Anda di halaman 1dari 66

Desain Bangunan Pengolahan Air Minum

Koagulasi dan Flokulasi


Syarifah Seicha Fathma, M.T
Konfigurasi Unit Pengolahan

Konfigurasi unit pengolahan air akan tergantung dari kualitas air baku.
1. Air Permukaan
- Sumber air tidak tercemar, bersih, dan stabil (Danau, waduk, sungai dari pegunungan).
Sumber -> Koagulasi -> Flokulasi -> Filtrasi -> Desinfeksi dan pH adjustment.
Sumber -> Saringan Pasir Lambat (SPL) -> Desinfeksi dan pH adjustment.

- Sumber air sungai pada umumnya.


Sumber -> Prasedimentasi -> Koagulasi -> Flokulasi -> Sedimentasi -> Filtrasi (optional) ->
Desinfeksi dan pH adjustment.
Konfigurasi unit pengolahan air akan tergantung dari kualitas air
baku.
-Sungai tercemar.
Pre-treatment -> Koagulasi -> Flokulasi -> Sedimentasi -> Filtrasi -> Post-treatment.

Konfigurasi Oxidation
Chemical conditioning
Adsorption
Ion Exchange

Unit Penambahan coagulant

Pengolahan 2. Air Tanah


-Aerasi -> Koagulasi -> Flokulasi –> Sedimentasi –> Filtrasi -> Desinfeksi dan
pH adjustment.
-Aerasi -> Filtrasi -> Ion Exchange.
-Aerasi -> Filtrasi -> Membrane.
Bangunan intake

Prasedimentasi

koagulan Koagulator Coagulan


aid/alkalinitas
Proses
Flokulator
pengolahan air
Sedimentasi/clarifier
minum
Filter/Filter cepat
konvensional
Kaporit/chlor atau Desinfeksi
ozone

Kapur atau soda Pengaturan pH


ash

Reservoir

Distribusi
Air baku dari air permukaan mengandung partikel halus
yang sulit mengendap (fine suspended solid), koloidal yang
stabil dan makromolekul organik
Partikel koloidal adalah partikel sangat halus yang
umumnya bermuatan elektrostatis, sehingga cenderung
Karakter Air Baku stabil dalam larutan
Koloidal stabil akibat muatan elektrostatis yang
menyebabkan daya tolak antar partikel lebih dominan
dibanding gaya tarik
Perlu perlakuan utk mengurangi muatan negatif partikel
sehingga partikel bisa bergabung

Koagulan merupakan garam logam multivalen yang


terdisosiasi dalam air
Sumber Air Baku dengan Kekeruhan Tinggi
Sumber air baku yang masih baik
Sumber Air Waduk
Koagulasi dan flokulasi
Koagulasi adalah proses pencampuran koagulan sedemikian rupa sehingga pencampuran
koagulan dengan air baku telah terjadi secara homogen

Flokulasi adalah pembentukan mikroflok yang terjadi setelah kogulasi, menjadi flok-flok
yang besar dan mempunyai densitas yang cukup sehingga dapat diendapkan secara teknis
dan ekonomis

Koagulan adalah garam atau senyawa polimer yang mengandung kation dan anion yang
terdisosiasi sedemikian rupa sehingga memberikan kation multivalen (yang relatif tidak
membahayakan manusia) yang akhirnya membentuk flok hidroksida yang mengendap
Tujuan dan Manfaat Koagulasi-
flokulasi
• Tujuan kogulasi dan flokulasi adalah menggabungkan
partikel halus yang sulit diendapkan dan koloid dalam air
baku (yang menyebabkan kekeruhan) untuk
membentuknya menjadi flok yang mudah diendapkan.
Koagulasi-flokulasi juga mengurangi kandungan zat
pencemar lain
• Produk akhir dari koagulasi-flokulasi adalah terbentuknya
flok-flok yang terdiri dari impurities/pencemar dan
hidroksida logam koagulan yang mengendap
• Flok-flok yang terbentuk mempunyai kemampuan untuk
mengadsorpsi zat terlarut seperti logam berat dalam
konsentrasi relatif rendah
Zeta Potential of Charged Particle
Zeta potential adalah ukuran kekuatan muatan
listrik pada permukaan partikel dalam sistem
dispersi. Nilai zeta potential mengindikasikan
seberapa stabilnya sistem tersebut; semakin tinggi
nilainya, semakin stabil dispersinya. Memahami
zeta potential membantu dalam mengatur formulasi
produk agar lebih stabil dan berkualitas.

