YOLA AGNECILYA
1803113630
KIMIA C
DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH : PROF. DR. ADEL ZAMRI, MS. DEA
JURUSAN KIMIA
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja turunan minyak kelapa sawit?
2. Apa itu PFAD?
3. Apa produk yang bisa dihasilkan dari turunan minyak kelapa sawit PFAD ?
C. TUJUAN
1. Mengetahui turunan dari minyak kelapa sawit
2. Mengetahui apa itu PFAD
3. Mengetahui produk yang dapat dihasilkan dari turunan minyak kelapa sawit
BAB II
PEMBAHASAN
Bagian yang paling banyak diolah dari kelapa sawit adalah buahnya.
Karena buah merupakan bagian tanaman kelapa sawit yang bernilai tinggi
dibanding bagian lainnya. Bagian daging buah menghasilkan minyak kelapa
sawit mentah yang diolah menjadi bahan baku minyak goreng dan berbagai jenis
turunannya. Kelebihan minyak nabati dari sawit adalah harga yang murah,
rendah kolesterol, dan memiliki kandungan karoten yang tinggi. Minyak sawit
juga diolah menjadi bahan baku margarin.
Minyak sawit telah luas digunakan sebagai bahan baku produk pangan
dan non pangan. Untuk aplikasi menjadi beberapa produk minyak sawit harus
memiliki mutu yang baik dan disesuaikan dengan karakteristiknya. Produk
pangan lebih dititik beratkan pada titik leleh dan kandungan lemak padat
sedangkan produk non pangan pada komposisi asam lemak.
Adapun Sifat fisik dan kimia dari PFAD dapat dilihat pada tabel dibawah ini
(Yohana, 2018)
C. PROSES PENGOLAHAN PALM FATTY ACID DESTILATE (PFAD)
Minyak kelapa sawit diekstraksi dari tandan buah segar yang mengandung
sejumlah kecil komponen pengotor. Termasuk serabut buah, air, asam lemak bebas,
fospolipid, logam berat, produk oksidasi dan senyawa – senyawa yang berbau. Ada
dua metode yang digunakan pada proses pemurnian yaitu secara fisika dan kimia.
Pada dasarnya ini dilakukan untuk menghilangkan asam lemak bebas. Pemurnian
secara fisika merupakan proses yang melibatkan beberapa pengujian yang
sederhana, sehingga dalam proses ini menghasilkan penghilangan warna maupun
bau pada minyak.
Kemudian minyak hasil dari proses awal tersebut dilanjutkan pada tahap
penghilangan bau yang dilakukan dengan penghilangan asam lemak bebas, lalu
minyak hasil dari proses pemucatan dipanaskan pada suhu 240 – 2700 C dengan
menggunakan pengganti panas sebelum dipompakan pada alat penghilangan bau,
setelah itu diperhatikan suasana vakum pada tekanan antara 2 – 5 mmHg. Pada
kondisi ini asam lemak bebas yang ada dalam minyak hasil dari pemucatan ( BPO)
didestilasi bersama dengan senyawa – senyawa yang mudah menguap dan
menghasilkan hasil oksidasi seperti aldehid dan keton, dan hasilnya adalah Refined
Bleaching Deodorised Palm Oil ( RBDPO). Dimana hasil destilat dari RBDPO
tersebut adalah Palm Fatty Acid Destilate ( PFAD ) (Yohana, 2018).
2) Pembuatan emulsifier
Proses pembuatan emulsifier dapat dilakukan dengan cara hidrolisis parsial
minyak, esterifikasi gliserol dengan asam lemak, dan gliserolisis. Gliserolisis
merupakan proses transesterifikasi minyak atau trigliserida dengan gliserol
untuk menghasilkan monogliserida. Salah satu faktor penting pada reaksi
gliserolisis adalah kelarutan dan perpindahan massa antara trigliserida dan
gliserol untuk membentuk produk emulsifier.
Reaksi gliserolisis yang dilakukan
tanpa menggunakan katalis akan berjalan sangat lambat. Dengan adanya
bantuan katalis dapat dihasilkan produk dengan konversi yang tinggi dan waktu
yang relative singkat. Reaksi dapat berlangsung dengan menggunakan katalis
asam maupun katalis basa. Reaksi dengan katalis basa biasanya lebih cepat
(Kimmel, 2004). Katalis yang sering digunakan adalah sodium hidroksida
(NaOH). Selain menggunakan katalis logam alkali, dapat juga digunakan
katalis enzim untuk mempercepat reaksi gliserolisis. Enzim yang sering
digunakan adalah enzim lipase. Temperatur reaksi gliserolisis dengan katalis
enzim sekitar 30 oC. Kelemahan dari penggunaan enzim sebagai katalis adalah
harga enzim yang sangat mahal.
Reaksi gliserolisis yang menggunakan katalis logam alkali memiliki
kelemahan yakni temperatur reaksi yang dibutuhkan cukup tinggi, sebesar 220-
250oC. Temperatur yang tinggi dapat menyebabkan produk emulsifier yang
dihasilkan berwarna gelap dan terbentuk bau yang tidak sedap (Noureddini dkk,
2004). Untuk menghindari terbentuknya warna coklat dan bau tidak sedap
akibat suhu yang terlalu tinggi, reaksi gliserolisis bisa dilakukan pada suhu
yang lebih rendah. Adapun skema reaksi gliserolisis yaitu sebagai berikut.
Penelitian ini meliputi pemanfaatan palm fatty acid distillate (PFAD) untuk
pembuatan emulsifier dengan reaksi gliserolisis. Variasi yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu variasi temperatur reaksi, waktu kontak, dan rasio etanol
terhadap minyak, untuk menghasilkan penurunan kadar asam lemak bebas
(FFA) yang maksimal dan efektif berdasarkan variasi penelitian.
Diagram proses
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Palm Fatty Acid Distillate (PFAD) merupakan suatu produk samping
yang dihasilkan dari proses pemurnian minyak goreng yang banyak
mengandung Asam Lemak Bebas (ALB). Walaupun pemanfaatan dari PFAD ini
belum banyak namun dari beberapa penelitian yang sudah dilakukan oleh para
peneliti sudah didapat beberapa produk yg bisa dihasilkan dari PFAD ini
diantaranya yaitu, sabun, emulsifier, butter cocoa, polyester, biodiesel dan
aromatic.
B. SARAN
Diperlukan penelitian yang lebih lanjut mengenai pengembangan dari
produk turunan minyak kelapa sawit Palm Fatty Acid Distillate (PFAD).
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Rozi Tanjung, Ida Ayuningrum, & Renita Manurung. (2013). Pengaruh Waktu
Polimerisasi Pada Proses Pembuatan Poliester Dari Asam Lemak Sawit Distilat
(Alsd). Jurnal Teknik Kimia USU, 2(4), 25–30.
https://doi.org/10.32734/jtk.v2i4.1487
Ariningsih, S., Hawani, E., & Christian, N. (2016). Pembuatan Dietanolamida dari
Asam Lemak Sawit Destilat dan Minyak Kelapa untuk Sabun Transparan
Diethanolamide Production from Palm Fatty Acid Distillate and Coconut Oil and
Its. Journal of Agro-Based Industry Vol.33, 33, 82–89.
Handojo, L. A., Indarto, A., Shofinita, D., Meitha, A., Nabila, R., & Triharyogi, H.
(2018). Calcium soap from palm fatty acid distillate (PFAD) for ruminant feed:
Quality of calcium source. MATEC Web of Conferences, 156, 10–13.
https://doi.org/10.1051/matecconf/201815602007
Ii, V., & Lestari, P. P. (2018). OPTIMASI RASIO LOGAM Na-Ca PADA SABUN
LOGAM CAMPURAN DARI PFAD SEBAGAI THICKENER PELUMAS PADAT (
GREASE ). II(point 0), 31–35.
Melwita, E., Ayu, M., & Rahmi, P. (2015). Reaksi gliserolisis palm fatty acid distillate (
PFAD ) menggunakan co-solvent etanol untuk pembuatan emulsifier. Jurnal
Teknik Kimia, 21(2), 15–23.
Mohd Hassim, N. A., Ismail, N. H., & Mat Dian, N. L. H. (2018). Enzymatic
interesterification of palm fractions for the production of cocoa butter alternatives.
Journal of Oil Palm Research, 30(December), 537–547.
https://doi.org/10.21894/jopr.2018.0038
Silitonga, J., Zahrina, I., Kimia, J. T., Teknik, F., & Riau, U. (n.d.). Esterifikasi Pfad (
Palm Fatty Acid Distillate ) Menjadi Biodiesel Menggunakan Katalis H-Zeolit
Dengan. Esterifikasi Pfad (Palm Fatty Acid Distillate) Menjadi Biodiesel
Menggunakan Katalis H-Zeolit Dengan Variabel Suhu Reaksi Dan Kecepatan
Pengadukan, (1).
Tamiyakul, S., Anutamjarikun, S., & Jongpatiwut, S. (2016). The effect of Ga and Zn
over HZSM-5 on the transformation of palm fatty acid distillate (PFAD) to
aromatics. Catalysis Communications, 74, 49–54.
https://doi.org/10.1016/j.catcom.2015.11.002
Yohana, L. (2018). Identifikasi Produk PFAD ( Palm Fatty Acid Distillate ) dan SPFAD
( Split Palm Fatty Acid Distillate ) dengan Menggunakan Parameter Dos ( Degree
Of Spillitting ).