengukuran kecepatan fluidisasi minimum dapat diperoleh dari grafik
pressure drop versus superfisialvelocity, yaitu merupakan titik potong antara
bagian kurva yang naik dan bagian kurva yang datar.
Gambar 1.3 Grafik hubungan superfisialvelocity vs pressure drop

1.1.6 Fenomena Pada Fluidisasi
Operasi dimana partikel padat ditransformasikan menjadi seperti fluida
melalui suspensi dalam gas atau cairan biasanya disebut dengan fluidisasi. Para
ahli teknik kimia menggunakan prinsip ini dalam berbagai bidang yang
berhubungan dengan fluidisasi.
Dengan metode ini diharapkan butiran-butiran padat memiliki sifat seperti
fluida dengan viskositas tinggi. Sebagai ilustrasi, tinjau suatu kolom berisi
sejumlah partikel padat berbentuk bola. Melalui unggun padatan ini kemudian
dialirkan gas dari bawah ke atas. Pada laju alir yang cukup rendah, butiran padat
akan tetap diam, karena gas hanya mengalir dari bawah ke atas. Pada laju alir
yang cukup rendah, butiran padat akan tetap diam, karena gas hanya mengalir
melalui ruang antar partikel tanpa menyebabkan perubahan susunan partikel
tersebut. Keadaan yang demikian disebut unggun diam atau fixed bed. Keadaan
fluidisasi unggun diam tersebut ditunjukkan pada Gambar 1.1a.




Jika laju alir kemudian dinaikkan, akan sampai pada suatu keadaan di
mana unggun padatan akan tersuspensi di dalam aliran gas yang melaluinya. Pada
keadaan ini masing-masing butiran akan terpisahkan satu sama lain sehingga
dapat bergerak dengan lebih mudah. Pada kondisi butiran yang dapat bergerak ini,
sifat unggun akan menyerupai suatu cairan dengan viskositas tinggi, misalnya
adanya kecenderungan untuk mengalir, mempunyai sifat hidrostatik dan
sebagainya. Sifat unggun terfluidisasi ini dapat dilihat pada Gambar 1.1 (B).
Dalam dunia industri, fluidisasi diaplikasikan dalam banyak hal seperti
transportasi serbuk padatan (conveyor untuk solid), pencampuran padatan halus,
perpindahan panas (seperti pendinginan untuk bijih alumina panas), pelapisan
plastik pada permukaan logam, proses drying dan sizing pada pembakaran, proses
pertumbuhan partikel dan kondensasi bahan yang dapat mengalami sublimasi,
adsorpsi (untuk pengeringan udara dengan adsorben), dan masih banyak aplikasi
lain.



Gambar 1.4Skema Unggun diam (A) dan Unggun Terfluidakan
(B)
Gambar A Unggun Diam Gambar B Unggun Terfluidakan









Konsep dasar dari suatu partikel unggun yang terfluidisasi dapat
diilustrasikan dengan fenomena yang terjadi saat adanya perubahan laju alir gas
seperti pada gambar di bawah ini.










Gambar 1.6 Fenomena Fluidisasi dengan Variasi Laju Alir Gas

Fenomena fluidisasi pada sistem gas-padat juga dapat diilustrasikan pada
gambar berikut ini:
Gambar 1.5Sifat Cairan dalam Unggun terfluidisasi

Gambar 1.7Fenomena Fluidisasi Pada Sistem Gas-Padat
Fenomena-fenomena yang dapat terjadi pada proses fluidisasi antara lain:
1. Fenomena fixed bed, terjadi ketika laju alir fluida kurang dari laju minimum
yang dibutuhkan untuk proses awal fluidisasi. Pada kondisi ini partikel padatan
tetap diam. Kondisi ini ditunjukkan pada gambar 1.8.

Gambar 1.8Fenomena Fixed Bed
2. Fenomena minimum or incipient fluidization, terjadi ketika laju alir fluida
mencapai laju alir minimum yang dibutuhkan untuk proses fluidisasi. Pada
kondisi ini partikel-partikel padat mulai terekspansi. Kondisi ini ditunjukkan
pada gambar 1.9.