Misalnya, dengan menyesuaikan pH, konsentrasi


ion, atau penambahan zat pengemulsi, nilai zeta
potential dapat diatur untuk menciptakan produk
yang lebih stabil dan berkualitas. Oleh karena itu,
pemahaman terhadap zeta potential sangat penting
dalam pengembangan formulasi produk yang
bersifat dispersi.
Definisi Potensial Zeta: Potensial zeta adalah ukuran muatan
permukaan relatif partikel koloid dalam larutan. Ketika potensial zeta
menurun, menandakan penurunan muatan permukaan partikel.

Korelasi
Peran Koagulan: Koagulan adalah bahan kimia yang ditambahkan ke
dalam air untuk membantu dalam proses pengendapan partikel
koloid dan pencemar. Koagulan berinteraksi dengan partikel-partikel
koloid dalam air, merubah muatan permukaan mereka.
antara
Koagulan dan
Pengaruh Koagulan terhadap Potensial Zeta: Penambahan koagulan
dalam air dapat menyebabkan penurunan potensial zeta partikel
koloid. Ini terjadi karena koagulan menetralisir muatan permukaan
partikel koloid.
Zeta Potential
:
Fungsi Penurunan Potensial Zeta: Dengan menurunkan potensial
zeta, koagulan membantu dalam membentuk penggumpalan partikel
koloid yang lebih efisien. Hal ini memungkinkan partikel-partikel
untuk saling berdekatan dan membentuk flok yang lebih besar.

Manfaat dalam Pengolahan Air: Korelasi antara koagulan dan


potensial zeta penting dalam pengolahan air karena membantu
dalam merancang proses pengendapan yang lebih efektif dan efisien.
Zeta-meter
Zeta meter adalah perangkat yang
digunakan untuk mengukur potensial
zeta dari partikel koloid dalam
larutan.

Cara kerja zeta meter umumnya


melibatkan prinsip elektroforesis, di
mana partikel koloid dalam larutan
bergerak dalam respon terhadap medan
listrik yang diterapkan. Medan listrik ini
menyebabkan partikel-partikel tersebut
bermigrasi menuju elektroda dengan
muatan yang berlawanan. Kecepatan
pergerakan partikel tersebut direkam dan
digunakan untuk menghitung potensial
zeta mereka.
Alumunium Sulfat, Tawas, Al2(SO4)3.18 H2O, BM
667 g/mol

Aluminum Chloride, AlCl3, BM 133.5 g/mol

Ferric Chloride, FeCl3, BM 162.5 g/mol


Jenis koagulan
Feric Sulfate Fe2(SO4)3, BM 400 g/mol

Poly Aluminium Chloride (PAC),


Alw(OH)x(Cl)y(SO4)z
Disosiasi Koagulan (Tawas)
• Sebagian dari koagulan akan bereaksi dgn alkalinitas dan membentuk
flok hidroksida
Al2(SO4)3.18 H2O + Ca(HCO3) ----- 2 Al(OH)3 + 3 CaSO4 + 14 H2O
• Sebagian lagi terdisosiasi dan membentuk Al-hydroxo complex
Al2(SO4)3.18 H2O ---- Alp(OH)z+q + H2O
Mekanisme Koagulasi-Flokulasi
Ada tiga tahapan dalam proses:
• Pencampuran koagulan dalam air baku
• Pengurangan muatan elektrostatis dengan penambahan koagulan,
sehingga gaya tolak elektrostatik antar partikel melemah
• Memperbanyak tumbukan antar partikel sehingga partikel bergabung
membentuk flok dengan cara pengadukan
Proses koagulasi dapat terjadi dengan dua cara

2. Penambahan absorban,
1. Destabilisasi/ eliminasi
serentak pada permukaan
stabilitas partikel dalam
sebagai usaha untuk
suspensi dengan menetralisir
meningkatkan daya atraksi
muatan dengan suatu elektrolit
inter-molekuler guna
dengan garam atau kedua cara
mendapatkan aglomerasi yang
diatas;
kuat.

