Anda di halaman 1dari 12

TUGAS TERSTRUKTUR KEWARGANEGARAAN

Pentingnya Integrasi Nasional Bagi Generasi Muda Indonesia

Oleh:

M. Hammaam S. A1L113007
Nurlana Rahayu A1L113009
Ramdhani Abdullah A1L1130
Pono A1L1130
M. Rizki A1L1130

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2015

i
PRAKATA

Assalamualaikum Wr.Wb.

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang atas izin-Nya penulis

akhirnya dapat menyelesaikan paper Kewarganegaraan dengan judul “Pentingnya

Integrasi Nasional bagi Generasi Muda Indonesia” setelah melewati jalan panjang.

Paper ini disusun untuk memenuhi komponen nilai mata kuliah Kewarganegaraan.

Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Ir. Eko Dewanto,

M.Si. selaku dosen pengampu Kewarganegaraan yang telah mendukung dalam

penyusunan paper serta rekan-rekan yang telah membantu dalam penyusunan paper

ini.

Akhirnya, penulis berharap agar paper ini dapat berguna bagi penulis

khususnya dan pembaca umumnya, serta penulis mengharapkan kritik dan saran yang

sifatnya membangun guna kebaikan penulisan di masa yang akan datang.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Purwokerto, Juni 2015

Penulis

ii
DAFTAR ISI

PRAKATA.......................................................................................................... ........ ii

DAFTAR ISI....................................................................................................... ........iii

I. PENDAHULUAN.................................................................................1

II. PEMBAHASAN....................................................... ............................2

A. Integrasi Nasional ................................................................2


B. Faktor-faktor Penghambat Integrasi Nasional...........................3
C. Pengaruh dan Peran Integrasi Nasional.....................................3
D. Kontribusi Generasi Muda dalam Integrasi Nasional.....................5
III. PENUTUP.............................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................9

iii
I. PENDAHULUAN

Negara Indonesia merupakan negara dengan penduduk yang beraneka ragam,


baik dari segi etnis maupun segi budaya. Persatuan dan kesatuan terasa begitu
sangat indah. Dilihat dari kata-katanya saja kita bisa membayangkan kehidupan di
dalamnya akan sangat penuh dengan kebahagian, ketenangan dan saling bersatu.
Inilah yang selalu di dambakan dan diimpikan oleh masyarakat Indonesia sampai
saat ini. Integrasi nasional merupakan penyatuan bagian-bagian yang berbeda
menjadi satu kesatuan utuh yang membentuk bangsa, boleh juga diartikan bahwa
integrasi nasional merupakan upaya pemerintah yang semakin meningkat untuk
menerapkan kekuasaan di seluruh wilayah.

Generasi muda atau pemuda berada dalam status yang sama dalam
menghadapi dinamika kehidupan seperti halnya orang tua. Generasi tua sebagai
‘generasi yang berlalu’ (passsing generation) berkewajiban membimbing generasi
muda sebagai generasi penerus, mempersiapkan generasi muda untuk memikul
tanggung jawabnya yang semakin kompleks. Di pihak lain, generasi muda yang
penuh dinamika, berkewajiban mengisi akumulator generasi tua yang makin
melemah, di samping memetik buah pengalaman generasi tua. Dalam hubungan
ini, generasi tua tidak dapat mengklaim bahwa merekalah satu-satunya
penyelamat masyarakat dan negara. Potensi yang dimiliki oleh generasi muda
diharapkan mampu meningkatkan peran dan memberikan kontribusi dalam
mengatasi persoalan bangsa dan menjaga penyatuan bangsa sebagai bentuk
kontribusinya terhadap integrasi nasional.

1
II. PEMBAHASAN

A. Integrasi nasional
Integrasi nasional merupakan penyatuan bagian-bagian yang berbeda
menjadi satu kesatuan utuh yang membentuk bangsa, boleh juga diartikan bahwa
integrasi nasional merupakan upaya pemerintah yang semakin meningkat untuk
menerapkan kekuasaan di seluruh wilayah (Rahayu, 2007).
Masalah integrasi di Indonesia sangat kompleks dan multidimensional
sehingga diperlukan keadilan dan kebijakan dengan tidak membedakan suku,
agama, ras dan antargolongan dalam membangun dan membina stabilitas politik.
Upaya integrasi nasional bangsa Indonesia perlu diupayakan karena integrasi
nasional mewujudkan tingkat kuatnya kesatuan dan persatuan bangsa yang
menjamin terwujudnya negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur
(Rahayu, 2007).
Ancaman disintegrasi bangsa masih terjadi, baik di bidang ideologi, politik,
ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan semata tetapi juga dapat merembet
ke arah perpecahan fisik atau wilayah. Hal ini dapat dilihat pada konflik yang
terjadi di Aceh, Ambon, Kalimantan Barat dan Papua. Tetapi, harus diingat bahwa
setiap manusia tidak dapat dipisahkan dari ruang hidupnya. Salah satu upaya
mencegah disintegrasi bangsa, bangsa Indonesia harus memiliki wawasan yang
sama atas wilayah yang diklaim sebagai miliknya dan harus dipertahankan sampai
titik darah penghabisan (Rahayu, 2007).
Menurut Anonim (2003), integrasi nasional adalah sebuah kenyataan umum
bahwa berkaitan dengan etnisitas, bangsa Indonesia adalah sebuah bangsa yang
multietnis. Negara bangsa ini disusun oleh ratusan etnis dimana pada awalnya
setiap suku bangsa diakui memiliki identitas budaya, karakter serta wilayah
geografisnya sendiri. Menurut Koentjaraningrat, Indonesia sejak dulu sudah
memiliki faktor-faktor yang menunjang integrasi nasional, antara lain
keberhasilan kerajaan Sriwijaya dan Majapahit mempersatukan wilayah
nusantara, perasaan senasib dijajah oleh bangsa lain, dicetuskannya Sumpah

