PENDAHULUAN
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana puntung rokok yang dapat digunakan sebagai insektisida
hayati?
2. Bagaimana cara mengolah puntung rokok agar bisa digunakan sebagai
insektisida hayati?
3. Bagaimana tingkat efektivitas puntung rokok sebagai insektisida
hayati?
C. Tujuan penelitian
1. Untuk mengetahui putung rokok yang dapat digunakan sebagai bahan
insektisida hayati.
2. Untuk mengetahui cara mengolah putung rokok menjadi bahan
insektisida hayati.
3. Untuk mengetahui efektivitas kerja pestisida hayati dari rendaman
puntung rokok untuk pengendali ulat pada tanaman.
D. Manfaat penelitian
1. Menekan sampah dari puntung rokok dan memanfaatkannya menjadi
produk yang lebih bernilaiguna.
2. Mendapatkan bahan insektisida hayati yang murah sehingga dapat
meningkatkan pendapatan dari hasil pertanian.
3. Mendorong dan merangsang penelitian lanjutan yang berkaitan dengan
pemanfaatan puntung rokok.
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Puntung Rokok
1. Pengertian dan Jenis-jenis Rokok
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia rokok didefinisikan
sebagai gulungan tembakau yang dibalut dengan daun nipah,
kelobot/kulit jagung atau kertas pembungkus (Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 2012). Dalam definisi yang lain disebutkan bahwa rokok
berbentuk silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120
mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang
berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah (Wikimedia.com)
Rokok berdasarkan jenisnya dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu
cerutu, rokok kretek, dan rokok filter. Namun demikian yang banyak
beredar di pasaran adalah rokok kretek dan filter. Oleh karena itu dalam
pembahasan ini akan dibatasi pada jenis kretek dan filter.
a. Rokok Kretek
Rokok kretek yaitu rokok yang menggunakan tembakau asli
yang dikeringkan, dipadukan dengan saus cengkeh dan saat dihisap
terdengar bunyi kretek-kretek. Rokok kretek berbeda dengan rokok
yang menggunakan tembakau buatan. Jenis cerutu merupakan
simbol rokok kretek yang luar biasa, semuanya alami tanpa ada
campuran apapun, dan pembuatannya tidak bisa menggunakan
mesin.
Ada Rokok Kretek non-filter dan dengan filter. Kretek yang
non-filter masih terbagi dari yang tingwe (kependekan dari bahasa
Jawa, ngelinting déwé yang berarti melinting sendiri, untuk diartikan
sebagai lintingan tangan) tanpa saus tambahan, cerutu, klobot dan
lintingan mesin dengan tambahan saus cengkeh. Sedangkan kretek
dengan filter berisi semacam gabus yang berfungsi menyaring
nikotin dari pembakaran tembakau dan cengkeh.
3
b. Rokok Filter
Rokok filter yaitu rokok yang pada salah satu ujungnya
berfilter. Filter yang dihubungkan ke batang rokok untuk menangkap
sebagian partikel yang ada di asap rokok sehingga mengurangi kadar
tar dan nikotin di asap rokok. Filter terbagi dari empat bagian, yaitu
tow (rangkaian selulose asetat sebagai badan filter), plasticizer (zat
pelunak untuk mengikat filter), plug wrap (kertas pembungkus fiber
filter) dan perekat (sebagai perekat plug wrap).
Di samping itu terdapat pula kertas tipping sebagai kertas
pembungkus filter dan juga sebagai pengikat antara batang rokok
dan batang filter. Kertas tipping terbuat dari fiber selulose dan
mungkin dilapisi oleh zat kimia.
4
B. Insektisida Hayati
1. Pestisida
Sebelum membahas masalah insektisida hayati, terlebih dahulu
perlu kita pahami dahulu tentang pengertian dasar pestisida. Istilah
pestisida merupakan terjemahan dari pesticide (Inggris) yang berasal
dari Bahasa Latin pestis dan cadeo, yang berarti racun untuk
mengendalikan organisme pengganggu tanaman (OPT).
Pestisida diklasifikasikan menjadi beberapa macam dan diberi
nama sesuai dengan sasaran organisme pengganggu tanaman yang akan
dikendalikan. Klasifikasi pestisida tersebut antara lain (a) insektisida,
yaitu racun yang digunakan sebagai pengendali insekta/serangga, (b)
fungisida, yaitu racun yang digunakan sebagai pemberantas dan
pengendali fungi/jamur, (c) bakterisida, yaitu racun yang digunakan
mengendalikan bakteri, (d) nematisida, yaitu racun yang digunakan
mengendalikan nematoda/cacing, (e) askarisida, yaitu racun yang
digunakan sebagai pengendali tungau, caplak, dan laba-laba, (f)
rodentisida, yaitu racun yang digunakan sebagai pengendali binatang
pengerat seperti misalnya tikus, (g) moluskisida, yaitu racun untuk
mengendalikan moluska, seperti bekicot, keong mas dan siput telanjang,
dan (h) herbisida, yaitu racun yang digunakan sebagai pengendali
gulma/ tumbuhan pengganggu seperti rumput di area pertanaman
(Wudianto, 2004)
Berdasarkan bahan dasar pembuatannya pestisida dibedakan
menjadi (a) pestisida kimia atau pestisida sintetis, yaitu berbagai
pestisida yang ada dipasaran dan dibuat dari bahan-bahan racun yang
telah diproses secara kimiawi, dan (b) pestisida hayati atau pestisida
nabati, yaitu pestisida yang diperoleh dari berbagai jenis tumbuhan dan
diproses secara tradisional maupun dengan menggunakan teknik lebih
moderen (Dadang, 2008)
2. Insektisida Hayati
Insektisida hayati atau insektisida nabati adalah istilah yang
digunakan untuk memberi nama hasil pengolahan insektisida yang
5
berasal dari tumbuh-tumbuhan, baik yang dioleh secara tradisional
maupun dengan bantuan teknologi. Beberapa jenis tumbuhan yang dapat
digunakan antara lain bawang putih, jarak, jengkol, kecubung, lombok,
mindi, mimba, pepaya, empon-empon, dan tembakau (Sutanto, 2006).
Masing-masing tumbuhan sebagaimana dimaksud memiliki
kandungan senyawa kimia yang berbeda-beda sehingga pada prinsipnya
masing-masing digunakan untuk mengendalikan organisme pengganggu
tanaman (OPT) yang berbeda-beda pula.
Khususnya tembakau (Nicotiana tabacum) telah lama dikenal
sebagai bahan dasar pembuatan berbagai macam insektisida. Senyawa
kimia yang terkandung dalam tembakau antara lain alkaloida
(nikotin), saponin, flavonoida dan politenol. Kandungan senyawa kimia
tersebut sebagian besar terakumulasi pada daun (i) bersifat sebagai
insektisida, (ii) racun saraf, kontak dan perut dan (iii) sebagai fumigan
(Andriani, 2014)
6
Dengan masih adanya nikotin di dalam puntung rokok maka jelas
bahwa puntung rokok masih mengandung senyawa yang bisa digunakan
sebagai bahan insektisida sebagaimana tembakau. Nikotin sebagai
senyawa utama dalam puntung rokok dapat digunakan sebagai
insektisida hayati yang dapat membunuh berbagai serangga karena zat
nikotin merupakan racun saraf yang potensial dan digunakan sebagai
bahan baku berbagai jenis insektisida.
7
utama yang menyerang daun dan buah kedelai yang dapat juga berakibat
gagal panen. Pada tanaman perkebunan seperti kakao, kopi dan teh
serangan ulat juga dapat menurunkan produksi.
Mengingat bahwa puntung rokok keberadaannya tersebar di
sembarang tempat dan sangat sedikit yang terkumpul dalam jumlah
besar, maka untuk sementara waktu pemanfaatnya sebagai insektisida
hayati masih diaplikasikan terbatas pada tanaman di sekitar rumah.
Namun apabila dapat dikumpulkan dalam jumlah yang agak besar,
misalnya memesan dari warung kopi yang biasa digunakan cangkrukan
dan play station, maka dapat diaplikasikan pada tanaman yang ada di
sawah atau kebun.
8
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan metode eksperimen yang dibagi
menjadi 2 (dua) tahap, yaitu tahap pertama pengambilan nikotin dari puntung
rokok dan tahap kedua penerapan cairan puntung rokok sebagai insektisida
hayati yang disemprotkan pada ulat contoh. Pada tahap kedua dilakukan
pengulangan 2 (dua) kali dengan ukuran ulat yang berbeda, dengan maksud
untuk mengetahui tingkat kecapatan mortalitas (kematian).
9
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Puntung rokok
b. Ulat (hama)
c. Air Bersih
D. Prosedur Penelitian
1. Pengambilan Nikotin dari Puntung Rokok
a. Memesan dan mengambil semua jenis puntung rokok (kretek maupun
filter) ke play station atau beberapa warung kopi
b. Membersihkan puntung rokok dari sisa-sisa abu
c. Memasukkan puntung rokok ke dalam gelas/botol
d. Merendam puntung rokok yang ada dalam gelas/botol setinggi jumlah
puntung rokok yang ada atau dipastikan semua puntung rokok
terendam air
e. Menutup rendaman puntung rokok dengan tutup gelas atau tutup botol
f. Rendaman disimpan dalam ruangan dan dibiarkan lebih kurang
selama 24 jam
g. Menyaring puntung rokok dengan saringan halus sehingga tidak
tercampur dengan endapan
h. Menyimpan cairan dari puntung rokok pada wadah tertutup bilamana
belum digunakan
10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
11
Gambar 2 : Hasil rendaman puntung rokok
13
kepala, 2 ulat
membolak-balikkan
badan, 2 ulat masih
bergerak aktif
2 ulat mati, 2 ulat
tinggal menggerak-
gerakkan kepala, 1 ulat
6. Menit ke-25
membolak-balikkan
badan, 1 ulat masih
bergerak aktif
3 ulat mati, 2 ulat
tinggal menggerak-
7. Menit ke-30 gerakkan kepala, dan 2
ulat membolak-balikkan
badan
4 ulat mati, 1 ulat
tinggal menggerak-
14
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa :
15
1. Semua puntung rokok, baik filter maupun kretek mengandung bahan-
bahan kimia seperti arsenik, nikotin, hidrokarbon, aromatic polisiklik dan
logam berat yang larut ke lingkungan, sehingga akan menyebabkan
pencemaran jika tidak ditampung dan diolah menjadi produk lain.
2. Puntung rokok dapat diolah dengan mudah dan dimanfaatkan sebagai
bahan insektisida hayati.
3. Racun yang terkandung dalam air rendaman puntung rokok dapat bekerja
efektif untuk mengendalikan ulat pada tanaman karena memiliki sifat
sebagai racun kontak, dimana ulat yang telah disemprot memiliki tingkat
mortalitas (kematian) yang cepat.
B. Saran
1. Kepada para perokok disarankan dapat mengumpulkan puntung rokok
atau tidak dibuang di sembarang tempat, dan diusahakan untuk bisa diolah
serta dimanfaatkan menjadi bahan insektisida hayati.
2. Kepada teman-teman kelompok ilmiah remaja untuk melakukan
penelitian lanjutan, khususnya untuk menemukan kandungan bahan kimia
yang lebih detail
DAFTAR PUSTAKA
Andriani, Lutfi T., Tembakau sebagai Pestisida Nabati, (Malang: Balai Besar
Pelatihan Pertanian Ketindan, 2014)
Basriyanta, Memanen Sampah, (Yogyakarta: Kanisius, 2011)
16
Dadang dan Djoko Prijono, Insektisida Nabati; Prinsip, Pemanfaatan, dan
Pengembangan, (Bogor : Departemen Proteksi Tanaman IPB, 2008)
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta, 2012)
Haidar, MH, dkk., Pemanfaatan Ekstrak Nikotin Limbah Puntung Rokok Kretek
Sebagai Inhibitor Korosi Guna Meningkatkan Kualitas Pipa Baja dan besi
Dalam Bidang Industri, (Semarang: PKM Undip, 2012)
Sunarjono, Hendro, Ilmu Produksi Tanaman Buah-buahan, (Bandung: Sinar baru
Agensindo, 2001)
Sutanto, Rachman, Penerapan Pertanian Organik, Pemasyarakatan dan
Pengembangannya, (Yogyakarta: Kanisius, 2006)
Wudianto, Rini, Petunjuk Penggunaan Pestisida, (Jakarta: Penebar Swadaya,
2004)
17