(Kawamura, 2000)
Turbiditas

Kandungan zat tersuspensi (jenis dan konsentrasi koloid)

Faktor-faktor Temperatur
yang
mempengaruhi pH selama proses koagulasi (Al 6-7.8, Fe3+ 4-10, Fe2+ >8.5
pemakaian
koagulan Tipe dan dosis koagulan

Pemakaian koagulan pembantu

Alkalinitas

Mixing conditions
Koagulan pembantu

• Koagulan pembantu diperlukan bila air baku terlalu jernih (mis: air
gambut atau air waduk)
• Penambahan kekeruhan-bentonit/kaolinit
• Penambahan silika aktif
• Penambahan alkalinitas – kapur
• Preoksidasi dengan oksidator seperti kaporit, atau chlor terutama bila
air baku banyak mengandung senyawa organik, amoniak dan besi
organik
Jar test
Flocs formed
during jar test
simulation
Pengadukan cepat merupakan bagian dari koagulasi, yang
bertujuan untuk mempercepat dan meratakan zat-zat kimia
yang digunakan untuk pengolahan air
Jenis koagulator (Mixer)
Koagulator hidrolis
• Terjunan
• Hydraulic jump
• Saluran bersekat (baffled channel)

Koagulator mekanis
• Stirrer/propeller
• impeller

Koagulator pneumatis
• In-line koagulator (flash mixer)
• Koagulator jenis khusus : misalnya screwed coagulator
dan electrocoagulation
Koagulator Hidrolis (terjunan)
Dengan Latar Depan Bak Sedimentasi
Horizontal baffled channel as coagulant mixer
Coagulant Mixing by Hydraulic Jump
• Partikel-partikel tersebut harus dilapisi dengan
suatu lapisan pengikat kimia yang menjadikannya
berflokulasi (aglomerasi) dan diam dalam waktu
tertentu Waktu Nilai G,
• Dalam merancang unit koagulasi ini didasarkan detensi, 1/detik
pada nilai Gradien hidrolis (G) dan waktu detik
detensinya (td) 20 1000
• Besarnya gradien kecepatan akan mempengarungi 30 900
pengadukan yang diperlukan, Makin besar nilai G,
maka waktunya makin pendek. 40 790
• Untuk menyatakan kedua parameter itu maka >50 700
digunakan bilangan camp, yaitu hasilperkalian
gradien keceparan dengan pengadukan (G.td)
Konsep gradien kecepatan (G)

Untuk pengadukan pada proses koagulasi ini dapat dilakukan


dengan cara hidrolis, mekanis dan pneumatis.
Daya yang dibutuhkan kogulator hidrolis
Memanfaatkan tinggi terjunan atau kehilangan energi akibat
aliran deras
Power disipasi dalam koagulasi hidrolis (P)

P = ρ.g.H.Q

Q = debit, m3/det
ρ = densitas air (1000 kg/m3)
g = gravitasi m/det2
H = tinggi terjunan atau kehilangan energi (m)
kogulator hidrolis
Kogulator hidrolis
Daya yang dibutuhkan
koagulator mekanis

 Power dissipated, P

P = Np (n) 3(Di)5 r

P = power ,W
Np = konstanta impeller, 0,3 sd 1, utk propeller
n = putaran propeller perdetik, rps
D = diameter propeller,m
r = densitas, kg/m3
Daya yang dibutuhkan untuk pengadukan mekanis (lanjutan)

 Rumus dasar utk paddle


P = 1/2CdA ρv3
P = KCdAv3
K = konstanta paddle, 0,9-1,0
Cd = koefisien gesek (drag), 1-1,9
v = kecepatan relatif antara paddle dengan air, fps.
A = cross section paddle
Inline flash mixing

Kriteri desain:
G = 3000-5000/s
Td = 0.5 s
Headloss = 0.3-0.9 m
Kriteria desain

 Aspect ratio: L/D 1.0-1.5


 COV = (s/c )100%
 COV = coefficient of variation with time
 s = standard deviation of concentration mg/L
 c = average concentration over time mg/L
Koagulator pneumatis
• Koagulator pneumatis memanfaatkan gelembung udara yang keluar dari
kompressor untuk mengaduk koagulan
• Daya yang diberikan pada reaktor (power disipasi) adalah:
P = 81,5 Qa log [(h+34)/34]
P = power disipasi, lb-ft/sec
Q = debit udara bebas yang dipompa kedalam sistem cuft/sec
h = kedalaman ujung nozzle udara dari permukaan air, ft
• Koagulator pneumatis
FLOKULASI
Tujuan flokulasi:
• menggabungkan mikroflok yang terbentuk
pada proses koagulasi menjadi flok-flok
yang lebih besar sehingga dapat
diendapkan dengan cepat
Flokulasi
Mekanisme tumbuhnya flok:
• Tumbukan antar mikroflok
• Penjaringan (sweeping flocculation)
• Ikatan dengan gugus aktif pada
permukaan flok
Flokulator hidrolis