2
Pemuda tahun 1928, adanya gerakan Taman Siswa dan Muhammadiyah, serta
disahkannya Pancasila, UUD 1945, dan lambang burung Garuda. Untuk menjaga
integrasi nasional, pemerintah melakukan berbagai cara antara lain membuat
kebijakan, peraturan dan undang-undang tanpa mengabaikan keanekaragaman
suku bangsa, budaya, agama, ras dan golongan. Cara berikutnya melalui sistem
pendidikan (Sare, 2007).
B. Faktor-Faktor yang menghambat Integrasi Nasional
Menurut Sare (2007), kita perlu memahami bahwa segala faktor pendorong
integrasi nasional harus berhadapan dengan berbagai faktor penghambat yang ada
di negara kita. Faktor-faktor penghambat tumbuhnya integrasi nasional di dalam
masyarakat Indonesia yang beraneka ragam ini adalah sebagai berikut:
1. Luasnya wilayah Indonesia dari Aceh hingga Papua dengan beragam masalah
lokalnya sendiri.
2. Adanya ketimpangan sosial ekonomi dalam masyarakat akibat tidak
meratanya hasil-hasil pembangunan.
3. Derasnya arus globalisasi akibat berkembangnya industri pariwisata dan
kemajuan teknologi.
C. Pengaruh dan Peran Integrasi Nasional bagi Generasi Muda
Negara indonesia sesungguhnya sebagai bangsa yang masih muda,sebagi
negara. Dari jangka waktu saja belumm saatnya kita melalaikan proses integrasi
nasional, nation and character building. Akan tetapi , pada umumnya proses
pembangunan bangsa dan integrasi nasional dianggap sebagai sesuatu yang taken
for granted, sesuatu yang sudah dengan sendirinya (Sare, 2007). Persatuan dan
kesatuan terasa begitu sangat indah. Dilihat dari kata-katanya saja kita bisa
membayangkan kehidupan di dalamnya akan sangat penuh dengan kebahagian,
ketenangan dan saling bersatu. Inilah yang selalu di dambakan dan diimpikan oleh
masyarakat Indonesia sampai saat ini. Integrasi nasional berpengaruh terhadap
munculnya nilai-nilai nasionalisme, sehingga mendorong generasi muda
menerapkan cinta tanah air dalam bentuk:
a. Membangun dan menghidupkan terus komitmen, kesadaran, dan kehendak
untuk bersatu. Perjalanan panjang bangsa Indonesia untuk menyatukan dirinya,

3
sebutlah mulai Kebangkitan Nasional 1908, Sumpah Pemuda 1928, Proklamasi
Kemerdekaan 1945, dan rangkaian upaya menumpas pemberontakan dan
saparatisme, harus terus dilahirkan dalam hati sanubari dan alam pikiran bangsa
Indonesia.
b. Membangun kelembagaan (pranata) di masyarakat yang berakarkan pada nilai
dan norma yang menyuburkan persatuan dan kesatuan bangsa tidak memandang
perbedaan suku, agama, ras, keturunan, etnis dan perbedaan-perbedaan lainnya
yang sebenarnya tidak perlu diperdebatkan. Menyuburkan integrasi nasional tidak
hanya dilakukan secara struktural tetapi juga kultural. Pranata di masyarakat kelak
harus mampu membangun mekanisme peleraian konflikk (conflict management)
guna mencegah kecenderungan langkah-langkah yang represif untuk
menyelesaikan konflik.
c. Penyatuan berbagai kelompok sosial budaya dalam satu-kesatuan wilayah dan
dalam suatu identitas nasional. Diandaikan, masyarakat itu berupa masyarakat
majemuk yang meliputi berbagi suku bangsa, ras, dan agama. Di Indoonesia
integrasi bangsa diwujudkan dengan a) penghapusan sifat kultural utama dari
kelompok minoritas dengan mengembangkan semacam kebudayaan nasional
biasanya kebudayaan suku bangsa yang dominan, atau b) dengan pembentukan
kesetiaan nasional tanpa menghapuskan kebudayaan kelompok kecil. Negara
Indonesia menempuh cara b ini, yakni menangani masalah integrasi bangsa
dengan kebudayaan nasional yang dilukiskan sebagai puncak-puncak (hal yang
terbaik) dari kebudayaan daerah, tetapi tanpa menghilangkan (bahkan
mengembangkan) kebudayaan daerah.
d. Dengan upaya bekerja sama dalam organisasi dan berperilaku sesuai dengan
cara yang dapat membantu pencapaian tujuan organisasi. Kemampuan individu,
kekhasan kelompok, dan perbedaaan pendapat bahkan persaingan sekalipun tidak
perlu dipertentangkan dengan kesediaan bekerja sama yang baik. Perilaku
integrative dapat diwujudkan dengan mental menghargai akan perbedaan, saling
tenggang rasa, gotong royong, kebersamaan, dan lain-lain.
e. Persetujuan bersama mengenai tujuan-tujuan dalam prinsip dasar politik, dan
prosedur-prosedur lainnya, dengan kata lain integrasi nilai adalah penciptaan

4
suatu system nilai (ideologi nasional) yang dipandang ideal, baik dan adil dengan
berbagi kelompk masyarakat. Integrasi nilai Indonesia ada dalam Pancasila dan
UUD 1945 sebagai system nilai bersama.
Generasi muda atau pemuda berada melalui pendekatan ekosferis memiliki
status yang sama dalam menghadapi dinamika kehidupan seperti halnya orang
tua. Generasi tua sebagai ‘generasi yang berlalu’ (passsing generation)
berkewajiban membimbing generasi muda sebagai generasi penerus,
mempersiapkan generasi muda untuk memikul tanggung jawabnya yang semakin
kompleks. Di pihak lain, generasi muda yang penuh dinamika, berkewajiban
mengisi akumulator generasi tua yang makin melemah, di samping memetik buah
pengalaman generasi tua. Dalam hubungan ini, generasi tua tidak dapat
mengklaim bahwa merekalah satu-satunya penyelamat masyarakat dan negara.
Potensi yang dimiliki oleh generasi muda diharapkan mampu meningkatkan
peran dan memberikan kontribusi dalam mengatasi persoalan bangsa. Persoalan
bangsa, bahkan menuju pada makin memudarnya atau tereliminasinya jiwa dan
semangat bangsa. Berbagai gejala sosial dengan mudah dapat dilihat, mulai dari
rapuhnya sendi-sendi kehidupan masyarakat, rendahnya sensitivitas sosial,
memudarnya etika, lemahnya penghargaan nilai-nilai kemanusiaan, kedudukan
dan jabatan bukan lagi sebagai amanah penederitaan rakyat, tak ada lagi jaminan
rasa aman, mahalnya menegakan keadilan dan masih banyak lagi problem sosial
yang kita harus selesaikan. Kedua, pemberdayaan generasi muda membutuhkan
suatu strategi kebudayaan, bukan strategi kekuasaan. Dengan strategi kebudayaan
berarti kita harus menempatkan generasi muda bukan lagi sebagai obyek,
melainkan sebagai subyek. Para generasi muda harus diberikan otoritas untuk
melakukan proses pembelajaran sendiri agar mereka menjadi lebih berdaya dan
diberdayakan. Ketiga, memberikan kesempatan dan kebebasan kepada para
generasi muda untuk mengorganisasikan dirinya secara bebas dan merdeka. Ini
dimaksudkan agar etos kompetisi tumbuh dan berkembang dengan baik.
Kecenderungan untuk menyeragamkan mereka dalam suatu wadah tunggal seperti
kebiasaan lama ternyata justru menumbuhkan semangat berkompetisi.

5
D. Kontribusi Generasi Muda dalam menjaga Integrasi Nasional
Menjaga integrasi nasional memiliki pengaruh positif bagi generasi muda
sebagai cikal bakal penerus bangsa. Ada beberapa hal yang perlu diterapkan oleh
pemuda antara lain:
1. Pengamalan Bhineka Tunggal Ika dan Pancasila
Generasi muda harus memahami dan mengamalkan Bhineka Tunggal Ika
dan pancasila untuk dapat melaksanakan integrasi nasional. Bhineka Tunggal Ika
merupakan kata yang berasal dari kitab sutasoma yang bermakna berbeda-beda
tetap satu jua. Maksudnya walaupun kita berbeda suku, ras , agama, dan golongan
janganlah kita menonjolkan sikap kedaerah ataupun keagamaan secara berlebihan
yang dapat memicu perpecahan. Sehingga persatuan dalam berbangsa dan
bernegara tetaplah dapat di junjung tinggi. Menekan perbedaan dan menonjolkan
kesamaan merupakan salah satu fungsi dari penerapan integritas nasional. Fungsi
lain dari penerapan integritas nasional dan bhineka tunggal ika dalam kehidupan
sehari-hari adalah saling tolelir, tenggang rasa dan saling menghormati satu sama
lain. Menurut Oetama (2001), bangsa kita berBhineka Tunggal Ika, berarti
bangsa yang bermasyarakat majemuk, kesatuan kita berada dalam
kemacamragaman, persatuan kita berada dalam perbedaan. Bangsa yang memiliki
ciri pokok demikian, senantiasa harus dengan sadar mengolah kelebihan dan
keunggulan dari kemajemukan masyarakatnya.
2. Toleransi antar ras, suku, dan umat beragama
Toleransi antar umat beragama yaitu sikap untuk mempersilahkan agama
lain beribadah dan mempersilahkan adat-istiadat yang berbeda di laksanakan,
dengan catatan kegiatan tersebut tidaklah melanggar hukum dan norma yang ada
dalam masyarakat. Sehingga keanekaragaman budaya serta adat istiadat dapat
berjalan beriringan tanpa merusak satu sama lain. Indonesia merdeka dengan hasil
jerih payah para pejuang yang berasal dari berbagai suku, ras, agama, dan
golongan. Sehingga sudah sepatutnya kita saling mengharagai satu sama lain.
Sebagai contoh saling menghormati antar agama di bangunnya masjid istiqlal
berbesebelahan dengan gereja umat nasrani, dimana tidak ada saling senggol antar
rumah ibadah yang saling berdekatan. Tidak jarang kedua rumah ibadah ini saling

6
berbagi baik fasilitas parkir ataupun fasilitas lainnya. Perbedaan golongan bukan
berarti menjadi pembeda, kepentingan golongan haruslah di tekan untuk
melaksanakan kepentingan bersama.
3. Mewajibkan pemakaian Bahasa Indonesia untuk berkomunikasi dalam ruang
publik yang formal seperti sekolah, di kantor, dan lainnya.

7
III. PENUTUP

Integrasi nasional merupakan penyatuan bagian-bagian yang berbeda


menjadi satu kesatuan utuh yang membentuk bangsa, boleh juga diartikan bahwa
integrasi nasional merupakan upaya pemerintah yang semakin meningkat untuk
menerapkan kekuasaan di seluruh wilayah. Pemuda diharapkan menjadi tulang
punggung dalam proses pembangunan bangsa. Kecerdasan dan sikap kritis serta
kepekaan pemuda dibutuhkan untuk mendirikan bangunan kebangsaan yang
kokoh. Peran yang disandang pemuda sebagai agen of social control serta agen of
change harus dibuktikan oleh pemuda masa kini sehingga tidak hanya menjadi
embel-embel gelar tanpa pembuktian. Peran pemuda sebagai penyeimbang antara
pemegang kebijakan dan rakyat serta sebagai penyambung lidah rakyat harus
dilandasi dengan idealisme demi terciptanya masyarakat yang adil makmur
dan sejahtera. Pemuda sebagai iron stock cadangan pemimpin masa depan, harus
memiliki komitmen utuh dan misi suci untuk membangun bangsa ini. Tanpa sense
of commitment maupn sense of mission yang tepat, terencana dan terarah, mustahil
di masa depan ia akan membawa bangsa ini menuju kemajuan alih-alih malah
menjadi perusak bangsa.
Pemuda dalam kesempatan mendatang merupakan generasi penerus yang
diharapkan mampu memberikan kontrbusi signifikan bagi pembangunan bangsa
dan negara. Oleh karena itu diperlukan penerapan sikap pemuda berkontribusi
dalam integrasi nasional berupa memahami dan mengamalkan Bhineka Tunggal
Ika dan pancasila serta sikap toleransi antar ras, suku, dan umat beragama.

8
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2003. Identitas dan Postkolonialitas di Indonesia. Kanisius: Yogyakarta.

Oetama, Jakob. 2001. Berpikir Ulang tentang Keindonesiaan. Buku Kompas:


Jakarta.

Rahayu, Minto. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan. Grasindo: Jakarta

Sare, Yuni dan P. Citra. 2007. Antropologi SMA/MA Kls. XI (Diknas). Grasindo:
Jakarta.
Suroyo, Agustina Magdalena Djuliati. 2002. Integrasi Nasional Dalam Perspektif
Sejarah Indonesia: Sebuah Proses Yang Belum Selesai. Documentation.
Diponegoro University Press, Semarang.

Anda mungkin juga menyukai