(Pengedapan Partikel)
Hindered settling
(pengendapan terhalang)
gerakan partikel jatuh
dipengaruhi oleh gerakan
partikel disekitarnya
Pada keadaan pengendapan bebas
Mula-mula partikel jatuh mengalami percepatan
dari keadaan diam
Sesaat kemudian, kecepatan partikel menjadi
konstan (mencapai kecepatan terminal)
Kec. Terminal :
dimana :
Densitas efektif campuran (m)
vt = vt . Subtitusi
dengan
hubungan
diatas
Untuk Bilangan Reynold :
Definisi :
Pemisahan lumpur atau suspensi (slurry)
encer secara gravitasi menjadi cairan
jernih dan lumpur dengan konsentrasi
lebih pekat (sludge)
Proses : mekanisme pengendapan cairan
terhalang
slurry jernih
encer
sludge
Mekanisme Sedimentasi
Umumnya, slurry berkonsentrasi cukup tinggi sehingga
pengendapan individu partikel terhalang oleh partikel
lainnya, sehingga semua partikel pada ketinggian cairan
tertentu cenderung memiliki kecepatan yang sama.
Karakteristik sedimentasi secara batch menunjukkan
adanya klasifikasi (zoning) selama proses pengendapan:
Pada awalnya, semua partikel mengendap secara bebas dalam
suspensi zona B (gambar a)
Partikel zona B mengendap dgn kec. sama seperti awal dan cairan
jernih zona A terbentuk (gambar b)
Tinggi z (daerah berpartikel) menurun pada laju konstan
Zona D mulai muncul yang berisi partikel yang mengendap
dibawah (gambar b)
Zona C adalah lapisan transisi dimana konsentrasi partikel
bervariasi dari yg ada di zona B sampai zona D (gambar c).
Akhirnya zona B dan C menghilang (gambar d).
Proses kompresi endapan mulai terjadi, keadaan ini disebut titik
kritis (selama proses kompresi, cairan dalam endapan tertekan
keluar zona D dan ketebalan zona D menurun gambar d dan e).
z
Z
Pengendapan 4
Kompresi
(Compression Settling)
Pengendapan 3
Terhalang (Hindered
Settling)
Pengendapan Flokulan 2
(Flocculent Settling)
Pengendapan Bebas 1
(Free Settling)
dengan lainnya ketika mengendap
kecenderungan partikel untuk berinteraksi
konsentrasi partikel dalam suspensi dan
Ada 4 tipe pengendapan sebagai fungsi
Tipe Pengendapan
1. Pengendapan bebas
(free/discrete settling)
Tidak ada interaksi antar partikel ketika
mengendap
Terjadi pada pengendapan suspensi encer
(<500 mg/L)
Setiap partikel mengendap sebagai entitas
individual dan mengikuti kaidah aliran Stoke
Pengendapan partikel pasir di grit
chamber pada unit pengolahan limbah cair
Parameter disain: surface overflow rate
(Q/As)
2. Pengendapan flokulan
(flocculent settling)
Terjadi interaksi antar partikel dibantu oleh bahan
koagulan (bahan yang membantu pembentukan flok
seperti alum dan tawas)
Terjadi pada suspensi encer (<500 mg/L) partikel-
partikel yang dapat membentuk flok
Partikel-partikel bergabung karena efek muatan ion
selama mengendap sehingga massa flok bertambah
dan kecepatan pengendapan meningkat juga ketika
flok turun.
Terjadi pada tangki pengendapan primer pada
unit pengolahan limbah/air karena pengaruh
penambahan koagulan
Parameter disain: (1) surface overflow rate, (2)
depth of tank, (3) hydraulic retention time
Perbandingan pengendapan Tipe 1 dan
2
3. Pengendapan terhalang
(hindered settling)
Gaya antar partikel menghalangi
pengendapan partikel sekitarnya
Terjadi dalam suspensi konsentrasi sedang
(500-2000 mg/L)
Partikel-partikel cenderung tetap bersama
dengan partikel lainnya dan massa/kelompok
partikel mengendap sebagai kelompok
Interface (batas) cair-padat yang jelas
terbentuk dibagian atas massa yang
mengendap dengan cairan jernih diatas dan
massa partikel dilapisan bawah
4. Pengendapan kompresi
(compression settling)
Partikel-partikel menjadi sangat pekat dan
membentuk struktur seperti gel (seperti
lumpur pekat)
Pengendapan terjadi karena
kompresi/tekanan struktur partikel (air
terperas keluar) karena berat partikel
tambahan yang mengendap dari atasnya
Contoh: lumpur (sludge) di lapisan bawah
tangki pengendapan sekunder
Disain Sistem Pengendapan
Batch Test >> sedimentasi dalam kolom kaca
Jar Test >> jika menggunakan proses
koagulasi-flokulasi
Data awal : z vs. t VZS (atau dZ/dt)
Pengolahan data : VZS vs. c
QS vs. c
CL
Ini artinya kalau kita memilih untuk
mengoperasikan clarifier dengan u =
0,05 m/jam (Qt/As), maka konsentrasi
limit fluks CL adalah 796,47 kg/m3.
Dengan kata lain fluks pengendapan (Q s):
Qs = VZS.CL = 4,78 kg/m2.jam
Sedangkan fluks underflow (Qt) :
Qt = u.CL = 39,82 kg/m2.jam
Sehingga kapasitas total clarifier utk
memisahkan padatan pd kondisi
minimum :
Q = Qs + Qt = 44,60 kg/m2.jam
Informasi yang sama dapat kita peroleh
secara grafis.
Pada kenyataannya, kalau kurva fluks
pengendapan (Qs) sudah dibuat, sebuah
garis lurus dengan slope u yang digambar
miring (tangent) pada kurva pengendapan
akan memberikan semua informasi yang
diperlukan.
Satu hal penting adalah garis miring tsb
harus berada dibawah kurva pengendapan,
jika tidak maka kapasitas limit fluks akan
terlewati dan clarifier akan gagal beroperasi
sebagaimana mestinya
Garis singgung
pada titik fluks
total
minimum
Slope = u = 0,05
Garis singgung
pada titik fluks
total
minimum
Q=
Slope = u = 0,05
44,60
QS =
4,78
796,47
CU =
892
CL =
Bagaimana menggunakan informasi ini
untuk mendisain sebuah clarifier?
Parameter utama mendisain sebuah clarifier
atau thickener adalah:
Luas penampang (cross-sectional area) As
Laju volumetrik underflow rate Fu
Parameter tsb harus dipilih sedemikian rupa
shg kapasitas beban padatan di clarifier tidak
terlewati dan konsentrasi underflow cukup
terpenuhi. Parameter tsb dapat ditentukan
dari hubungan neraca massa dengan cara
berikut.
Neraca massa di thickener :
C Ce
f
thickener
Ff Ff -
Fu
F Cu
u
Fu . Cu = Ff . Cf - Ce (Ff - Fu)
F = laju volumetrik
Ce = konsentrasi effluent atau overflow
Ff . Cf = Lf = Fu . Cu
Fu = u . A S
Lf = u . AS . Cu
Q . A S = u . A S . Cu
C
Studi Kasus
Hasil eksperimen batch
Next Lecturer
Proses Filtrasi