• Sederhana dalam O&M


• Kurang flexible dalam mengantisipasi fluktuasi kualitas
• Jenis yang ada:
• baffled channel horizontal flow
• baffled channel up-flow

Jenis-jenis Flokulator mekanis


Flokulator • O&M agak bermasalah
• Lebih flexible dalam mengantisipasi fluktuasi kualitas
air
• Lebih mudah dikembangkan (up-rating)
• Jenis yang ada:
• Horizontal flow (paddle)
• Up-flow (accellator dan pulsator)
Flokulator Hidrolis Ditengah Bak Sedimentasi
Horizontal Baffled Channel Flocculator (foreground) with Sedimentation Basin as
background
Up and down Flow Hydraulic Baffled Channel Floculator
A Cloud of Flocs Entering Horizontal Sedimentation Basin
Kriteria Flokulator
• Nilai G.td antara 10.000 sd. 100.000
• Nilai G 10 sd. 100 det-1
• Nilai G dan Gtd menurun secara
gradual
• Kecepatan aliran pada flokulator
hidrolis maksimum 0.30 m/det pada
akhir flokulator
• Pada flokulator mekanis, kecepatan
relatif tidak melebihi 0.30 cm, untuk
kompartemen terakhir
Typical lay-
out of
Flocculator
Sludge blanket merupakan kumpulan flok
yang melayang membentuk lapisan (blanket)
dan berfungsi sebagai penyaring dan co-
flokulator
Sludge blanket terbentuk pada proses
Sludge blanket sedimentasi yang mengalir keatas (up-flow
clarifier) dan lebih efektif bila ada gradasi
kecepatan
Head loss akibat aliran melalui ruang antar
flok dan adanya variasi distribusi kecepatan
dapat membentuk flok dari flok-flok halus
yang tersisa
Cross Section
of Typical Up-
flow Sludge
Blanket
Reactor
Useful head loss in Sludge Blanket Reactor
hf = [(ρs-ρ)/ρ](1-fe)(h2-h1)
= (Ss-1)(h2-h1)
Head loss in a ρs = mass density of flocs
Sludge-blanket Ss = specific gravity of flocs

Reactor G = [P/µC]1/2
= [(g/ᶹ)(Ss-1)(1-fe)(h2-h1)/(C/Q)]1/2
µ/ρ = ᶹ
td = feC/Q
Upwelling of
Sludge
Blanket (left
side) in a
Clarifier
Various designs of up-flow settling tank
combined with flocculator (c&d)
CONTOH
SOAL
Contoh Soal Koagulasi dan Flokulasi

Suatu Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) dengan debit pengolahan 300 Liter/detik (LPD)
direncanakan mengolah air menggunakan terjunan sebagai reaktor pencampur (mixer). Untuk
keperluan tersebut dibuat 2 buah reaktor dengan kapasitas yang sama dan digunakan bersama
dalam operasi normal. Bila diinginkan nilai G.td adalah 36.000, dan waktu detensi 60 detik, hitung
berapa tinggi terjunan minimum.

Bila suatu saat hanya satu bak (reaktor) yang digunakan karena ada pemeliharaan, check apakah
unit tersebut masih memenuhi kebutuhan bila kenaikan tinggi air maksimum dalam bak
pencampur akibat penambahan beban adalah 10 cm, dan nilai G.td minimum yang disyaratkan
30.000.

Bak berbentuk kotak bujur sangkar dengan Lebar : Kedalaman 1:1,25. Terjunan menggunakan
ambang lebar dengan persamaan umum untuk lebar ambang L adalah Q = 1,67 L.H3/2. Dimana
H adalah tinggi terjun (m), L adalah lebar ambang (m). Lebar ambang 80 cm. Temperatur air
250C , ρ = 997,0 kg/m3 dan µ = 0,000890 N.detik/m2.
Jawab.