Gambar 1.9Fenomena Minimum or Incipient Fluidization
3. Fenomena smooth or homogenously fluidization, terjadi saat kecepatan dan
distribusi aliran fluida merata, densitas dan distribusi partikel dalam unggun
sama atau homogen sehingga ekspansi pada setiap partikel padatan seragam.
Kondisi ini ditunjukkan pada gambar 1.10.
Gambar 1.10 Fenomena Smooth or Homogenously Fluidization
4. Fenomena bubbling fluidization yang terjadi ketika gelembunggelembung
pada unggun terbentuk akibat densitas dan distribusi partikel tidak homogen.
Kondisi ini ditunjukkan pada gambar 1.11.
Gambar 1.11Fenomena bubbling fluidization
5. Fenomena slugging fluidization, terjadi ketika gelembung-gelembung besar
yang mencapai lebar dari diameter kolom terbentuk pada partikel-partikel
padat. Pada kondisi ini terjadi penolakan sehingga partikel-partikel padat
seperti terangkat. Kondisi ini dapat dilihat pada gambar 1.12.
Gambar 1.12Fenomena Slugging Fluidization
6. Fenomena chanelling fluidization, terjadi ketika dalam unggun partikel padatan
terbentuk saluran-saluran seperti tabung vertikal. Kondisi ini ditunjukkan pada
gambar 1.13.

Gambar 1.13Fenomena Chanelling Fluidization
7. Fenomena disperse fluidization, terjadi saat kecepatan alir fluida melampaui
kecepatan maksimum aliran fluida. Pada fenomena ini sebagian partikel akan
terbawa aliran fluida dan berekspansi mencapai nilai
maksimum.Partikelterdispersidalamcairan, menyerupaifluidaberdensitastinggi.
Kondisi ini ditunjukkan pada gambar 1.14
.
Gambar 1.14Fenomena Disperse Fluidization
Fenomena-fenomena fluidisasi tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor-
faktor berikut:
a. Laju alir fluida dan jenis fluida
b. Ukuran partikel dan bentuk partikel
c. Jenis dan densitas partikel serta faktor interlok antar partikel
d. Porositas unggun
e. Distribusi aliran
f. Distribusi bentuk ukuran fluida
g. Diameter kolom
h. Tinggi unggun
Faktor-faktor di atas merupakan variabel-variabel dalam proses fluidisasi
yang akan menentukan karakteristik proses fluidisasi tersebut.
Kebanyakan operasi di industri menggunakan prinsip fluidisasi ini pada
fluidized beds dengan berbagai alasan tertentu. Adapun keuntungan dari fluidized
beds untuk operasi industri yaitu sebagai berikut:
1. Halus, partikel fluida mengizinkan kontrol operasi secara kontinyu
otomatis dengan penanganan yang mudah.
2. Pencampuran yang cepat dari padatan pada kondisi isotermal sepanjang
reaktor.
3. Bisa diterapkan pada operasi skala besar.
4. Laju transfer panas dan massa antara gas dan partikel tinggi ketika
dibandingkan dengan cara lain.
5. Sirkulasi padatan antara dua fluidized bed memungkinkan memindahkan
(atau menambah) kuantitas yang besar panas yang diproduksi (atau
dibutuhkan) dalam reaktor yang besar.
6. Mudahdikontrol.
7. Biayamurah.
Adapun kerugian dari fluidized beds untuk operasi industri yaitu sebagai
berikut:
1. Menyebabkan erosi pada pipa dan bejana dari abrasi partikel yang serius.
2. Menyebabkan tumpahnya partikel-partikel dalam bejana.
3. Sulit untuk menjelaskan aliran gas pada partikel untuk bubbling bed.

1.2. Tujuan
1. Menjelaskan prinsip kerja fluidisasi
2. Menjeaskan operrasi fludisasi gas dan cairan
3. Menjelaskan persamaan ergun dan menyelidiki kondisi permulaan
fluidisasi
4. Menghitung pressure drop yang melalui fixed bed dan fludized bed.
5. Mengaplikasikan ilmu dasar teknik kimia secara tim, bekerja sama dan
profesional











BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
DataHasil percobaan fluidisasi zeolit, arang aktif, dan pasir halus
menggunakan fluida gas untuk menentukanpressuredrop dan kondisi fluidisasi
terlampir pada lampiran A dan B.

3.2 Pembahasan
Telah dilakukan percobaan penentuan pressure drop yang melalui fixed
bed dan fluidized bed peda pertikel zeolit, arang aktif dan pasir halus,variabel
dalam percobaan ini adalah diameter kolom, laju alir, tinggi bed, dan jenis bahan.
Dimana diameter yang digunakan adalah 53 mm untuk kolom I dan 65 mm untuk
kolom II, laju alir yang digunakan dimulai dari 1200 L/jam sampai 9200 L/jam
dengan kecepatan superfisial selang 400 L/jam.
3.2.1 Perbandingan Nilai Pressure Drop Percobaan dan Perhitungan pada
Berbagai Jenis Bed
3.2.1.1 Zeolit

Gambar 3.1 Grafik Perbandingan Pressure Drop Percobaan dan Perhitungan pada
Zeolit kolom ID 53

-0.002
0
0.002
0.004
0.006
0.008
0.01
0.012
0.014
0.016
0.018
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4
P
r
e
s
s
u
r
e

D
r
o
p

(
m
b
a
r
)

Flow Rate (m/s)
ID 53 mm
Zeolit 2,5 cm Perhitungan
Zeolit 2,5 cm Percobaan
Zeolit 3,5 cm Perhitungan
Zeolit 3,5 cm Percobaan
Zeolit 4,5 cm Perhitungan
Zeolit 4,5 cm Percobaan


Gambar 3.2 Grafik Perbandingan Pressure Drop Percobaan dan Perhitungan pada
Zeolit kolom ID 65
Dari gambar3.1 untuk P perhitungandidapat Pnya0; 0; 0; danseterusnya,
sedangkanuntuk P percobaandidapat Pnya0; 0; 0.0001danseterusnya.Dari
gambar3.1dan 3.2terlihatbahwapadapartikelzeolithubunganflow
rateberbandinglurusdenganpressure drop. Semakintinggiflow rate, makapressure
dropjugasemakinmeningkat. Nilaipressure droppada ID kolom 65
lebihkecildibandingkanpressure droppadakolom ID 53. Hal
initerjadikarenasemakinbesar ID kolommakakecepatansuperfisial yang
dibutuhkanjugasemakinbesarsehinggalajualir yang
dibutuhkanjugasemakinbesaruntukterjadinyafenomena minimum.
Padagrafikjugadapatdilihatbahwanilaipressure dropperhitunganpada ID 53
dan ID 65 lebihkecildibandingkandengannilaipressure droppercobaan. Hal
initerjadikarenapressure dropperhitungandipengaruhiolehbanyakvariabel yang
manavariabelitudalamkeadaan ideal. Adapunvariabel
variabeltersebutdiantaranyayaitu: diameter patikel (DP), densitas (), faktor
koreksi (), Inside Diameter kolom (ID), tinggi bed(L), dan flowrate.
Sedangkanpadapercobaan, variabel-variabeltersebuttidakdalamkondisi ideal.
Misalnya diameter partikel yang tidakseragam, lajualirfluida yang
-0.0005
0
0.0005
0.001
0.0015
0.002
0.0025
0.003
0.0035
0 0.5 1 1.5
P
r
e
s
s
u
r
e

D
r
o
p

(
m
b
a
r
)

Flow Rate (m/s)
ID 65 mm
Zeolit 2,5 cm Perhitungan
Zeolit 2,5 cm Percobaan
Zeolit 3,5 cm Perhitungan
Zeolit 3,5 Percobaan
Zeolit 4,5 cm Perhitungan
Zeolit 4,5 cm Percobaan
kurangtepatdanjugatinggibed yang
kurangtepat.Begitujugadenganketinggianunggun 3.5 dan 4.5 cm pada kolom ID
53 dan ID 65, nilaipressure
dropperhitunganlebihkecildibandingkandengannilaipressure droppercobaan.

3.2.1.2 Arang Aktif

Gambar 3.3 Grafik Perbandingan Pressure Drop Percobaan dan Perhitungan pada
Arang Aktif kolom ID 53

-0.02
0
0.02
0.04
0.06
0.08
0.1
0.12
0.14
0 0.5 1 1.5
P
r
e
s
s
u
r
e

D
r
o
p

(
m
b
a
r
)

Flow Rate (m/s)
ID 53 mm
Arang Aktif 2,5
Perhitungan
Arang Aktif 2,5 cm
Percobaan
Arang Aktif 3,5 cm
Perhitungan
Arang Aktif 3,5 cm
Percobaan
Arang Aktif 4,5 cm
Perhitungan
Arang Aktif 4,5 cm
Percobaan
-0.01
0
0.01
0.02
0.03
0.04
0.05
0.06
0.07
0.08
0 0.5 1 1.5
P
r
e
s
s
u
r
e

D
r
o
p

(
m
b
a
r
)

Flow Rate (m/s)
ID 65 mm
Arang Aktif 2,5 cm
Perhitungan
Arang Aktif 2,5 cm
Percobaan
Arang Aktif 3,5 cm
Perhitungan
Arang Aktif 3,5 cm
Percobaan
Arang Aktif 4,5 cm
Perhitungan
Arang Aktif 4,5 cm
Percobaan
Gambar 3.4 Grafik Perbandingan Pressure Drop Percobaan dan Perhitungan pada
Arang Aktif kolom ID 65
Dari gambar3.3untuk P perhitungandidapat Pnya0; 0; 0; danseterusnya,
sedangkanuntuk P percobaandidapat Pnya0.007; 0.008;
0.0084danseterusnya.Dari gambar3.3 sampai 3.4,
terlihatbahwapadapartikelarangaktifhubunganflow
rateberbandinglurusdenganpressure drop.Semakintinggiflow rate, makapressure
dropjugasemakinmeningkat. Nilaipressure droppada ID kolom 65
lebihkecildibandingkanpressure droppadakolom ID 53. Hal
initerjadikarenasemakinbesar ID kolommakakecepatansuperfisial yang
dibutuhkanjugasemakinbesarsehinggalajualir yang
dibutuhkanjugasemakinbesaruntukterjadinyafenomena minimum.
Padagrafikjugadapatdilihatbahwanilaipressure dropperhitunganpada ID 53
dan ID 65 lebihbesardibandingkandengannilaipressure droppercobaan. Hal
initerjadikarenapressure dropperhitungandipengaruhiolehbanyakvariabel yang
manavariabelitudalamkeadaan ideal. Adapunvariabel
variabeltersebutdiantaranyayaitu: diameter patikel (DP), densitas (), faktor
koreksi (), Inside Diameter kolom (ID), tinggi bed(L), dan flowrate.
Sedangkanpadapercobaan, variabel-variabeltersebuttidakdalamkondisi ideal.
Misalnya diameter partikel yang tidakseragam, lajualirfluida yang
kurangtepatdanjugatinggi bed yang
kurangtepat.Begitujugadenganketinggianunggun 3.5 dan 4.5 cm pada kolom ID
53 dan ID 65, nilaipressure droppercobaanlebih kecil
dibandingkandengannilaipressure dropperhitungan.

3.2.1.3 Pasir Halus
Partikelunggun yang lebihringan, lebihhalus,
danbersifatkohesiflebihsukarterfluidisasikarenagayatarikantarpartikellebihbesarda
ripadagayaseretnyasehinggapartikelcenderunguntukmenguncisatusamalainnya
(interlock). Hal initerjadipada proses fluidisasipasir halus.

Gambar 3.4 Grafik Perbandingan Pressure Drop Percobaan dan Perhitungan pada
Pasir Halus kolom ID 53

Gambar 3.4 Grafik Perbandingan Pressure Drop Percobaan dan Perhitungan pada
Pasir Halus kolom ID 65
Dari gambar3.5untuk P perhitungandidapat Pnya0.00123787;
0.00212206; 0.00318309; danseterusnya, sedangkanuntuk P percobaandidapat
Pnya0.0022; 0.0022; 0.0024danseterusnya. Dari data
tersebutdapatdilihatbahwahubunganflow rateberbandinglurusdenganpressure
drop. Semakintinggiflow rate, makapressure dropjugasemakinmeningkat.
0
0.002
0.004
0.006
0.008
0.01
0.012
0.014
0.016
0.018
0 0.5 1 1.5
P
r
e
s
s
u
r
e

D
r
o
p

(
m
b
a
r
)

Flow Rate (m/s)
ID 53 mm
Pasir 2,5 cm Perhitungan
Pasir 2,5 cm Percobaan
Pasir 3,5 cm Perhitungan
Pasir 3,5 cm Percobaan
Pasir 4,5 cm Perhitungan
Pasir 4,5 cm Percobaan
0
0.002
0.004
0.006
0.008
0.01
0.012
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
P
r
e
s
s
u
r
e

D
r
o
p

(
m
b
a
r
)

Flow Rate (m/s)
ID 65 mm
Pasir 2,5 cm Perhitungan
Pasir 2,5 cm Percobaan
Pasir 3,5 cm Perhitungan
Pasir 3,5 cm Percobaan
Pasir 4,5 cm Perhitungan
Pasir 4,5 cm Percobaan
Pressure droppada ID 65 lebihkecildibandingkanpressure droppadakolom ID 53
padaketinggianunggun yang sama. Hal initerjadikarenasemakinbesar ID
kolommakakecepatansuperfisial yang dibutuhkanjugasemakinbesar,
samahalnyadenganlajualir yang dibutuhkanuntukterjadinyafenomena minimum.
Padagrafikjugadapatdilihatbahwapada ID 53 dan ID 65
denganketinggianunggun 2.5 cm, nilaipressure
dropperhitunganlebihbesardibandingkandengannilaipressure droppercobaan. Hal
initerjadikarenapressure dropperhitungandipengaruhiolehbanyakvariabel yang
manavaribelitudalamkeadaan ideal. Adapunvariabel
variabeltersebutdiantaranyayaitu: diameter patikel (DP), densitas (), faktor
koreksi (), Inside Diameter kolom (ID), tinggi bed(L), dan flowrate.
Sedangkanpadapercobaan, variabel-variabeltersebuttidakdalamkondisi ideal.
Misalnya diameter partikel yang tidakseragam, lajualirfluida yang
kurangtepatdanjugatinggibed yang
kurangtepat.Begitujugadenganketinggianunggun 3.5 dan 4.5 cm pada kolom ID
53 dan ID 65, nilaipressure droppercobaanlebih kecil
dibandingkandengannilaipressure dropperhitungan.

3.2.2 HubunganFlowrateTerhadapVoidage

Gambar 3.7 Grafik Perbandingan Voidage Vs Laju Alir pada Zeolit
-0.2
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
0 0.5 1 1.5
V
o
i
d
a
g
e


(
m
3
)

Laju Alir (m/s)
Zeolit
Zeolit ID 53 mm; 2,5 cm
Zeolit ID 65 mm; 2,5 cm
Zeolit ID 53 mm; 3,5 cm
Zeolit ID 65 mm;3,5cm
Zeolit ID 53 mm; 4,5 cm
Zeolit ID 65mm; 4,5 cm


Gambar 3.8 Grafik Perbandingan Voidage Vs Laju Alir pada Arang Aktif

Gambar 3.9 Grafik Perbandingan Voidage Vs Laju Alir pada Pasir Halus
Dari Gambar 3.7; 3.8 dan 3.9, nilaiVoidagetidakberpengaruhterhadapflow
rate.Hal inisesuaiteorikarenaVoidage()
merupakanfaktorkekosongandiantarapartikel di dalamhamparanpasir yang
dipengaruhiolehnilai volume partikeldan volume
bed.Nilaivoidagetertinggipadazeolitadalahvoidagepadakolom ID 65
yaitu0.99867.Nilaivoidagetertinggipadaarangaktifadalahvoidagepadakolom ID 65
-0.2
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
0 0.5 1 1.5
V
o
i
d
a
g
e

(
m
3
)

Laju Alir (m/s)
Arang Aktif
Arang Aktif ID 53 mm; 2,5
cm
Arang Aktif ID 65mm; 2,5
cm
Arang Aktif ID 53mm; 3,5
cm
Arang Aktif ID 65mm;
3,5cm
Arang Aktif ID 53mm; 4,5
cm
Arang Aktif ID 65mm; 4,5
cm
0.999993
0.9999935
0.999994
0.9999945
0.999995
0.9999955
0.999996
0 0.5 1 1.5
V
o
i
d
a
g
e
(
m
3
)

Laju Alir (m/s)
Pasir Halus
Pasir ID 53mm, 2,5 cm
Pasir ID 65mm; 2,5 cm
Pasir ID 53cm; 3,5 cm
Pasir ID 65mm; 3,5 cm
Pasir ID 53mm; 4,5 cm
Pasir ID 65mm; 4,5 cm
yaitu0.999681.Nilaivoidagetertinggipadapasirhalus adalahvoidagepadakolom ID
65 yaitu0.999996.Sedangkandariketigapartikel yang digunakan,
pasirmemilikinilaiVoidagetertinggi, yaitu 0.999996karenamemiliki diameter yang
paling kecildanberpengaruhpada volume bed sertakolom yang digunakan. Hal
itudikarenakanpasirberukuranhalussehinggaporositasatauVoigdagenyatinggi.

3.2.3 Pengaruh Flow Rateterhadap Pressure Drop
Hubungan antara flowrate dengan pressure drop menggunakan partikel
zeolit, arang aktif, dan pasir halusdapat kita lihat berdasarkan grafik dari gambar
3.5 dan 3.6.Dapat dilihat bahwa hubungan flow rate berbanding lurus dengan
pressure drop. Semakin tinggi flow rate, maka pressure drop juga semakin
meningkat. Misalnya pasir halus pada ID 53 mm,flow rate yang digunakan
sebesar 4000; 4400; 4800 L/jam dan menghasilkan pressure drop sebesar 2,3; 2,4;
dan 2,5 mbar.


