Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kelautan (maritim) yang mempunyai sumber


kekayaan mineral yang berlimpah, salah satunya adalah batu kapur, sangat
berpotensi untuk menjadi negara penghasil kalsium klorida dalam kapasitas
besar. Batu kapur adalah batuan sedimen yang terdiri dari kalsium karbonat
(CaCO3) dalam bentuk kalsit mineral. Batuan ini paling sering terbentuk di
perairan laut yang dangkal. Ini biasanya merupakan batuan sedimen organik yang
terbentuk dari akumulasi cangkang hewan, karang, alga dan puing-puing
(Amethyst, 2010).
Kalsium klorida dapat dihasilkan dari bahan baku batu kapur dengan
penambahan asam klorida (HCl). Batu kapur digunakan dalam pembuatan
kalsium klorida karena batu kapur mengandung kalsium dengan kadar yang
paling tinggi yaitu sebesar 98,9% (Russell, 2007). Bahan baku batu kapur di
Indonesia juga tersedia dalam jumlah yang banyak dan tersebar hampir merata di
seluruh Indonesia.
Kalsium klorida (CaCl2) merupakan salah satu jenis garam yang mudah
larut dalam air dan bersifat higroskopis, sehingga kalsium klorida amat luas
penggunaannya dalam industri. Senyawa kalsium klorida (CaCl2) adalah senyawa
ionik yang terdiri dari unsur kalsium (logam alkali) dan klorin. Senyawa ini
bersifat padat pada suhu kamar, tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak beracun,
sehingga dapat digunakan secara ekstensif di berbagai industri dan aplikasi
diseluruh dunia.
Kalsium klorida umumnya digunakan sebagai zat pengering (dessicant),
zat pencair es (de-icing), zat aditif dalam industri makanan, zat aditif dalam
pemrosesan plastik dan pipa, sebagai sumber ion kalsium dan dapat digunakan
dalam bidang kedokteran (Alma, 2011). Sebanyak 40% konsumsi kalsium klorida
adalah sebagai zat pencair es (de-icing), 20% untuk mengendalikan debu di
jalanan pada saat musim panas, 20% untuk proses industri, khususnya, dalam

1
industri makanan, indutri pemrosesan plastik, pipa dan semen, 10% digunakan
dalam pengeboran minyak dan gas, 5% untuk pembuatan beton dan 5% untuk
kegunaan kegunaan lainnya (Kirk Orthmer, 1991).
Kemampuan kalsium klorida untuk menyerap banyak cairan merupakan
salah satu kualitas yang membuatnya begitu serbaguna. Zat ini bekerja jauh lebih
efisien daripada natrium klorida dalam hal mencairkan es. Kalsium klorida juga
dapat digunakan dalam sejumlah aplikasi lain. Misalnya sebagai sumber ion
kalsium untuk mengurangi erosi beton di dalam kolam renang, untuk
mengeringkan rumput laut sehingga dapat menghasilkan abu soda dan untuk
keperluan medis..
Karena kegunaan kalsium klorida sebagai bahan baku maupun sebagai
bahan penunjang pada sektor industri di Indonesia terus meningkat setiap tahun.
Sementara itu, kebutuhan akan kalsium klorida masih diimpor dari negara-negara
lain, maka pabrik pembuatan kalsium klorida dari batu kapur perlu untuk
didirikan.
1.2 Penentuan Kapasitas Rancangan
Ada beberapa pertimbangan dalam pemilihan kapasitas pabrik kalsium klorida
dari limestone dan asam klorida. Penentuan kapasitas pabrik dengan
pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
1.2.1 Ketersediaan bahan baku
Keberadaan dan ketersediaan bahan baku merupakan faktor yang penting
bagi kelangsungan proses produksi dari suatu pabrik atau industri kimia, di
Indonesia sendiri memiliki banyak potensi untuk dapat memproduksi kalsium
klorida secara mandiri dengan menggunakan batu kapur yang cukup melimpah
ada di Indonesia sehinga tidak memerlukan impor bahan baku. Jumlah produksi
batu kapur di Indonesia dapat dilihat pada tabel 1.1.
Tabel 1.1 Jumlah Produksi Batu Kapur di Indonesia
Tahun Jumlah Produksi (Ton)
2011 12.394.563
2012 5.067.234
2013 7.835.405
2014 13.317.839
2015 23.969.459
(Sumber: BPS, 2016)
Bahan baku utama pabrik pembuatan kalsium klorida ini yaitu batu kapur
(limestone) dan asam klorida sedangkan bahan baku tambahan berupa kalsium
hidroksida dan air. Berikut data ketersediaan bahan baku yang ditunjukkan pada
Tabel 1.2.
Tabel 1.2 Ketersediaan Bahan Baku
Bahan Baku Sumber Bahan Baku Lokasi Kapasitas Produksi
Limestone Rembang, 81.300 ton/tahun
PT. Sinar Asia Fortune
Jawa Tengah
PT. Industri Soda Sidoarjo, 79.400 ton/tahun
HCl Indonesia Jawa Timur
Ca(OH)2 PT. Pentawira Agraha Tuban, Jawa 1.980.000 ton/tahun
Sakti Timur
H2O Rembang, 2 m3/s
Sungai Lasem
Jawa Tengah

Berdasarkan Tabel 1.2, ketersediaan bahan baku masing-masing senyawa


yaitu CaCO3 diperoleh dari PT. Sinar Asia Fortune memiliki kapasitas produksi
81.300 ton/tahun, HCl diperoleh PT. Industri Soda Indonesia 79.400 ton/tahun,
Ca(OH)2 diperoleh PT. Pentawira Agraha Sakti memiliki kapasitas produksi
1.980.000 ton/tahun dan H2O diperoleh dari Sungai Lasem.
1.2.2 Kapasitas Kalsium Klorida yang Pernah Ada
Total konsumsi kalsium klorida diperkirakan akan meningkat sekitar 3%
tahunnya mulai tahun 2014, karena sebagian besar dari kenaikan diharapkan
dalam segmen recovery minyak, serta meningkatnya penggunaan dalam kontrol
debu dan aplikasi industri lainnya, khususnya di Asia. (HIS, 2014)
Disisi lain, produser kalsium klorida terbesar di dunia adalah Oxychem
dengan kapasitas maksimum 700.000 ton/tahun, sedangkan produksi minimum
kalsium klorida dipenuhi oleh Nedmag dari Belanda dengan kapasitas 10.000
ton/tahun . Hal ini dapat dilihat pada tabel 1.3.
Tabel 1.3 Kapasitas Produksi Kalsium Klorida di Dunia
Produser Negara Kapasitas
(ton/tahun)
Eropa
Brunner Mond Northwich 84.000
Kemax Belanda 85.000
Nedmag Belanda 10.000
LII Jerman 40.000
Solvay Italia 62.000
Tetra Europe Swedia 58.000
Finlandia 165.000
Zirax Limited Inggris 135.000
Amerika Utara
BJ Amerika Serikat 105.000
Services/OSCA
Dow Chemical Amerika Serikat 513.000
Industrial del Meksiko 100.000
Alkali
Mag Corp Amerika Serikat 31.000
National Chloride Amerika Serikat 14.000
Tetra Amerika Serikat 425.000
Technologies
Tetra/Honeywell Amerika Serikat 70.000
Tetra/Vulcan Amerika Serikat 26.000
Tiger Calcium Kanada 108.000
Ward Chem Kanada 161.000
Wilkinson Amerika Serikat 38.000
Oxychem Amerika Serikat 700.000
Asia
Aditya Birla India 32.000
Chemical
Weifang Haibin Cina 30.000
Chemical
Qingdao Huadong Cina 150.000
(Sumber: ICIS, 2005)
1.2.3 Kebutuhan kalsium klorida di Indonesia
1. Kebutuhan impor
Berikut kebutuhan impor kalsium klorida yang ditunjukkan pada tabel 1.4.
Tabel 1.4 Data Impor Kalsium Klorida di Indonesia
Tahun Jumlah (kg)
2011 2.167.328
2012 4.003.640
2013 9.035.777
2014 10.346.822
2015 8.243.054
(Sumber: BPS, 2016)
Dari data tabel 1.4 dapat diproyeksikan ke dalam grafik sebagai
berikut:

Gambar 1.1 Grafik Kebutuhan Impor Kalsium Klorida


Berdasarkan Gambar 1.1 dapat diketahui bahwa perkembangan kalsium
klorida cenderung mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Namun pada tahun
2015 impor kalsium klorida mengalami sedikit penurunan.
2. Kebutuhan ekspor
Berikut kebutuhan ekspor kalsium klorida yang ditunjukkan pada tabel 1.5.
Tabel 1.5 Data Ekspor Kalsium Klorida
Tahun Jumlah (kg)
2011 0
2012 852000
2013 4300
2014 0
2015 0
(Sumber: BPS, 2016)
Berdasarkan Tabel 1.5, ekspor kalsium klorida di Indonesia menunjukkan
bahwa perkembangan ekspor kalsium klorida tidak stabil. Pada tahun 2012
mengalami kenaikan, namun pada tahun 2013 mengalami penurunan kemudian
pada tahun 2014 hingga 2015 ekspor kalsium klorida cenderung pada keadaan
stagnan.
Dari data diatas dapat diketahui kebutuhan kalsium klorida dalam negeri
pada tahun 2021 adalah sebagai berikut:
Kebutuhan kalsium klorida (y) = 2000000x - 4000000000
= 42.000.000 kg/tahun
Dengan nilai R2 = 0.699, maka diperoleh kapasitas produksi kalsium klorida
sebesar 29.358.000 kg/tahun. Sehingga pabrik kalsium klorida yang akan
dibangun menjadi 30.000.000 kg/tahun atau 30.000 ton/tahun.

1.3 Penentuan Lokasi Pabrik


Lokasi suatu pabrik dapat mempengaruhi kedudukan pabrik dalam
persaingan. Penentuan lokasi pabrik yang tepat tidak semudah yang diperkirakan,
banyak faktor yang dapat mempengaruhinya. Idealnya, lokasi yang dipilih harus
dapat memberikan keuntungan untuk jangka panjang dan dapat memberikan
kemungkinan untuk memperluas pabrik. Lokasi pabrik yang baik akan
menentukan hal-hal sebagai berikut:
1. Kemampuan untuk melayani konsumen.
2. Kemampuan untuk mendapatkan bahan mentah yang berkesinambungan
dan harganya sampai di tempat relatif murah.
3. Kemudahan untuk mendapatkan tenaga karyawan.
Oleh karenanya pemilihan tempat bagi berdirinya suatu pabrik harus
memperhatikan beberapa faktor yang berperan yaitu faktor utama dan faktor
khusus.
Penentuan lokasi pabrik sangat menentukan kemajuan dan kelangsungan dari
industri, baik pada masa sekarang maupun pada masa yang akan datang, karena
hal ini berpengaruh terhadap faktor produksi dan distribusi dari pabrik yang
didirikan. Pemilihan yang tepat mengenai lokasi pabrik harus memberikan suatu
perhitungan biaya produksi dan distribusi yang minimal serta pertimbangan
sosiologi, yaitu pertimbangan dalam mempelajari sikap dan sifat masyarakat di
sekitar lokasi pabrik. Berdasarkan faktor-faktor tersebut, maka Pabrik Kalsium
Klorida dari Batu Kapur dan Asam Klorida ini direncanakan berlokasi di daerah,
Desa Sale, Kabupaten Rembang, Propinsi Jawa Tengah, dengan luas 10.586,52
m2. Lokasi perencenaan pendirian pabrik kalsium klorida ini dapat dilihat pada
Gambar 1.2.

Gambar 1.2 Lokasi Perencanaan Pabrik Kalsium Klorida


Dasar pertimbangan dalam pemilihan lokasi pabrik adalah (Peters &
Timmerhaus, 1991):
1. Bahan baku
Salah satu potensi bahan tambang kabupaten Rembang adalah batu kapur
(limestone) yang merupakan bahan baku utama pabrik kalsium klorida
sehingga dipilih menjadi lokasi pabrik kalsium klorida. Hal ini dapat dilihat
pada gambar 1.3.

Gambar 1.3 Peta Potensi Bahan Tambang Kabupaten Rembang


Selain itu kabupaten Rembang merupakan daerah penghasil batu kapur di
provinsi Jawa Tengah dengan kapasitas produksi 3.441.600 ton/tahun (BPS,
2016).
2. Pemasaran
Seiring dengan meningkatnya kebutukan kalsium klorida dari tahun ke tahun,
maka dibutuhkan sarana transportasi yang baik. Sehingga produk kalsium
klorida ini dapat diangkut ataupun dikapalkan dengan mudah ke daerah
pemasaran dalam dan luar negeri. Hal ini dapat didukung dengan lokasi dari
pabrik yang pelabuhan seperti pelabuhan tanjung perak di Jawa Timur dan
tanjung mas di Jawa Tengah. Selain itu, kawasan ini juga merupakan daerah
industri sehingga produknya dapat dipasarkan kepada pabrik yang
membutuhkannya di kawasan industri tersebut atau diekspor ke mancanegara.
3. Tansportasi
Lokasi yang dipilih dalam rencana pendirian pabrik ini merupakan kawasan
industri yang telah memiliki sarana pelabuhan dan pengangkutan darat
sehingga pembelian bahan baku dan pelemparan produk dapat dilakukan
melalui jalan darat maupun laut.
4. Utilitas
Dalam pendirian suatu pabrik, tenaga listrik dan bahan bakar adalah faktor
penunjang yang paling penting. Pembangkit listrik utama untuk pabrik adalah
menggunakan generator diesel yang bahan bakarnya diperoleh dari PT
Pertamina. Selain itu, kebutuhan tenaga listrik juga dapat diperoleh dari
pembangkit listrik Perusahaan Listrik Negara (PLN) sedangkan kebutuhan air
diperoleh dari sungai sekitar dan air laut. Dalam hal ini, kebutuhan air
diperoleh dari sungai Lasem dengan luas daerah aliran sungai (DAS) 229, 85
km2 dan debit 2 m3 /s.
5. Tenaga kerja
Merupakan modal untuk pendirian suatu pabrik. Dengan didirikannya pabrik
di Kabupaten rembang ini diharapkan akan dapat menyerap tenaga kerja
potensial yang cukup banyak terdapat didaerah tersebut. Berdasarkan data dari
badan pusat statistik (BPS) provinsi Jawa Tengah tahun 2016 jumlah
penduduk dengan usia produktif mencapai 17.298.925 jiwa dengan jumlah
penduduk yang belum bekerja (pengangguran) mencapai 863.783 jiwa,
dengan berdirinya pabrik kalsium klorida diharapkan dapat menurunkan angka
pengangguran di daerah provinsi Jawa Tengah sendiri.
Disamping itu, tenaga kerja pada daerah ini tersedia tenaga kerja terdidik
maupun tidak terdidik serta tenaga kerja yang terlatih maupun tidak terlatih.
Tenaga kerja untuk pabrik ini direkrut dari:
- Perguruan tinggi lokal, masyarakat sekitar dan perguruan tinggi lainnya.
- Tenaga ahli yang berasal dari daerah sekitar dan luar daerah.
6. Kemungkinan perluasan dan ekspansi
Ekspansi pabrik dimungkinkan karena tanah yang tersedia cukup luas dan
disekeliling pabrik belum banyak berdiri pabrik serta tidak mengganggu
pemukiman penduduk.
7. Kondisi iklim dan cuaca
Seperti kebanyakan daerah lain di Indonesia, maka kondisi cuaca dan iklim di
sekitar lokasi pabrik relatif stabil.
8. Masyarakat di sekitar pabrik
Sikap masyarakat diperkirakan akan mendukung pendirian pabrik kalsium
klorida ini karena selain akan menyediakan lapangan kerja bagi mereka, pabrik
kalsium klorida ini ramah lingkungan, karena limbah yang dihasilkan tidak
berbahaya dan diperkirakan tidak akan mengganggu keselamatan dan
keamanan masyarakat di sekitarnya.

1.4 Tinjauan Pustaka


1.4.1 Kalsium Klorida
Kalsium klorida (CaCl2) merupakan salah satu jenis garam yang terdiri
dari unsur kalsium (Ca) dan klorin (Cl). Garam ini berwarna putih dan mudah
larut dalam air. Kalsium klorida tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak mudah
terbakar. Kalsium klorida termasuk dalam tipe ion halida, dan padat pada suhu
kamar. Karena sifat higroskopisnya, kalsium klorida harus disimpan dalam
kontainer kedap udara rapat tertutup.
Kalsium klorida dapat berfungsi sebagai sumber ion kalsium dalam
larutan, tidak seperti banyak senyawa kalsium lainnya, kalsium klorida mudah
larut. Zat ini dapat berguna untuk menggantikan ion dari larutan.
1.4.2 Kegunaan Kalsium Klorida
Kalsium klorida mempunyai banyak kegunaan, antara lain sebagai berikut
(Alma, 2011):
1. Sebagai zat pengering (Dessicant)
Karena sifat higroskopisnya, kalsium klorida sering digunakan dalam
pengering tabung untuk menghilangkan uap air. Hal ini digunakan untuk

