Anda di halaman 1dari 77

Proses Sedimentasi

(Pengedapan Partikel)

Kuliah Operasi Teknik Kimia I


Jurusan Teknik Kimia FT-UNSYIAH
12 Desember 2013
Pengertian
Proses Sedimentasi (Pengendapan) adalah proses
pemisahan partikel dari fluida oleh pengaruh
gaya gravitasi yang bekerja pada partikel
Beberapa nama peralatan yang bekerja dengan
prinsip settling atau sedimentasi:
Settler / settling tank
Tangki sedimentasi
Clarifier
Thickner
Classifier :
Sink and float classifier
Differential classifier
Contoh Aplikasi
Settling/Sedimentasi
Unit pengolahan limbah domestik
Settling tank
Tangki Sedimentasi
click here to see video
Clarifier
Proses Pengendapan Partikel
Free settling
(pengendapan bebas)
gerakan partikel jatuh tanpa
dipengaruhi oleh gerakan
partikel atau fluida
disekitarnya

Hindered settling
(pengendapan terhalang)
gerakan partikel jatuh
dipengaruhi oleh gerakan
partikel disekitarnya
Pada keadaan pengendapan bebas
Mula-mula partikel jatuh mengalami percepatan
dari keadaan diam
Sesaat kemudian, kecepatan partikel menjadi
konstan (mencapai kecepatan terminal)
Kec. Terminal :

Pada kondisi aliran laminar (aliran Stoke, situasi


yg ditemukan pd proses pengendapan) :
Jika ukuran partikel sangat kecil
Terjadi pergerakan Brownian (pergerakan
partikel dengan arah acak dikarenakan tumbukan
molekul fluida disekitar partikel dengan partikel)
Karena arahnya yang acak (random), cenderung
mengurangi efek gravitasi sehingga pengendapan
partikel menjadi lebih lambat, bahkan dapat sama
sekali tidak mengendap.
Utk ukuran partikel beberapa mikron, efek
Brownian menjadi siginifikan, dan utk partikel < 1
m efek ini sangat dominan
Untuk pemisahan partikel demikian, penggunaan
gaya sentrifugal dapat mengurangi efek Brownian
See the video of Brownian motion
Pada keadaan pengendapan terhalang
Pergerakan partikel terganggu oleh pergerakan
partikel lainnya disekitarnya, bahkan dapat
berbenturan sehingga menghambat pengendapan
Pergerakan partikel juga menyebabkan
pergerakan fluida disekitarnya karena
displacement (ketika partikel turun, fluida akan
bergerak keatas mengisi ruang yang ditinggal
partikel tsb) >> gaya geser (drag force)
meningkat
Kedua gangguan diatas berperan dalam
memperlambat pengendapan partikel
(kec. partikel turun < kec. terminalnya)
Semakin tinggi konsentrasi partikel, maka kec.
partikel mengendap semakin lambat
Penentuan vt dan NRe pada
keadaan pengendapan
terhalang
Pada situasi konsentrasi partikel signifikan
menyebabkan pengendapan terhalang,
viskositas efektif meningkat akibat gaya
geser meningkat
Viskositas efektif campuran (m)
didefinisikan rasio viskositas fluida terhadap
faktor koreksi empiris (p) :

dimana :
Densitas efektif campuran (m)

vt pada keadaan pengendapan terhalang


adalah perkalian dengan vt diukur pd
keadaan aliran Stoke :
m

vt = vt . Subtitusi
dengan
hubungan
diatas
Untuk Bilangan Reynold :

Hukum Stoke berlaku untuk NRe < 1,0


Jika NRe > 1,0 silahkan merujuk ke :
McCabe, 1993 (5th edition)
Selain kriteria NRe,p, McCabe merumuskan
kriteria K untuk menentukan jenis aliran fluida,

Aliran Stoke : NRe,p < 1 K < 2,6


Aliran Newton : NRe,p > 1000 K = 68,9 - 2360
2,6 < NRe,p < 68,9, maka dipakai rumus kec.
terminal
Pengaruh dinding wadah terhadap laju
pengendapan
Jika diameter partikel Dp menjadi signifikan terhadap
diameter wadah Dw tempat terjadi pengendapan, efek
hambatan yg dikenal efek dinding terjadi terhadap
partikel, dan menyebabkan kec. terminal berkurang.
Pengaruh dinding menjadi penting jika Dp/Dw < 0,05
Utk keadaan aliran Stoke, dan kec. partikel dihitung
sebagai kec. terminal dikali dgn faktor dinding (kw), sbb:

Utk aliran laminar :


Klasifikasi Partikel (Classification)

Nama peralatan : Classifier


Metode :
Sink and Float Method (pemisahan suspensi
partikel menggunakan fluida berdensitas
diantara partikel yang akan diapungkan dan
yang akan diendapkan dan tidak bergantung
pada ukuran partikel)
Differential Settling Method (pemisahan
suspensi partikel menjadi beberapa fraksi
ukuran partikel dikarenakan kecepatan
pengendapannya yg berbeda dalam fluida dan
densitas fluida lebih rendah dari partikelnya)
Sink and Float Method
(heavy-fluid separation)
Menggunakan fluida berdensitas lebih tinggi dari air
karena umumnya partikel memiliki densitas tinggi,
tetapi hanya ada beberapa fluida yang demikian dan
harganya tidak murah dan bersifat korosif.
Sebagai pengganti maka diciptakan fluida-semu yaitu
suspensi air dengan partikel sangat halus berdensitas
tinggi seperti galena (s.g. = 7,5), ferrosilicon (s.g. 6,3-
7) dan magnetite (s.g. = 5,17). Karena halus sekali,
partikel cenderung tidak mengendap dan membentuk
suspensi yang stabil
Densitas fluida-semu diatur sesuai keperluan dengan
mengatur konsentrasi partikel halus tsb.
Contoh aplikasi (umumnya di industri pertambangan):
Pemekatan material batuan mineral
Pembersihan batubara
http://mine-engineer.com/mining/minproc/heavy-
media.htm
Differential Settling Method
(classification)
Pemisahan suspensi partikel menurut
fraksi densitas berbeda dan densitas fluida
harus lebih rendah dari densitas partikel
yang ada
Ada kemungkingan terjadi campuran
partikel berbeda ukuran untuk satu fraksi
densitas (partikel besar ringan dapat
mengendap dgn kecepatan yang sama
dgn partikel kecil berat) >>> kerugian
Prinsip: equal-settling particles
Classifier

click to see video


Penentuan kisaran ukuran partikel
dalam fraksi hasil pemisahan
suspensi partikel
Misalkan dua material berbeda:
Material densitas berat A dgn A (misal: galena)
Material densitas ringan B dgn B (misal:
kuarsa)
Kec. terminal masing-masing partikel:
Dengan kaidah kec. terminal yang sama:
vtA = vtB

Utk partikel bulat dan NRe sangat tinggi pd situasi


aliran Newton, CD konstan CDA = CDB
sehingga:
Pada pengendapan keadaan Stoke :

maka untuk vtA = vtB :

Untuk situasi aliran transisi :

Jika DpA = DpB dan keadaan turbulen


Newton,
Jika partikel A dan B mengendap pada
media yg sama, menggunakan
dan
dapat dibuat plot hubungan kec. terminal
dan diameter utk kedua partikel sbb:
Prinsip: equal-settling
velocity

Dimisalkan suatu suspensi


partikel A dan B dengan
kisaran ukuran DP1 sampai DP4
untuk kedua jenis partikel.
Pada kisaran DP1 sampai DP2,
fraksi murni B dapat diperoleh
karena tidak ada partikel A
yang mengendap selambat B.
Pada kisaran DP3 sampai DP4,
fraksi murni A diperoleh karena
tidak ada B yang mengendap
secepat partikel A dalam
kisaran ukuran ini.
Pada kisaran DP1 sampai DP3
partikel A mengendap sama
cepat partikel B berukuran DP2
sampai DP4, sehingga
menghasilkan fraksi campuran
A dan B
Bentuk kurva yang mirip dihasilkan
untuk pengendapan keadaan Stoke
Sedimentation Tank/Clarifier/Thickener
(sedimentation/clarifying/thickening)