Untuk Kondisi Normal


Debit (Q) = 300 L/detik = 0,3 m3/detik
Waktu detensi (td) = 60 detik

Volume bak pencampur = Debit (Q) x Waktu detensi (td)


= 0,3 m3/detik / 2 bak x 60 detik
= 9,0 m3

Tentukan volume bak.


Volume efektif bak dengan bentuk bujur sangkar dengan sisi adalah a, dan kedalaman air adalah b = 1,25 a

Maka:
Volume = a x a x 1,25 a
= 1,25 a3
9 m3 = 1,25 a3
a3 = 9 m3/1,25
= 7,2 m3
a = 1,93 m
b = 1,93 m x 1,25 = 2,41
Tentukan nilai Power.

Nilai G x td = 36.000
G = 36.000 / 60 detik
G = 600 /detik
G = [P/ x V]1/2
600 /detik = [P/ 0,000890 N.detik/m2 x 9 m3]
P = (600/detik)2 x 0,000890 N.detik/m2 x 9 m3
P = 2.883 N.m/detik
Tentukan tinggi jatuh air.

P = QρgH
Untuk Kondisi Normal
Q = debit, m /det 3

P = 2.883 N.m/detik ρ = densitas air (kg/m )


g = gravitasi m/det 2
3

P =QxρxgxH H = tinggi terjunan atau kehilangan energi (m)


H =P/Qxρxg
= 2.883 N.m/detik / (0,15 m3/detik x 997 kg/m3 x 9,82 m/detik2)
= 1,96 m
Jadi tinggi jatuh air adalah 1,96 m
Tinggi air diatas hulu ambang dihitung dengan persamaan Q = 1,67 L.H 3/2
H3/2 = Q/(1,67L), H = [0,15/{(1,67).(0,8)}]2/3 = 0,233 m
Untuk Kondisi 1 Bak Tidak Beroperasi
Tinggi air maksimum dalam bak adalah b’ = b + 0,1 m
= 2,41 m + 0,1 m
= 2,51 m
Debit air = 0,3 m3/detik
Tinggi air diatas hulu ambang adalah Q = 1,67 L.H3/2
0,3 m3/detik = 1,67 x 0,8 m x H3/2
H3/2 = 0,3 m3/detik / (1,67 x 0,8 m)
H3/2 = 0,225
H = 0,369 m

Volume Bak (V) = 1,93 m x 1,93 m x 2,52 m = 9,39 m3


Waktu detensi = 9,39 m3/0,3 m3/detik = 31,3 detik.

Bila G x td = 30.000
Maka G minimum = 30.000 / 31,3 detik = 958,5 /detik

P minimum = (958,5 /detik) x (0,000890 N.m/detik) x (9,39 m3) = 7677 N.m/detik

H’ = P’/Q x ρ x g
= (7.677 N.m/detik) / [(0,3 m3/detik) x (997,0 kg/m3) x (9,82 m/detik2)
H’ = 2,615 m
Jadi tinggi jatuh minimum adalah 2,615 m
Dengan mengambil dasar bak sebagai referensi dan dianggap mempunyai elevasi
= 0 m, maka elevasi permukaan air pada saat debit 0,3 m3/det. = + 2,52 m

Elevasi permukaan air pada hulu ambang = elevasi hulu air pada saat debit 0,15
m3/det. + (beda elevasi hulu ambang saat debit 0,3 m3/det. – elevasi muka air hulu
ambang pada saat debit 0,15 m3/det.)

Δ H = (2,42 + 1,958) + (0,369 – 0,233) = 4,514 m


Elevasi muka air bak saat Q = 0,3 m3/det. = + 2,52 m.
Tinggi jatuh, Hf’ = 4,514 – 2,52 = 1,994 m.
Tinggi jatuh ini masih kurang dari tinggi jatuh yang diperlukan untuk
tercapainya G.td minimum 30.000 yaitu 2,615 m.
Contoh Soal Koagulasi dan Flokulasi

Untuk mengaduk cepat koagulan digunakan reaktor berbentuk silinder dengan


diameter 2,2 m dan kedalaman air 2,5 m. Alat pengaduk yang digunakan type
propeller axial flow (marine propeller) dengan diameter 0,83 m. Putaran propeller
120 rpm. Diketahui nilai power number propeller untuk kondisi turbulen adalah P
atau Np = 0,5. Hitung berapa nilai G dan G.td dari reaktor pengaduk tersebut.
Temperatur air 250C , ρ = 997,0 kg/m3 dan µ = 0,000890 N.detik/m2, debit 150 L/det.
NP = P/(ρ.n3.Di5)
G = [P/(µV)]0,5
Jawab.
Hitung volume reaktor (V)
V = (1/4)π x (2,2 m)2 x (2,5 m) = 9,5 m3.

Hitung waktu detensi (td)


td = 9,5 (m3) / 0,15 (m3/detik) = 63,33 detik.

Hitung Power yang diperlukan (P)


NP = P/(ρ.n3.Di5)
P = NP x (ρ x n3 x Di5)
P = 0,5 x (997,0 kg/m3) x (120 rpm / 60 detik/menit)3 x (0,83 m)5
P = 1.570,9 N.m/det.

Hitung nilai Gradient Kecepatan G = [P/(µV)]0,5


G = [1.570,9 N.m/detik /((0,000890 N.detik/m2).(9,5 m3))]0,5
G = 431/detik
G.td = 431/detik x 63,33/detik = 27.298.
•Untuk pencampuran koagulan, lompatan hidrolis akan
dimanfaatkan sebagai pencampur.

•Debit air yang akan diolah 1200 L/det. Nilai G minimum yang
Contoh Soal diinginkan adalah 400 det-1 dan G.td minimum 12.000. Air
masuk melalui saluran selebar 1,0 m dengan kemiringan 45o
Koagulasi dan nilai koef kekasaran Manning 0,015. S

dan Flokulasi •aluran penerima mempunyai lebar 1,0 m dengan kemiringan


sedemikian rupa sehingga kecepatan aliran menjadi 0,6
m/det. Check apakah sistem terssebut diatas memenuhi
syarat sebagai pencampur koagulan dengan kriteria diatas.
•Temperatur air 250C , ρ = 997,0 kg/m3 dan µ = 0,000890
N.detik/m2. F adalah bilangan Froude dan head loss atau
energi terdisipasi pada lompatan Hf = (y2-y1)3 /(4 y1 y2).
Jawab.
Menentukan sifat aliran
Untuk terjadi lompatan hidrolis syarat kecepatan hulu superkritis dan hilir subkritis
harus dipenuhi.
Lebar saluran b = 1,0 m dan n = 0,015.
Hulu
v1 = (1/n) R2/3S1/2 ;
v1 =(1/0,015)[(y.b)/(2Y + b)]2/3 (tan 15o)0,5
= 66,67 [(y.1)/(2y+1)]2/3.0,2680,5 m/det.
Q = v1.A1; v1 = Q/(1.y)  1,2/y = 34,50[y/(2y+1)]2/3, dengan trial dan error y =
0,147 m

v1 = Q/A1 = 1,2/(0,147.1) = 6,79 m/det.


F1 = v1/(g.y1)0,5 = 6,79/((9,82).(0,147))0,5 = 5,65  superkritis
Hilir
v2 = Q/A2 = 0,6 m/det.
A2 = 1,2/0,6 = 2 m2.
y2 = 2/1,2 = 1,667 m.
F2 = v2/(g.y2)0,5 = 0,148 - subkritis
Energi yang terdisipasi
Hf = (y2-y1)3 /(4 y1 x y2) = (1,667-0,147)3/(4.0,147.1,667)) = 3,58 m.

Nilai G.td
G = [P/(µV)]0,5
P = Q.ρ.g.Hf = (1,2)( 997)(9,82)(3,58) = 42060 (N.m)/det.
G = [42060)/( 0,000890.V)]0,5
Nilai V (volume reaktor) dihitung berdasarkan volume daerah transisi sepanjang
L,
L = 7 (y2 – y1) = 7 (1,667-0,147) m = 10,67 m.

Volume reaktor merupakan prisma terpancung sejajar dan mendatar dengan panjang = L
= 10,67 m.
V = 0,5(A1+ A2)(L) = 0,5(1x0,147 + 1x 1,667)(10,67) = 9,678 m3.
td = 9,678/1,2 = 8,06 det.
G = [(42060)/(( 0,000890).(9,678))]0,5 = 2209,8 det-1 (memenuhi)
G.td = (2209,8)(8,06) =17.810 (memenuhi)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai