Anda di halaman 1dari 19

PRODUK-PRODUK TURUNAN MINYAK SAWIT

PFAD ( PALM FATTY ACID DISTILLATE )

YOLA AGNECILYA

1803113630

KIMIA C

DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH : PROF. DR. ADEL ZAMRI, MS. DEA

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kelapa sawit merupakan tumbuhan yang dimanfaatkan dalam bidang


industry sebagai penghasil minyak masak, minyak sawit industri maupun bahan
bakar (biodiesel). Kebutuhan akan minyak bumi dari waktu ke waktu terus
mengalami peningkatan sejalan dengan pembangunan yang terjadi di Indonesia.
Dengan semakin menipisnya persediaan bahan bakar petroleum diperlukan
bahan bakar pengganti yang bersifat terbaharui. Oleh karena itu banyak negara
terutama Indonesia mengalami masalah kekurangan bahan bakar minyak. Salah
satu upaya yang dilakukan pemerintah melalui Peraturan Presiden No. 5 tahun
2006 tentang kebijakan energi nasional yang berprinsip pada kebijakan harga,
diversifikasi, dan konversi energy (Yohana, 2018).
Sebagian besar minyak goreng di Indonesia dihasilkan dari minyak
kelapa sawit. Proses pemurnian minyak kelapa sawit menghasilkan produk
samping berupa palm fatty acid distillate (PFAD) dengan jumlah 2,5%-3,5%
dari bobot produksi tergantung pada kandungan asam lemak bebas bahan baku
crude palm oil (Buana et al 2003). PFAD yang dihasilkan diolah kembali
sebagai bahan baku deterjen krim. PFAD mengandung asam lemak bebas (ALB)
sekitar 81,7%, gliserol 14,4%, squalene 0,8%, vitamin E 0,5%, sterol 0,45%, dan
lain-lain 2,2%(Hambali et al 2007). Guna memaksimalkan pemanfaatan gliserol
dan PFAD, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang cara
pengolahannya. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan yaitu mereaksikan
gliserol dengan PFAD sehingga menghasilkan emulsifier monodiasilgliserol (M-
DAG).
Indonesia memiliki berbagai kekayaan alam yang berpotensi untuk
dikembangkan menjadi bahan pangan fungsional. Contohnya adalah Kelapa
Sawit. Kelapa sawit merupakan tanaman yang dapat tumbuh baik di daerah
beriklim tropis dengan curah hujan 2000 mm/ tahundankisaransuhunya adalah
22-32°C. Saatini 5,5juta ha lahan perkebunan kelapa sawit di Indonesia yang
telah memproduksi minyak sawit mentah (CPO) dengan kapasitas minimal 16
juta ton per tahun dan merupakan produsen terbesar kedua di duniasetelah
Malaysia.
Indonesia merupakan salah satu negara yang memproduksi minyak sawit
terbesar di dunia. Penggunaan minyak sawit di dalam negeri biasanya digunakan
sebagai bahan baku pembuatan minyak goreng, margarin, sabun, serta industri
oleokimia yang memproduksi asam lemak sawit, biodiesel, dan fatty alkohol.
Pada industri minyak goreng, terdapat tahap refining yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas minyak yang dihasilkan. Pada tahap ini, selain dihasilkan
produk utama berupa minyak goreng, juga dihasilkan produk samping yaitu
distilat asam lemak sawit atau palm fatty acid distillate (PFAD). PFAD memiliki
kandungan asam lemak bebas yang tinggi, yakni sekitar 85,504% dan memiliki
potensi yang cukup besar untuk digunakan sebagai bahan baku pembuatan
produk oleokimia.
Harga minyak dunia selalu bergejolak. Hal ini dapat mempengaruhi
stabilitas ekonomi dan politik, terutama bagi Negara – Negara pengimpor
minyak mentah seperti Indonesia. Untuk itu perlu upaya untuk memaksimalkan
pemanfaatan sumber energy alternative yang melimpah dan ramah lingkungan
untuk diolah menjadi biodiesel. Sebagai Negara penghasil kelapa sawit,
Indonesia memiliki bahan baku biodiesel yang melimpah, diantaranya poly fatty
acid destilate. PFAD merupakan produk sampingan dalam proses produksi
minyak nabati yang dikonsumsi manusia.
Asam lemak sawit destilat (ALSD) atau palm fatty acid distillate (PFAD)
merupakan hasil samping pada tahap proses refining dalam industri minyak
goreng. ALSD yang dihasilkan berkisar 5% dari berat minyak sawit yang diolah.
ALSD merupakan derivat minyak nabati yang kurangdimanfaatkan, disamping
fraksi-fraksi lain seperti olein, stearat dan lain lain (Ariningsih, Hawani, &
Christian, 2016).
PFAD mengandung asam lemak bebas sekitar 80% terutama dari jenis
asam lemak palmitat dan oleat, 14,5% asilgliserol (campuran mono, di, dan
triasilgliserol), 0,4% sterol (β- sitosterol, stigmasterol dan kolesterol) serta 1,5%
hidrokarbon (squalen). Asam lemak bebas dalam minyak tidak dikehendaki
karena degradasi asam lemak bebas tersebut menghasilkan rasa dan bau yang
tidak disukai, oleh karena itu dalam pengolahan minyak diupayakan kandungan
asam lemak bebas serendah mungkin (Ketaren 2005).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja turunan minyak kelapa sawit?
2. Apa itu PFAD?
3. Apa produk yang bisa dihasilkan dari turunan minyak kelapa sawit PFAD ?

C. TUJUAN
1. Mengetahui turunan dari minyak kelapa sawit
2. Mengetahui apa itu PFAD
3. Mengetahui produk yang dapat dihasilkan dari turunan minyak kelapa sawit
BAB II

PEMBAHASAN

A. MINYAK KELAPA SAWIT

Saat ini Jerman merupakan importer terbesar ke empat untuk produk


CPO dari Indonesia dengan jumlah impor lebih dari 212 ribu ton pada tahun
2012. Sementara untuk produk minyak inti sawit, impor Jerman pada tahun 2012
mencapai 248,4 ribu ton dan menempatkan Negara ini sebagai importer ketiga
terbesar di Uni Eropa. Sector industry yang banyak memerlukan produk kelapa
sawit antara lain pada pembuatan minyak goreng, margarine, sabun, kosmetika,
industry baja, kawat, radio, kulit dan industry farmasi.

Kelapa sawit ( Elaeis guinensis JAQC ) adalah tanaman berkeping satu


yang termasuk dalam familia Palmae. Nama genus Elaeis berasal dari bahasa
yunani yaitu Elaeis atau minyak, sedangkan nama species Guinensis berasal dari
kata Guinea, yaitu tempat dimana seorang ahli bernama Jaqcuin menemukan
tanaman kelapa sawit pertama kali di pantai Guinea.

Bagian yang paling banyak diolah dari kelapa sawit adalah buahnya.
Karena buah merupakan bagian tanaman kelapa sawit yang bernilai tinggi
dibanding bagian lainnya. Bagian daging buah menghasilkan minyak kelapa
sawit mentah yang diolah menjadi bahan baku minyak goreng dan berbagai jenis
turunannya. Kelebihan minyak nabati dari sawit adalah harga yang murah,
rendah kolesterol, dan memiliki kandungan karoten yang tinggi. Minyak sawit
juga diolah menjadi bahan baku margarin.

Minyak sawit telah luas digunakan sebagai bahan baku produk pangan
dan non pangan. Untuk aplikasi menjadi beberapa produk minyak sawit harus
memiliki mutu yang baik dan disesuaikan dengan karakteristiknya. Produk
pangan lebih dititik beratkan pada titik leleh dan kandungan lemak padat
sedangkan produk non pangan pada komposisi asam lemak.

Minyak kelapa sawit diekstraksi dari mesocarp buah kelapa mengandung


sekitar 50% lemak dan 40% lemak tak jenuh. Kelapa sawit terdiri dari 16 karbon
asam lemak jenuh, asam palmitat, asam oleat tak jenuh tunggal dan 10% asam
linoleat, yang merupakan asam lemak omega-6 tak jenuh. Asam linoleat adalah
salah satu dari dua asam lemak esensial yang manusia memerlukannya (Yohana,
2018).

B. PALM FATTY ACID DISTILLATE (PFAD)

PFAD merupakan suatu produk samping yang dihasilkan dari proses


pemurnian minyak goreng yang banyak mengandung Asam Lemak Bebas
(ALB). Secara keseluruhan, proses pembuatan minyak sawit akan menghasilkan
73% olein, 21% stearin, 5-6% PFAD, dan 0,5-1% CPO parit (Chongkhong,
2007). Crude Palm Oil (CPO) dapat dijadikan produksi minyak sawit padat
(RBD Stearin/Refined Bleached Deodorized Palm Oil stearin) dan minyak sawit
cair (RBD olein). Pemanfaatan utama RBD olein adalah untuk membuat minyak
goreng, sedangkan RBD stearin digunakan untuk membuat margarin dan
shortening. RBD stearin juga digunakan sebagai bahan baku industri sabun dan
deterjen, sedangkan PFAD belum banyak pemanfaatannya (Prihandana dkk,
2006). Komposisi asam lemak dalam PFAD ditampilkan pada Tabel 1.

(Silitonga, Zahrina, Kimia, Teknik, & Riau, n.d.)

Adapun Sifat fisik dan kimia dari PFAD dapat dilihat pada tabel dibawah ini

(Yohana, 2018)
C. PROSES PENGOLAHAN PALM FATTY ACID DESTILATE (PFAD)

Minyak kelapa sawit diekstraksi dari tandan buah segar yang mengandung
sejumlah kecil komponen pengotor. Termasuk serabut buah, air, asam lemak bebas,
fospolipid, logam berat, produk oksidasi dan senyawa – senyawa yang berbau. Ada
dua metode yang digunakan pada proses pemurnian yaitu secara fisika dan kimia.
Pada dasarnya ini dilakukan untuk menghilangkan asam lemak bebas. Pemurnian
secara fisika merupakan proses yang melibatkan beberapa pengujian yang
sederhana, sehingga dalam proses ini menghasilkan penghilangan warna maupun
bau pada minyak.

Proses awal dilakukan dengan menghilangkan lemak pada minyak kelapa


sawit , proses awal ini digunakan untuk mencampurkan minyak kelapa sawit
dengan asam posfat pekat dan melakukan pembersihan secara adsorpsi dengan
menggunakan adsorben. Minyak kelapa sawit dicampur dengan asam posfat
(konsentrasinya 0,05 – 0,2 % dari minyak ), setelah itu dipanaskan pada suhu 90 –
1000 C lalu didinginkan selama 15 – 30 menit sebelum dialirkan ke dalam alat
untuk proses pemucatan, tanah bertindak sebagai adsorben . Tanah yang digunakan
pada proses ini dibutuhkan antara 0,8 sampai 80 % .

Proses pemucatan dilakukan dalam vacum pada tekanan 20 – 25 mmHg


dengan suhu dari 95 – 1100 C dengan waktu retensi dari 30 – 45 menit. Adsorben
yang digunakan pada proses ini , disaring terlebih dahulu untuk memisahkan
minyak.

Kemudian minyak hasil dari proses awal tersebut dilanjutkan pada tahap
penghilangan bau yang dilakukan dengan penghilangan asam lemak bebas, lalu
minyak hasil dari proses pemucatan dipanaskan pada suhu 240 – 2700 C dengan
menggunakan pengganti panas sebelum dipompakan pada alat penghilangan bau,
setelah itu diperhatikan suasana vakum pada tekanan antara 2 – 5 mmHg. Pada
kondisi ini asam lemak bebas yang ada dalam minyak hasil dari pemucatan ( BPO)
didestilasi bersama dengan senyawa – senyawa yang mudah menguap dan
menghasilkan hasil oksidasi seperti aldehid dan keton, dan hasilnya adalah Refined
Bleaching Deodorised Palm Oil ( RBDPO). Dimana hasil destilat dari RBDPO
tersebut adalah Palm Fatty Acid Destilate ( PFAD ) (Yohana, 2018).

D. PRODUK DARI PALM FATTY ACID DESTILATE (PFAD)


1) Sabun
a. Pembuatan sabun logam campuran (Al-Ca) sebagai thickener pelumas padat
(grease) dari palm fatty acid distillate (PFAD)

Prosedur Penelitian Pembuatan Sabun Logam Campuran Al-Ca

1. Menyiapkan alat dan bahan pembuat sabun logam

2. Memanaskan PFAD sebanyak 100 gr hingga suhu 70oC

3. Mengaduk secara kontinu dengan kecepatan 650 rpm selama 30 menit

4. Menambahkan larutan Logam Campuran Al – Ca 4N sedikit demi sedikit


sambil terus diaduk sesuai dengan variasi pembuatan sabun logam.

Pembuatan Pelumas Padat

1. Memasukan PFAD ke dalam reaktor kemudian memanaskan hingga 70oC

2. Menambahkan sabun logam sebagai bahan pengental sesuai dengan variasi


yang telah ditentukan.

3. Menambahkan zat aditif

4. Mengaduk dengan kecepatan pengadukan 650 rpm, temperatur 120 0C dan


waktu pengadukan selama 240 menit.

5. Memperoleh pelumas padat dan menganalisa pelumas padat

(Ii & Lestari, 2018)

b. Pembuatan Dietanolamida dari Asam Lemak Sawit Destilat untuk Sabun


Transparan
DEA (Dietanolamida)/Alkanolamida (Ethanol N-alkyl amides) adalah
termasuk surfaktan non ionik yang dapat diolah dengan metode amidasi
yaitu hasil reaksi antara alkanolamin dengan asam lemak minyak
nabati/metil ester. Amidasi adalah reaksi pembentukan senyawa amida
(Rahmi & Retno, 2011; Clason, 1968; Probowati, dkk., 2012). Menurut
Kirk dan Othmer (1968), ketika asam lemak rantai panjang seperti asam
laurat dan asam stearat dikombinasikan dengan alkanolamina dan
dipanaskan pada suhu 140-1600C, dengan atau tanpa katalis akan
menghasilkan reaksi amidasi. Surfaktan alkanolamida banyak
dikembangkan dalam industri pembuatan surfaktan karena ikatan amida
secara kimia sangat stabil pada media yang bersifat alkali (Maugard, et al.,
1998). DEA dapat digunakan untuk formula dalam produk pangan,
kosmetika dan obat-obatan (Ariningsih et al., 2016).
Pembuatan Sabun Transparan
Asam stearat sebanyak 72,88 gram dimasukkan ke dalam wadah stainless
steel dan selanjutnya dipanaskan pada suhu 60oC sambil diaduk sampai
cair. Kemudian ditambahkan 225 gram VCO, 4,1 gram asam sitrat dan 0,41
gram BHT lalu diaduk sampai larut. Selanjutnya ditambahkan 166 gram
NaOH konsentrasi 30 % dan 80 gram Propylene Glycol dan diaduk sampai
rata. Ditambahkan 82 gram etanol, 37 gram gliserin, dan 113 gram air
suling (aquadest). Untuk membuat transparansi dari sabun ditambahkan 228
gram gula. Untuk membuat busa dan meningkatkan efektifitas sifat
pembersihan ke dalam campuran, formula tersebut ditambahkan DEA
sebanyak 10 gram, diaduk sampai rata sambil ditambahkan pewangi dan
pewarna secukupnya. Kemudian dalam keadaan cair dimasukkan ke dalam
cetakan yang telah disediakan dan didinginkan selama 24 jam hingga sabun
menjadi keras. Pembuatan sabun transparan ini merupakan modifikasi dari
metoda Purnamasari (2006).
Tabel 3.
c. Sabun kalsium dari distilat asam lemak sawit (PFAD)
Reaksi saponifikasi dilakukan dengan menggunakan metode reaksi
yang dimodifikasi diikuti dengan pencucian dan pengeringan.

(Handojo et al., 2018)

2) Pembuatan emulsifier
Proses pembuatan emulsifier dapat dilakukan dengan cara hidrolisis parsial
minyak, esterifikasi gliserol dengan asam lemak, dan gliserolisis. Gliserolisis
merupakan proses transesterifikasi minyak atau trigliserida dengan gliserol
untuk menghasilkan monogliserida. Salah satu faktor penting pada reaksi
gliserolisis adalah kelarutan dan perpindahan massa antara trigliserida dan
gliserol untuk membentuk produk emulsifier.
Reaksi gliserolisis yang dilakukan
tanpa menggunakan katalis akan berjalan sangat lambat. Dengan adanya
bantuan katalis dapat dihasilkan produk dengan konversi yang tinggi dan waktu
yang relative singkat. Reaksi dapat berlangsung dengan menggunakan katalis
asam maupun katalis basa. Reaksi dengan katalis basa biasanya lebih cepat
(Kimmel, 2004). Katalis yang sering digunakan adalah sodium hidroksida
(NaOH). Selain menggunakan katalis logam alkali, dapat juga digunakan
katalis enzim untuk mempercepat reaksi gliserolisis. Enzim yang sering
digunakan adalah enzim lipase. Temperatur reaksi gliserolisis dengan katalis
enzim sekitar 30 oC. Kelemahan dari penggunaan enzim sebagai katalis adalah
harga enzim yang sangat mahal.
Reaksi gliserolisis yang menggunakan katalis logam alkali memiliki
kelemahan yakni temperatur reaksi yang dibutuhkan cukup tinggi, sebesar 220-
250oC. Temperatur yang tinggi dapat menyebabkan produk emulsifier yang
dihasilkan berwarna gelap dan terbentuk bau yang tidak sedap (Noureddini dkk,
2004). Untuk menghindari terbentuknya warna coklat dan bau tidak sedap
akibat suhu yang terlalu tinggi, reaksi gliserolisis bisa dilakukan pada suhu
yang lebih rendah. Adapun skema reaksi gliserolisis yaitu sebagai berikut.

(Melwita, Ayu, & Rahmi, 2015)

Penelitian ini meliputi pemanfaatan palm fatty acid distillate (PFAD) untuk
pembuatan emulsifier dengan reaksi gliserolisis. Variasi yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu variasi temperatur reaksi, waktu kontak, dan rasio etanol
terhadap minyak, untuk menghasilkan penurunan kadar asam lemak bebas
(FFA) yang maksimal dan efektif berdasarkan variasi penelitian.

Campuran PFAD dan etanol dipanaskan hingga mencapai temperatur reaksi


dengan variasi 60, 65, 70 dan 75oC. Gliserol dengan perbandingan mol 6 : 1
dengan mol PFAD dan katalis NaOH sebanyak 4% dari berat PFAD dipanaskan
di tempat terpisah hingga juga mencapai temperatur reaksi. Setelah suhu reaksi
tercapai maka gliserol dan katalis NaOH dimasukkan ke dalam campuran yang
terdapat pada labu leher tiga. Dilakukan pengadukan dengan kecepatan 400 rpm
dan dipertahankan pada temperatur reaksi. Pemanasan dan pengadukan
dihentikan setelah waktu reaksi tercapai, dengan variasi 1, 2, dan 3 jam. Minyak
hasil reaksi dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan dipanaskan untuk
menguapkan etanol yang terdapat dalam produk. Kemudian produk dipisahkan
dari etanol dengan menggunakan corong pisah. Terbentuk 2 lapisan di mana
bagian atas berupa emulsifier dan bagian bawah berupa katalis dan gliserol
berlebih (Melwita et al., 2015).

3) Produksi alternatif butter cocoa


Acidolysis

Diagram proses

(Mohd Hassim, Ismail, & Mat Dian, 2018)


4) Sintesis Polyester dari Palm Fatty Acid Distillate (PFAD)
Reaksi

(Manurung, Tanjung, & Ayuningrum, 2013)


5) Esterifikasi PFAD (palm fatty acid distillate) menjadi biodiesel
Biodiesel adalah bioenergi atau bahan bakar nabati yang bahan bakunya
berasal dari tumbuh-tumbuhan. Untuk memproduksi biodiesel yang kompetitif
diperlukan bahan baku yang harganya murah dan pemakaiannya tidak bersaing
dengan kebutuhan pokok manusia yang salah satunya adalah PFAD (Palm Fatty
Acid Distillate). Pembuatan biodiesel pada umumnya melalui proses
esterifikasi, transesterifikasi dan esterifikasi-transesterifikasi. Esterifikasi
adalah reaksi asam lemak bebas dengan alkohol membentuk ester dan air.
Esterifikasi biasanya dilakukan jika minyak yang diumpankan mengandung
asam lemak bebas tinggi (>5%). Umumnya, proses esterifikasi menggunakan
katalis asam. Asam-asam pekat seperti asam sulfat dan asam klorida adalah
jenis asam yang sekarang ini banyak digunakan sebagai katalis (Hambali,
2007). Beberapa metode esterifikasi untuk menghasilkan biodiesel telah banyak
digunakan.
(Silitonga et al., n.d.)
6) Transformasi distilat asam lemak sawit (PFAD) menjadi aromatik

(Tamiyakul, Anutamjarikun, & Jongpatiwut, 2016)


7) Pembuatan polyester
Reaksi polimerisasi merupakan reaksi penggabungan dari asam lemak tidak
jenuh membentuk senyawa kompleks yang disebut dimer dan trimer. Efisiensi
katalis polimerisasi tergantung pada kekuatan asam kompleks. Kompleks boron
trifluorida-dietil eterat merupakan katalis yang efektif, lebih meyakinkan untuk
ditangani dan menghasilkan warna polimer yang lebih cerah. Mekanisme reaksi
polimerisasi metil ester menjadi polimerik ester dengan katalis kompleks boron
trifluorida adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Reaksi polimerisasi metil ester

Gambar 2. Reaksi Poliesterifikasi Metil Ester dan Etilen Glikol


(Ahmad Rozi Tanjung, Ida Ayuningrum, & Renita Manurung, 2013)
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Palm Fatty Acid Distillate (PFAD) merupakan suatu produk samping
yang dihasilkan dari proses pemurnian minyak goreng yang banyak
mengandung Asam Lemak Bebas (ALB). Walaupun pemanfaatan dari PFAD ini
belum banyak namun dari beberapa penelitian yang sudah dilakukan oleh para
peneliti sudah didapat beberapa produk yg bisa dihasilkan dari PFAD ini
diantaranya yaitu, sabun, emulsifier, butter cocoa, polyester, biodiesel dan
aromatic.

B. SARAN
Diperlukan penelitian yang lebih lanjut mengenai pengembangan dari
produk turunan minyak kelapa sawit Palm Fatty Acid Distillate (PFAD).
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Rozi Tanjung, Ida Ayuningrum, & Renita Manurung. (2013). Pengaruh Waktu
Polimerisasi Pada Proses Pembuatan Poliester Dari Asam Lemak Sawit Distilat
(Alsd). Jurnal Teknik Kimia USU, 2(4), 25–30.
https://doi.org/10.32734/jtk.v2i4.1487

Ariningsih, S., Hawani, E., & Christian, N. (2016). Pembuatan Dietanolamida dari
Asam Lemak Sawit Destilat dan Minyak Kelapa untuk Sabun Transparan
Diethanolamide Production from Palm Fatty Acid Distillate and Coconut Oil and
Its. Journal of Agro-Based Industry Vol.33, 33, 82–89.

Handojo, L. A., Indarto, A., Shofinita, D., Meitha, A., Nabila, R., & Triharyogi, H.
(2018). Calcium soap from palm fatty acid distillate (PFAD) for ruminant feed:
Quality of calcium source. MATEC Web of Conferences, 156, 10–13.
https://doi.org/10.1051/matecconf/201815602007

Ii, V., & Lestari, P. P. (2018). OPTIMASI RASIO LOGAM Na-Ca PADA SABUN
LOGAM CAMPURAN DARI PFAD SEBAGAI THICKENER PELUMAS PADAT (
GREASE ). II(point 0), 31–35.

Manurung, R., Tanjung, A. R., & Ayuningrum, I. (2013). Effect of Concentration of


Catalyst (BF3-Diethyl Etherate) on Synthesis of Polyester From Palm Fatty Acid
Distillate (PFAD). International Journal of Science and Engineering, 5(2), 36–40.
https://doi.org/10.12777/ijse.5.2.36-40

Melwita, E., Ayu, M., & Rahmi, P. (2015). Reaksi gliserolisis palm fatty acid distillate (
PFAD ) menggunakan co-solvent etanol untuk pembuatan emulsifier. Jurnal
Teknik Kimia, 21(2), 15–23.

Mohd Hassim, N. A., Ismail, N. H., & Mat Dian, N. L. H. (2018). Enzymatic
interesterification of palm fractions for the production of cocoa butter alternatives.
Journal of Oil Palm Research, 30(December), 537–547.
https://doi.org/10.21894/jopr.2018.0038

Silitonga, J., Zahrina, I., Kimia, J. T., Teknik, F., & Riau, U. (n.d.). Esterifikasi Pfad (
Palm Fatty Acid Distillate ) Menjadi Biodiesel Menggunakan Katalis H-Zeolit
Dengan. Esterifikasi Pfad (Palm Fatty Acid Distillate) Menjadi Biodiesel
Menggunakan Katalis H-Zeolit Dengan Variabel Suhu Reaksi Dan Kecepatan
Pengadukan, (1).

Tamiyakul, S., Anutamjarikun, S., & Jongpatiwut, S. (2016). The effect of Ga and Zn
over HZSM-5 on the transformation of palm fatty acid distillate (PFAD) to
aromatics. Catalysis Communications, 74, 49–54.
https://doi.org/10.1016/j.catcom.2015.11.002

Yohana, L. (2018). Identifikasi Produk PFAD ( Palm Fatty Acid Distillate ) dan SPFAD
( Split Palm Fatty Acid Distillate ) dengan Menggunakan Parameter Dos ( Degree
Of Spillitting ).

Anda mungkin juga menyukai