Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG

TEKNOLOGI PENGOLAHAN
KOMODITI PERKEBUNAN HILIR
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL
PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER

TEMBAKAU CERUTU

Nama : Renny Dwi Anggraeni


NIM : 141710101092
Kelas/ Kelompok : THP B/ 6
Tanggal praktikum : 14 Mei 2016
Tanggal laporan : 22 Mei 2016
Asisten : Anis Shabrina Hanifa
Riri Nur Lutfian Sari
Aji Dwi Waskito
Mochammad Ichsan
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tembakau (Nicotiana tabacum L.) merupakan salah satu komoditi yang
strategis dari jenis tanaman perkebunan semusim dan merupakan salah satu
komoditi yang penting bagi Indonesia. Selama ini produksi tembakau Indonesia
bersifat fluktuatif. Berdasarkan informasi dari Departemen Pertanian (2013),
produksi tembakau nasional pada tahun 2008 dan 2009 berturut-turut 168.037 ton
dan 176.186 ton, menurun pada tahun 2010 menjadi 135.678 ton dan meningkat
kembali pada tahun 2011 menjadi 214.524 ton.
Budidaya tembakau di Indonesia umumnya dibagi berdasarkan iklim
tembakau, yaitu tembakau musim kemarau/Voor-Oogst (VO) dan tembakau
musim penghujan/Na-Oogst (NO). Tembakau VO digunakan sebagai bahan baku
dalam pembuatan rokok putih dan rokok kretek. Sedangkan tembakau NO
digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan cerutu maupun cigarillo.
Kabupaten Jember merupakan salah satu daerah penghasil tembakau NO
yang umumnya digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan cerutu. Salah
satu industry cerutu di kabupaten Jember adalah milik PTP Nusantara X Unit
Industri Bobbin, Jember mengusahakan pembuatan cerutu yang dipasarkan dalam
negeri maupun ekspor. Peranan industri cerutu dalam kehidupan masyarakat
Jember (terutama petani) cukup besar sebab memberikan lapangan kerja dan
pendapatan bagi masyarakat Jember. Tembakau sendiri telah menyumbang cukai
senilai Rp 90 triliun untuk APBN (Djunaidy, 2013).
Pengolahan tembakau merupakan salah satu mata kuliah di jurusan
Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember.
Untuk memperdalam materi kuliah tersebut diperlukan adanya Praktikum lapang
di industri yang mengolah tembakau antara lain di industri Bobibn. Praktikum
lapang yang dilakukan di PTP Nusantara X Unit Industri Bobbin, Jember
diharapkan dapat memberikan manfaat yang lebih pada mahasiswa sehingga
mahasiswa tidak hanya mengetahui pengolahan cerutu secara teoritis saja. Namun,
juga dapat mengetahui secara langsung pengolahan cerutu yang dilakukan di
industry cerutu seperti di pabrik cerutu milik PTP Nusantara X Unit Industri
Bobbin, Jember.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari dilakukannya praktikum lapang pengolahan cerutu di
Industri Bobbin yaitu:
1. Mempelajari proses pengolahan tembakau menjadi cerutu di PTP
Nusantara X Unit Industri Bobbin, Jember.
2. Membandingkan antara teori yang di dapat di bangku kuliah dan
praktek di lapang.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Cerutu


Jenis tembakau cerutu telah terkenal di dunia internasional. Tembakau Deli
sebagai salah satu jenis tembakau cerutu dipasaran internasional lebih dikenal
sebagai tembakau Sumatera, sedangkan tembakau Besuki dan Vorstenlanden lebih
dikenal dengan nama tembakau Jawa. Berdasarkan fungsinya pada pembuatan
rokok cerutu, tembakau cerutu dibagi menjadi tiga tipe, yaitu jenis pengisi (filler),
jenis pembungkus (dekblad), jenis pembalut (omblad) (Setiadji, 1992).
Menurut SNI 01 -0393-1989 defini cerutu adalah sejenis rokok yang isi,
lapisan dalam maupun lapisan kulit luar terdiri dari daun-daun tembakau jenis
tertentu. Cerutu terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian luar terdiri dari tembakau
disebut pembalut, bagian lapis kedua terdiri dari tembakau yang disebut
pembungkus dan bagian dalam terdiri dari rajangan tembakau yang disebut
pengisi (Cahyono, 1998).
Menurut Djojosudiro (1991) dalam Hikmah (2010), setiap bagian cerutu
memerlukan jenis tembakau dengan suatu persyaratan dan suatu mutu tertentu.
Berikut persyaratan mutu tembakau yang digunakan dalam pembuatan
cerutu.
1. Omblad/pembalut
a. Daun cukup masak dan sehat (hijau kekuning-kuningan)
b. Daun utuh, tidak cacat
c. Daun lebar, elastis dan tidak robek
d. Dikehendaki dengan panjang daun lebih dari 35 cm
e. Hasil curing cukup baik
f. Warna seragam, bersih dan rata
g. Daun tipis, lemas, dan halus
h. Daya pijar (mutu bakar) baik
i. Rasa dan aroma netral atau aroma sedikit ringan
2. Dekblad/pembungkus
a. Daun cukup tua dan masak (kuning tua hampir coklat)
b. Daun boleh sedikit lebih tebal dibandingkan pembalut
c. Daun masih elastis, relatif masih tipis
d. Daun lebar dengan panjang + 30 cm
e. Hasil curing termasuk baik
f. Warna agak rata sampai sedikit kotor
g. Daya pijar (mutu bakar) baik
h. Memiliki aroma yang cukup baik, boleh sedikit ringan dan gurih
3. Filler/pengisis
a. Isi baik : daun sedang/tebal, warna rata, sehat, matang, aromatis.
Rasa ringan/berat tetapi murni dan daya membara baik.
b. Isi sedang : daun seperti pengisi baik dengan kekurangan akan
unsur-unsur kualitas pokok yaitu warna kurang rata, kurang masak,
rasa agak tajam, pedas dan aroma yang kurang bersih, kurang berisi
dan lain-lainnya.
c. Isi rendah : daun bermutu rendah Nampak dari warna yang kotor
dan tidak sehat, tanpa isi, bau kurang segar dan sangat kurang unsur-
unsur mutu lainnya.
Mutu cerutu yang baik menurut Standar Nasional Indonesia (1989) disajikan
pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Mutu cerutu yang baik
Parameter Cerutu
Kadar Air (%) 10 – 15
Kadar Abu (%) Maksimal 18
Bilangan Mutu Maksimal 10
Keadaan Normal (bebas kapang)
Sumber : Standar Nasional Indonesia (1989).

2.2 Proses Pembuatan Cerutu


Proses pembuatan cerutu meliputi peracikan isi (filler), pengukusan
(steaming), penimbangan (weighting), pembentukan kepompong (bunching),
pencetakan kepompong (molding), pembungkusan kepompong (wrapping), aging,
sortasi, dan penyelesaian akhir (finishing). Tahapan proses pengolahan cerutu
dijelaskan sebagai berikut (Korohama, 2009).
a. Peracikan
Peracikan isi merupakan kegiatan membuat bahan baku tembakau untuk
pengisi (filler). Setiap proses peracikan tergantung dari jenis cerutu yang akan
diproduksi dan setiap jenis cerutu mempunyai komposisi bahan filler yang
berbeda.
b. Steaming
Pada tahap steaming, filler yang sudah ditentukan komposisinya di steam
dengan tujuan untuk menghilangkan bau menyengat dari bahan tembakau,
mencegah hama dan menyatukan aroma tembakau yang bermacam-macam
tersebut.
c. Wheghting
Weighting yaitu tahap penimbangan filler. Penimbangan filler disesuaikan
dengan ukuran cerutu yang akan diproduksi. Penimbangan dilakukan untuk tiap
batang cerutu.
d. Bunching
Pada tahap bunching, filler yang sudah ditimbang, kemudian dimasukkan
kedalam alat pelinting cerutu bersama dengan bahan untuk pembalut (omblad).
Hasilnya berbentuk seperti kepompong (bunch). Ukuran panjang dari kepompong
cerutu rata-rata lebih panjang yaitu antara 2 sampai 3 cm dari standar ukuran
cerutu jadi.
e. Molding
Molding yaitu pencetakan cerutu yang telah berbentuk kepompong (plop
press). Pencetakan cerutu dilakukan selama 20 sampai 30 menit agar cerutu
berbentuk simetris dan untuk mempertahankan filler agar tidak mengembang
setelah dibungkus dengan omblad.
f. Wrapping
Wrapping yaitu proses pembungkusan cerutu dengan bahan dekblad
wrapper dengan menggunakan alat pelinting cerutu. Setelah melalui proses
wrapping kemudian diratakan kembali dan dipotong dengan alat khusus untuk
memberi bentuk agar panjang dan diameternya sesuai dengan yang diinginkan.
g. Drawing test
Drawing test merupakan proses unutk mengetahui kekuatan hisap sebuah
cerutu. Drawing test dilakukan setelah cerutu yang melalui proses wrapping
dipotong dengan alat pemotong dan diratakan dengan alat perata cerutu. Untuk
cerutu jenis long filler kekuatan hisapan yang diperlukan sebesar 3,5 sampai 5,5
satuan hisap, sedangkan cerutu soft filler dan small cigar diperlukan kekuatan
hisap yaitu sebesar 3,5 sampai 7 hisapan. Tujuan drawing test ini untuk
kenikmatan konsumen dalam menghisap cerutu.
h. Aging
Aging merupakan proses penyimpanan cerutu di gudang penyimpanan
(gudang pemanasan). Perbedaannya dengan steaming yaitu steaming bersifat
sementara sedangkan aging bersifat jangka panjang.
i. Sortasi (selecting)
Sortasi merupakan tahap akhir yaitu memisahkan cerutu dengan warna
yang sama dan cerutu dengan bentuk yang baik
j. Finishing
Finishing yaitu tahap pemberan label jenis dan tanggal pembuatan cerutu.

2.3 Jenis-Jenis Cerutu


2.3.1 Cerutu Soft Filler
Cerutu jenis ini merupakan cerutu dengan isian berupa daun tembakau
rajangan. Cerutu soft filler terdiri dari tiga bagian, yaitu dekblad, omblad, dan
filler. Dekblad merupakan wrapper/daun pembungkus terluar, omblad merupakan
binder/daun pengikat filler, sedangkan filler merupakan isian cerutu berupa
tembakau rajangan dengan campuran saus tertentu. Panjang, diameter serta rasa
filler dari cerutu yang dihasilkan berbeda-beda. Bergantung pada merk yang
diproduksi.
2.3.2 Cerutu Long Filler
Cerutu Long filler merupakan cerutu yang dibuat menggunakan filler/isian berupa
tembakau utuh. Daun tembakau utuh sebagai isian digulung dan dibalut dengan
omblad kemudian dibungkus dengan dekblad. Oleh karena itu cerutu ini memiliki
tekstur yang lebih padat dibanding cerutu soft filler. Cerutu ini memiliki kualitas
dan ukuran (panjang dan diameter) yang berbeda-beda pula. Berdasarkan kualitas,
cerutu long filler terdiri dari tiga macam yaitu excellent (paling baik),
superior (baik), dan standart (sedang). Sedangkan berdasarkan ukurannya
(panjang dan diameter) terdiri dari empat macam yaitu MD Premium, MD
Robusto, MD Panatella, dan Cadenza Robusto.

2.3.3 Cerutu Small Cigar


Cerutu small cigar merupakan jenis semi-cerutu dengan bentuk mirip
dengan rokok kretek. Small cigar dibuat dengan isian tembakau rajangan voor
oogst yang kemudian dibungkus dengan daun tembakau yang telah dicetak sesuai
dengan ukuran yang ditentukan. Isian small cigar terdiri dari dua rasa saus, yaitu
rasa vanila dan cengkeh. Small cigar terdiri dari beberapa merk yaitu Macho
Vanila dan Macho Golf.

2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Cerutu


Penilaian mutu tembakau tidak terlepas dari sifat dasar tembakau sendiri
sebagai sifat intrinsik, tujuan penggunaan, dan akhirnya kepuasaan konsumen,
sehingga mutu tembakau mencapai aspek yang sangat luas sekali. Unsur-unsur
yang berpengaruh terhadap mutu tembakau dan yang dapat digunakan sebagai
pengukur mutu tembakau antara lain (Matnawi, 1992):
a. Ukuran bentuk dan letak daun
Merupakan unsur mutu yang penting karena menentukan rendemen yaitu
banyaknya daun yang akan dibuat dari tipa-tiap helai daun. Selain itu merupakan
pertimbangan untuk komponen rokok cerutu. Daun berdasarkan letaknya mulai
dari bawah ke atas terdiri dari, daun koseran (1-5 helai), daun kaki (6-13 helai),
daun tengah (14-22 helai), dan daun pucuk (sekitar helai atau lebih). Bentuk daun
koseran umumnya tipis dan bulat, daun kaki agak tebal dan bulat, daun tengah
tebal dan bulat panjang, sedangkan daun pucuk paling tebal dana agak
memanjang.
b. Tulang dan lamina
Rangka daun terletak tepat di bagian tengah daun disebut ibu tulang daun
atau midrib. Cabang tulang daun sekunder terletak menyirip lebih disebelah kiri
kanan midrib. Cabang sekunder bercabang lebih kecil atau sebagai anak cabang
yang saling bertemu membentuk tenunan. Bagian kiri dan kanan midrib berupa
suatu lembaran daun, disebut lamina daun. Bagian midrib proposi beratnya rata-
rata 25% dari berat daun.
c. Tenunan Daun
Sifat tenunan daun pada beberapa jenis tembakau mempunyai arti penting
dalam penilaian mutu. Tenunan halus dikehendaki untuk tembakau cerutu
pembalut maupun pembungkus, karena diharapkan menghasilkan aroma yang
baik, dan rasa ringan. Pada tembakau pangisi, tenunan daun tidak banyak
berpengaruh. Tenunan yang halus dan teratur dapat menyebabkan rata dan
baiknya pembakaran.
d. Tebal daun
Tebal daun rata-rata dihitung dari bagian epidermis atas sampai epidermis
bawah sekitar 200-400 mikron. Helaian daun tembakau, tipis pada bagian pangkal
dan pada daerah dekat pusat dan agak berkurang dari midrib. Tebal daun
dipengaruhi letak daun pada batang. Semakin ke atas letak daun pada batang,
semakin tebal daun tersebut.
e. Kepadatan Jaringan
Adalah suatu keadaan struktur dan tekstur daun. Keadaan kering
menyebabkan terbentuknya sel-sel yang kecil dan berbutir. Keadaan kering
mampat (close grained), dengan ruang sel yang kecil. Dikatakan tekstur yang
mampat karena sifat bakarnya cenderung kurang baik. Lebih disukai tekstur yang
longgar/terbuka (open grained). Tembakau yang dipetik tepat masak dan
dikeringkan dengan baik memiliki struktur dalam berpori/butiran (grain).
Butirannya berkembang baik mempunyai sifat bakar yang baik.
f. Berat per satuan luas
Berkurangnya rendemen akan mengakibatkan penurunan mutu. Rendemen
krosok umumnnya 12-16%, tembakau virginia 14,3-16,6%, tembakau yang diolah
secara curing atau pepean (sun drying) sekitar 8-12%. Tembakau rakyat rajangan,
pepean menghasilkan rendemen sekitar 6-7,5%.
g. Keelastisan atau kelentingan
Merupakan kemampuan tembakau yang dalam keadaan cukup lembab dapat
direntangkan sampai batas tertentu tanpa menjadi robek. Faktor yang berpengaruh
terhadap keelastisan adalah varietas, keadaan lingkungan, teknik budidaya, letak
daun pada batang, kemasakan, dan kadar air krosok.
h. Bodi
Merupakan kelunakan/kelembutan daun tembakau yang disebabkan oleh
bagian semi cair, tanpa dipengaruhi ketebalan dan tekstur. Faktor yang
mempengaruhi adalah kondisi tanah, iklim, teknik budidaya, serta letak daun pada
batang.
i. Mutu bakar
Beberapa sifat yang mencangkup dalam hal ini antara lain daya membara,
kecepatan membara, sempurnanya pembakaran, keteguhan abu.
j. Kuat fisiologi
Merupakan kriteria penilaian tembakau sehubungan dengan kandungan
penyusun yang akan mempengaruhi fisiologis pemakai.
k. Warna
Merupakan sifat dasar yang dimiliki setiap jenis tembakau, baik dalam
bentuk basah maupun krosok yang bersifat genetis.
l. Aroma
Dengan adanya fermentasi krosok akan mempunyai aroma yang baik.
Aroma paling penting adalah yang timbul jika tembakau dibakar. Aroma ini
adalah hasil destilasi kering dari bahan-bahan gum.
BAB 3. PEMBAHASAN

3.1 Profil Perusahaan


Unit Industri Bobbin, didirikan sejak tanggal 11 Juli 1992 dengan lokasi di
Dati II Jember (Jelbuk) Jawa Timur. Industri Bobbin ini kerjasama dengan Burger
Soehne Ag Burg (BSB) dalam jasa pemotongan daun tembakau menjadi
pembungkus cerutu. Jumlah mesin yang saat ini dioperasikan sebanyak 220 unit
dengan jasa sebesar Rp. 23,4 per potong dan mampu menyerap tenaga kerja
sebanyak ± 873 orang yang berasal dari penduduk setempat/sekitar Jember.
Industri Bobbin membawa manfaat yang sangat besar, diantaranya
menyerap tenaga kerta atau membka lapangan kerja baru, meingkatkan
kesejahteraan msyarakat, meningkatkan jumlah uang yang beredar da sebagai
salah satu contoh keberhasilan kerjasama dengan pihak asing. Pada tahun 2003,
Industri Bobbin PTPN X telah memptoduksi 700 juta potong (bungkus) dengan
tenaga kera sebanyak 931 orang yang mayoritas adalah wanita.

3.2 Perbandingan Proses Pembuatan Cerutu


Pengolahan cerutu yang ada di Industri Bobbin yaitu hanya pada proses
cutting, yaitu proses penyiapan daun tembakau untuk diolah menjadi cerutu. Hasil
daun tembakau dari proses cutting akan diekspor ke Eropa untuk diolah menjadi
cerutu. Daun tembakau yang akan dilakukan proses cutting ini terdapat dua
macam, yaitu daun tembakau dari dalam negri dan daun tembakau impor yang
hanya 15% dari total daun tembakau yang diolah. Daun tembakau impor ini
berasal dari Italia dan Brazil.
Pra proses daun tembakau sebelum dilakukan proses pemotongan berbeda
antara daun tembakau dalam negri dan daun tembakau impor. Berikut diagram alir
proses pngolahan daun tembakau dalam negri.
Daun tembakau

Pembasahan

Penirisan

Pendinginan

Penyuwiran

Pendinginan

Penataan

Pembersihan
Pemotongandebu

Gambar 3.1 Skema Kerja Pengolahan Daun Tembakau dalam Negri


Untuk daun tembakau dalam negri tahapan pra proses pertama yang
dilakukan yaitu pembasahan hanya sebentar menggunakan air biasa. Pembasahan
ini bertujuan agar daun tembaaku tidak kering. Setelah dilakukan pembasahan
lagsung ditiriskan dan selanjutnya dimasukkan dalam cooler atau ruang pendingin
untuk menjaga daun tembakau agar tidak kering. Setelah itu dilakukan proses
penyuwiran untuk memisahkan daun tembakau satu per satu atau tiap helai.
Kemudian daun tembakau dimasukkan ke dalam ruang pendingin atau cooler
untuk mencegah daun tembakau menjadi kering. Setelah itu masuk ke tahap yang
disebut beer, pada tahap ini dilakukan penataan daun tembakau sebelum daun
tembakau masuk ke tahapan proses cutting. Pada Industri Bobbin terdapat
tambahan tahapan proses, yaitu pembersihan daun menggunakan alat pembersih
yang disebut rolling pkastic. Tambahan proses ini dilakukan untuk menghilangkan
debu pada permukaan daun tembakau dari debu abu vulkanik yang disebabkan
oleh meletusnya gunung berapi. Setelah tahapan pra proses selesai, maka
dilanjutkan pada proses pemotongan atau cutting.
Pra proses daun tembakau inpor sedikit berbeda dengan daun tembakau
dalam negri. Hal ini dikarenakan daun tembakau impor memiliki daun yang lebih
lebar dan tebal. Selain itu tembakau impor juga memiliki tulang daun yang tebal,
sehingga pro proses yang dilakukan berbeda dengan daun tembakau dalam negri.
Erikut diagram alir daun tembakau impor.

Daun tembakau

Pembasahan 40 menit

Penirisan 4-5 jam

Penataan

Penghilangan tulang daun

Pemotongan

Gambar 3.2 Skem Kerja Pengolahan Daun Tembaku Impor


Tahapan pertama yang dilakukan pada pra proses daun tembakau impor
sama dengan tembakau dalam negri, yaiu proses pembasahan. Namun yang
membedakan yaitu terletak pada lama waktu, pada daun tembakau impor proses
pembasahan dilakukan dengan cara perendaman selama 40 menit. Hal ini
dikarenakan daun tembakau impor memiliki daun yang lebih tebal dibanding
dengan daun tembakau dalam negri. Sehingga membutuhkan waktu yang lebih
lama, begitu juga pada proses penirisan dilakukan agak lama yaitu selama 4 – 5
jam. Selanjutnya dilakukan proses penghilangan tulang daun menggunakan mesin
manual. Penghilangan tulang daun ini dilakukan karena tulang daun pada
tembakau impor lebih tebal. Pada proses penghilangan tulang daun ini juga
dilakukan pemisahan antara daun bagian kanan dan daun bagian kiri. Kemudian
masuk dalam proses pemotongan atau cutting.
Setelah melaui tahapan pra proses, baik daun tembakau dalam negri maupun
daun tembakau impor maka dilanjutkan proses cutting. Proses pemotongan ini
dilakukan oleh mesin yang diimpor dari Eropa dan dijalankan oleh karyawan
pabrik, mesin pemotong yang ada pada Indutri Bobbin terdapat berbagai macam
bentuk dan jenis. Untuk tiap kiri dan kanan daun digunakan mesin yang berbeda
pula. Pada ruangan cutting dilengkapi dengan penyemprotan air secara berkala
yang bertujuan untuk menjaga kelembaban ruangan dan daun tembakau. Mesin
yang digunakan pada proses pemotongan ini secara otomatis memotong dan
meletakkan daun tembakau yang telah dipotong pada kertas gulung. Setelah daun
tembaku selesai dipotong dan berapa pada kertas gulung maka dilakukan
pengecekan untuk mempertahankan mutu daun tembakau. Terakhir daun yang
lolos pengecekan makan dimasukkan ke dalam ruang pendingin (gudang
penyimpanan) dengan suhu minus untuk menjaga kualitas, kemudian daun
tembakau siap untuk diekspor ke eropa dan diolah menjadi cerutu.
Proses pembuatan cerutu pada Indutri Bobbin dilakukan oleh koperasi,
namun pada kunjungan lapang kali ini dilakukan demonstrasi pembuatan cerutu
dengan daun tembakau bagian filler, dekblad dan ombad yang telah siap untuk
diproses. Proses pembuatan cerutu yang perama dilakukan yatu meletakkan filler
atau tembakau rajangan ke dalam cetakan sambil ditekan agar sedikit memadat.
Selanjutnya bagian omblad diletakkan dan digulung, kemudian lapisan terakhir
dekblad diletakkan ujubfan dengan bagian halus yang berada di bawah. Sebelum
gulungan selesai, pada bagian ujung dekblad diolesi dengan lem yang terbuat dari
pati. Setelah itu proses penggulungan diselesaikan, maka proses pembuatan cerutu
telah selesai.
Pada Industri Bobbin tidak memproduksi cerutu sendiri dalam skala
besarkarena sudah ada perjanjian dengan pabrik cerutu di Eropa. Pihak Eropa
menyediakan mesin cutting dan daun tembakau hasil pemotongan diekspor ke
Eropa untuk selanjutnya diproses menjadi cerutu. Jika Industri Bobbin membuat
cerutu sendiri maka akan mematikan pabrik cerutu yang ada di Eropa, selain itu
cerutu olahan Industri Bobbin juga memerlukan pasar. Hal dikarenakan brand
tersebut merubakan brand yang baru. Kualitas daun tembakau yang dihasilkan
pada Industri Bobbin juga dijaga karena memiliki instansi penelitian. Bahan baku
daun tembakau ini tidak dibeli sembarangan pada petani sehingga tidak
mengadung pestisida yang berlebih. Jika terdapat daun tembakau yang terserang
hama juga dilakukan pemberian pestisida. Namun pemberian pestisida ini telah
dianjurkn oleh nstansi peneliti sehingga sesuai dengan kadar pestisida yang masih
terkontorl. Pembudidayaan daun tembau hingga pemanenan terpantau sesuai
dengan SOP sehingga menajmin kualitas daun tembakau agar tetap baik.
BAB 4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat pada praktikum lapang di PTP Nusantara
X Unit Industri Bobbin Jember, yaitu:
1. Kerjasama antara PTP Nusantara X Unit Industri Bobbin dengan
Tobacco Trader Internasional (Burger Sohne AG Burg) dilakukan sejak
1992.
2. Daun tembakau yang menjadi bahan baku berasal dari dalam negri
dan impor dari negara Italia dan Brazil.
3. Pada Industri Bobbin proses yang dilakukan yaitu proses
pemotongan daun tembakau (cutting) untuk bahan pembuatan cerutu.
4. Bagian dari cerutu secara umum adalah filler (isian), omblad
(pembalut, dan dekblad (pembungkus).
5. Tahapan proses daun tembakau dalam negri yaitu pembasahan,
penirisan, pendinginan, penyuwiran pendinginan, penataan, pembersihan
debu dan pemotongan
6. Tahapan proses daun tembakau impor yaitu perendaman, penirisan,
penataan, penghilangan tulang daun dan pemotongan.

4.2 Saran
Sebaiknya untuk praktikum lapang berikutnya dilakukan pada industri yang
mengolah daun tembakau menjadi cerutu yang siap jadi agar mahasiswa dapat
memahami dan mendapat ilmu yang lebih banyak.
DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, B. 1998. Tembakau Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Yogyakarta:


Kanisius.
Djojosudiro, S. 1991. Petunjuk Praktis Menanam Tembakau. Surabaya: Usaha
Nasional.
Djunaidy, M. 2013. “Warga Jember Tolak Hari Anti-Tembakau”. Tempo. 31 Mei
2013.
Hikmah, F.A.N. 2010. “Pengendalian Mutu Produk Akhir Cerutu di
KopkarKartanegara PTPN 10 (PERSERO) Jember”. Tidak Diterbitkan.
LaporanPraktek Kerja Lapang. Malang: Jurusan Teknologi Industri
Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya.
Matnawi, H. 1997. Budidaya Tembakau Bawah Naungan. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius.
SNI (Standar Nasional Indonesia).1989. SNI 01-0393-1989 tentang Mutu dan
Cara Uji Cerutu. Dewan Standarisasi Naional, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai