Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PENGOLAHAN
KOMODITI PERKEBUNAN HILIR 2017
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL
PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER

PENGOLAHAN TEMBAKAU

Disusun oleh:
Nama : Wilda Mukhollida
NIM : 151710101101
Kelas/Kelompok : THP B / 7
Tanggal praktikum : 14 Maret 2017
Tanggal laporan : 21 Maret 2017

Asisten :
1. Oriza Krisnata Wiwata
2. Dedi Kurniawan
3. Rizka Dwi Khairunnisa
4. Vika Nurlutfiyani
5. Wasilatul Imma
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tembakau berasal dari Amerika, yang pertama ditemukan oleh Colombus
pada tahun 1942, ketika mendarat di Pulau Guanakani (San Salvador). Ia telah
melihat orang-orang Indian mengisap rokok yang dibuat dari daun tembakau yang
kering dan digulung dengan kulit jagung (mais) dan gulungan-gulungan daun ini
oleh orang-orang Indian, disebut tobacco. Mulamula tanaman tembakau
ditanam di Eropa dan digunakan sebagai tanaman hias, seperti di Portugal,
Perancis dan Florence. Pada tahun 1558 1568, seorang yang berasal dari
Perancis yang bernama Jean Nicot De Villemain membawa biji-biji tembakau ke
negerinya yang kemudian ditanam sebagai tanaman obat-obatan yang
dipersembahkan kepada Raja Frans II yang dipergunakan untuk mengobati kepala
pusing. Oleh sebab itu tanaman ini disebut Nicotiana tabacum, baru pada tahun
1615 ditanamlah untuk keperluan industri dan merupakan tembakau Eropa yang
pertama (Tumbel, 2010).
Tembakau merupakan jenis tanaman yang sangat dikenal di kalangan
masyarakat Indonesia. Tanaman ini tersebar di seluruh Nusantara dan mempunyai
kegunaan yang sangat banyak terutama untuk bahan baku pembuatan rokok.
Selain itu tembakau juga dimanfaatkan orang sebagai kunyahan (Jawa : susur),
terutama di kalangan ibuibu di pedesaan. Rokok adalah hasil olahan tembakau
yang terbungkus, dihasilkan dari tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica
dan spesies lainnya atau sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau
tanpa bahan tambahan (Heryani, 2014).
Menurut Poetra dimulai pada awal abad ke-19, dimana warisan budaya
luhur bangsa Indonesia ialah rokok kretek. Rokok kretek adalah rokok yang
menggunakan tembakau asli yang dikeringkan, dipadukan dengan cengkeh dan
saat dihisap terdengar bunyi kretek. Sejarah rokok kretek di Indonesia bermula
dari kota Kudus, Jawa Tengah. Rokok dapat dibedakan menjadi beberapa jenis,
seperti berdasarkan isinya, pembungkusnya, cara membuatnya, ada/tidaknya filter
dsb. Oleh karena itu diperlukan praktikum untuk mengetahui jenis, kadar nikotin
dan sifat-sifat lain dari rokok.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah:
a. Untuk mengetahui berbagai jenis rokok.
b. Untuk mengukur kadar nikotin pada berbagai jenis rokok.
c. Untuk mengukur kecepatan membara.
d. Untuk mengukur ketahanan abu pada berbagai jenis rokok.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Rokok


Rokok adalah hasil olahan tembakau yang terbungkus, dihasilkan dari
tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya atau
sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan
(Heryani, 2014). Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70
hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm
yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah
satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut
pada ujung yang lainnya. Rokok biasanya dijual dalam bungkusan berbentuk
kotak atau kemasan kertas yang dapat dimasukkan dengan mudah ke dalam
kantong. Sejak beberapa tahun terakhir, bungkusan-bungkusan tersebut juga
umumnya disertai pesan kesehatan yang memperingatkan perokok akan bahaya
kesehatan yang dapat ditimbulkan dari merokok, misalnya kanker paru-paru atau
serangan jantung (walaupun pada kenyataannya pesan tersebut sering diabaikan).
Manusia di dunia yang merokok untuk pertama kalinya adalah suku bangsa
Indian di Amerika, untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada
abad 16, Ketika bangsa Eropa menemukan benua Amerika, sebagian dari para
penjelajah Eropa itu ikut mencoba-coba menghisap rokok dan kemudian
membawa tembakau ke Eropa. Kemudian kebiasaan merokok mulai muncul di
kalangan bangsawan Eropa. Tapi berbeda dengan bangsa Indian yang merokok
untuk keperluan ritual, di Eropa orang merokok hanya untuk kesenangan semata-
mata. Abad 17 para pedagang Spanyol masuk ke Turki dan saat itu kebiasaan
merokok mulai masuk negara-negara Islam.

2.2 Jenis-jenis Rokok


2.2.1 Cerutu
Cerutu adalah gulungan utuh yang dikeringkan atau difermentasikan yang
mirip dengan rokok, salah satu ujungnya dibakar dan dihisap oleh mulut melalui
ujung lainya. Cerutu merupakan sejenis rokok yang dibungkus atau digulung
langsung dengan daun tembakau, Cerutu terdiri dari 3 jenis tembakau, variasi
yang akan menentukan cita rasa dan karakteristik sebuah cerutu . Sebuah cerutu
akan telihat dari balutan daun terluar atau pembungkus yang berasal dari bagian
perkebunan yang luas dan penentuan atas pembungkus cerutu dapat menjelaskan
karakter dan rasa termasuk dengan warnanya yang sering dipergunakan untuk
menggambarkan cerutu secara keseluruhan. Di Indonesia sendiri industri cerutu
tidak sebanyak industri rokok, dikarnakan kurangnya peminatan dan permintaan
konsumen terhadap cerutu maka banyak toko atau pabrik cerutu yang tutup.
2.2.2 SKT (Sigaret Kretek Tangan)
Rokok yang proses pembuatannya dengan cara dilinting dengan
menggunakan tangan dan atau alat bantu sederhana. Sigaret kretek tangan
memiliki beberapa kekurangan dan kelebihan. Kelebihan sigaret kretek tangan
adalah menyerap banyak tenaga kerja dan hasil yang diperoleh lebih padat.
Sedangkan kekurangannya adalah susah/berat untuk dihisap, hasil tidak rapi dan
seragam, dan membutuhkan proses produksi yang lama.
2.2.3 SKM (Sigaret Kretek Mesin)
Rokok yang proses pembuatannya menggunakan mesin. Sederhananya,
material rokok dimasukkan dalam mesin pembuat rokok. Keluaran yang
dihasilkan mesin pembuat rokok adalah rokok batangan (Muhammad, 2008).
Sigaret kretek mesin memiliki beberapa kekurangan dan kelebihan. Kelebihan
sigaret kretek mesin adalah proses produksi yang cepat, rokok yang dihasilkan
lebih rapi dan seragam, harga lebih murah dan lebih mudah dihisap. Sedangkan
kekurangannya adalah tidak menyerap banyak tenaga kerja.
2.2.4 SF (Sigaret Filter)
Menurut Mardjun (2012), rokok Filter adalah rokok yang pada bagian
pangkalnya terdapat gabus. Sedangkan sigaret merupakan rokok yang
pembungkusnya menggunakan kertas. Jadi sigaret filter adalah rokok yang
pembungkusnya berupa kertas dan di pangkalnya terdapat gabus sebagai filter.
Filter rokok yang terbuat dari asetat selulosa berfungsi untuk menahan tar dan
partikel rokok yang berasal dari rokok yang dihisap, namun dalam jumlah sangat
sedikit. Filter juga berfungsi untuk mendinginkan rokoksehingga menjadi mudah
dihisap (Mustikaningrum, 2010).
2.2.5 SKMFF (Sigaret Kretek Mesin Full Flavor)
Rokok yang dalam proses pembuatannya ditambahkan aroma rasa yang
khas. Contoh: Gudang Garam International, Djarum Super dan lain-lain.
2.2.6 SKMLM (Sigaret Kretek Mesin Light Mild)
Rokok mesin yang menggunakan kandungan tar dan nikotin yang rendah.
Rokok jenis ini jarang menggunakan aroma yang khas. Contoh: A Mild, Clas
Mild, Star Mild, U Mild, L.A. Lights, Surya Slims dan lain-lain.

2.3 Nikotin
Nikotin merupakan senyawa alkaloid yang memiliki rumus senyawa
C10H14N2, yang banyak terkandung di dalam tanaman bermarga Solanaceae,
salah satu diantaranya adalah jenis tembakau (Nicotiana). Alkaloid merupakan
senyawa organik berbentuk cyclic yang sebagian besar tersusun atas unsur
nitrogen, carbon, dan hidrogen, serta sebagian kecil oksigen dan sulfur, biasanya
bersifat netral, asam lemah, atau basa lemah (Manske, 1965). Nikotin terdapat
diseluruh bagian tanaman tembakau. Bagian dari tanaman tembakau yang
mempunyai kadar nikotin cukup tinggi adalah bagian daun dan batang bagian
atas. Batang tembakau yang sudah dipetik daunnya biasanya dicabut kemudian
dikeringkan dan digunakan sebagai kayu bakar. Bagian atas batang tembakau
setelah dikeringkan menyusut banyak karena kandungan aimya yang lebih tinggi.
Nikotin adalah zat atau bahan senyawa pyrolidine yang terdapat dalam
Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang
bersifat adiktif dan dapat menyebabkan ketergantungan. Sedangkan menurut Sue
(1992) nikotin adalah bahan kimia berminyak yang tidak berwarna merupakan
salah satu racun yang paling keras yang kita kenal. Nikotin adalah sejenis obat
yang dalam jumlah kecil sudah cukup untuk merangsang atau penenang. Dosis
yang lebih besar bisa membahayakan manusia dan sedikit lebih besar lagi dapat
membunuh manusia. Suntikan nikotin dari sebatang rokok langsung pada
pembuluh darah seseorang yang sehat maka ia akan mati dalam beberapa menit.
Nikotin merupakan racun yang sangat kuat sehingga digunakan secara luas untuk
membunuh serangga yang kebal terhadap racun yang lain. Nikotin paling banyak
berada di sepertiga terakhir pada bagian rokok.

2.4 Penetapan Kadar Nikotin Metode Titrasi


Titrasi merupakan suatu proses analisis dimana suatu volum larutan
standar ditambahkan ke dalam larutan dengan tujuan mengetahui komponen yang
tidak dikenal. Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui
secara pasti. Berdasarkan kemurniannya larutan standar dibedakan menjadi
larutan standar primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer adalah
larutan standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat
tertentu dengan kemurnian tinggi (konsentrasi diketahui dari massa - volum
larutan). Larutan standar sekunder adalah larutan standar yang dipersiapkan
dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian relatif
rendah sehingga konsentrasi diketahui dari hasil standardisasi (Underwood, 1999).
Standardisasi larutan merupakan proses saat konsentrasi larutan standar
sekunder ditentukan dengan tepat dengan cara mentitrasi dengan larutan standar
primer (Kenkel, 2003). Titran atau titer adalah larutan yang digunakan untuk
mentitrasi (biasanya sudah diketahui secara pasti konsentrasinya). Dalam proses
titrasi suatu zat berfungsi sebagai titran dan yang lain sebagai titrat. Titrat adalah
larutan yang dititrasi untuk diketahui konsentrasi komponen tertentu. Titik
ekivalen adalah titik yang menyatakan banyaknya titran secara kimia setara
dengan banyaknya analit. Analit adalah spesies (atom, unsur, ion, gugus, molekul)
yang dianalisis atau ditentukan konsentrasinya atau strukturnya.
Titik akhir titrasi adalah titik pada saat titrasi diakhiri/dihentikan. Dalam
titrasi biasanya diambil sejumlah alikuot tertentu yaitu bagian dari keseluruhan
larutan yang dititrasi kemudian dilakukan proses pengenceran (Haryadi, 1990).
Pengenceran adalah proses penambahan pelarut yg tidak diikuti terjadinya reaksi
kimia sehingga berlaku hukum kekekalan mol.
BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


a. Alat
a. Alat tulis
b. Kamera
c. Timbangan
d. Alat Gelas
e. Labu Titrasi
f. Korek
g. Spatula
h. Beaker Glass
b. Bahan
a. Cerutu
b. Sigaret Kretek Tangan (SKT)
c. Sigaret Kretek Mesin (SKM)
d. Sigaret Filter (SF)
e. Sigaret Kretek Mesin Full Flavor (SKMFF)
f. Sigaret Kretek Mesin Light Mild (SKMLM)

3.2 Skema Kerja dan Fungsi Perlakuan


3.2.1 Menentukan Jenis Rokok

Rokok

Pengambilan Gambar

Klasifikasi Sesuai Jenis


Rokok
Gambar 1. Skema Kerja Penentuan Jenis Rokok
3.2.2 Penentuan Kadar Nikotin

Rokok

Pengecilan Ukuran

Penimbangan 1 gram (W)


Gambar 2. Skema Kerja Penentuan Kadar Nikotin
3.2.3 Kecepatan Membara Berbagai Jenis Rokok

Rokok

Pengukuran panjang (a)

Pembakaran

Pendiaman sampai rokok mati ( c )

Pengukuran panjang rokok akhir (b)

Perhitungan kecepatan membara

Gambar 3. Skema Kerja Kecepatan Membara Berbagai Jenis Rokok

3.2.4 Ketahanan Abu Berbagai Jenis Rokok

Rokok

Pengukuran panjang

Pembakaran

Penghisapan selama 1 menit

Pengukuran panjang rokok akhir

Perhitungan ketahanan abu

Gambar 4. Skema Kerja Ketahanan Abu Berbagai Jenis Rokok

.
BAB 4. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

4.1 Hasil Pengamatan


4.1.1 Menentukan Jenis Rokok
Tabel 1. Data Pengamatan Jenis Rokok
No. Jenis Rokok Merk Rokok dan Ciri-ciri
1 Cerutu Bali Stupa
Ciri-ciri:
Pembungkus berupa daun tembakau
Tekstur padat
Isi cerutu yaitu rajangan daun tembakau
2 Sigaret Kretek Dji Sam Soe
Tangan Ciri-ciri:
Isinya padat & dibungkus kertas
Ujungnya tidak terdapat filter
Bentuk tidak rapi dan tidak rata
3 Sigaret Kretek Surya Gudang Garam, Toppas, Class Mild
Mesin Ciri-ciri:
Isinya tidak padat
Bentuk seragam dan rapi
Dibungkus degan kertas
4 Sigaret Filter Surya Gudang Garam, Toppas, Class Mild, Gudang
Garam Internasional
Ciri-ciri:
Dibungkus dengan kertas
Ujungnya terdapat filter
5 SKMFF Gudang Garam Internasional
Ciri-ciri:
Memiliki aroma khas dari saus yan
ditambahkan
Memiliki filter
Dibungkus dengan kertas
Isinya tidak padat
6 SKMLM Class Mild
Ciri-ciri:
Dibungkus dengan kertas
Isinya tidak padat
Terdapat filter
Kandungan tar dan nikotin rendah
4.1.2 Penentuan Kadar Nikotin
Tabel 2. Data Pengamatan Penentuan Kadar Nikotin
No. Jenis Rokok Merk Rokok V HCL 0,1 N
1 Cerutu Stupa 0,2 ml
2 Sigaret Kretek Tangan Dji Sam Soe 0,1 ml
3 Sigaret Kretek Mesin Toppas 0,3 ml
4 Sigaret Filter Surya 0,3 ml
5 SKMFF Gudang Garam 0,2 ml
Internasional
6 SKMLM Class Mild 0,3 ml

4.1.3 Kecepatan Membara Berbagai Jenis Rokok


Tabel 3. Data Pengamatan Kecepatan Membara Berbagai Jenis Rokok
No. Jenis Rokok Merk Rokok Jarak Bakar Waktu Bakar
1 Cerutu Stupa a=10,5 cm 330 detik
b=9,5 cm
2 Sigaret Kretek Tangan Dji Sam Soe a=8 cm 1994 detik
b=0,9 cm
3 Sigaret Kretek Mesin Toppas a=8,9 cm 1349 detik
b=2,1 cm
4 Sigaret Filter Surya a=9,2 cm 1428 detik
b=2,5 cm
5 SKMFF Gudang Garam a=8 cm 1422 detik
Internasional b=1,5 cm
6 SKMLM Class Mild a=9 cm 1042detik
b=2 cm

4.1.4 Ketahanan Abu Berbagai Jenis Rokok


Tabel 4. Data Pengamatan Ketahanan Abu Berbagai Jenis Rokok
Waktu
Panjang
No. Jenis Rokok Merk Rokok Bakar
Abu (m)
(detik)
1 Cerutu Stupa 0,012 60
2 Sigaret Kretek Tangan Dji Sam Soe 0,01 60
3 Sigaret Kretek Mesin Toppas 0,014 60
4 Sigaret Filter Surya 0,017 60
5 SKMFF Gudang Garam 0,01 60
Internasional
6 SKMLM Class Mild 0,015 60
4.2 Hasil Perhitungan
4.2.1 Menentukan Jenis Rokok
Tidak dilakukan perhitungan.
4.2.2 Penentuan Kadar Nikotin
Tabel 5. Data Perhitungan Kadar Nikotin
No. Jenis Rokok Merk Rokok % Nikotin
1 Cerutu Stupa 0.03
2 Sigaret Kretek Tangan Dji Sam Soe 0.01
3 Sigaret Kretek Mesin Toppas 0.04
4 Sigaret Filter Surya 0.04
5 SKMFF Gudang Garam
Internasional 0.03
6 SKMLM Class Mild 0.04

