Anda di halaman 1dari 51

FLUIDISASI

I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Dapat menentukan dan mengukur parameter-parameter dalam peristiwa
fluidisasi yaitu densitas partikel, porositas, tinggi unggun fluida.
2. Dapat mengoperasikan alat percobaan fluidisasi.
3. Dapat menentukan kurva karakteristik fluidisasi dan hubungan antara pressure
drop dengan laju alir untuk bermacam-macam jenis partikel.
4. Dapat menentukan pressure drop secara perhitungan maupun percobaan.

II. DASAR TEORI


A. Pengertian Fluidisasi
Fluidisasi adalah metoda pengontakan butiran-butiran padat dengan
fluida baik cair maupun gas. Dengan metoda ini diharapkan butiran-butiran
padat memiliki sifat seperti fluida dengan viskositas tinggi. Sebagai ilustrasi,
tinjau suatu kolom berisi sejumlah partikel padat berbentuk bola. Melalui
unggun padatan ini kemudian dialirkan gas dari bawah ke atas. Pada laju alir
yang cukup rendah, butiran padat akan tetap diam, karena gas hanya mengalir
dari bawah ke atas. Pada laju alir yang cukup rendah, butiran padat akan tetap
diam, karena gas hanya mengalir melalui ruang antar partikel tanpa
menyebabkan perubahan susunan partikel tersebut. Keadaan yang demikian
disebut unggun diam atau fixed bed. Keadaan fluidisasi unggun diam tersebut
ditunjukkan pada Gambar 1a.

Gambar 1 Skema unggun diam dan unggun terfluidakan


Kalau laju alir kemudian dinaikkan, akan sampai pada suatu keadaan di
mana unggun padatan akan tersuspensi di dalam aliran gas yang melaluinya.
Pada keadaan ini masing-masing butiran akan terpisahkan satu sama lain
sehingga dapat bergerak dengan lebih mudah. Pada kondisi butiran yang dapat
bergerak ini, sifat unggun akan menyerupai suatu cairan dengan viskositas
tinggi, misalnya adanya kecenderungan untuk mengalir, mempunyai sifat
hidrostatik dan sebagainya. Sifat unggun terfluidisasi ini dapat dilihat pada
Gambar 1b.
Proses fluidisasi biasanya dilakukan dengan cara mengalirkan fluida gas
atau cair ke dalam kolom yang berisi unggun butiran-butiran padat. Pada laju
alir yang kecil aliran hanya menerobos unggun melalui celah-celah atau ruang
kosong antar partikel, sedangkan partikel-partikel padat tetap dalam keadaan
diam. Kondisi ini dikenal sebagai fenomena unggun diam. Saat kecepatan
aliran fluida diperbesar sehingga mencapai kecepatan minimum, yaitu
kecepatan saat gaya seret fluida terhadap partikel-partikel padatan lebih atau
sama dengan gaya berat partikel-partikel padatan tersebut, partikel yang semula
diam akan mulai terekspansi, Keadaan ini disebut incipient fluidization atau
fluidisasi minimum. Jika kecepatan diperbesar, akan terjadi beberapa fenomena
yang dapat diamati secara visual dan pada kondisi inilah partikel-partikel padat
memiliki sifat seperti fluida dengan viskositas tinggi. Karena sifat-sifat partikel
padat yang menyerupai sifat fluida cair dengan viskositas tinggi, metoda
pengontakan fluidisasi memiliki beberapa keuntungan dan kerugian.

Keuntungan proses fluidisasi, antara lain:


 sifat unggun yang menyerupai fluida memungkinkan adanya aliran zat padat
secara kontinu dan memudahkan pengontrolan.
 kecepatan pencampuran yang tinggi membuat reaktor selalu berada dalam
kondisi isotermal sehingga memudahkan pengendaliannya.
 sirkulasi butiran-butiran padat antara dua unggun fluidisasi memungkinkan
pemindahan jumlah panas yang besar dalam reactor.
 perpindahan panas dan kecepatan perpindahan mass antara partikel cukup
tinggi.
 perpindahan panas antara unggun terfluidakan dengan media pemindah panas
yang baik memungkinkan pemakaian alat penukar panas yang memiliki luas
permukaan kecil.

Kerugian proses fluidisasi antara lain:


 selama operasi partikel-partikel padat mengalami pengikisan sehingga
karakteristik fluidisasi dapat berubah dari waktu ke waktu
 butiran halus akan terbawa aliran sehingga mengakibatkan hilangnya sejumlah
tertentu padatan.
 adanya erosi terhadap bejana dan sistem pendingin.
 terjadinya gelombang dan penorakan di dalam unggun sering kali tidak dapat
dihindari sehingga kontak antara fluida dan partikel tidak seragam. Jika hal ini
terjadi pada reaktor, konversi reaksi akan kecil.
Dalam dunia industri, fluidisasi diaplikasikan dalam banyak hal seperti
transportasi serbuk padatan (conveyor untuk solid), pencampuran padatan halus,
perpindahan panas (seperti pendinginan untuk bijih alumina panas), pelapisan
plastic pada permukaan logam, proses drying dan sizing pada pembakaran, proses
pertumbuhan partikel dan kondensai bahan yang dapat mengalami sublimasi,
adsorpsi (untuk pengeringan udara dengan adsorben), dan masih banyak aplikasi
lain.

Gambar 2 Sifat Cairan dalam Unggun terfluidisasi

Fenomena-fenomena yang dapat terjadi pada prose fluidisasi antara lain:


1. Fenomena fixed bed yang terjadi ketika laju alir fluida kurang dari laju
minimum yang dibutuhkan untuk proses awal fluidisasi. Pada kondisi ini
partikel padatan tetap diam. Kondisi ini ditunjukkan pada Gambar 1a.
2. Fenomena minimum or incipient fluidization yang terjadi ketika laju alir fluida
mencapai laju alir minimum yang dibutuhkan untuk proses fluidisasi. Pada
kondisi ini partikel-partikel padat mulai terekspansi. Kondisi ini ditunjukkan
pada Gambar 1b.
3. Fenomena smooth or homogenously fluidization terjadi ketika kecepatan dan
distribusi aliran fluida merata, densitas dan distribusi partikel dalam unggun
sama atau homogen sehingga ekspansi pada setiap partikel padatan seragam.
4. Fenomena bubbling fluidization yang terjadi ketika gelembung –gelembung
pada unggun terbentuk akibat densitas dan distribusi partikel tidak homogen.
Kondisi ini ditunjukkan pada Gambar 3.

Gambar 3 Fenomena bubbling fluidization


5. Fenomena slugging fluidization yang terjadi ketika gelembung-gelembung
besar yang mencapai lebar dari diameter kolom terbentuk pada partikel-partikel
padat. Pada kondisi ini terjadi penorakan sehingga partikel-partikel padat
seperti terangkat. Kondisi ini ditunjukkan pada Gambar 4.
Gambar 4 Fenomena slugging fluidization

6. Fenomena chanelling fluidization yang terjadi ketika dalam ungggun partikel


padatan terbentuk saluran-saluran seperti tabung vertikal. Kondisi ini
ditunjukkan pada Gambar 5.

Gambar 5 Fenomena chanelling fluidization

7. Fenomena disperse fluidization yang terjadi saat kecepatan alir fluida


melampaui kecepatan maksimum aliran fluida. Pada fenomena ini sebagian
partikel akan terbawa aliran fluida dan ekspansi mencapai nilai maksimum.
Kondisi ini ditunjukkan pada Gambar 6.

Gambar 6 Fenomena disperse fluidization.

Fenomena-fenomena fluidisasi tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor-


faktor:
 laju alir fluida dan jenis fluida
 ukuran partikel dan bentuk partikel
 jenis dan densitas partikel serta faktor interlok antar partikel
 porositas unggun
 distribusi aliran
 distribusi bentuk ukuran fluida
 diameter kolom
 tinggi unggun.

Faktor-faktor di atas merupakan variabel-variabel dalam proses fluidisasi


yang akan menentukan karakteristik proses fluidisasi tersebut. Pada praktikum
fluidisasi ini fluida yang digunakan adalah udara tekan. Butiran padat yang akan
difluidisasikan juga dapat bervariasi seperti butiran batu bara, batu bata, pasir, dan
sebagainya. Ukuran partikel juga divariasikan dengan melakukan pengayakan
dengan mesh tertentu. Densitas partikel dapat juga divariasikan dengan menyampur
partikel, baik yang berbeda ukuran maupun berbeda jenis. Selain itu variasi juga
dapat dilakukan pada tinggi unggun. Dalam praktikum ini akan teramati fenomena-
fenomen fluidisasi. Selama fluidisasi berlangsung juga dapat diamati kecepatan
minimum fluidisasi secara visual. Dari hasil pengukuran tekanan dan laju alir fluida
dibuat pula kurva karakteristik fluidisasi. Karakteristik unggun terfluidakan
digambarkan pada kurva karakteristik fluidisasi yang merupakan plot antara log U
dan log ΔP. Persamaan yang digunakan adalah Persamaan Ergun dan Persamaan
Wen Yu.

A. Hilang Tekanan (Pressure Drop)

Aspek utama yang akan ditinjau dalam percobaan ini adalah mengetahui
besarnya hilang tekanan (pressure drop) di dalam unggun padatan yang
terfluidakan. Hal tersebut mempunyai arti yang cukup penting karena selain erat
sekali hubungannya dengan besarnya energi yang diperlukan, juga bisa
memberikan indikasi tentang kelakuan unggun selama operasi berlangsung.
Penentuan besarnya hilang tekan di dalam unggun terfluidakan terutama dihitung
berdasarkan rumus-rumus yang diturunkan untuk unggun diam, terutama oleh
Balke, Kozeny, Carman, ataupun peneliti-peneliti lainnya.

Hilang Tekanan dalam Unggun Diam


Korelasi-korelasi matematik yang menggambarkan hubuangan antara
hilang tekan dengan laju alir fluida di dalam suatu sistem unggun diam diperoleh
pertama kali pada tahun 1922 oleh Blake melalui metoda-metoda yang bersifat
semi empiris, yaitu dengan menggunakan bilangan-bilangan tidak berdimensi.
Untuk aliran laminer dengan kehilangan energi terutama disebabkan oleh gaya
viscous, Blake memberikan hubungan seperti berikut:
∆𝑷 𝒌.𝝁.𝑺𝟐
𝒈𝒄 = 𝒖 (1)
𝑳 𝜺𝟑
dimana:
∆𝑃
= hilang tekan per satuan panjang atau tinggi unggun
𝐿
gc = faktor gravitasi
Μ= viskositas fluida (N.s)
ε = porositas unggun yang didefinisikan sebagai perbandingan volume ruang
kosong di dalam unggun dengan volume unggun.
u = kecepatan alir superfisial fluida (m/s)
S = luas permukaan spesifik partikel (m2)

Luas permukaan spesifik partikel (luas permukaan per satuan volume unggun)
dihitung berdasarkan korelasi berikut:
𝟔. (𝟏 − 𝜺)
𝑺=
𝒅𝒑

sehingga persamaan tersebut menjadi:

∆𝑷 𝟑𝟔. 𝒌. 𝝁. (𝟏 − 𝜺)𝟐
𝒈𝒄 = 𝒖
𝑳 𝒅𝒑 𝟐 𝜺𝟑

atau

∆𝑷 𝒌′ . 𝝁. (𝟏 − 𝜺)𝟐
𝒈𝒄 = 𝒖
𝑳 𝒅𝒑 𝟐 𝜺𝟑

dimana k adalah konstanta fludisasi dan k’=36k (lihat Tabel 1).

Persamaan ini kemudian diturunkan lagi oleh Kozeny (1927) dengan


mengasumsikan bahwa unggun zat padat tersebut adalah ekivalen dengan satu
kumpulan saluran-saluran lurus yang paralel yang mempunyai luas permukaan dalam
total dan volume dalam total masing-masing sama dengan luas permukaan luar partikel
dan volume ruang kosongnya. Harga konstanta k’ diperoleh beberapa peneliti berbeda-
beda seperti ditunjukkan pada Tabel berikut:

Konstanta Empirik Fluidisasi


Untuk aliran turbulen, persamaan tersebut tidak dapat digunakan lagi sehingga
Ergun menurunkan rumus yang lain (1952) dimana kehilangan tekanan digambarkan
sebagai gabungan dari viscous losses dan kinetic energy los.

∆𝑷 𝝁 (𝟏 − 𝜺)𝟐 (𝟏 − 𝜺) 𝝆 𝒈 𝟐
𝒈𝒄 = 𝒌𝟏 . 𝒖 + 𝒌𝟐 . .𝒖
𝑳 𝒅𝒑𝟐 𝜺𝟑 𝜺𝟑 𝒅𝒑
viscous losses kinetic energy losses

dimana k1 = 150 dan k2 = 1,75

Pada keadaan ekstrem, yaitu bila:


a. aliran laminer (Re<20), kinetic energy losses dapat diabaikan, sehingga:
∆𝑷 𝝁 (𝟏 − 𝜺)𝟐
𝒈 = 𝟏𝟓𝟎 .𝒖
𝑳 𝒄 𝒅𝒑𝟐 𝜺𝟑

b. aliran turbulen (Re>1000), viscous losses dapat diabaikan, sehingga:


∆𝑷 (𝟏 − 𝜺) 𝝆 𝒈 𝟐
𝒈𝒄 = 𝟏. 𝟕𝟓 . .𝒖
𝑳 𝜺𝟑 𝒅𝒑

Hilang Tekan pada Unggun Terfluidakan (Fluidized Bed)


Pada unggun terfluidakan, persamaan yang menggambarkan hubungan p/l dan
u yang biasanya digunakan adalah persamaan Ergun, yaitu:
∆𝑷 𝝁 (𝟏 − 𝜺𝒇 )𝟐 (𝟏 − 𝜺𝒇 ) 𝝆 𝒈 𝟐
𝒈𝒄 = 𝒌𝟏 𝟐 𝟑
. 𝒖 + 𝒌𝟐 . .𝒖
𝑳 𝒅𝒑 𝜺𝒇 𝜺𝒇 𝟑 𝒅𝒑

dimana εf adalah porositas unggun pada keadaan terfluidakan. Pada keadaan ini,
dimana partikel-partikel zat padat seolah-olah terapung di dalam fluida sehingga terjadi
kesetimbangan antara berat partikel dengan gaya seret dan gaya apung dari fluida di
sekelilingnya:
[gaya seret oleh fluida yang naik] = [berat partikel]-[gaya apung]
atau
[hilang tekan pada unggun] x [luas penampang] = [volume unggun] x [fraksi zat
padat] x[densitas zat padat – densitas fluida]

𝒈
∆𝑷. 𝑨 = (𝑨. 𝑳)(𝟏 − 𝜺𝒇 )(𝝆𝒑 −𝝆𝒇 )
𝒈𝒄
∆𝑷 𝒈
( ) = (𝟏 − 𝜺𝒇 )(𝝆𝒑 −𝝆𝒇 )
𝑳 𝒈𝒄

B. Kecepatan Minimum fluidisasi

Yang dimaksud dengan kecepatan minimum fluidisasi (dengan notasi Umf)


adalah kecepatan superfisial fluida minimum dimana fluidisasi mulai terjadi. harganya
diperoleh dengan mengombinasikan persaman Ergun dengan persamaan neraca massa
pada unggun terfluidakan, menjadi:

𝟏𝟓𝟎(𝟏 − 𝜺𝒎𝒇 )𝒅𝒑 . 𝝆𝒈 𝟏. 𝟕𝟓𝒅𝒑 . 𝑷𝒈 𝟐


𝒅𝒑 𝟑 𝑷𝒈 (𝝆𝒔 − 𝝆𝒈 )𝒈
𝑼 𝒎𝒇 + 𝑼 𝒎𝒇 =
𝜺𝒎𝒇 𝟑 𝝁 𝜺𝒎𝒇 𝟑 𝝁 𝝁𝟐

Untuk keadaan ekstrem, yaitu :


1. Aliran aminer (Re<20), kecepatan fluidisasi minimumnya adalah :
𝒅𝒑 𝟐 (𝑷𝒔 − 𝑷𝒈 )𝒈 𝜺𝒎𝒇 𝟑
𝑼𝒎𝒇 = . .
𝟏𝟓𝟎 𝝁 𝟏 − 𝜺𝒎𝒇

2. Aliran turbulen (Re>1000), kecepatan fluidisasi minimumnya adalah :


𝒅𝒑 (𝑷𝒔 − 𝑷𝒈 )𝒈
𝑼𝒎𝒇 𝟐 = . . 𝜺𝒎𝒇 𝟑
𝟏. 𝟕𝟓 𝑷𝒈

Karakteristik Unggun Terfluidakan

Karakteristik unggun terfluidakan biasanya dinyatakan dalam bentuk grafik


antara penurunan tekanan (ΔP) dan kecepatan superfisial (u). Untuk keadaan yang
ideal, kurva hubungan ini berbentuk seperti Gambar 7.
Gambar 7 Kurva karakteristik fluidisasi ideal

Garis A-B dalam grafik menunjukkan hilang tekan pada daerah unggun diam
(porositas unggun = 0). Garis B-C menunjukkan keadaan dimana unggun telah
terfluidakan. Garis D-E menunjukkan hilang tekan dalam daerah unggun diam pada
waktu menurunkan kecepatan alir fluida. Harga penurunan tekanannya, untuk
kecepatan aliran fluida tertentu, sedikit lebih rendah dari pada harga penurunan tekanan
pada saat awal operasi.
Penyimpangan dari keadaan ideal:
1. Interlock
Karakteristik fluidisasi seperti digambarkan pada kurva fluidisasi ideal hanya
terjadi pada kondisi yang betul-betul ideal dimana butiran zat padat dengan
mudah saling melepaskan pada saat terjadi kesetimbangan antara gaya seret
dengan berat partikel. Pada kenyataannya, keadaan di atas tidak selamanya bisa
terjadi karena adanya kecenderungan partikel-partikel untuk saling mengunci
satu dengan lainnya (interlock), sehingga akan terjadi kenaikan hilang tekan
(ΔP) sesaat sebelum fluidisasi terjadi. Fenomena interlock ini dapat dilihat pada
Gambar 8, terjadi pada awal fluidisasi saat terjadi perubahan kondisi dari
unggun tetap menjadi unggun terfluidakan.
2. Fluidisasi heterogen (aggregative fluidization)
Jenis penyimpangan yang lain adalah kalau pada saat fluidisasi partikel-partikel
padat tidak terpisah-pisah secara sempurna tetapi berkelompok membentuk
suatu agregat. Keadaan yang seperti ini disebut sebagai fluidisasi heterogen
atau aggregative fluidization. Tiga jenis fluidisasi heterogen yang biasa terjadi
adalah karena timbulnya:
a) penggelembungan (bubbling), ditunjukkan pada Gambar 9a,
b) penorakan (slugging), ditunjukkan pada Gambar 9b,
c) saluran-saluran fluida yang terpisahkan (chanelling), ditunjukkan pada
Gambar 9c,

Gambar 8 Kurva karakteristik fluidisasi tidak ideal karena terjadi interlock

Gambar 9 Fenomena unggun terfluidakan

Bentuk kurva karakteristik untuk unggun terfluidakan yang mengalami


penyimpangan dari keadaan ideal yang disebabakan oleh tiga jenis fenomena di atas
dapat dilihat dalam pustaka (1) dan (3).

C. Evaluasi Parameter-Parameter dalam Peristiwa Fluidisasi

Densitas Partikel
Penentuan densitas partikel untuk zat padat yang tidak menyerap air atau
zat cair lain bisa dilakukan dengan memakai piknometer. Sedangkan untuk partikel
berpori, cara di atas akan menimbulkan kesalahan yang cukup besar karena air atau
cairan akan memasuki pori-pori di dalam partikel, sehingga yang diukur bukan lagi
densitas partikel (berikut pori-porinya) seperti yang diperlukan di dalam
persamaan-persamaan yang ditulis di muka, tetapi densitas bahan padatnya (tidak
termasuk pori-pori di dalamnya). Untuk partikel-partikel yang demikian, ada cara
lain yang biasa digunakan, yaitu dengan memakai metoda yang diturunkan Ergun.

Bentuk Partikel

Didalam persamaan-persamaan yang telah diturunkan sebelumnya partikel-


partikel padatnya dianggap sebagai butiran-butiran yang berbentuk bola dengan
diameter rata-rata dp. Untuk partikel-partikel yang mempunyai bentuk lain, harus
diadakan suatu koreksi yang menyatakan bentuk sebenarnya partikel yang ditinjau.
Faktor koreksi ini disebut sebagai faktor bentuk atau derajat kebolaan suatu partikel
yang didefinisikan sebagai:

𝚨𝐩 𝒍𝒖𝒂𝒔 𝒑𝒆𝒓𝒎𝒖𝒌𝒂𝒂𝒏 𝒃𝒐𝒍𝒂


𝝓= = 𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒗𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 𝒔𝒂𝒎𝒂
𝚨 𝒍𝒖𝒂𝒔 𝒑𝒆𝒓𝒎𝒖𝒌𝒂𝒂𝒏 𝒑𝒂𝒓𝒕𝒊𝒌𝒆𝒍
Derajat kebolaan (θs) bisa dipakai langsung dalam persamaan-persamaan terdahulu
dengan mengganti dp menjadi θs.dp, sehingga persamaan Ergun dapat ditulis menjadi:

𝚫𝑷 (𝟏 − 𝛆𝐟 )𝟐 𝛍𝐮 (𝟏 − 𝛆𝐟 ). 𝛒 𝛒𝐠
𝐠 𝐜 = 𝟏𝟓𝟎 𝟐 . 𝟐 + 𝟏, 𝟕𝟓 𝟑
𝐮𝟐
𝐋 𝐝𝐩 . 𝛆𝐟 (𝛟𝐬 𝐝𝐩 )
𝟑 𝐝𝐩 . 𝛆𝐟 (𝛟𝐬 𝐝𝐩 )

Dimana, Φ = 1 untuk partikel berbentuk bola


Φ < 1 untuk partikel tidak berbentuk bola

Diameter Partikel
Diameter partikel biasanya diukur berdasarkan analisa ayakan. Untuk
menentukan diameter partikel dapat dilihat pada prosedur percobaan.

Porositas Unggun
Porositas unggun menyatakan fraksi kosong di dalam unggun yang secara
matematik bisa ditulis sebagai berikut:

𝑽𝒖 − 𝑽𝒑
𝜺=
𝑽𝒖
Dimana, ε = porositas unggun
Vu = volume unggun
Vp = volume partikel

Harga porositas unggun ini sangat dipengaruhi oleh bentuk geometri butiran
padat yang membentuk unggun tersebut, atau dengan perkataan lain, porositas unggun
merupakan fungsi dari faktor bentuk atau derajat kebolaan partikel-partikelnya. Salah
satu hasil eksperimen yang menggambarkan pengaruh derajat kebolaan terhadap
porositas unggun diberikan oleh Brown dan diperlihatkan pada Gambar 10.

Pendekatan dalam Percobaan

Pengukuran densitas partikel dilakukan menggunakan piknometer dengan


valome tertentu dengan tipol sebagai fluidanya. Tipol digunakan karena memiliki
tegangan permukaan dan viskositas tinggi sehingga cenderung tidak memasuki pori-
pori partikel. Dengan demikian asumsu partikel padatan berbentuk bola dapat
digunakan.
Kecepatan minimum fluidisasi dapat ditentukan secara grafis dan teoritis.
Teknik grafis dapat dilakukan apabila tersedia kurva karakteristik fluidisasi. (antara log
u terhadap log ΔP). Dengan menarik garis vertikal pada titik mulai konstannya log ΔP
atau titik yang menunjukkan adanya fenomena interlock dapat diperpikrakan Umf.
Karena fluktuasi nilai dibanding kurva fluidisasi ideal, perkiraan ini kurang akurat.
Supaya Umf perkiraan mendekati nilai sebenarnya, penarikan garis pada titik konstan
ΔP dilakukan saat kurva fluidisasi mengalurkan data kecepatan tinggi ke rendah.
Diharapkan saat kecepatan menurun fenomena interlock dapat dikurangi. Interlock
menyebabkan partikel menyatu (biasanya karena basah atau karena kelembaban udara)
sehingga kecepatan udara yang dibutuhkan untuk memfluidisasikan partikel tersebut
juga bertambah besar. Akibatnya umf yang teramati cenderung lebih tinggi daripada
nilai sebenarnya.
Gambar 10 Hubungan antara derajat kebolaan partikel dengan porositas unggun

III. ALAT DAN BAHAN


 Alat yang digunakan:
1. Mesin ayak (Vibratory Sieve Shaker) dengan lubang ayakan 0.80 mm,
0.63 mm, 0.56 mm, 0.5 mm, 0.45 mm, 0.4 mm, dan panic
2. Alat fluidisasi Fixed and Fluidised Bed.
 Bahan yang digunakan:
1. Pasir kwarsa
2. Resin
3. Aquadest
4. Udara compressor

IV. GAMBAR RANGKAIAN ALAT

Gambar 4.1 Fixed and Fluidised Bed


Gambar 4.2 Vibratory Sieve Shaker

V. PROSEDUR KERJA

A. Penentuan Diameter Partikel Tengah

1. Bidang ayakan dibersihkan dengan sikat halus satu persatu, kemudian


ditimbang dengan neraca kasar
2. Bidang ayakan disusun mulai dari panci (tidak berlubang) sampai lebar bidang
ayak terbesar berdasarkan nilai apparatus yang terdapat pada masing-masing
bidang ayak. Kemudian ditempatkan diatas vibrator.
3. Pasir yang ingin dianalisis dimasukkan pada bidang ayak paling atas kemudian
tutup dipasang secara hati-hati dan baut pengunci dikencangkan.
4. Mesin vibrator dinyalakan dengan menekan tombol “On” pada bagian samping
alat.
5. Mode getaran (3) dan frekuensi getaran (2) selama 5 menit.
6. Setelah pengayakan selesai, alat dimatikan dan tombol “Off” ditekan pada
bagian samping alat.
7. Kemudian bidang ayakan dipindahkan dengan mengangkat bidang ayak paling
bawah (panci). Kemudian pasir ditimbang pada masing-masing bidang ayak.
8. Melakukan prosedur yang sama pada bahan resin.
9. Alat yang telah digunakan dibersihkan seperti semula.

B. Penentuan Berat Jenis

1. Piknometer kosong, bersih dan kering ditimbang.


2. Piknometer diisi dengan aquadest pada suhu 28oC yang telah diketahui berat
jenisnya secara pasti, sehingga diperoleh volume piknometer.
3. Kemudian piknometer yang telah diisi air dikeringkan kembali, selanjutnya
pasir kwarsa diisi ke dalam piknometer sampai 1/4 volume piknometer.
4. Piknometer yang berisi pasir kwarsa ditimbang.
5. Akuades ditambahkan ke dalam piknometer yang telah diisi pasir kwarsa (tidak
boleh ada gelembung udara).
6. Piknometer yang berisi pasir kwarsa dan aquadest ditimbang.
7. Volume dan berat pasir kwarsa dihitung, sehingga akan diperoleh berat
jenisnya.
8. Prosedur yang sama dilakukan pada bahan resin.

C. Fluidisasi dengan Fluida Udara

1. Berat resin ditimbang yang akan digunakan.


2. Resin dimasukkan kedalam tabung fluidisasi dan menyalakan kompresor
dengan menekan tombol “start compressor” kemudian kecepatan fluida (dalam
hal ini fluida yang digunakan adalah gas) diatur dengan cara memutar valve.
3. Kecepatan fluida divariasikan yakni dari 2 sampai 25 dengan interval 1 L/min.
4. Tinggi unggun (mm) dan beda head (cm H2O) dicatat.

D. Fluidisasi dengan Fluida Air

1. Berat pasir kwarsa yang akan digunakan ditimbang.


2. Pasir kwarsa dimasukkan kedalam tabung fluidisasi dan pompa dinyalakan
dengan menekan tombol “start pump” kemudian kecepatan fluida (dalam hal
ini fluida yang digunakan adalah cairan) diatur dengan cara memutar valve.
3. Kecepatan fluida divariasikan yakni dari 0,4 sampai 3,4 dengan interval 0,1
L/min.
4. Tinggi unggun dicatat yang terbentuk (mm) dan beda head (mmH2O).
VI. DATA PENGAMATAN
1. Fluida Air pada Pasir variasi 1

Delta
Q(L/menit) L(mm)
H(mmH2O)
0,1 4 49
0,5 5 49
0,6 6 49
0,7 8 49
0,8 9 49
0,9 10 49
1 12 49
1,1 13 49
1,2 14 49
1,3 16 49
1,4 17 49
1,5 19 49
1,6 19 49
1,7 18 49
1,8 19 50
1,9 19 53
2 19 55
2,1 19 56
2,2 19 58
2,3 19 60
2,4 19 61
2,5 19 63
2,6 19 63
2,7 19 64
2,8 19 65
2,9 19 66
3 19 68
3,1 19 69
3,2 19 69
3,3 19 70
3,4 19 70

2. Fluida Udara pada Resin Variasi 1

Q(L/menit) Delta H(cmudara) L(mm)


1 0 98
2 0,7 98
3 1,1 98
4 1,5 98
5 2 98
6 2,4 98
7 2,8 98
8 3,2 98
9 3,7 98
10 4,1 98
11 4,3 98
12 4,7 98
13 5 98
14 5,4 98
15 5,6 98
16 5,6 100
17 5,6 103
18 5,6 108
19 5,6 120
20 5,6 123
21 5,6 125
22 5,6 128
23 5,6 134
24 5,6 137
25 5,6 141

3. Fluida Cair pada Pasir variasi 2

Delta
Q(L/menit) L(mm)
H(mmH2o)
0,1 4 49
0,5 5 49
0,6 6 49
0,7 8 49
0,8 9 49
0,9 10 49
1 12 49
1,1 13 49
1,2 14 49
1,3 16 49
1,4 17 49
1,5 19 49
1,6 19 49
1,7 18 49
1,8 19 50
1,9 19 53
2 19 55
2,1 19 56
2,2 19 58
2,3 19 60
2,4 19 61
2,5 19 63
2,6 19 63
2,7 19 64
2,8 19 65
2,9 19 66
3 19 68
3,1 19 69
3,2 19 69
3,3 19 70
3,4 19 70

4. Fluida Udara Pada Resin Variasi 2

Q(L/menit) Delta H(cmudara) L(mm)


1 0 133
2 0,7 133
3 1,1 133
4 1,5 133
5 2 133
6 2,4 133
7 2,8 133
8 3,2 133
9 3,7 133
10 4,1 133
11 4,3 133
12 4,7 133
13 5 133
14 5,4 133
15 5,6 138
16 5,6 140
17 5,6 145
18 5,6 150
19 5,6 158
20 5,6 164
21 5,6 171
22 5,6 178
23 5,6 183
24 5,6 190
25 5,6 194

VII. PERHITUNGAN
1. Penentuan Berat Jenis
A. Penentuan Berat Jenis (ρ) Resin

(berat pikno + air) − (berat pikno kosong)


Volume piknometer =
berat jenis air pada 28 ℃
(49,7409 − 23,6357)gram
=
0.996232 gram/cm3
= 26,1052 𝑐𝑚3
(berat pikno + air + resin) − (berat pikno + resin)
Volume zat cair =
berat jenis air pada 28 ℃
(50,0434 − 27,1203)gram
=
0.996232 gram/cm3
= 23,0098 𝑐𝑚3

Volume resin = volume piknometer − volume cairan


= (26,1052 − 23,0098)cm3
= 3,095cm3

Berat resin = (berat pikno + resin) − (berat pikno kosong)


= (27,1203 − 23,6357) gram
= 3,4846 gram

berat resin
Berat jenis resin =
volume resin
3,4846 gram
=
3,095 cm3
gram
= 1,09506
cm3
= 1095,06 kg/m3

B. Penentuan Berat Jenis (ρ) Pasir

(berat pikno + air) − (berat pikno kosong)


Volume pikno =
berat jenis air pada 28 ℃

(49,3145 − 23,6914)gram
=
0.996232 gram/cm3

= 25,72 𝑐𝑚3

(berat pikno + air + pasir) − (berat pikno + pasir)


Volume zat cair =
berat jenis air pada 28 ℃
(51,1979 − 26,5953)gram
=
0.996232 gram/cm3
= 24,6026 𝑐𝑚3

Volume pasir = volume piknometer − volume cairan


= (25,72 − 24,6026)𝑐𝑚3
= 1,117 𝑐𝑚3

Berat pasir = (berat pikno + pasir) − (berat pikno kosong)


= (26,5953 − 23,6914) 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 2,9039 gram

berat pasir
Berat jenis pasir =
volume pasir
2,9039 gram
=
1,117 cm3
gram
= 2,5988
cm3
= 2598,8 kg/m3

C. Penentuan Diameter Partikel Tengah (dpm)

A. Diameter Partikel Tengah Resin

Tabel 1 Penentuan nilai C%OP dan C%UP (Fraksi Massa)

dp OP
OP% P% C%OP C%UP
(mm) (g)
0.5 0.6674 0.00743 0 0.00743 0.99257
0.45 9.0848 0.10119 2.02376 0.10862 0.89138
0.4 56.989 0.63475 12.69507 0.74338 0.25663
0 23.0401 0.25663 0.64156 1 0
Total (M) 89.7813
Keterangan :
 Diameter ayak tertera pada bidang ayak sesuai dengan nilai aparatusnya
 Oversize Product (OPi ) = massa partikel yang tinggal pada tiap ayakan
OPi
 Oversize Product Percentage (OP%i ) = M
OPi 0,6674 g
(OP%i ) = = = 0,00743
M 89,7813 g
 Cumulative Percentage Oversize Product (C%OPi ) = ∑in=1 OP%i
(C%OPi ) = ∑in=1 OP%i =0,00743
 Cumulative Percentage Undersize Product (C%UPi) = 1 − C%OPi
(C%UPi ) = 1 − C%OPi = 1 − 0,00743 = 0,99257

Grafik 1.1 Hubungan Diameter Partikel (mm) vs Fraksi Massa (%)

1.1
1
0.9
0.8
Fraksi Massa (%)

0.7
0.6 dp vs c%op
0.5 dp vs c%up
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5 0.55

Diameter Partikel (mm)

Catatan :Berdasarkan grafik hubungan diameter partikel vs fraksi massa diperoleh dpm
= 0,44 mm = 0,00044 m.
B. Diameter Partikel Tengah Pasir

Tabel 2 Penentuan nilai C%OP dan C%UP (Fraksi Massa)


dp OP
OP% C%OP C%UP
(mm) (g)
2 40 0,143 0,143 0,857
1,7 40 0,143 0,286 0,714
1,4 60 0,214 0,500 0,500
1 100 0,357 0,857 0,143
0,6 40 0,143 1,000 0,000
0,5 0 0,000 1,000 0,000
0,425 0 0,000 1,000 0,000
0,25 0 0,000 1,000 0,000
0,125 0 0,000 1,000 0,000
0 0 0,000 1,000 0,000

Total (M) 280

Keterangan :
 Diameter ayak tertera pada bidang ayak sesuai dengan nilai aparatusnya
 Oversize Product (OPi ) = massa partikel yang tinggal pada tiap ayakan
OPi
 Oversize Product Percentage (OP%i ) = M
OPi 40 g
(OP%i ) = = = 0,14286
M 280 g
 Cumulative Percentage Oversize Product (C%OPi ) = ∑in=1 OP%i
(C%OPi ) = ∑in=1 OP%i =0,14286
 Cumulative Percentage Undersize Product (C%UPi) = 1 − C%OPi
(C%UPi ) = 1 − C%OPi = 1 − 0,14286 = 0,8571
Grafik 2.1 Hubungan Diameter Partikel (mm) vs Fraksi Massa (%)

DP vs OP%
1.2

0.8

0.6
OP%

0.4

0.2

0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2 2.2
-0.2
DP(mm)

Catatan : Berdasarkan grafik hubungan diameter partikel vs fraksi massa diperoleh dpm
= 1,4 mm = 0,0014 m.

3. Penentuan Porositas

Volume Partikel
ε= 1−
Volume Unggun
π 3,14
Keterangan : A = d2 = (0.055 m)2 = 0.002376 m2
4 4

massa partikel 0,129 kg


Volume partikel = = = 0,000117801 m3
ρ partikel 1095,kg/m3

Volume Unggun = A x L = 0,002376 m2 x 0,098 m = 0,000233 m3

A. Porositas Resin
Tabel 3 Porositas Fluida gas
m=129 gram

Volume unggun(m3 )
L(m) Porositas (ε)

0,098 0,000233 0,494


0,098 0,000233 0,494
0,098 0,000233 0,494
0,098 0,000233 0,494
0,098 0,000233 0,494
0,098 0,000233 0,494
0,098 0,000233 0,494
0,098 0,000233 0,494
0,098 0,000233 0,494
0,098 0,000233 0,494
0,098 0,000233 0,494
0,098 0,000233 0,494
0,098 0,000233 0,494
0,098 0,000233 0,494
0,098 0,000233 0,494
0,1 0,000238 0,504
0,103 0,000245 0,519
0,108 0,000257 0,541
0,12 0,000285 0,587
0,123 0,000292 0,597
0,125 0,000297 0,603
0,128 0,000304 0,613
0,134 0,000318 0,630
0,137 0,000325 0,638
0,141 0,000335 0,648

m=179 gram

L(m) Volume unggun(m3 ) Porositas (ε)

0,098 0,000316 0,483


0,098 0,000316 0,483
0,098 0,000316 0,483
0,098 0,000316 0,483
0,098 0,000316 0,483
0,098 0,000316 0,483
0,098 0,000316 0,483
0,098 0,000316 0,483
0,098 0,000316 0,483
0,098 0,000316 0,483
0,098 0,000316 0,483
0,098 0,000316 0,483
0,098 0,000316 0,483
0,098 0,000316 0,483
0,098 0,000328 0,501
0,1 0,000333 0,509
0,103 0,000344 0,526
0,108 0,000356 0,541
0,12 0,000375 0,565
0,123 0,000390 0,580
0,125 0,000406 0,598
0,128 0,000423 0,613
0,134 0,000435 0,624
0,137 0,000451 0,638
0,141 0,000461 0,645

B. Porositas Pasir
Tabel 4 Porositas fluida cairan
m=133 gram

Volume
L(m) Porositas (𝛆)
unggun(𝐦𝟑 )

0,049 0,000116 0,599


0,049 0,000116 0,599
0,049 0,000116 0,599
0,049 0,000116 0,599
0,049 0,000116 0,599
0,049 0,000116 0,599
0,049 0,000116 0,599
0,049 0,000116 0,599
0,049 0,000116 0,599
0,049 0,000116 0,599
0,049 0,000116 0,599
0,049 0,000116 0,599
0,049 0,000116 0,599
0,049 0,000116 0,599
0,05 0,000119 0,607
0,053 0,000126 0,629
0,055 0,000131 0,642
0,056 0,000133 0,649
0,058 0,000138 0,661
0,06 0,000143 0,672
0,061 0,000145 0,677
0,063 0,000150 0,688
0,063 0,000150 0,688
0,064 0,000152 0,693
0,065 0,000154 0,697
0,066 0,000157 0,702
0,068 0,000162 0,711
0,069 0,000164 0,715
0,069 0,000164 0,715
0,07 0,000166 0,719
0,07 0,000166 0,719

m=298 gram
Volume
L(m) Porositas (𝛆)
unggun(𝐦𝟑 )

0,049 0,000261 0,599


0,049 0,000261 0,599
0,049 0,000261 0,599
0,049 0,000261 0,599
0,049 0,000261 0,599
0,049 0,000261 0,599
0,049 0,000261 0,599
0,049 0,000261 0,599
0,049 0,000261 0,599
0,049 0,000261 0,599
0,049 0,000261 0,599
0,049 0,000261 0,599
0,049 0,000261 0,599
0,049 0,000261 0,599
0,05 0,000261 0,599
0,053 0,000264 0,603
0,055 0,000268 0,610
0,056 0,000273 0,617
0,058 0,000280 0,626
0,06 0,000287 0,636
0,061 0,000295 0,645
0,063 0,000297 0,647
0,063 0,000302 0,653
0,064 0,000304 0,656
0,065 0,000304 0,656
0,066 0,000309 0,661
0,068 0,000311 0,664
0,069 0,000311 0,664
0,069 0,000314 0,666
0,07 0,000318 0,671
0,07 0,000321 0,673

4. Penentuan Kecepatan Superfisal Rata-Rata

 Kecepatan rata-rata gas atau cairan (v)


𝑄
𝑣 = 𝑥 10−3 = 𝑚/𝑠
𝐴
π 3.14
Keterangan : A = d2 = (0.055 m)2 = 0.002376 m2
4 4

Laju alir (Q) = 𝐿/𝑠

Luas (A) = m2

A. Untuk Gas ( Udara )


Tabel 5 Kecepatan Superfisial Rata-Rata Gas
m=129 gram

Q(L/s) Kecepatan (m/s)


0,0167 0,00702
0,0333 0,01403
0,0500 0,02105
0,0667 0,02806
0,0833 0,03508
0,1000 0,04209
0,1167 0,04911
0,1333 0,05612
0,1500 0,06314
0,1667 0,07015
0,1833 0,07717
0,2000 0,08418
0,2167 0,09120
0,2333 0,09821
0,2500 0,10523
0,2667 0,11224
0,2833 0,11926
0,3000 0,12627
0,3167 0,13329
0,3333 0,14030
0,3500 0,14732
0,3667 0,15433
0,3833 0,16135
0,4000 0,16836
0,4167 0,17538
m=179 gram

Kecepatan (m/s)
Q(L/s)
0,0167 0,00702
0,0333 0,01403
0,0500 0,02105
0,0667 0,02806
0,0833 0,03508
0,1000 0,04209
0,1167 0,04911
0,1333 0,05612
0,1500 0,06314
0,1667 0,07015
0,1833 0,07717
0,2000 0,08418
0,2167 0,09120
0,2333 0,09821
0,2500 0,10523
0,2667 0,11224
0,2833 0,11926
0,3000 0,12627
0,3167 0,13329
0,3333 0,14030
0,3500 0,14732
0,3667 0,15433
0,3833 0,16135
0,4000 0,16836
0,4167 0,17538
B. Untuk Cairan ( Air)
Tabel 6 Kecepatan Superfisial Rata-Rata Cairan
m=133 gram

Kecepatan (m/s)
Q(L/s)

0.0067 0,00070
0.0083 0,00351

0.01 0,00421

0.0117 0,00491

0.0133 0,00561

0.015 0,00631

0.0167 0,00702

0.0183 0,00772

0.02 0,00842

0.0217 0,00912

0.0233 0,00982

0.025 0,01052

0.0267 0,01122

0.0283 0,01193

0.03 0,01263

0.0317 0,01333

0.0333 0,01403

0.035 0,01473
0.0367 0,01543

0.0383 0,01613

0.04 0,01684

0.0417 0,01754

0.0433 0,01824

0.045 0,01894

0.0467 0,01964

0.0483 0,02034

0.05 0,02105

0.0517 0,02175

0.0533 0,02245

0.055 0,02315

0.0567 0,02385

m=298 gram

Kecepatan (m/s)
Q(L/s)

0.0067 0,00070
0.0083 0,00351

0.01 0,00421

0.0117 0,00491

0.0133 0,00561

0.015 0,00631

0.0167 0,00702

0.0183 0,00772
0.02 0,00842

0.0217 0,00912

0.0233 0,00982

0.025 0,01052

0.0267 0,01122

0.0283 0,01193

0.03 0,01263

0.0317 0,01333

0.0333 0,01403

0.035 0,01473

0.0367 0,01543

0.0383 0,01613

0.04 0,01684

0.0417 0,01754

0.0433 0,01824

0.045 0,01894

0.0467 0,01964

0.0483 0,02034

0.05 0,02105

0.0517 0,02175

0.0533 0,02245

0.055 0,02315

0.0567 0,02385

5. Penentuan Penurunan Tekanan


 Unggun Diam

150 𝐿 (1 − 𝜀)2 . (𝑣). 𝜇𝑤 1,75 𝐿(𝑣)2 (1 − 𝜀)


ℎ=( + ) 𝑥 103 𝑚𝑚𝐻2 𝑂
(𝑑𝑝𝑚 )2 𝜀 3 𝜌𝑤 𝑑𝑝𝑚 . 83 . 𝑔

 Unggun Terfluidisasi

(1 − 𝜀)
ℎ = (𝐿 (𝜌𝑝 − 𝜌𝑤 )) 𝑥 103 𝑚𝑚𝐻2 𝑂
𝜌𝑤

A. Penurunan Tekanan Untuk Resin dengan Udara


Tabel 7 Penurunan Tekanan untuk Udara dengan Resin
m=129 gram

L(m) Kecepatan (m/s) Porositas H(mmudara)


0,098 0,00702 0,494 1711,26
0,098 0,01403 0,494 3438,93
0,098 0,02105 0,494 5183,01
0,098 0,02806 0,494 6943,50
0,098 0,03508 0,494 8720,39
0,098 0,04209 0,494 10513,69
0,098 0,04911 0,494 12323,40
0,098 0,05612 0,494 14149,52
0,098 0,06314 0,494 15992,04
0,098 0,07015 0,494 17850,97
0,098 0,07717 0,494 19726,31
0,098 0,08418 0,494 21618,05
0,098 0,09120 0,494 23526,21
0,098 0,09821 0,494 25450,77
0,098 0,10523 0,494 44274,36
0,1 0,11224 0,504 44274,36
0,103 0,11926 0,519 44274,36
0,108 0,12627 0,541 44274,36
0,12 0,13329 0,587 44274,36
0,123 0,14030 0,597 44274,36
0,125 0,14732 0,603 44274,36
0,128 0,15433 0,613 44274,36
0,134 0,16135 0,630 44274,36
0,137 0,16836 0,638 44274,36
0,141 0,17538 0,648 44274,36

m=179 gram

L(m) Kecepatan (m/s) Porositas H(mmudara)


0,133 0,00702 0,483 2602,93
0,133 0,01403 0,483 5230,27
0,133 0,02105 0,483 7882,03
0,133 0,02806 0,483 10558,19
0,133 0,03508 0,483 13258,77
0,133 0,04209 0,483 15983,76
0,133 0,04911 0,483 18733,15
0,133 0,05612 0,483 21506,97
0,133 0,06314 0,483 24305,19
0,133 0,07015 0,483 27127,82
0,133 0,07717 0,483 29974,87
0,133 0,08418 0,483 32846,33
0,133 0,09120 0,483 35742,19
0,133 0,09821 0,483 38662,47
0,138 0,10523 0,501 61434,96
0,14 0,11224 0,509 61434,96
0,145 0,11926 0,526 61434,96
0,15 0,12627 0,541 61434,96
0,158 0,13329 0,565 61434,96
0,164 0,14030 0,580 61434,96
0,171 0,14732 0,598 61434,96
0,178 0,15433 0,613 61434,96
0,183 0,16135 0,624 61434,96
0,19 0,16836 0,638 61434,96
0,194 0,17538 0,645 61434,96

Keterangan : Merah = Unggun Diam 𝜀 = Porositas


m
Hitam = Unggun Terfluidisasi 𝑣 = Kecepatan Rata − Rata ( s )
𝑑𝑝𝑚 = Diameter partikel tengah (0,00044 m)
Ns
𝜇𝑤 = Viskositas Udara (1,81 𝑥 10−5 )
𝑚2
Kg
𝜌𝑤 = Berat Jenis Udara ( 1,225 𝑚3 )
Kg
𝜌𝑝 = Berat Jenis Padatan ( 1095,06 𝑚3 )
𝑔 = Gravitasi ( 9,81 N/𝑚2 )

Grafik 5.A.1 Laju Alir vs Tekanan untuk resin dan udara variasi 1
Laju Alir VS Tekanan
6

5
Delta H (mm H2O)

0
0.0000 0.0500 0.1000 0.1500 0.2000 0.2500 0.3000 0.3500 0.4000 0.4500
Laju Alir (L/s)

Grafik 5.A.2 Laju Alir vs Perubahan Tekanan untuk resin dan udara variasi 1

Laju Alir VS Perubahan Tekanan


5000
4500
4000
Delta H (mm H2O)

3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
0.0000 0.0500 0.1000 0.1500 0.2000 0.2500 0.3000 0.3500 0.4000 0.4500
Laju Alir (L/s)
Grafik 5.A.3 Laju Alir vs Tekanan untuk resin dan udara variasi 2

Laju Alir VS Tekanan


6

5
Delta H (mm H2O)

0
0.0000 0.0500 0.1000 0.1500 0.2000 0.2500 0.3000 0.3500 0.4000 0.4500
Laju Alir (L/s)

Grafik 5.A.4 Laju Alir vs Perubahan Tekanan untuk resin dan udara variasi 2

Laju Alir VS Perubahan Tekanan


5000
4500
4000
Delta H (mm H2O)

3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
0.0000 0.0500 0.1000 0.1500 0.2000 0.2500 0.3000 0.3500 0.4000 0.4500
Laju Alir (L/s)
B. Penurunan Tekanan untuk Air dengan Pasir
Tabel 8 Penurunan Tekanan untuk Air dengan Pasir

L(m) Kecepatan (m/s) Porositas H(mmH2O)


0,049 0,00070 0,599 0,207
0,049 0,00351 0,599 1,152
0,049 0,00421 0,599 1,417
0,049 0,00491 0,599 1,693
0,049 0,00561 0,599 1,981
0,049 0,00631 0,599 2,281
0,049 0,00702 0,599 2,592
0,049 0,00772 0,599 2,914
0,049 0,00842 0,599 3,248
0,049 0,00912 0,599 3,593
0,049 0,00982 0,599 3,950
0,049 0,01052 0,599 4,319
0,049 0,01122 0,599 4,699
0,049 0,01193 0,599 5,090
0,05 0,01263 0,607 36,308
0,053 0,01333 0,629 36,308
0,055 0,01403 0,642 36,308
0,056 0,01473 0,649 36,308
0,058 0,01543 0,661 36,308
0,06 0,01613 0,672 36,308
0,061 0,01684 0,677 36,308
0,063 0,01754 0,688 36,308
0,063 0,01824 0,688 36,308
0,064 0,01894 0,693 36,308
0,065 0,01964 0,697 36,308
0,066 0,02034 0,702 36,308
0,068 0,02105 0,711 36,308
0,069 0,02175 0,715 36,308
0,069 0,02245 0,715 36,308
0,07 0,02315 0,719 36,308
0,07 0,02385 0,719 36,308

m=298 gram
L(m) Kecepatan (m/s) Porositas H(mmH2O)
0,11 0,00070 0,599 0,462
0,11 0,00351 0,599 2,567
0,11 0,00421 0,599 3,157
0,11 0,00491 0,599 3,773
0,11 0,00561 0,599 4,415
0,11 0,00631 0,599 5,082
0,11 0,00702 0,599 5,776
0,11 0,00772 0,599 6,494
0,11 0,00842 0,599 7,239
0,11 0,00912 0,599 8,009
0,11 0,00982 0,599 8,805
0,11 0,01052 0,599 9,627
0,11 0,01122 0,599 10,474
0,11 0,01193 0,599 11,347
0,11 0,01263 0,599 81,351
0,111 0,01333 0,603 81,351
0,113 0,01403 0,610 81,351
0,115 0,01473 0,617 81,351
0,118 0,01543 0,626 81,351
0,121 0,01613 0,636 81,351
0,124 0,01684 0,645 81,351
0,125 0,01754 0,647 81,351
0,127 0,01824 0,653 81,351
0,128 0,01894 0,656 81,351
0,128 0,01964 0,656 81,351
0,13 0,02034 0,661 81,351
0,131 0,02105 0,664 81,351
0,131 0,02175 0,664 81,351
0,132 0,02245 0,666 81,351
0,134 0,02315 0,671 81,351
0,135 0,02385 0,673 81,351

Keterangan : Merah = Unggun Diam 𝜀 = Porositas


m
Hitam = Unggun Terfluidisasi 𝑣 = Kecepatan Rata − Rata ( s )
𝑑𝑝𝑚 = Diameter partikel tengah (0,0014 m)
Ns
𝜇𝑤 = Viskositas Air (10−3 )
𝑚2
Kg
𝜌𝑤 = Berat Jenis Air ( 996,232 𝑚3 )
Kg
𝜌𝑝 = Berat Jenis Padatan ( 2598,77 𝑚3 )
𝑔 = Gravitasi ( 9,81 N/𝑚2 )
Grafik 5.B.1 Laju Alir vs Tekanan untuk pasir dan air variasi 1

Laju Alir VS Tekanan


25

20
Delta H (mm H2O)

15

10

0
0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06
Laju Alir (L/s)

Grafik 5.B.2 Laju Alir vs Perubahan Tekanan untuk pasir dan air variasi 1

Laju Alir VS Perubahan Tekanan


45
40
35
Delta H (mm H2O)

30
25
20
15
10
5
0
0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06
Laju Alir (L/s)
Grafik 5.B.3 Laju Alir vs Tekanan untuk pasir dan air variasi 2

Laju Alir VS Tekanan


25

20
Delta H (mm H2O)

15

10

0
0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06
Laju Alir (L/s)

Grafik 5.B..4 Laju Alir vs Perubahan Tekanan untuk pasir dan air variasi 2

Laju Alir VS Perubahan Tekanan


100.000
90.000
80.000
Delta H (mm H2O)

70.000
60.000
50.000
40.000
30.000
20.000
10.000
0.000
0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06
Laju Alir (L/s)

VIII. PEMBAHASAN
Fluidisasi adalah metoda pengontakan butiran-butiran padat dengan
fluida baik cair maupun gas. Dengan metoda ini diharapkan butiran-butiran
padat memiliki sifat seperti fluida dengan viskositas tinggi. Pada percobaan
ini dilakukan pengontakan pasir kwarsa (butiran-butiran padat) dengan
fuida cairan (air) dan dengan fluida gas (udara compressor). Pada percobaan
ini dianggap bahwa nilai sperisitas atau derajat kebolaan partikel sama
dengan 1 atau berbentuk bola. Untuk unggun diam (fixed bed) ilustrasinya,
saat unggun diam yang padatan ini kemudian dialirkan gas dari bawah ke
atas. Pada laju alir yang cukup rendah, butiran padat akan tetap diam, karena
gas hanya mengalir dari bawah ke atas. Pada laju alir yang cukup rendah,
butiran padat akan tetap diam, karena gas hanya mengalir melalui ruang
antar partikel tanpa menyebabkan perubahan susunan partikel tersebut.
Untuk unggun terfluidisasi dengan menggunakan fluida cair (air) yang
dilewatkan dari bawah maka sifat unggun akan menyerupai suatu cairan
dengan viskositas tinggi dengan adanya kecenderungan untuk mengalir dan
mempunyai sifat hidrostatik.
Untuk percobaan kedua unggun terfluidisasi dengan menggunakan
resin dan fluida gas (udara) dilakukan hanya sekali percobaan dengan laju
alir yang dimulai dari 1 sampai 25 dengan interval 1 L/min. Untuk data
pengamatan dapat dilihat pada data pengamatan sehingga setelah dilakukan
perhitungan data nilainya dapat dilihat pada (Tabel 7).
Untuk percobaan unggun terfluidisasi dengan menggunakan pasir dan
fluida cair (air) dilakukan hanya sekali percobaan dengan laju alir yang
dimulai dari 0.1 sampai 3.4 dengan interval 0.1 L/min. Untuk data
pengamatan dapat dilihat pada data pengamatan sehingga setelah dilakukan
perhitungan data nilainya dapat dilihat pada (Tabel 8).
Bila kecepatan fluida yang melewati unggun dinaikkan maka perbedaan
tekanan di sepanjang unggun akan meningkat pula. Pada saat perbedaan
tekanan sama dengan berat unggun dibagi luas penampang. Pada saat
tersebut unggun akan mulai bergerak dan melayang-layang ke atas.
Partikel-partikel padat ini akan bergerak-gerak dan mempunyai perilaku
sebagai fluida. Keadaan unggun seperti ini dikenal sebagai unggun
terfluidisasi (fluidized bed).
Pada percobaan ini juga dilakukan penentuan densitas partikel dari pasir
kwarsa dan resin menggunakan piknometer. Dimana densitas ini dipakai
dalam menentukan nilai Δh (pressure drop) secara perhitungan baik untuk
fixed maupun fluidized bed. Nilai densitas dari pasir kwarsa yang diperoleh
sebesar 2598,8 kg/m3 dan resin adalah 1095,06 kg/m3.
Pada percobaan ini dilakukan pengamatan terhadap hilang tekanan
(pressure drop). Mengingat hal tersebut adalah aspek utama dalam
percobaan ini. Mengetahui besarnya hilang tekanan (pressure drop) di
dalam unggun padatan yang terfluidakan. Hal tersebut mempunyai arti yang
cukup penting karena selain erat sekali hubungan dengan besarnya energi
yang diperlukan, juga bisa memberikan indikasi tentang kelakuan unggun
selama operasi berlangsung. Penentuan besarnya hilang tekanan di dalam
unggun terfluidakan terutama dihitung berdasarkan rumus-rumus yang
diturunkan untuk unggun diam, terutama oleh Blake, Kozeny, Carman,
ataupun peneliti-peneliti lainnya.
Untuk diameter unggun (pasir kwarsa dan resin) ditentukan dengan
melakukan analisa ayak(sieving). Alat sieving yang digunakan terdiri dari
9 plat ayak dan sebuah panci. Hasil analisa ayakan dapat dilihat pada Tabel
1 dan 2. Dari hasil analisa ini diperoleh diameter partikel rata-rata atau
diameter partikel tengah (dpm) yaitu untuk pasir 1,4 mm dan untuk resin
0,44 mm . Nilai diameter partikel tengah diperoleh dari grafik hubungan
diameter partikel vs fraksi massa Grafik 1.1 dan Grafik 2.1.

IX. KESIMPULAN
1. Nilai densitas dari pasir kwarsa yang diperoleh sebesar 2598,8 kg/m3
dan resin sebesar 1095,06 kg/m3. Porositas unggun untuk pasir dan
air pada fixed bed percobaan pertama dan kedua sebesar 0,599
sedangkan pada fluidized bed porositas unggun berbeda-beda yaitu
untuk percobaan pertama sekitar 0,607 hingga 0,719 dan percobaan
kedua sekitar 0,603 hingga 0,673. Sedangkan untuk resin dan udara
pada fixed bed untuk percobaan pertama sebesar 0,494 dan
percobaan kedua 0,483 sedangkan pada fluidized bed porositas
unggun berbeda-beda yaitu percobaan pertama sekitar 0,504 hingga
0,648 dan percobaan kedua sekitar 0,501 hingga 0,645.
2. Kecepatan fluida pada percobaan untuk pasir dan air yang diperoleh
yakni dari 0.0007 m/s sampai 0.0239 m/s. Dan pada percobaan untuk
resin dan udara yang diperoleh yakni dari 0.007 m/s sampai 0.175
m/s.
3. Secara percobaan nilai pressure drop untuk pasir dan air pada fixed
bed untuk percobaan pertama yaitu dimulai dari 4 mmH2O sampai
18 mmH2O sedangkan untuk percobaan kedua dimulai dari 15
mmH2O sampai 44 mmH2O , dan pada saat fluidized bed terjadi
pressure drop menjadi konstan pada 19 mmH2O untuk percobaan
pertama dan 51 mmH2O untuk percobaan kedua. Sedangkan untuk
resin dan udara pada fixed bed untuk percobaan pertama yaitu
dimulai dari 0,7 sampai 5,6 mmH2O dan percobaan kedua mulai dari
9,5 hingga 7,6 mmH2O, dan pada saat fluidized bed terjadi, pressure
drop menjadi konstan yakni 5,6 mmH2O untuk percobaan pertama
dan 7,7 mmH2O untuk percobaan kedua.
4. Secara perhitungan nilai pressure drop untuk pasir dan air pada fixed
bed untuk percobaan pertama yaitu dimulai dari 0,207 sampai 5,09
mmH2O sedangkan percobaan kedua dimulai dari 0,462 sampai
81,351 mmH2O , dan pada saat fluidized bed terjadi pressure drop
menjadi konstan yaitu 36,308 cmH2O untuk percobaan pertama dan
81,351 mmH2O untuk percobaan kedua. Sedangkan untuk resin dan
udara pada fixed bed untuk percobaan pertama yaitu dimulai dari
1711,26 sampai 44274,36 mmH2O sedangkan percobaan kedua
dimulai dari 2602,93 sampai 38662,47 mmH2O , dan pada saat
fluidized bed terjadi, pressure drop menjadi konstan yaitu 44274,36
cmH2O untuk percobaan pertama dan 61434,96 cmH2O untuk
percobaan kedua.

X. DAFTAR PUSTAKA

Petunjuk Praktikum Satuan Operasi. Ujung pandang : Jurusan Teknik


kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang.
https://id.scribd.com/doc/218284664/Laporan-Praktikum-Proses-Unit-
Operasi-Teknik-I-Fluidisasi
https://id.scribd.com/doc/146027698/laporan-fluidisasi
Laboratorium Aliran Fluida dan Separasi Mekanik
Semester IV 2018 / 2019

LAPORAN PRAKTIKUM

FLUIDISASI

Pembimbing : Wahyu Budi Utomo, HND, M. Sc


Kelompok :4
Kelas : 2A
Tgl. Praktikum : 1 April 2019

Anggota kelompok :
1. Ismi Hikmawati Azizah (33117003)
2. Icha Paras Ayu (331170013)
3. Reynaldy Noel (33117012)
4. Intan Natalia Towawo (33117016)
5. Ramansi (33117020)

JURUSAN TEKNIK KIMIA


POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
2019

Anda mungkin juga menyukai