Definisi :
Pemisahan lumpur atau suspensi (slurry)
encer secara gravitasi menjadi cairan
jernih dan lumpur dengan konsentrasi
lebih pekat (sludge)
Proses : mekanisme pengendapan cairan
terhalang
slurry jernih
encer

sludge
Mekanisme Sedimentasi
Umumnya, slurry berkonsentrasi cukup tinggi sehingga
pengendapan individu partikel terhalang oleh partikel
lainnya, sehingga semua partikel pada ketinggian cairan
tertentu cenderung memiliki kecepatan yang sama.
Karakteristik sedimentasi secara batch menunjukkan
adanya klasifikasi (zoning) selama proses pengendapan:
Pada awalnya, semua partikel mengendap secara bebas dalam
suspensi zona B (gambar a)
Partikel zona B mengendap dgn kec. sama seperti awal dan cairan
jernih zona A terbentuk (gambar b)
Tinggi z (daerah berpartikel) menurun pada laju konstan
Zona D mulai muncul yang berisi partikel yang mengendap
dibawah (gambar b)
Zona C adalah lapisan transisi dimana konsentrasi partikel
bervariasi dari yg ada di zona B sampai zona D (gambar c).
Akhirnya zona B dan C menghilang (gambar d).
Proses kompresi endapan mulai terjadi, keadaan ini disebut titik
kritis (selama proses kompresi, cairan dalam endapan tertekan
keluar zona D dan ketebalan zona D menurun gambar d dan e).
z

See the animation and experiment


Kecepatan Pengendapan
Pada awal pengendapan sampai titik kritis C,
pengendapan terjadi pada kec. tetap.
Kec. pengendapan (v) adalah slope (kemiringan)
garis saat waktu t pada kurva z vs. t
pada t1 : dz/dt = v1
Dengan demikian, konsentrasi suspensi C1
adalah konsentrasi rata-rata saat tinggi
interface zi, dan :
ata
u
co = konsentrasi suspensi awal saat t = 0 dan z o
Dengan menghitung v pada t yang lain, maka
akan dapat dibuat grafik hubungan v vs. c
Kec.pengendapan pada settling zone
VZS

Z
Pengendapan 4
Kompresi
(Compression Settling)
Pengendapan 3
Terhalang (Hindered
Settling)
Pengendapan Flokulan 2
(Flocculent Settling)
Pengendapan Bebas 1
(Free Settling)
dengan lainnya ketika mengendap
kecenderungan partikel untuk berinteraksi
konsentrasi partikel dalam suspensi dan
Ada 4 tipe pengendapan sebagai fungsi
Tipe Pengendapan
1. Pengendapan bebas
(free/discrete settling)
Tidak ada interaksi antar partikel ketika
mengendap
Terjadi pada pengendapan suspensi encer
(<500 mg/L)
Setiap partikel mengendap sebagai entitas
individual dan mengikuti kaidah aliran Stoke
Pengendapan partikel pasir di grit
chamber pada unit pengolahan limbah cair
Parameter disain: surface overflow rate
(Q/As)
2. Pengendapan flokulan
(flocculent settling)
Terjadi interaksi antar partikel dibantu oleh bahan
koagulan (bahan yang membantu pembentukan flok
seperti alum dan tawas)
Terjadi pada suspensi encer (<500 mg/L) partikel-
partikel yang dapat membentuk flok
Partikel-partikel bergabung karena efek muatan ion
selama mengendap sehingga massa flok bertambah
dan kecepatan pengendapan meningkat juga ketika
flok turun.
Terjadi pada tangki pengendapan primer pada
unit pengolahan limbah/air karena pengaruh
penambahan koagulan
Parameter disain: (1) surface overflow rate, (2)
depth of tank, (3) hydraulic retention time
Perbandingan pengendapan Tipe 1 dan
2
3. Pengendapan terhalang
(hindered settling)
Gaya antar partikel menghalangi
pengendapan partikel sekitarnya
Terjadi dalam suspensi konsentrasi sedang
(500-2000 mg/L)
Partikel-partikel cenderung tetap bersama
dengan partikel lainnya dan massa/kelompok
partikel mengendap sebagai kelompok
Interface (batas) cair-padat yang jelas
terbentuk dibagian atas massa yang
mengendap dengan cairan jernih diatas dan
massa partikel dilapisan bawah
4. Pengendapan kompresi
(compression settling)
Partikel-partikel menjadi sangat pekat dan
membentuk struktur seperti gel (seperti
lumpur pekat)
Pengendapan terjadi karena
kompresi/tekanan struktur partikel (air
terperas keluar) karena berat partikel
tambahan yang mengendap dari atasnya
Contoh: lumpur (sludge) di lapisan bawah
tangki pengendapan sekunder
Disain Sistem Pengendapan
Batch Test >> sedimentasi dalam kolom kaca
Jar Test >> jika menggunakan proses
koagulasi-flokulasi
Data awal : z vs. t VZS (atau dZ/dt)
Pengolahan data : VZS vs. c
QS vs. c

QS = fluks settling zone (notasi lain = G) = V ZS . c


C = konsentrasi settling zone (notasi lain = X)
McCabe >>>
Dari Gambar 30.35 McCabe
Gt meningkat secara linier terhadap konsentrasi dan jauh
lebih rendah dibandingkan Gs pada konsentrasi rendah,
tetapi Gt akan berperan penting jika konsentrasi tinggi.
Karena kecederungan tsb dan adanya maksimum G s,
fluks total (G) akan mempunyai kondisi maksimum dan
kemudian minimum seiring kenaikan konsentrasi
(Gambar b).
Luas thickener/settling tank dihitung pada keadaan
minimum kurva fluks total karena daerah konsentrasi ini
cenderung menghasilkan thickener kontinyu beroperasi
pada kapasitas disain.
Jika overflow adalah cairan jernih, berarti semua padatan
berhasil dikeluarkan pada aliran bawah, dan luas tangki
dihitung dari jumlah padatan yang diumpankan (F.c o),
sehingga fluks padatan keluar minimal:
Luas tangki (A) menurun jika kecepatan aliran
bawah (u) meningkat (Gt meningkat), tetapi
berakibat penurunan konsentrasinya (cu).
Pengaruh u dan cu terhadap kebutuhan luas
tangki diperlihatkan pada Gambar 30.36
McCabe :
Perhatikan garis lurus Gcu dan persamaannya
bagian kiri persamaan merupakan garis lurus
dengan slope u, disebut sbg garis operasi dan
dimulai pada laju settling total G
Laju umpan dan luas tangki thickener menentukan
harga G :

Sebuah garis operasi bersinggungan dgn kurva


seperti kasus I Gambar 30.36, menyentuh kurva
pada konsentrasi kritis cc, yaitu konsentrasi daerah
pengendapan terhalang di thickener. Pada cc, fluks
pengendapan sama dengan G uc sebagaimana
diharapkan pada keadaan operasi.
Untuk konsentrasi antara co dan cc, fluks
pengendapan lebih besar dari G uc,sehingga zona
konsentrasi antara (intermediate) tidak terjadi.
Konsentrasi padatan di aliran bawah cu, ditunjukkan
oleh titik potong garis operasi dengan sumbu datar.
Fluks aliran bawah yaitu u cc, adalah sama dengan
fluks total zona pengendapan terhalang :

Jika luas thickener dipilih atau ditentukan untuk


keadaan umpan tertentu, maka fluks total dikurangi
dan konsentrasi aliran bawah diperoleh lebih tinggi
sebagaimana diperlihatkan pada kasus II Gambar
30.36.
Dengan cu lebih tinggi, volume lumpur (sludge)
yang dikelola akan berkurang. Keputusan ini harus
dipertimbangkan secara ekonomis akibat
peningkatan biaya thickener utk luas yg lebih.
Soal
Konsentrasi underflow Cu = C pada t = 20 jam
Cu = 1000 kg/m3
Jika kecepatan underflow dimisalkan u =
0,05 m/jam, maka fluks underflow Qt = u.Cu
= 1000 x 0,05 = 50 kg/m2.jam
U = 0,05
m/jam
Untuk laju underflow tertentu (u), selalu ada
keadaan minimum kapasitas fluks di
clarifier. Keadaan minimum ini terjadi saat
Ci = C L .
Oleh karena itu utk laju underflow tertentu,
selalu ada fluks minimum yang dapat
dialirkan ke clarifier.
Ketika Ci bergerak dari Cf (konsentrasi
padatan di aliran umpan) sampai Cu ,
konsentrasi akan melewati keadaan
minimum ini Ci = CL. Hal ini menentukan
laju beban padatan ke clarifier.
Q pada
minimu
m atau
kritis

CL
Ini artinya kalau kita memilih untuk
mengoperasikan clarifier dengan u =
0,05 m/jam (Qt/As), maka konsentrasi
limit fluks CL adalah 796,47 kg/m3.
Dengan kata lain fluks pengendapan (Q s):
Qs = VZS.CL = 4,78 kg/m2.jam
Sedangkan fluks underflow (Qt) :
Qt = u.CL = 39,82 kg/m2.jam
Sehingga kapasitas total clarifier utk
memisahkan padatan pd kondisi
minimum :
Q = Qs + Qt = 44,60 kg/m2.jam
Informasi yang sama dapat kita peroleh
secara grafis.
Pada kenyataannya, kalau kurva fluks
pengendapan (Qs) sudah dibuat, sebuah
garis lurus dengan slope u yang digambar
miring (tangent) pada kurva pengendapan
akan memberikan semua informasi yang
diperlukan.
Satu hal penting adalah garis miring tsb
harus berada dibawah kurva pengendapan,
jika tidak maka kapasitas limit fluks akan
terlewati dan clarifier akan gagal beroperasi
sebagaimana mestinya
Garis singgung
pada titik fluks
total
minimum

Slope = u = 0,05
Garis singgung
pada titik fluks
total
minimum
Q=
Slope = u = 0,05
44,60

QS =
4,78

796,47
CU =
892
CL =
Bagaimana menggunakan informasi ini
untuk mendisain sebuah clarifier?
Parameter utama mendisain sebuah clarifier
atau thickener adalah:
Luas penampang (cross-sectional area) As
Laju volumetrik underflow rate Fu
Parameter tsb harus dipilih sedemikian rupa
shg kapasitas beban padatan di clarifier tidak
terlewati dan konsentrasi underflow cukup
terpenuhi. Parameter tsb dapat ditentukan
dari hubungan neraca massa dengan cara
berikut.
Neraca massa di thickener :

C Ce
f
thickener
Ff Ff -
Fu
F Cu
u

Fu . Cu = Ff . Cf - Ce (Ff - Fu)
F = laju volumetrik
Ce = konsentrasi effluent atau overflow
Ff . Cf = Lf = Fu . Cu
Fu = u . A S
Lf = u . AS . Cu
Q . A S = u . A S . Cu

Untuk persoalan operasi minimum : C f = 250 kg/jam


Dimisalkan: Ff = 103 m3/hari
Laju underflow u = 0,05 m/jam.
Ini menghasilkan Cu = 892 kg/m3.

Maka Fu = Lf/Cu= Ff . Cf/Cu = 1000 x 250/892


= 280,269 m3/jam.

Sehingga diperoleh luas penampang thickener:


As = Fu/u = 280,269/0,05 = 5605,38 m2
Pada contoh diatas, clarifier didisain
beriperasi pada kondisi beban kritis atau
minimal. Akan tetapi clarifier tidak
semestinya dibebani secara minimalagar
dapat berungsi.
Sebagai contoh lain, luas permukaan
clarifier dapat didouble (2 kali) untuk
menghasilkan kecepatan underflow
setengahnya menjadi 0,0025 m/jam.
Neraca massa memperlihatkan:
Q . AS = u . A S . Cu
Jika Cu dijaga konstan, karena u menjadi
setengah harga sebelumnya, maka fluks
padatan total Q menjadi setengah juga.
Analisis ini dapat diperluas untuk
semua kombinasi perubahan C u, u, Fu,
dll. Selama neraca massa terpenuhi
dan selama garis yg menghubungkan
Q dan Cu tetap berada dibawah kurva
fluks pengendapan.
Dalam ilustrasi berikut, garis-garis
hitam berada pada kondisi operasi
yang dibenarkan, dan garis-garis
berwarna biru menujukkan kondisi
operasi yang tidak boleh.
QS

C
Studi Kasus
Hasil eksperimen batch
Next Lecturer
Proses Filtrasi

Anda mungkin juga menyukai