-1
0
1
2
3
4
5
6
0 0.5 1 1.5
P
r
e
s
s
u
r
e

D
r
o
p

(
m
b
a
r
)

Laju Alir (m/s)
ID 53 mm
Zeolit 2,5 cm
Zeolit 3,5 cm
Zeolit 4,5 cm
Arang Aktif 2,5 cm
Arang Aktif 3,5 cm
Arang Aktif 4,5 cm
Pasir 2,5 cm
Pasir 3,5 cm
Pasir 4,5 cm
Gambar 3.5 Grafik Hubungan Flow Rate terhadap Pressure Drop kolom ID 53

Gambar 3.6 Grafik Hubungan Flow Rate terhadap Pressure Drop kolom ID 65
Dalam persamaan Ergun dijelaskan bahwa pressure drop berbanding lurus
dengan kecepatan fluida. Sedangkan kecepatan fluida sebanding dengan flowrate.
Oleh karena itu flowrate yang semakin besar menyebabkan hilang tekan semakin
besar pula (McCabe, 1985). Hal ini sesuai dengan teori, dimana semakin tinggi
laju alir fluida maka semakin besar pressure drop yang dihasilkan. Hal ini
dikarenakan gaya untuk mendorong partikel juga semakin besar. Dari kurva
didapat data perhitungan dan hasil percobaan, dimana semakin tinggi laju alir
fluida maka semakin besar pressure drop yang dihasilkan. Hal
inidikarenakangayauntukmendorongpartikel juga semakin besar.




-1
0
1
2
3
4
5
6
0 0.5 1 1.5
P
r
e
s
s
u
r
e

D
r
o
p

(
m
b
a
r
)

Laju Alir (m/s)
ID 65
Zeolit 2,5 cm
Zeolit 3,5 cm
Zeolit 4,5 cm
Arang Aktif 2,5 cm
Arang Aktif 3,5 cm
Arang Aktif 4,5 cm
Pasir 2,5 cm
Pasir 3,5 cm
Pasir 4,5 cm
BAB IV
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
1. Pada percobaan untuk setiap variasi umpan yaitu zeolit, arang aktif dan
pasir halus memperlihatkan bahwa pressure drop berbanding lurus dengan
flow rate. Semakin tingi flow ratemaka pressure drop yang dihasilkan akan
semakin besar.
2. Nilai porositas akan berubah seiring dengan bertambahnya flowrate,
semakin tinggi flowrate maka nilai porositas juga akan semakin
bertambah.
3. Partikel yang memiliki densitas lebih besar membutuhkan flowrate yang
lebih besar pula untuk mencapai kondisi fluidisasi.
4. Kondisi fluidisasi lebih mudah tercapai apabila ketinggian awal unggun
lebih kecil.

DAFTAR PUSTAKA

Aprilasani, Z. 2011. Fluidisasi.http://www.scribd.com/doc/56710 010/Fluidisasi-
Laporan-Teknik-Kimia-IV-Zeffa-Aprilasani.Diakses pada 2 September
2014 pukul 20.08 WIB.
Brown, G.G. 1985. Unit Operation. John Willey E. Sons Inc., New York.
Geankoplis, C.J. 1993. Transport Process and Unit Operation, 3
rd
edition.
Prentice Hall Inc. Englewood Cliffs, New Jersey.
Hadi, S. 2011. Fluidisasi. http://www.scribd.com/doc/50501650/Fluidisasi-
adalah-metoda-pengontakan-butiran. Diakses pada 3 September 2014 pukul
11.30 WIB.
McCabe, W.L., J.C Smith and P. Harriot. 1985. Unit Operation of Chemical
Engineering, 5
th
edition. McGraw-Hill Book Co. Inc., New York.
S., Herri, Dr, Ir. 1986.OperasiTeknik Kimia I. Jurusan Teknik Kimia Fakultas
Teknologi Industri Institut Teknologi Bandung : Bandung.
Tim Penyusun, 2013. Penuntun Praktikum Laboratarium Teknik Kimia I,
Pekanbaru : Universitas Riau.
Hilda. 2012. Fluidisasi. http://hilda-rosalina.blogspot.com/2013/03/fluidisasi -
html. diakses pada 3 September 11.38 WIB

Anda mungkin juga menyukai