4.2.3 Kecepatan Membara Berbagai Jenis Rokok


Tabel 6. Data Perhitungan Kecepatan Membara Berbagai Jenis Rokok
Kecepatan
No. Jenis Rokok Merk Rokok Membara
(detik/cm)
1 Cerutu Stupa 0.003
2 Sigaret Kretek Tangan Dji Sam Soe 0.004
3 Sigaret Kretek Mesin Toppas 0.005
4 Sigaret Filter Surya 0.005
5 SKMFF Gudang Garam
Internasional 0.005
6 SKMLM Class Mild 0.007

4.2.4 Ketahanan Abu Berbagai Jenis Rokok


Tabel 6. Data Perhitungan Ketahanan Abu Berbagai Jenis Rokok
Keteguhan
No. Jenis Rokok Merk Rokok
Abu (m/s)
1 Cerutu Stupa 0,0002
2 Sigaret Kretek Tangan Dji Sam Soe 0,000167
3 Sigaret Kretek Mesin Toppas 0,00023
4 Sigaret Filter Surya 0, 00028
5 SKMFF Gudang Garam 0,000167
Internasional
6 SKMLM Class Mild 0,00025
BAB 5. PEMBAHASAN
BAB 6. PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

Haryadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Gramedia

Heryani. 2014.

Kenkel, J. 2003. Analytical Chemistry for Technicians. Washington: Lewis


Publishers.

Manske, R. H. F.1965. The Alkaloids. Chemistry and Physiology. Volume VIII :


New York: Academic Press.

Mardjun. 2012.

Muhammada, F.I. 2008. Perilaku Merokok Remaja. Jakarta: Universitas


Indonesia.

Mustikaningrum. 2010.

Tumbel, M. 2010. Analisis Kadar Nikotin dalam Tembakau Tongka Kabupaten


Bantaeng. Bionature Vol. 11 (2): Hlm: 89 - 94, Oktober 2010. ISSN:
1411-4720.

Sue, Amstrong. 1992.

Underwood, D. 1999. Kimia Analisis Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.


LAMPIRAN PERHITUNGAN

1. Penentuan Kadar Nikotin


a. Cerutu
0,016
% Nikotin = 100%

0,20,090,0160,1
= 100%
1

= 0,03 %
b. SKT
0,016
% Nikotin = 100%

0,10,090,0160,1
= 100%
1

= 0,01 %
c. SKM
0,016
% Nikotin = 100%

0,30,090,0160,1
= 100%
1

= 0,04 %
d. SF
0,016
% Nikotin = 100%

0,30,090,0160,1
= 100%
1

= 0,04 %
e. SKMFF
0,016
% Nikotin = 100%

0,20,090,0160,1
= 100%
1

= 0,03 %
f. SKMLM
0,016
% Nikotin = 100%

0,30,090,0160,1
= 100%
1

= 0,04 %
2. Kecepatan Membara Berbagai Jenis Rokok
a. Cerutu

Kecepatan membara =
10,59,5
= 330

= 0,003 detik/cm
b. SKT

Kecepatan membara =
80,9
= 1944

= 0,004 detik/cm
c. SKM

Kecepatan membara =
8,92,1
= 1349

= 0,005 detik/cm
d. SF

Kecepatan membara =
9,22,5
= 1428

= 0,005 detik/cm

e. SKMFF

Kecepatan membara =
81,5
= 1422

= 0,005 detik/cm
f. SKMLM

Kecepatan membara =
92
= 1042

= 0,007 detik/cm
3. Ketahanan Abu Berbagai Jenis Rokok
a. Cerutu
()
Keteguhan Abu = ()
0,012
= 60

= 0,0002 m/s
b. SKT
()
Keteguhan Abu = ()
0,01
= 60

= 0,000167 m/s
c. SKM
()
Keteguhan Abu = ()
0,014
= 60

= 0,00023 m/s
d. SF
()
Keteguhan Abu = ()
0,017
= 60

= 0,00028 m/s
e. SKMFF
()
Keteguhan Abu = ()
0,01
= 60

= 0,000167 m/s
f. SKMLM
()
Keteguhan Abu = ()
0,015
= 60

= 0,00025 m/s

Anda mungkin juga menyukai