Anda di halaman 1dari 25

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kelapa Sawit


Kelapa sawit (Elaeis guinneesis Jacq.) merupakan tumbuhan tropis
yang tergolong dalam family palmae dan berasal dari Afrika Barat. Kelapa
sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah kolonial
Belanda pada tahun 1848. Ketika itu ada empat batang bibit kelapa sawit yang
dibawa dari Maiuritius dan Amsterdam dan ditanam di Kebun Raya Bogor.
Perintis usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Adrien hallet dan
budidaya yang dilakukan diikuti oleh K.schadt yang menandai lahirnya
perkebunan di Indonesia, Sejak saat itu perkebunan di Indonesia mulai
berkembang (Fauzi, 2012).

Dalam dunia botani semua tumbuhan diklarifikasikan untuk


memudahkan dalam identifikasi secara ilmiah. Metoda pemberian nama
ilmiah (Latin) ini dikembangkan oleh Carolus Linnaeus.

Tabel 2.1. Klarifikasi Tanaman Kelapa Sawit


Klarifikasi Nama Latin

Divisi Embryophyta Siphonagama

Kelas Angiospermae

Ordo Monocotyledonae

Famili Arecaceae

Genus Elaeis

Spesies 1. E. Guineensis Jacq.


2. E. Oleifera (H.B.K) Cortes
3. E. Odora
Sumber: Pahan, (2012)

4
5

2.2. Komponen Minyak Kelapa Sawit


Tanaman kelapa sawit menghasilkan dua jenis minyak dari bagian buah
yang berbeda. CPO (crude palm oil) merupakan jenis minyak sawit yang
dihasilkan dari bagian serabut buah (mesokarp). Sementara itu, dari bagian
inti buah dapat juga diperoleh PKO (palm kernel oil). Kedua jenis minyak ini
sangat bermanfaat untuk berbagai keperluan (Ketaren, 1996).
Minyak kelapa sawit merupakan minyak nabati yang tidak larut dalam
air, sedangkan komponen penyusunnya yang utama adalah trigliserida dan
nontrigliserida (Nurhaida, 2004).

2.2.1 Komponen Trigliserida

Trigliserida merupakan reaksi gliserol dan tiga asam lemak yang


menghasilkan trigliserida dan air. Sedangkan asam lemak merupakan
senyawa yang termasuk ke dalam karboksilat yang mempunyai gugus
karboksil dan rantai panjang yang terdiri atas atom-atom karbon
(Estiasih, 2009).
Tabel 2.2. Komposisi Trigliserida Dalam Minyak Kelapa Sawit.

No Trigliserida Kadar (%)


1 Tripalmitin 3-5
2 Dipalmito Stearin 1-3
3 Oleo miristopalmitin 0-5
4 Oleo dipalmitin 21-43
5 Oleo Palmitostearin 10-11
6 Palmito diolein 32-48
7 Stearao diolein 0-6
8 Linoleo diolein 3-12
Sumber: Ketaren, (1986)

Komponen utama CPO adalah trigliserida dengan kandungan


sampai 93%. Kandungan gliserida yang lain dalam CPO adalah
digliserida 4,5% dan monogliserida 0,9%. Selain itu, CPO juga
mengandung pengotor seperti: asam lemak bebas, dan gum dimana di
dalamnya terdapat phospolipid dan glikolipid. Komponen asam lemak
6

bebas utama penyusun CPO adalah palmitat (40 45%) dan oleat (39
45%) (Hutapea, 2014)

Dua jenis asam lemak yang paling dominan dalam minyak kelapa
sawit yaitu asam palmitat C16:0 (jenuh) dan asam oleat C18:0 (tidak
jenuh). Umumnya, komposisi asam lemak minyak kelapa sawit sebagai
berikut:

Tabel 2.3 Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit


No Asam Lemak Kadar (%)
1 Asam Laurat 0,2 %
2 Asam Myristat 1,1 %
3 Asam Palmitat 44,0 %
4 Asam Stearat 4,5 %
5 Asam Oleat 39,2 %
6 Asam linoleat 10,1 %
7 Asam linolenat 0,9 %
Sumber: Pahan, (2012)

Warna minyak ditentukan oleh adanya pigmen yang dikandung.


Minyak sawit berwarna kuning karena kandungan beta karotene yang
merupakan bahan vitamin A. (Pahan, 2012).

2.2.2 Komponen Non Trigliserida

Komponen trigliserida ini merupakan komponen yang


menyebabkan rasa, aroma dan warna kurang baik. Kandungan minyak
sawit yang terdapat dalam jumlah sedikit ini sering memiliki peranan
yang penting dalam menentukan mutu minyak.
7

Tabel 2.4 Kandungan Minor Minyak Sawit

No Komponen Ppm
1 Karoten 500-700
2 Tokoferol 400-600
3 Sterol 300
4 Phosolida 500
5 Besi (Fe) 10
6 Air 0,07-0,18
7 Tembaga (Cu) 0,5
8 Kotoran- Kotoran 0,01
Sumber: ketaren 1986

1. Karoten
Senyawa ini menimbulkan warna oranye tua pada CPO.
Karoten larut dalam asam lemak, minyak, lemak, dan pelarut minyak
serta pelarut lemak tetapi tidak larut dalam air. Senyawa ini dapat
dihilangkan dengan proses adsorpsi dengan tanah pemucat. Fraksi
karoten yang palng berpengaruh dalm crude palm oil adalah -
caroten, pigmen ini juga tidak stabil dalam pemanasan.
2. Tokoferol
Tokoferol merupakan antioksida di dalam minyak sawit
(CPO). Tokoferol ini dapat dibedakan atas ,, tokoferol.
3. Senyawa sterol
Sterol merupakan karakteristik dari semua minyak. Senyawa ini
merupakan senyawa unsaponifiabel. Pengambilan senyawa ini
banyak dilakukan karena senyawa ini penting untuk pembentukan
vitamin D dan untuk membuat obat-obat lain. Senyawa sterol yang
berasal dari tumbu-tumbuhan telah dapat diidentifikasikan
karateristiknya adalah -stigmasterol dan - sitosterol.
8

4. Senyawa phospatida

Senyawa ini dapat dianggap sebagai senyawa trigliserida yang


salah satu asam lemaknya digantikan oleh asam phosphoric.
Senyawa phospatida yang terpenting dalam CPO adalah lesitin.
Senyawa ini larut dalam alkohol.

Kontaminan besi (Fe) dan tembaga (Cu) merupakan


katalisator yang baik dalam proses oksidasi, walaupun dalam jumlah
yang sedikit sedangkan kotoran-kotoran merupakan sumber
makanan bagi pertumbuhan jamur lipolitik yang mengakibatkan
terjadinya hidrolisa. Air merupakan bahan perangsang tumbuhnya
mikroorganisme lipolitik karena itu, di dalam perdagangan kadar air
ini juga menentukan kualitas minyak. Jika kandungan air dalam
minyak tinggi, maka dapat menaikkan asam lemak bebas selang
waktu tertentu. Akan tetapi minyak terlalu kering pun mudah
teroksidasi, sehingga nilai optimum kadar air dan bahan manguap
juga harus diuji. (Tambun, 2018)

5. Enzim
Enzim atau disebut juga fermen merupakan suatu golongan
biologis yang sangat penting dalam protein . fungsi enzim umunya
dapat merombak suatu zat dalm bentuk yang lebih kecil untuk
kemudian diuraikan menjadi zat-zat dalm bentuk yang lebih kecil
unutk kemudian diuraikan menjadi zat-zat yang siap diserap.
Jika suatu enzim mengalami denaturasi (perusakan) maka
struktur kimianya sebagai protein akan mengalami perombakan.
Daya katalitiknya hilang tetapi susunan rangkaian asam aminonya
masih terdapat lengkap. Enzim pada kelapa sawit sangat
berpengaruh pada pembentukan asam lemak dan gliserol adalah
enzim lipase.
Dalam buah kelapa sawit selain enzim lipase terdapat juga
enzim oksidase yaitu enzim peroksidase. Enzim lipase bertindak
9

sebagai biokatalisator yang menghidrolisa trigliserida menjadi asam


lemak bebas dan gliserol. Enzim peroksidase berperan dalam
pembentukan peroksida yang kemudian dioksidasi lagi pecah menjadi
gugus aldehid dan keton senyawa keton dioksidasi lagi menjadi asam.
(Tambun, 2018)

2.3. Proses Pengolahan Kelapa Sawit


Pengolahan kelapa sawit merupakan proses untuk memperoleh minyak
dan kernel dari buah kelapa sawit melalui proses perebusan, pemipilan,
pelumatan, pengempaan, pemisahan, pengeringan, dan penimbunan.
Pengolahan kelapa sawit yang dilakukan secara mekanis dan fisika dapat
berperan dengan baik jika tersedia bahan baku yang sesuai dan kinerja pabrik
yang baik. Prosedur pengolahan kelapa sawit adalah uraian tentang proses
dan mekanisme pengolahan pada setiap unit alat pengolahan sejak buah
diterima di pabrik, sampai dihasilkan minyak sawit (CPO) dan kernel yang
memenuhi mutu dengan efisiensi teknis dan ekonomis (Pardamean, 2008).
Adapun proses pengolahan minyak kelapa sawit dapat dilakukan
dengan beberapa tahap yakni:
a. Sortasi bertujuan untuk memastikan tandan buah segar (TBS) yang
diterima sesuai dengan konfirmasi beli.
b. Loading ramp berperan untuk memuat buah ke dalam lori dan juga sebagai
wadah penimbunan sementara serta tempat dilakukan sortasi.
c. Lori merupakan tempat buah sawit yang akan direbus yang dapat
menampung buah sampai 10 ton.
d. Sterilizer merupakan tempat untuk merebus buah sawit agar buah cepat
membrondol.

Tujuan dilakukannya perebusan tandan buah segar pada pabrik


pengolahan kelapa sawit yaitu:
10

1. Menghentikan aktivitas enzim


Buah yang dipanen mengandung enzim lipase dan oksidase
yang tetap bekerja dalam buah sebelum sebelum enzim itu
dihentikan dengan pelaksanaan tertentu. Enzim lipase bertindak
sebagai katalisator dalam pembentukan trigliserida dan kemudian
memecahkannya kembali menjadi asam lemak bebas (ALB).
2. Menurunkan kadar air
Sterilisasi buah dapat menurunkan kadar air buah dan inti,
yaitu dengan cara penguapan baik pada saat penguapan maupun saat
sebelum pemipilan. Penurunan kandungan air buah menyebabkan
penyusutan buah sehingga terbentuk rongga kosong pada perikarp
yang mempermudah proses pengempaan.
3. Melepaskan serat dari biji
Perebusan buah yang tidak sempurna dapat menimbulkan
kesulitan pelepasan serat dari biji dalam polishing drum, yang
menyebabkan pemecahan biji lebih sulit dalam alat pemecahan biji.
Penetrasi uap yang cukup baik akan membantu proses pemisahan
serat perikap dari biji yang dipercepat oleh proses hidrolisis. Apabila
serat tidak lepas, maka lignin yang terdapat diantara serat akan
menahan minyak.
4. Membantu proses pelepasan inti dari cangkang
Perebusan yang sempurna akan menurunkan kadar air biji
hingga 15%. Kadar air biji susut sedangkan tempurung biji tetap,
maka terjadi inti yang lekang dari cangkang.
e. Tippler berperan untuk menuangkan buah yang telah direbus di lori yakni
berupa bak berbentuk cone yang berputar.

f. Thresher berperan untuk memisahkan buah dari tandan yang direbus.


Keberhasilan perebusan jika tidak didukung pemipilan yang baik akan
kehilangan minyak yang tinggi. Begitu juga bahwa keberhasilan pemipilan
tergantung pada proses perebusan.
11

g. Digester berperan untuk melumat atau merajang buah yang telah direbus
sehingga mempermudah pada proses pengepresan atau pengambilan
minyak.

h. Screw press berperan untuk mengepres atau mengambil minyak yang


terdapat dalam daging buah kelapa sawit.

i. Sand trap tank berfungsi untuk mengurangi jumlah pasir dalam minyak
dimana minyak bagian atas mengalir ke recleamed tank dan minyak yang
berada di bagian bawah dialirkan ke vibrating screen. Tangki ini
berfungsi untuk mengurangi jumlah pasir dalam minyak yang akan
dialirkan keayakan dengan maksud agar ayakan terhindar dari gerakan
pasir kasar yang dapat menyebabkan keausan ayakan. Alat ini bekerja
berdasarkan grafitasi yaitu mengendapan padatan.

j. Recleamed tank berfungsi untuk menampung minyak dari sand trap tank,
hasil olahan decanter, dan separator. Tangki ini berfungsi sebagai
penampung minyak dari sand trap tank, hasil olahan decanter dan
separator. Di dalam tangki minyak mengalami sistem over flow, dimana
minyak bersih (bagian atas) yang akan dipompakan ke oil tank.

k. Vibrating screen ini bertujuan untuk memisahkan non oil solid yang
berukuran besar, sehingga pada proses selanjutnya didapatkan minyak
yang memenuhi standar. Ayakan getar ini bekerja dengan getar atas
bawah, muka belakang dan kiri kanan, yang terdiri dari dua tingkat
ayakan. Fraksi yang dipisahkan adalah pasir dan tanah yang berasal dari
panenan yang terikat bersama buah dan serat atau ampas yang terikut
dalam minyak dipisahkan dengan maksud agar kadar kotoran minyak
sesuai dengan standar kualitas.

l. Crude oil tank berfungsi untuk mengendapkan partikel-partikel yang tidak


larut dan lolos dari vibrating screen. Tangki ini berfungsi untuk
mengendapkan partikel-partikel yang tidak larut dan lolos dari ayakan
getar. Retention time minyak pada alat ini relatif singkat sehingga lebih
12

berfungsi untuk mengendapkan pasir atau lumpur yang partikel besar,


sedangkan untuk memisahkan partikel halus kurang berhasil. Fungsi
utamanya oil tank ialah menampung minyak dari ayakan getar sebelum
dipompakan ke oil settling tank, ditempatkan tepat di bawah ayakan
getar, sehingga minyak dari ayakan getar langsung ditampung.
Pemisahan minyak lebih sempurna jika panas minyak dipertahankan
80C.
m. Continuous settling tank merupakan bak untuk memisahkan lumpur
berdasarkan prinsip gaya grafitasi.
n. Sand cyclone berperan untuk mengurangi jumlah pasir dan padatan kasar
berdasarkan prinsip grafitasi dan sentrifugasi. Alat ini berperan untuk
mengurangi jumlah pasir dan padatan kasar. Alat ini terbuat dari logam
atau porselin yang dapat memisahkan lumpur/pasir secara grafitasi
dengan bantuan pompa. Untuk mengakifkan pemisahan ini, maka sering
ditambahkan alat di bawah alat yang berfungsi untuk menstabilkan aliran
dan tekanan pada ujung cone alat, sehingga pasir akan turun dan keluar
melalui shipon.
o. Decanter berfungsi untuk memisahkan minyak yang terkandung dalam
sludge.
p. Sludge drain tank berfungsi untuk membuang pasir-pasir halus yang
terdapat dalam sludge.
q. Oil tank berperan untuk memisahkan minyak dengan air dan kotoran
ringan dengan cara pengendapan.

r. Vacuum dryer berperan untuk mengurangi kadar air pada minyak yang
terdiri dari tabung yang berdiri tegak yang dihubungkan dengan steam
injector atau vacuum pump untuk menurunkan tekanan dalam minyak.

s. Storage tank berperan sebagai tempat penyimpaan CPO sebelum dikirim


ke refinery. Pada PT. MNA ada dua storage tank yang masing-masing
kapasitasnya 500 ton. Pada storage tank temperatur di pertahankan 40-
50oC supaya menjaga kondisi CPO. (PKS MNA 2015)
13

2.4. Bahan Pengotor Pada Minyak

2.4.1 Sludge

Sludge adalah benda padat yang tenggelam di dasar bak


pengendapan dalam sarana pengelolaan limbah dan harus dibuang atau
dikelola untuk mengurangi pencemaran lingkungan. (Siregar, 2007).
Sludge merupakan fase campuran yang masih mengandung minyak dan
air. Dimana sludge ini berasal dari hasil pengempaan brondolan kelapa
sawit. Minyak kasar yang diperoleh dari hasil pengempaan perlu
dibersihkan dari kotoran baik berupa padatan, solid dan air. Tujuan dari
pemisahan/pemurnian minyak kasar yaitu agar diperoleh minyak
dengan kualitas sebaik mungkin dan dapat dipasarkan dengan harga
yang layak (Pahan, 2012).

2.5 Metode Pemurnian Minyak Sawit

1. Pemisahan minyak dengan metode pengendapan


Jika minyak kasar yang ditampung di dalam tangki dibiarkan, isi
tangki akan mengendap dan terbentuk beberapa lapisan sesuai dengan
berat jenis dari fase yang terkandung dalam minyak kasar tersebut. Lapisan
pertama merupakan lapisan minyak yang masih mengandung butir-butir
air dan zat pengotor lainnya dengan kadar 99,0% minyak; 0,75% air; dan
0,25% zat padat. (Pahan, 2012)
Minyak dengan kandungan tersebut belum memenuhi standar
kualitas jual sehingga harus diproses lebih lanjut untuk menurunkan kadar
air dan kadar zat padatnya. Lapisan kedua merupakan lapisan air yang
mengandung minyak dalam bentuk terhomogenisir. Kalau pun ada
berbentuk emulsi, minyak ini dengan air merupakan emulsi yang hidup.
Sementara, lapisan ketiga merupakan fase yang mengandung zat organik
padat serta emulsi minyak air yang tidak terpecahkan dan menjadi
stabilisator dari emulsi tidak hidup. (Pahan, 2012)
14

2. Pemisahan minyak dengan metode pemusingan

Seperti kita ketahui, pemisahan minyak dapat dilakukan dengan


pengendanpan. Proses lanjutan (penjernihan) sebenarnya masih dapat
dilakukan dengan pemanasan dan pengendapan. Namun hal ini akan
memakan waktu yang lama dan berisiko meningkatkan bilangan peroksida
dalam minyak akibat pemanasan yang berlebihan dalam tangki
(meningkatkan oksidasi). Hal tersebut tidak diinginkan karena akan
menunrunkan harga jual minyak sawit. Oleh karena alasan tersebut, proses
penjernihan lebih disukai dengan metode pemusingan karena waktu
pemisahannya lebih cepat dan tingkat oksidasi yang terjadi jauh lebih
kecil. (Pahan, 2012)
Metode pemisahan dengan pemusingan dengan mesin putaran tinggi
digunakan untuk memisahkan cairan-cairan yang tidak saling bersenyawa
(tidak saling melarutkan), mempunyai berat jenis berbeda. Fase yang lebih
berat akan mendapat gaya sentrifugal yang lebih besar sehingga akan
terlempar lebih jauh ke bagian luar dari sumbu putar. Dengan demikian,
pemusingan dapat dilakukan dalam berbagai proses untuk pemisahan
cairan-cairan atau antara padatan dan cairan yang terkandung di dalamnya.
Aplikasi dari prinsip pemisahan dengan metode pemusingan digunakan di
PKS untuk melakukan tugas-tugas sebagai berikut. (Pahan, 2012)
1) Menjernihkan minyak yang dihasilkan oleh proses pengendapan di
clarifier tank sebelum proses (dikeringkan) di vacuum dryer. Jenis
pemusingan yang digunakan untuk aplikasi ini yaitu oil purifier yang
memisahkan air dan kotoran-kotoran ringan yang terkandung dalam
minyak.
2) Mengutip kembali minyak yang masih terikut dengan lumpur (sludge)
yang berasal dari clarifier tank. Jenis pemusingan yang digunakan
untuk aplikasi ini yaitu decanter, separator atau kombinasi keduanya.
. (Pahan, 2012)
15

3. Pemisahan dengan cara biologis

Pemisahan yang dimaksud disini yaitu pengutipan minyak yang


dilakukan di fat fit. Minyak yang diperoleh di fat fit ini sebagian terjadi
karena peristiwa pengendapan dan sebagian lagi karena proses biologi,
yaitu terjadinya pemecahan molekul-molekul minyak akibat sebagai
akibat fermentasi. Minyak yang diperoleh dari fat fit selanjutnya
dikembalikan ke crude oil tank (COT), sedangkan lumpur dan air dialirkan
ke kolam limbah. (Pahan, 2012).

2.6. Decanter

Decanter adalah suatu peralatan industri kimia yang berfungsi untuk


memisahakan suatu larutan cair-cair berdasarkan densitas atau massanya.
Kegunaan decanter adalah untuk memisahkan serat-serat halus (non-oil solid)
yang terkandung dalam minyak kasar (crude oil) dari crude oil tank (COT).
Serat halus ini berasal dari serat atau ampas yang terputus-putus pada waktu
pengepresan. Dengan berkurangnya serat halus ini, cairan minyak tidak akan
terlalu kental, sehingga proses pemisahan di dalam CST akan lebih
sempurna.(Naibaho, 1998)
Pada pengaplikasiannya penggunaan decanter pada kelapa sawit ada dua
yaitu:
a. Two-phase Decanter

Alat ini bekerja dengan menghasilkan dua jenis phase yaitu


memisahkan minyak dari fraksi air dan fraksi sludge. Penempatan alat ini
biasanya dapat diletakan sebelum CST, dimana digunakan untuk
memisahkan minyak dan sludge serta mengurangi beban padatan pada
sludge. Hal itu bertujuan untuk mengurangi kinerja sludge saparator
dalam pengutipan minyak di sludge.

Two phase decanter bekerja dengan cara memisahkan fraksi


minyak dengan fraksi air dan fraksi padat dengan cairan. Cairan minyak
yang masuk dari CST ke dalam decanter dipisahkan menjadi dua fraksi
16

yaitu fraksi padat dan cair. Fraksi padat yang berbentuk lumpur padat
diangkut dengan gerbong trailer ke kebun, sedangkan fraksi cair
dipompakan kedalam CST untuk diolah lebih lanjut. Tujuan pengolahan
ini merupakan cara pengurangan bahan padatan dalam cairan dengan
maksud agar pemisahan minyak dalam CST lebih baik dan beban sludge
separator akan lebih ringan. Oleh sebab itu penempatan decanter
sebelum CST dapat berfungsi untuk menggantikan kedudukan strainer
dan sand cyclone. (Naibaho, 1998). Decanter dapat ditempatkan sebagai
pengganti oil purifier dengan cara minyak yang berasal dari CST diolah
menjadi dua fraksi yaitu fraksi minyak dan fraksi cairan yang masih
mengandung sludge. Karena prinsip kerja alat ini menggantikan oil
purifier maka mekanisme pemisahan berpegang kepada kemurnian
minyak, akibatnya sludge yang keluar masih mengandung minyak
sehingga perlu diolah lagi dengan menggunakan sludge
separator atau decanter, sedangkan fraksi minyak bersih langsung diolah
ke vaccum dryer. (Naibaho, 1998)

Gambar 2.1 Decanter Two Phase


Sumber: Tanjung (2011)

b. Three-phase Decanter

Alat ini bekerja dengan prinsip yang sama dengan two-phase


decanter, tapi ada perbedaan dari fase fraksinya. Pada alat ini dihasilkan
17

tiga fraksi, yaitu: yaitu fraksi minyak, fraksi cair, dan fraksi padat. Three
phase decanter dapat ditempatkan sebagai pengganti oil purifier dan akan
menghasilkan fraksi minyak, fraksi air, dan padatan. Fraksi air yang masih
mengandung minyak dilanjutkan dengan pengolahannya pada sludge
separator untuk memisahkan sludge dan minyak. (Naibaho, 1998)
Decanter sebagai pengganti sludge separator mengolah cairan yang
berasal dari sludge tank. Cairan dipisahkan menjadi cairan
dan sludge. Cairan minyak yang dipisahkan dipompakan ke settling tank,
sedangkan fraksi sludge dibuang ke fat-fit untuk diteruskan ke unit
pengolahan limbah. Dapat juga digunakan untuk mengantikan fungsi dari
oil purifier untuk mengurangi kandungan kotoran dan air yang masih
banyak terikut pada minyak, sehingga kualitas minyak standar dapat
terpenuhi. Decanter yang berfungsi memisahkan fraksi padat, minyak, dan
air memberikan peluang penempatannya di hulu, tengah, dan di akhir
proses klarifikasi. Penempatan decanter dapat dilakukan dengan beberapa
variasi tergantung dari tujuan yang akan diperoleh: (Naibaho, 1998)

1. Hulu Sebelum CST

Cairan hasil pressan yang keluar melalui oil gutter ditampung di crude
oil tank, memiliki kandungan lumpur yang tinggi. Lumpur tersebut jika
dipisahkan sebelum masuk kedalam proses klarifikasi akan lebih baik,
karena lumpur tersebut tidak lagi mengendap di dasar tangki klarifikasi
yang dapat menurunkan retention time. Decanter bekerja memerlukan
keseimbangan, maka diperlukan buffer tank tambahan yaitu ditempatkan
di atas decanter. Kalau hanya menggantungkan stabilitas tekanan pada
pompa dapat menyebabkan efisiensi pemisahan lumpur yang rendah dan
loses minyak yang tinggi dalam lumpur. (Naibaho, 1998).

2.Tengah sebelum sludge separator

Cairan yang keluar dari bagian bawah CST mengandung lumpur yang
tinggi dan kadar minyak yang mencapai 10%. Cairan ini diolah
18

dalam decanter akan menghasilkan: fraksi padat akan dibuang, fraksi


minyak dipompakan ke CST, sedangkan fraksi cair tetap dialirkan ke fat-
fit. Cara ini akan membantu sludge separator dan dapat
menggantikan sand cyclone dan strainer. (Naibaho, 1998)

3. Hilir klarifikasi

Penempatan decanter di hilir sebagai pengganti sludge separator yang


memisahkan lumpur minyak dan air. Jika di hulu ditempatkan decanter
maka pemisah lumpur yang ditempatkan diakhir klarifikasi
adalah sludge separator. Jenis decanter yang digunakan mengganti sl
udge separator adalah decanter 2 phase dan decanter 3 phase. (Naibaho,
1998)

4. Hilir Klarifikasi Sebagai Pengganti Oil Purifier

Pemurnian minyak dilakukan dengan alat oil purifier yang memisahkan


minyak dan non minyak. Karena sifat-sifat ini dimiliki
oleh decanter 2 phase maka ada pabrik yang menggunakan decanter me
misahkan minyak dengan lumpur. Metode proses yang diterapkan adalah
cairan minyak yang keluar dari crude oil tank dipompakan ke buffer
tank dan dialirkan kedalam decanter dan akan menghasilkan minyak,
lumpur dan cairan. Dalam proses ini yang menjadi tujuan adalah
memisahkan minyak yang bersih tanpa mempertimbangkan kehilangan
minyak pada fraksi padat. Dikurangi menjadi 60%. Volume cairan
(sludge) akan lebih kecil, kandungan serat halus atau non-oil solid
berkurang, sehingga beban sludge separator akan
berkurang. Penambahan air pengencer (dilution water) harus memenuhi
kekentalan cairan (viskositas) yang dibutuhkan pada proses pemurnian
di stasiun Clarification. Cairan yang terlalu encer akan menyulitkan
pemisahan di decanter, namun jika terlalu kental akan menyulitkan
pemisahan di continious settling tank (CST). (Naibaho, 1998)
19

Pengolahan lumpur yang masih mengandung minyak di PKS PT.


Multimas Nabati Asahan menggunakan decanter tiga fase di mana
lumpur yang masih mengandung minyak (sludge) yang keluar dari
bagian bawah Continuous Settling Tank diolah oleh decanter untuk
memisahkan lumpur (sludge) dan minyak. Proses pemisahan terjadi
akibat adanya gaya sentrifugal yang dihasilkan oleh putaran bowl dan
scrool yang menghasilkan light phase (minyak) yang langsung di alirkan
ke oil tank ntuk diolah kembali dan heavy phase (air) di buang ke fat pit
yang akan diolah kembali oleh separator dan solid bunker solid. (PKS
MNA, 2015)
Pada proses pengolahan lumpur yang masih mengandung minyak
(sludge) perlu diperhatikan umpan yang akan diolah decanter sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan untuk mengurangi
kerugian minyak yang dapat menyebabkan kerugian perusahaan. Di
mana standar kerugian minyak (losses) adalah sebesar 1 %. Untuk
mengatasi kerugian minyak yang besar maka perlu diperhatikan
keberhasilan dalam pengoperasian decanter yang dipengaruhi oleh:
a. Umpan yang akan diolah terlalu banyak sehingga proses pemisahan
pada decanter tidak berjalan sempurna.
b. Pencucian alat yang kurang rutin sehingga mengakibatkan kotoran
melekat pada dinding bowl decanter.
c. Kecepatan putaran bowl decanter di bawah 3000rpm sehingga minyak
dan air sulit terpisah. ( Tanjung, 2011)

Gambar 2.2 Decanter Three Phase


Sumber: Tanjung (2011)
20

2.6.1 Desain Decanter

Gambar 2.3 Decanter


Sumber: Alan Records dkk (2006)

Bahan konstruksi pembuatan decanter banyak dan beragam. Hal ini


lebih biasa untuk membuat bagian kontak, terutama di perakitan
berputar, dari beberapa bentuk stainless steel. Hal ini untuk
menghindari masalah perakitan karena korosi pada permukaan
decanter. Hal ini harus dihindari dengan kecepatan tinggi peralatan
berputar. Namun demikian, bahwa ada banyak decanter beroperasi
dengan mangkuk baja karbon, di mana produsen dapat mengatasi, atau
menghindari, korosi.

Adapun bagian-bagian decanter sebagai berikut:

1. Bowl

Bowl atau mangkuk di decanter adalah tabung silinder dengan flange di


kedua ujung decanter. Ketebalan dinding mangkuk ditentukan oleh
bahan konstruksi yang digunakan, kecepatan maksimum dimana
mangkuk akan diputar. Dengan demikian kepadatan bahan proses
digunakan dapat memiliki pengaruh besar pada kecepatan kerja yang
aman dari mangkuk.
21

Gambar 2.4 Bowl

Sumber: Alan Records dkk (2006)

2. Beach
Beach adalah bagian berbentuk kerucut pada akhir mangkuk (bowl). Beach
ini berfungsi agar sludge mudah mengalir pada saat umpan masuk maupun
keluar dari alat decanter, sehingga beach dibuat kemiringannya 8 o-10o.

Gambar 2.5 Beach

Sumber: Alan Records dkk (2006)

3. Conveyor
Conveyor merupakan bagian dari decanter yang letaknya pas di dalam
beach dan bowl. Panjang untuk diameter rasio mencapai 4.0 atau lebih.

Gambar 2.6 Conveyor

Sumber: Alan Records dkk (2006)


22

4. Gearbox
Gearbox merupakan alat yang dapat mempercepat dan meperlambat
kecepatan dari benda yang berputar (motor). Ada dua jenis utama dari
gearbox digunakan pada decanters. Ini adalah Gearbox Epicyclic dan
Gearbox Cyclo. Menggunakan Gearbox Epicyclic menyebabkan conveyor
untuk memutar lebih lambat dari mangkuk, sedangkan biasanya lebih cepat
bila menggunakan Gearbox Cyclo.

Gambar 2.7 Gearbox

Sumber: Alan Records dkk (2006)

5. Motor
Motor merupakan alat yang dapat menggerakkan decanter ini dengan
bantuan gerbox maka kecepatan motor dapat diubah diperlambat atau
dipercepat. Kecepatan sinkron 3000, 1500 atau 1000 rpm pada 50 Hz.

Gambar 2.8 Motor

Sumber: Alan Records dkk (2006)


23

6. Casing
Casing merupakan penutup dari bagian decanter.

Gambar 2.9 Casing

Sumber: Alan Records (2006)

2.7 Neraca Massa


Neraca massa atau bahan suatu sistem proses dalam industri merupakan
perhitungan kuantitatif dari semua bahan-bahan yang masuk, yang keluar,
yang terakumulasi (tersimpan) dan yang terbuang dalam sistem itu. Neraca
ini membahas tentang massa yang masuk dan massa yang keluar (Wuryanti,
2016).
Neraca ini membahas tentang massa yang masuk dan massa yang
keluar. Dengan kata lain bahwa massa yang masuk harus sama dengan massa
yang keluar dan menganggap tidak ada massa yang hilang (Purba,2009).

2.7.1 Perhitungan Neraca Massa

Massa komponen yang masuk = Massa komponen yang keluar

Keseimbangan materi (material blance) dapat dirumuskan pada Sistem


konservatif sebagai persamaan berikut:
Laju masuk = laju keluar
Neraca massa tersebut dapat disusun untuk:
1. Neraca massa total
2. Neraca massa komponen
Berdasarkan sistem diatas, neraca massa dapat diselesaikan dengan:
24

Neraca Massa Total = Input = Keluar


F1 = P1 + P2
Neraca Massa Komponen:
Komponen A = WA .F1 = WA. P1 + WA .P2..........................Pers 1
Komponen B = WB .F1 = WB. P1 + WB. P2...........................Pers 2
Komponen C = WC .F1 = WC. P1 + WC. P2...........................Pers 3

2.8. Energi

Energi adalah sesuatu yang bersifat abstrak yang sukar dibuktikan tetapi
dapat dirasakan adanya. Energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja.
Menurut hukum termodinamika pertama energi bersifat kekal. Energi tidak
dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnakan tetapi dapat dikonversi dari
bentuk energi yang lain. (Astu, 2008).

2.8.1 Perhitungan Neraca Energi


Neraca energi adalah kesetimbangan menyatakan hubungan
antara energi masuk dan energi keluar suatu sistem yang berdasarkan
pada satuan waktu operasi.
Neraca energi dibuat berdasarkan pada hukum pertama
termodinamika. Hukum pertama ini menyatakan kekekalan
energi, yaitu energi tidak dapat dimusnahkan atau dibuat, hanya
dapat diubah bentuk. Perumusan dari Neraca energi suatu sistem mirip
dengan perumusan neraca massa. Namun demikian, terdapat beberapa
hal yang perlu diperhatikan yaitu suatu sistem dapat berupa sistem
tertutup namun tidak terisolasi (tidak dapat terjadi perpindahan massa
namun dapat terjadi perpindahan panas) dan hanya terdapat satu neraca
energi untuk suatu sistem (tidak seperti neraca massa yang
memungkinkan adanya beberapa neraca komponen). Suatu neraca
energi memiliki persamaan:
Energi masuk = Energi keluar + Energi akumulasi
(Widiantara, 2016)
25

Neraca energi yang terjadi dalam fluida dalam sebuah peralatan


yang menyatakan bahwa besarnya energi atau panas yang diserap
dengan energi (panas) yang dilepas dari satu materi ke materi yang lain
harus diperhatikan (Purba, 2009). Dalam hal ini jumlah panas yang
dibutuhkan dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

Q = m . Cp . T

Dimana :

Q = Energi Panas (KJ/Jam)

m = Jumlah Massa Bahan (Kg/Jam)

Cp = Kapasitas Panas (KJ/Kg 0C)

T = Selisih Temperatur (0C)


26

2.9. Kajian yang Relevan

Judul Penelitian: Pengaruh Umpan Minyak Dan Umpan Olahan Terhadap


Kadar Kehilangan Minyak Kelapa Sawit (Losses) Pada
Unit Decanter di PKS PT. Multimas Nabati Asahan.
Tahun: 2012
Peneliti: Chrestella T N

Minyak kasar kelapa sawit (CPO) yang diperoleh dari hasil pressan perlu
dimurnikan dari kotoran yang berupa lumpur (sludge) maupun air. Proses
pemurnian minyak dari kotoran dilakukan pada unit decanter, yaitu alat yang
digunakan untuk memisahkan minyak dan lumpur (sludge). Dalam
pengoperasian decanter perlu diperhatikan umpan olahan dan persentase
umpan minyak agar tetap konstan sehingga kehilangan minyak sawit mentah
(CPO) serendah mungkin yakni di bawah standar yang telah ditetapkan. Dari
hasil pengamatan dan analisa di laboratorium, umpan olahan yang sesuai
adalah 10-12 MT/jam dan persentase umpan minyak yang diolah adalah 8 %
dan kehilangan minyak sawit mentah (CPO) adalah di bawah 1% sesuai
dengan standar mutu produksi yang telah ditetapkan.
27

2.10. Kerangka Konseptual

Judul Penelitian: Perhitungan Neraca Massa Dan Energi Pada Pemisahan


Solid, Air Dan Minyak Pada Decanter Di PKS PT.
Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung.

Proses Pemurnian
Minyak Kelapa
Sawit

Proses Pengolahan
Sludge

Decanter

Menghasilkan
Sludge Dengan
Loses Minyak
Rendah
28

Anda mungkin juga menyukai