10
mengeringkan rumput laut, yang kemudian digunakan untuk menghasilkan
abu soda. Kalsium klorida telah disetujui oleh FDA (Food and Drug
Administration) sebagai bahan kemasan untuk memastikan kekeringan. Zat
ini juga dapat digunakan untuk mengikat partikel debu dan menjaga
kelembaban pada permukaan jalan beraspal.
2. Sebagai zat pencair es (De-icing) dan penekanan titik beku dengan menekan
titik beku, kalsium klorida digunakan untuk mencegah terbentuknya es dan
untuk mencairkan es pada permukaan jalan. Tidak seperti natrium klorida
yang lebih umum digunakan, kalsium klorida relatif tidak berbahaya untuk
tanaman dan tanah. Pemakaian kalsium klorida juga lebih efektif pada suhu
yang lebih rendah daripada natrium klorida. Larutan kalsium klorida dapat
mencegah pembekuan pada suhu serendah -52C (-62F).
3. Sebagai sumber ion kalsium
Kalsium klorida umumnya ditambahkan untuk meningkatkan jumlah
kalsium terlarut dalam air kolam renang. Kalsium klorida digunakan untuk
meningkatkan kekerasan di kolam renang. Hal ini dapat mengurangi erosi
beton di kolam renang.
4. Sebagai zat aditif dalam industri makanan
Kalsium klorida telah terdaftar sebagai zat aditif dalam makanan. Rata-rata
konsumsi kalsium klorida sebagai bahan tambahan pangan adalah sekitar
160-345 mg/hari untuk individu. Kalsium klorida juga digunakan zat
pengawet dalam sayuran kalengan, dalam pemrosesan dadih kacang kedelai
menjadi tahu dan dalam memproduksi pengganti kaviar dari jus sayuran atau
buah. Dalam pembuatan minuman bir, kalsium klorida digunakan untuk
memperbaiki kekurangan mineral dalam air pembuatan bir. Hal ini
mempengaruhi rasa dan reaksi kimia selama proses pembuatan bir, dan juga
dapat mempengaruhi fungsi ragi selama fermentasi. Kalsium klorida
terkadang ditambahkan ke dalam susu olahan untuk mengembalikan
keseimbangan kalsium yang hilang selama pemrosesan dan untuk menjaga
keseimbangan protein dalam kasein pada pembuatan keju.
5. Dalam bidang kedokteran
Kalsium klorida dapat disuntikkan sebagai terapi intravena untuk pengobatan
hipokalsemia, yaitu penyakit berkurangnya kadar kalsium dalam tubuh.
6. Kalsium klorida dapat digunakan sebagai zat aditif dalam pemrosesan plastik,
pipa dan semen.
1.4.3 Macam-macam Proses Pembuatan Kalsium Klorida
Kalsium klorida (CaCl2) diproduksi secara komersial dengan berbagai
proses, diantaranya proses pemurnian dari garam alami yangberasal dari garam
air laut, proses solvay terbentuk dari batu kapur dan natrium klorida dengan
katalis ammonia, dan proses netralisasi dari batu kapur dan asam aklorida.
1. Proses Pemurnian dari Garam Alami
Proses pemurnian ini merupakan proses yang paling sederhana dalam
pembuatan kalsium klorida, tetapi kemurnian kalsium klorida dari proses ini
sangatlah rendah, yaitu di bawah 10% (Tetra, 2010). Air garam alami dalam hal
ini air laut, mengandung kalsium, magnesium, natrium, klorida, bromida dan ion
lainnya. Berdasarkan literatur yang diperoleh persentase kandungan kimia yang
terdapat dalam air laut adalah sebagai berikut ditunjukkan pada tabel 1.6.
Tabel 1.6 Kandungan Kimia pada Air Laut
Zat Kimia Konsentrasi (mg/kg) Jumlah (%)
Klorida (Cl) 19345 55,03
Natrium (Na) 10752 30,59
Magnesium (Mg) 1295 3,68
Kalsium (Ca) 416 1,18
Kalium (Ka) 390 1,11
Bromida (Br) 66 0,19

Berdasarkan Tabel 1.6 diketahui bahwa kandungan kimia pada air laut
terdiri dari klorida (Cl) dengan konsentrasi 19345 mg/kg sebesar 55,03%, natrium
(Na) dengan konsentrasi 10752 mg/kg sebesar 30,59%, magnesium (Mg) dengan
konsentrasi 1295 mg/kg sebesar 3,68%, kalsium (Ca) dengan konsentrasi 416
mg/kgsebesar 1,18%, kalium (Ka) dengan konsentrasi 390 mg/kg sebesar 1,11%
dan bromida (Br) dengan konsentrasi 66 mg/kg sebesar 0,19%.
Dalam proses yang lebih tua, elektrolisis digunakan untuk
menghilangkan bromida. Pada zaman sekarang, larutan garam ini ditambahi
dengan gas klorin untuk mengoksidasi bromida ke bromin. Bromintersebut
kemudian ditiupkeluar darilarutan dengan udara dan dikumpulkan sebagaibromin
bebas atau sebagaibromida. Gas klorin, digunakan dalam proses pemurnian,
namun terbuang dengan pemanasan air garam sebelum kalsium klorida terisolasi.
Pada kondisi ini, kalsium klorida dari air garam alam tidak berubah secara kimia.
Larutan tersebut kemudian ditambahi dengan kalsium oksida untuk
membuat larutan garam tersebut bersifat alkali. Kalsium oksida yang
ditambahkan diperoleh dari bahan batu kapur (CaCO3) melalui proses pemanasan
secara kalsinasi. Ketika kapur ditambahkan ke larutan air garam, magnesium
hidroksida (Mg(OH)2) yang tidak larut akan mengendap dan tersaring. Beberapa
batu kapur yang ditambahkan tetap berada dalam air garamsebanyak 0,2 % dan
terisolasi dengan produk kalsium klorida akhir. Larutan air garam kemudian
dipekatkan lebih lanjut melalui evaporasi. Karena natrium klorida kurang larut
dibandingkan kalsium klorida, natrium klorida akan mengendap, dan kemudian
disaring. Kalsium klorida tidak terpengaruh pada langkah ini. Larutan kalsium
klorida yang tersisa dipekatkan dan dikeringkan (Dow, 2001).
2. Proses Solvay
Metode yang paling umum untuk menghasilkan kalsium klorida "sintetik"
adalah proses Solvay. Bahan baku dasar yang digunakan adalah batu kapur dan
larutan garam (natrium klorida) dengan katalis amoniak. Natrium karbonat
(Na2CO3), juga dikenal dengan nama soda abu dapat diproduksi dengan proses
Solvay. Soda abu ini dapat digunakan dalam pemrosesan gelas, sabun, detergen,
pulp dan kertas. Proses ini melibatkan banyak reaksi dan konsentrasi kalsium
klorida yang dihasilkan dari proses ini juga rendah, yaitu sekitar 10-15% (Tetra,
2010). Adapun flow diagram proses Solvay pembuatan natrium karbonat dengan
kalsium klorida sebagai produk sampingnya ditunjukkan pada Gambar 1.6.
Gambar 1.4 Flow Diagram Proses Solvay Pembuatan Kalsium Klorida
Pada Gambar 1.4 menjelaskanbahwa tahapan proses dan reaksi yang
terjadi pada proses Solvay pembuatan soda abu dengan kalsium klorida sebagai
hasil produk sampingnya yaitu:
a) Purifikasi larutan garam dengan penambahan amoniak dalam amoniak
absorber, dengan reaksi : NH3 + H2O NH4OH
b) Kalsinasi batu kapur dengan pemakaian coke sebagai fuel pada suhu 950-
1100oC, dengan reaksi : CaCO3 CaO + CO2
c) Mereaksikan amoniak brine dengan CO2 yang dihasilkan pada tahap
sebelumnya dalam carbonating towerpada suhu 20-55oC, dengan reaksi
ditunjukkan pada reaksi (1), (2) dan (3):
2 NH4OH + CO2 (NH4)2CO3 + H2O..(1)
(NH4)2CO3 + CO2 +H2O 2 NH4HCO3...(2)
2 NH4HCO3 + 2 NaCl 2 NH4Cl + 2 NaHCO3...(3)
d) NH4Cl dan NaHCO3yang dihasilkan dipisahkan dalam bikarbonat filter.
e) NaHCO3 yang telah dipisahkan dikalsinasi pada suhu 175-225oC, dengan
reaksi yang ditunjukkan pada reaksi (4):
2NaHCO3 Na2CO3 + CO2 + H2O...(4)
f) CaO yang dihasilkan pada proses kalsinasi batu kapur ditambahkan air hingga
terbentuk larutan kapur Ca(OH)2.
g) NH4Cl direaksikan dengan larutan kapur Ca(OH)2 untuk menghasilkan
kalsium karbonat pada ammonia recovery pada suhu 100oC, dengan reaksi
yang ditunjukkan pada reaksi (5):
NH4Cl + Ca(OH)2 2NH3 + CaCl2 + H2O(5)
h) Na2CO3 yang dihasilkan berupa soda abu ringan dengan densitas 0,59 gr/ml
sebagai produk utama dan CaCl2 sebagai produk samping.
3. Proses Netralisasi dari Limestone dan Asam Klorida
Proses ini merupakan proses pembuatan kalsium klorida yang paling
umum digunakan di seluruh dunia, disebabkan karena bahan baku yang tersedia
banyak dan murah. Batu kapur dapat direaksikan dengan larutan asam klorida
menghasilkan kalsium klorida, magnesium klorida, karbon dioksida dan air,
berikut adalah reaksi yang terjadi ditunjukkan pada reaksi (6) dan (7):
I. CaCO3 + 2 HCl CaCl2 + CO2 + H2O(6)
II. MgCO3 + 2 HCl MgCl2 + CO2 + H2O(7)
Asam klorida dicampur dengan batu kapur di dalam reaktor pada
temperatur ruang sekitar 32oC dan tekanan 1 atm. Adapun konsentrasi asam
klorida yang digunakan adalah maksimum 32%, dan konsentrasi CaCl2 dalam
larutan yang dihasilkan adalah sekitar 36%. Semakin tinggi konsentrasi asam
klorida yang digunakan, maka semakin tinggi konsentrasi produk kalsium klorida
yang dihasilkan. Dalam proses ini, senyawa magnesium hidroksida (Mg(OH)2)
juga dihasilkan sebagai produk samping dengan penambahan larutan alkali.
Proses penguapan lebih lanjut juga diperlukan untuk menghilangkan kadar air
dalam kalsium klorida sehingga kalsium klorida yang dihasilkan lebih murni.
Kemudian proses pengeringan dibutuhkan untuk menghasilkan produk kalsium
klorida dalam bentuk serbuk (Tetra, 2010).
1.4.4 Seleksi Proses
Perbandingan kelebihan dan kekurangan dari beberapa proses pembuatan
kalsium klorida dapat dilihat pada Tabel 1.7 di bawah ini (Tetra, 2010):
Tabel 1.7 Perbandingan Kelebihan dan Kekurangan dari Beberapa Proses
Pembuatan Kalsium Klorida
Proses
Pemurnian Solvay Netralisasi
Parameter
Limestone, Limestone dan
Bahan baku Larutan brine
natrium klorida asam klorida
murni
dan katalis
amonium
Kontinyuitas Bergantung pabrik Bergantung Mudah didapat
bahan lain pabrik lain dan tidak
tergantung pabrik
lain
Tipe reaksi Batch Continuous Continuous
Suhu reaksi 600C 820C 60-800C
Instalasi Sederhana Rumit Sederhana
Kemurnian 94-95% 55% 96%

Dengan mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan dari ketiga proses


yang ditunjukkan pada tabel 1.7, maka dalam pra rancangan pabrik ini, proses
yang digunakan adalah proses netralisasi yaitu pembuatan kalsium klorida dari
batu kapur dan asam klorida. Pemilihan ini didasarkan pada kelebihan proses ini,
jika dibandingkan dengan proses pemurnian air garam alami dan proses solvay,
yaitu:
1. Biaya bahan baku murah.
2. Bahan baku mudah didapat
4. Proses pembuatan lebih sederhana
3. Kemurnian CaCl2 tinggi 96%
5. Konversi CaCl2 tinggi (Tetra, 2010)
1.5 Uraian Proses
Batu kapur yang disimpan digudang penyimpanan diangkut oleh belt
conveyor ke roller crusher untuk dihancurkan. Batu kapur yang telah
dihancurkan kemudian discreening hingga ukuran partikel sekitar 100 mesh
(Wallas, 1999). Batu kapur yang tidak lolos ayakan dengan ukuran mesh lebih
kecil akan dikembalikan ke roller crusher, sedangkan sisanya yang lolos akan
dialirkan ke reaktor. Pada saat yang sama larutan HCl 32% diumpankan ke dalam
reaktor.

Reaktor yang digunakan adalah reaktor alir tangki berpengaduk (RATB).


Didalam reaktor terjadi reaksi antara CaCO3 dan HCl membentuk CaCl2, H2O
dan gas CO2. Suhu reaksi 50C dan tekanan operasi 1 atm. Konversi reaksi
sebesar 99%. Reaksi bersifat eksotermis maka untuk menjaga suhu reaksi tetap
50C dibutuhkan pendingin. Pendingin yang digunakan adalah air pendingin yang
dialirkan ke dalam koil pendingin di reaktor.
CaCO3(s) + 2 HCl(aq) CaCl2(s) + CO2(g) + H2O(l) ..(8)
Reaksi kimia impuritas:
2 HCl(l) + MgCO3(s) MgCl2(s) + CO2(g) + H2O(l) ..(9)

6 HCl(l) + Fe2O3(s) 2 FeCl2(s) + CO2(g) + H2O(l) (10)

Pada sisi atas reaktor akan keluar gas CO2. Pada sisi bawah reaktor akan
keluar hasil reaksi berupa slurry. Sisa reaktan CaCO3 yang berupa padatan
kemudian dipisahkan di Rotary Drum Filter (RDF). Cake kalsium karbonat yang
keluar dari RDF diangkut ke unit pengolah limbah. Filtrat yang terdiri atas H2O,
CaCl2, dan pengotor berupa MgCl2 dan MgCl2 kemudian diumpankan ke dalam
tangki neutralizer. Didalam tangki neutralizer produk hasil reaksi dari reaktor
dicampurkan dengan Ca(OH)2 20%. Proses ini berlangsung pada suhu 50C.
Melalui reaksi netralisasi pada reaktor penetralan, kandungan MgCl2 dapat
menghasilkan larutan basa Mg(OH)2 dan CaCl2 tambahan. Selain itu Ca(OH)2
dapat bereaksi dengan sisa HCl menghasilkan CaCl2. Senyawa FeCl3 yang
berasal dari komposisi batu kapur sebesar 0,12% juga mampu ternetralkan
menghasilkan CaCl2 dan endapan Fe(OH)3. Berikut adalah reaksi pada reaktor
penetralan:
MgCl2(s) + Ca(OH)2(aq) Mg(OH)2(s) + CaCl2(s)(11)
2FeCl3(s) + 3 Ca(OH)2(aq) 2 Fe(OH)3(s) + 3 CaCl2(s) (12)
HCl(l) + Ca(OH)2 (aq) CaCl2 (aq) + H2O (l) .............................(13)

Selanjutnya hasil reaksi yang keluar dari tangki neutralizer diumpankan


ke dalam thickener. Dengan waktu tinggal yang cukup maka Mg(OH)2 dan
Fe(OH)3 akan mengendap dan terpisah dari larutan CaCl2. Larutan jernih yang
keluar dari thickener terdiri atas H2O dan CaCl2 kemudian diumpankan ke dalam
evaporator. Didalam evaporator sebagian besar air akan diuapkan sehingga
konsentrasi kalsium klorida akan meningkat. Umpan yang masuk ke dalam
evaporator selain berasal dari thickener juga ada umpan yang berasal dari recycle
filtrat centrifugal filter yang merupakan mother liquor larutan CaCl2 dari
crystalizer. Larutan jenuh CaCl2 dari evaporator selanjutnya diumpankan ke
dalam crystalizer. Proses ini dikenal dengan kristalisasi yang menghasilkan
mother liquor CaCl2 dan H2O serta kristal CaCl2.2H2O (kalsium klorida dihidrat)
yang dilanjutkan dalam proses drying. Proses kristalisasi digunakan untuk
membentuk kristal CaCl2.

Hasil kristalisasi ini kemudian dipisahkan pada centrifugal filter untuk


memisahkan larutan mother liquor dari padatan kristal CaCl2.2H2O. Filtrat yang
berupa mother liquor banyak mengandung CaCl2 kemudian direcycle ke dalam
evaporator. Kristal kalsium klorida kemudian dikeringkan di dalam rotary dryer.
Kristal CaCl2 yang dikeringkan akan membuat sebagian air yang terikat
menguap, sehingga konsentrasi kristal CaCl2 menjadi 96%. Kalsium klorida yang
telah dikeringkan kemudian didinginkan oleh rotary cooler. Produk CaCl2 yang
dihasilkan diseragamkan ukurannya dengan menggunakan screening. Bahan yang
tidak lolos dari screening dihancurkan dengan hammer mill kemudian direcycle
kembali ke screening dan diangkut ke dalam gudang penyimpanan CaCl2.
1.6 Spesifikasi Bahan Baku dan Produk
1.6.1 Sifat Fisika dan Kimia Bahan Baku
1. Batu kapur (CaCO3)
Kapur adalah batuan sedimen terutama terdiri dari kalsium karbonat
(CaCO3) dalam bentuk kalsit mineral. Batuan ini paling sering terbentuk
diperairan laut yang dangkal. Biasanya merupakan batuan sedimen organik
yang terbentuk dari akumulasi cangkang hewan, karang, alga dan puing-puing.
Batu kapur mengandung 98,9% kalsium karbonat (CaCO3) dan 0,95%
Magnesium Karbonat (MgCO3) (Russell, 2007). Berikut sifat fisika dan kimia
batu kapur yang ditunjukkan pada Tabel 1.8.
Tabel 1.8 Sifat Fisika dan Kimia Batu Kapur

Parameter Nilai
Bentuk fisik Padatan
Warna Putih
Bau Tidak berbau
pH padatan 4,5-8,5 (suhu 25 oC)
8-8,5 (CaCl2 anhidrat)
Titik beku 175 oC
Kelarutan dalam air Terlarut
Berat molekul 110,98 gram/mol
Densitas 2,15 gram/cm3
Titik leleh 772-775 oC
Titik didih 1935 oC
Kelarutan dalam air 0,745 mg/L
Daya larut Larut dalam CH3COOH dan semua
alcohol
Viskositas 3,34 cP (787 oC)
1,44 cP (967 oC)
29x10-3Ns/m2(31 oC)
Specific heat capacity (Cp) 72,89 J/mol K
Entropi 108,4 J/mol K (pada 298 K)
Entalpi pembentukan (rHfo) -795,42 KJ/mol
Entalpi Bebas Gibbs (rGo) -748,81 KJ/mol
Enthalpy of Vaporization (vapH) 225 KJ/mol
(Sumber: Labchem, 2000)
Sementara itu, limestone yang diperoleh dari PT. Sinar Asia Fortun
memiliki spesifikasi seperti yang ditunjukkan pada table 1.9:
Tabel 1.9 Spesifikasi Limestone PT. Sinar Asia Fortun
Komponen Persentase (%)
CaCO3 99,10
MgCO3 0,49
Fe2O3 0,04
Al2O3 0,05
Mouisture content 0,27
Insoluble matter including SiO2 0,05
(Sumber: PT. Sinar Asia Fortune)
Batu kapur di alam jarang ada yang murni, karena umumnya mineral ini
selalu terdapat partikel kecil kuarsa, felspar, mineral lempung, pirit, siderit dan
mineral lainnya. Dalam mineral batu kapur terdapat juga pengotor, terutama ion
besi.
Batu kapur akan menjadi semakin tidak larut dalam air dengan naiknya
temperatur. Klasifikasi batu kapur dalam perdagangan mineral industri
didasarkan atas kandungan unsur kalsium (Ca) dan unsur magnesium (Mg).
Misalnya, batu kapur yang mengandung 90 % CaCO3 disebut batu kapur
kalsit, sedangkan bila mengandung 19% MgCO3 disebut dolomit. Adapun batu
kapur lebih banyak digunakan dalam industri karena banyak terdapat di alam
dan banyak manfaatnya, misalnya dalam pembuatan kalsium klorida (Amethyst,
2010). Dalam hal ini harga batu kapur adalah Rp 790.200,00/ ton (ICIS, 2016).

20
2. Asam Klorida (HCl)
Sifat fisika dan kimia asam klorida dapat dilihat pada tabel 1.10.
Tabel 1.10 Sifat Fisika dan Kimia Asam Klorida
Parameter Nilai
Berat molekul 36 g/mL
Densitas 1,19 g/mL
Titik didih 50,50C (1 atm)
Titik lebur -250C (1 atm)
Tekanan uap 16 kPa (200C)
Bentuk Cairan
Warna Bening
Bau Tajam
Sifat Volatil
Asam kuat
Kelarutan dalam air Mudah larut
Reaksi dengan air Eksoterm
Korosifitas Konsentrasi tinggi korosif
(Sumber: Science Lab, 2009 dan Greenwood, 1997) .
Harga: Rp 1.975.500,00/ 10 MT (ICIS, 2016). HCl yang digunakan
sebagai bahan baku diperoleh dari PT. Industri Soda Indonesia yang memiliki
spesifikasi seperti yang ditunjukkan pada table 1.11.
Tabel 1.11 Spesifikasi HCl PT. Industri Soda Indonesia
Komponen Persentase Sifat
(%)
Konsentrasi 32 Cair, tidak berwarna
SO4 0,012 -
Pb 0,0005 -
Cl2 0,005 -
H2O 67,98 -
(Sumber: PT. Industri Soda Indonesia)
3. Air (H2O)
Aquades adalah air yang dimurnikan yang diperoleh dengan destilasi,
perlakuan dengan destilasi, perlakuan dengan menggunakan penukar ion,
osmosis balik atau proses lain yang sesuai.
Tabel 1.12 Sifat Fisika dan Kimia Air
Parameter Nilai
Berat molekul 18,016 g/mol
Densitas 1 gr/mL (4C)
Titik lebur 0C (1 atm)
Titik didih 100C (1 atm)
Spesifik gravity 1,00 (4C)
Viskositas 0,8949 Cp
Kapasitas panas 1 kal/g
Panas pembentukan 80 kal/g
Panas penguapan 540 kal/g
Temperature kritis 374C
Tekanan kritis 217 atm
pH 5,0-7,0
(Sumber: Perry, 1999)
Sedangkan sifat sifat kimia H2O lainnya menurut (Alma, 2011) adalah
bersifat polar, H2O merupakan pelarut yang baik bagi semua senyawa organik,
memiliki konstanta ionisasi yang kecil, merupakan elektrolit lemah, memiliki
ikatan hydrogen, memerlukan wadah dan penyimpanan yang tertutup rapat.
4. Kalsium Hidroksida (Ca(OH)2)
Tabel 1.13 Sifat Fisika dan Kimia Kalsium Hidroksida
Parameter Nilai
Berat molekul 74,10 g/mol
Densitas 2,24 g/cm3
Titik lebur 580oC
pH 14
Kelarutan (g/100 g H2O) 0,185 g (0C)
0,173 g (20C)
Warna putih
Bentuk Serbuk atau larutan bening
(Sumber: Science Lab, 2008)
Sifat sifat kimia Ca(OH)2 menurut (Greenwood, 1997) adalah pada suhu
512oC dapat terurai menjadi kalsium oksida dan air, merupakan basa dengan
kekuatan sedang. Senyawa ini juga dapat dihasilkan dalam bentuk endapan
melalui pencampuran larutan kalsium klorida (CaCl2) dengan larutan natrium
hidroksida (NaOH).Banyak digunakan sebagai flokulan dalam air, pengolahan
limbah, serta pengolahan tanah asam. Larut dalam gliserol dan asam serta tidak
larut dalam alkohol. Harga: Rp 179.770,50,- /ton (ICIS, 2016)
Kalsium hidroksida yang digunakan sebagai bahan baku diperoleh dari
PT. Pentawira Agraha Sakti yang memiliki spesifikasi seperti yang ditunjukkan
pada tabel 1.14.
Tabel 1.14 Spesifikasi Kalsium Hidroksida PT. Pentawira Agraha Sakti
Komponen Persentase (%)
Ca(OH)2 98,99
MgO 0,62
Fe2O3 0,07
Al2O3 0,06
Mouisture content 0,23
Insoluble matter including SiO2 0,03
(Sumber: PT.Pentawira Agraha Sakti)
1.6.2 Sifat Fisika dan Kimia Produk
1. Produk Utama
Kalsium Klorida (CaCl2)
Tabel 1.15 Sifat Fisika dan Kimia Kalsium Klorida
Parameter Nilai
Berat molekul 110,99 g/mol
Densitas 2,15 g/mL
Konsentrasi 94%
Titik didih 1670oC
Titik lebur 772oC
pH 8 9 (untuk larutan)
Kelarutan (g/100 g H2O) 74,5 g (20oC)
Bentuk Solid
Warna Putih
(Sumber: Science Lab, 2008)
Kalsium klorida bersifat higroskopis, larut dalam asam asetat, etanol, dan
aseton, dapat bertindak sebagai sumber untuk ion kalsium dalam suatu larutan,
tidak seperti senyawa kalsium lainnya yang tidak dapat larut, kalsium klorida
dapat berdisosiasi. Mempunyai rasa seperti garam sehingga dapat digunakan
sebagai bahan untuk makanan (Patnaik, 2003). Berikut spesifikasi standar
kalsium klorida menurut JECFA dapat dilihat pada tabel 1.16.
Tabel 1.16 Spesifikasi Standar Kalsium Klorida
Parameter Nilai
Chemical CaCl2
Bentuk Serbuk
Warna Putih
Bau Tidak ada
Konsentrasi 96%
Bulk density 0,88 g/cm3
pH 7-10,5
CaCl2 > 94%
Total Magnesium (MgCl2) < 0,1%
Impuritis (Selain H2O) < 1%
Besi (Fe) < 15 mg/kg
Heavy metal < 20 mg/kg
Timbal < 5 mg/kg
Alkali bebas (Ca(OH)2) < 0, 15%
(Sumber: JECFA, 2004 )
2. Produk Samping
a. Magnesium Hidroksida (Mg(OH)2)
Endapan magnesium hidroksida merupakan hasil produk samping yang
dihasilkan dari reaksi penetralan dengan larutan Ca(OH)2 dalam reaktor
netralisasi. Produk samping ini berasal dari MgCl2 dari kandungan dolomit
pada batu kapur. Mg(OH)2 mudah larut dalam HCl namun tidak mudah larut
dalam air. Magnesium hidroksida diplikasikan pada industri farmasi
Tabel 1.17 Sifat Fisika dan Kimia Magnesium Hidroksida
Parameter Nilai
Berat molekul 58,32 g/mol
Densitas 2,3 g/cm3
Titik lebur 350oC
Kelarutan air 0,004 g/100 mL (100 C)
Bentuk Solid
Warna Tidak berwarna
Rasa Seperti garam
Entalpi pembentukan 925 kJ/mol
standar (fHo298)
Entropi molar standar 63 JK1mol1
pH 9,5-10,5
(Sumber: Perry, 1999)
b. Karbon Dioksida (CO2)
Gas CO2 relatif tidak berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan, namun
CO2 mungkin dapat bereaksi dengan air pada suhu dan tekanan tinggi
menghasilkan metana (CH4), gas H2 dan gas CO.
Tabel 1.18 Sifat Fisika dan Kimia Karbon Dioksida
Parameter Nilai
Berat molekul 44 g/mol
Densitas 1,98 g/L
Titik didih 78 C (195 K)
Titik lebur 57 C (216 K)
Kelarutan dalam air 1,45 g/L
Bentuk Gas
Warna Tidak berwarna
(Sumber: Perry,1999)
c. Besi (III) Klorida (FeCl3)
Tabel 1.19 Sifat Fisika dan Kimia Ferri Klorida
Parameter Nilai
Berat molekul 162,22 g/mol
Densitas 2,898 g/cm3
Titik didih 315OC
Titik lebur 282OC
Kelarutan (g/100 g H2O) 74,4 (0OC)
Bentuk Solid
Warna Tidak berwarna (suhu
kamar)
(Sumber: Perry, 1999)
Sifat sifat kimia FeCl3 (Patnaik, 2003):
Dapat membentuk larutan FeCl2 dengan mereaksikan besi murni dengan
larutan FeCl3seperti yang ditunjukkan pada reaksi (13):
Fe + 2 FeCl3 3 FeCl2...(13)
Reaksi pembentukan FeCl3 dari larutan FeCl2 ditunjukkan pada reaksi (14):
FeCl2 + Cl2 2 FeCl3(14)
Reaksi pembentukan FeOCl ditunjukkan pada reaksi (15):
FeCl3 + Fe2O3 3 FeOCl..(15)
Dapat larut dalam air dan jika bereaksi dengan air merupakan reaksi
eksoterm.
d. Ferri Hidroksida (Fe(OH)3)
Endapan besi hidroksida merupakan produk samping yang dihasilkan dari
kandungan FeCl3 pada batu kapur yang direaksikan dengan larutan Ca(OH)2.
Tabel 1.20 Sifat Fisika dan Kimia Ferri Hidroksida
Parameter Nilai
Berat molekul 106,87 g/mol
Densitas 3,4 g/cm3
Kelarutan (g/100 g H2O) 0,00015 (20OC)
Bentuk Solid
Warna Merah
Bau Tidak berbau
Entalpi pembentukan 197,3 kJ/mol
standar pada (fHo298)
(Sumber: Perry, 1999)

e. Magnesium Karbonat (MgCO3)


Magnesium karbonat dapat digunakan sebagai drying agent
Tabel 1.21 Sifat Fisika dan Kimia MgCO3 Magnesium Karbonat
Parameter Nilai
Berat molekul 83,43 g/mol
Densitas 2,958 g/cm3
Titik lebur 540OC
Kelarutan (g/100 g H2O) 0,0012 (25OC)
Bentuk Solid
Warna Putih
(Sumber: Perry, 1999)
f. Magnesium Klorida (MgCl2)
Dapat digunakan untuk memproduksi bahan tekstil dan semen.
Tabel 1.22 Sifat Fisika dan Kimia Magnesium Klorida
Parameter Nilai
Berat molekul 95,23 g/mol
Densitas 2,958 g/cm3
Titik didih 1412OC
Titik lebur 712OC
Kelarutan (g/100 g H2O) 54,3 (20OC)
Bentuk Solid
Warna Putih
(Sumber: Perry, 1999)
Sifat sifat fisika MgCl2 (Greenwood, 1997):
Larut dalam air dan etanol.
Reaksi pembentukan magnesium klorida pada proses Dow ditunjukkan pada
reaksi (16):
Mg(OH)2 + 2 HCl MgCl2 + 2 H2O.(16)
Reaksi pembentukan Mg(OH)2ditunjukkan pada reaksi (17):
MgCl2 + Ca(OH)2 Mg(OH)2 + CaCl2.(17)
Reaksi elektrolisis MgCl2 ditunjukkan pada reaksi (18):
MgCl2 Mg + Cl2..(18)
28
Daftar Pustaka

Amethyst, (2010) Limestone. http://www.galleries.com/rocks/limestone.htm. 19


September 2010.
Badan Pusat Statistik (2016). www.bps.go.id. Diakses 2 November 2016
Dow, (2001) National Organic Standards Board Technical Advisory Panel
Review Page 1 of 15 Compiled by Organic Materials Review Institute for
the USDA National Organic Program. United State.
Greenwood, (1997) Financial Markets in Development, and The Development of
Financial Markets. Journal of Economic Dynamics and Control 21. 145-
181.
HIS, (2014) Import Analysis and Trend of Calcium Chloride. India
JECFA, (2004). Metal and Arsenic Spesification. United State.
Kirk, R.E & Orthmer, V.R. (1991). Encyclopedia of Chemical Technology. 4th
edition volume 19. New York: John Wiley and Sons Inc.
Kohrn, (1987) Paten No. US4704265. United State.
Labchem, (2000) www.laboratoryequipment.com. Diakses 2 November 2016.
Patnaik, Pradyot (2003) Handbook of Inorganic Chemicals. New York: Mc
Graw-Hill.
Perry Robert H, et all (1999). Perrys Chemical Engineers Handbook. New York:
The Mc Graw Hills Company, Inc.
Peters & Timmerhaus, (1991) Plant Design and Economic for Chemical
Engineer. New York: Mc Graw Hill.
PT. Sinar Asia Fortune, (2016) Product. Rembang.
PT. Industri Soda Indonesia, (2016) Product. Sidoarjo.
PT. Pentawira Agraha Sakti, (2016) Product. Tuban.
Russell, (2007). Apparatus and Methods for Producing Calcium Chloride and
Products Made Thereform. Paten No. US20070009423/. United State.
Science Lab, (2008). www.sciencelab.com. Diakses 2 November 2016.
Tetra, (2010). Calcium chloride Production. Tetra Chemical Production. Eropa.

29
Wallas, Stanley. M (1999) Chemical Process Equipment Selection and Design.
United State: Departmen of Chemical and Petroleum Engineering.
University of Kansas.
www.icispricing.com. Diakses 7 November 2016
www.icis.com. Diakses 7 November 2016

30

Anda mungkin juga menyukai