Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Hampir setiap kegiatan keseharian manusia menghasilkan sisa berupa
sampah. Anggapan yang berkembang di masyarakat sampai saat ini sampah
merupakan barang sisa yang sudah tidak berguna lagi dan harus dibuang.
Padahal sebenarnya sampah merupakan mutiara terpendam yang akan
memancarkan kilaunya atau menjadi bermanfaat apabila dikelola secara
tepat (Basriyanta, 2011:3).
Meskipun menurut pandangan agama maupun kesehatan merokok
lebih banyak merugikan bagi perokok sendiri maupun orang yang ada
didekatnya, namun dalam kenyataan merokok tetap merupakan bagian dari
kehidupan sebagian masyarakat. Merokok yang merupakan salah satu
kegiatan sebagian masyarakat juga menghasilkan sampah. Sampah rokok
terdiri dari plastik pelindung luar, kertas karton pembungkus, kertas
beraluminium atau plastik pembungkus dalam, dan puntung rokok.
Puntung dari rokok yang banyak beredar dimasyarakat dapat
dibedakan menjadi puntung rokok kretek dan puntung rokok filter. Namun
demikian keduanya tetap mengandung unsur tembakau sebagai bahan dasar
pembuatan rokok. Dan tembakau merupakan salah satu jenis tanaman yang
salah satu kandungan yang ada di dalamnya adalah nikotin.
Di dalam bidang pertanian organik, nikotin telah dikenal sebagai salah
satu insektisida hayati. Bahkan di Cina sudah sejak lama tembakau
digunakan sebagai bahan pengendali penggerek batang padi, yaitu jenis ulat
yang menyerang pada batang padi (Sutanto,2006:200).
Dengan melihat kenyataan bahwa puntung rokok masih mengandung
sisa-sisa tembakau (nikotin) dan pada rokok filter terdapat juga endapan
nikotin pada filter yang dibuang, maka sangat mungkin apabila puntung
rokok dijadikan sebagai bahan dasar insektisida hayati.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana puntung rokok yang dapat digunakan sebagai insektisida
hayati?
2. Bagaimana cara mengolah puntung rokok agar bisa digunakan sebagai
insektisida hayati?
3. Bagaimana tingkat efektivitas puntung rokok sebagai insektisida
hayati?

C. Tujuan penelitian
1. Untuk mengetahui putung rokok yang dapat digunakan sebagai bahan
insektisida hayati.
2. Untuk mengetahui cara mengolah putung rokok menjadi bahan
insektisida hayati.
3. Untuk mengetahui efektivitas kerja pestisida hayati dari rendaman
puntung rokok untuk pengendali ulat pada tanaman.

D. Manfaat penelitian
1. Menekan sampah dari puntung rokok dan memanfaatkannya menjadi
produk yang lebih bernilaiguna.
2. Mendapatkan bahan insektisida hayati yang murah sehingga dapat
meningkatkan pendapatan dari hasil pertanian.
3. Mendorong dan merangsang penelitian lanjutan yang berkaitan dengan
pemanfaatan puntung rokok.

2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Puntung Rokok
1. Pengertian dan Jenis-jenis Rokok
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia rokok didefinisikan
sebagai gulungan tembakau yang dibalut dengan daun nipah,
kelobot/kulit jagung atau kertas pembungkus (Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 2012). Dalam definisi yang lain disebutkan bahwa rokok
berbentuk silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120
mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang
berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah (Wikimedia.com)
Rokok berdasarkan jenisnya dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu
cerutu, rokok kretek, dan rokok filter. Namun demikian yang banyak
beredar di pasaran adalah rokok kretek dan filter. Oleh karena itu dalam
pembahasan ini akan dibatasi pada jenis kretek dan filter.
a. Rokok Kretek
Rokok kretek yaitu rokok yang menggunakan tembakau asli
yang dikeringkan, dipadukan dengan saus cengkeh dan saat dihisap
terdengar bunyi kretek-kretek. Rokok kretek berbeda dengan rokok
yang menggunakan tembakau buatan. Jenis cerutu merupakan
simbol rokok kretek yang luar biasa, semuanya alami tanpa ada
campuran apapun, dan pembuatannya tidak bisa menggunakan
mesin.
Ada Rokok Kretek non-filter dan dengan filter. Kretek yang
non-filter masih terbagi dari yang tingwe (kependekan dari bahasa
Jawa, ngelinting déwé yang berarti melinting sendiri, untuk diartikan
sebagai lintingan tangan) tanpa saus tambahan, cerutu, klobot dan
lintingan mesin dengan tambahan saus cengkeh. Sedangkan kretek
dengan filter berisi semacam gabus yang berfungsi menyaring
nikotin dari pembakaran tembakau dan cengkeh.

3
b. Rokok Filter
Rokok filter yaitu rokok yang pada salah satu ujungnya
berfilter. Filter yang dihubungkan ke batang rokok untuk menangkap
sebagian partikel yang ada di asap rokok sehingga mengurangi kadar
tar dan nikotin di asap rokok. Filter terbagi dari empat bagian, yaitu
tow (rangkaian selulose asetat sebagai badan filter), plasticizer (zat
pelunak untuk mengikat filter), plug wrap (kertas pembungkus fiber
filter) dan perekat (sebagai perekat plug wrap).
Di samping itu terdapat pula kertas tipping sebagai kertas
pembungkus filter dan juga sebagai pengikat antara batang rokok
dan batang filter. Kertas tipping terbuat dari fiber selulose dan
mungkin dilapisi oleh zat kimia.

2. Pengertian Puntung Rokok


Puntung merupakan sisa para perokok yang banyak dibuang di
sembarang tempat atau menjadi sampah di asbak dan selanjutnya
dibuang ke tempat sampah. Berdasarkan hasil peneltian Vickery dan
Mickerey, tahun 1981, dari setiap batang rokok kira-kira 20% akan
terbuang sebagai puntung rokok setelah dihisap oleh konsumen rokok
(Wikimedia.com).
Selama ini puntung rokok merupakan limbah yang banyak
terdapat dilingkungan sehingga dapat merusak pemandangan. Bahkan
menurut studi laboratorium, dalam puntung rokok masih terdapat bahan-
bahan kimia seperti arsenik, nikotin, hidrokarbon, aromatic polisiklik
dan logam berat yang larut ke lingkungan dari puntung rokok yang
banyak berserakan di pinggir jalan.
Limbah puntung rokok dunia setiap tahunnya sekitar 5,5 triliun,
Meskipun puntung rokok sudah dapat terdaur ulang dan hancur,
namun kandungan kimia dari puntung rokok tersebut akan tetap ada
dan mencemari tanah. Jika ini terjadi, maka mungkin 100 tahun
yang akan datang bumi kita menjadi ladang nikotin.

4
B. Insektisida Hayati
1. Pestisida
Sebelum membahas masalah insektisida hayati, terlebih dahulu
perlu kita pahami dahulu tentang pengertian dasar pestisida. Istilah
pestisida merupakan terjemahan dari pesticide (Inggris) yang berasal
dari Bahasa Latin pestis dan cadeo, yang berarti racun untuk
mengendalikan organisme pengganggu tanaman (OPT).
Pestisida diklasifikasikan menjadi beberapa macam dan diberi
nama sesuai dengan sasaran organisme pengganggu tanaman yang akan
dikendalikan. Klasifikasi pestisida tersebut antara lain (a) insektisida,
yaitu racun yang digunakan sebagai pengendali insekta/serangga, (b)
fungisida, yaitu racun yang digunakan sebagai pemberantas dan
pengendali fungi/jamur, (c) bakterisida, yaitu racun yang digunakan
mengendalikan bakteri, (d) nematisida, yaitu racun yang digunakan
mengendalikan nematoda/cacing, (e) askarisida, yaitu racun yang
digunakan sebagai pengendali tungau, caplak, dan laba-laba, (f)
rodentisida, yaitu racun yang digunakan sebagai pengendali binatang
pengerat seperti misalnya tikus, (g) moluskisida, yaitu racun untuk
mengendalikan moluska, seperti bekicot, keong mas dan siput telanjang,
dan (h) herbisida, yaitu racun yang digunakan sebagai pengendali
gulma/ tumbuhan pengganggu seperti rumput di area pertanaman
(Wudianto, 2004)
Berdasarkan bahan dasar pembuatannya pestisida dibedakan
menjadi (a) pestisida kimia atau pestisida sintetis, yaitu berbagai
pestisida yang ada dipasaran dan dibuat dari bahan-bahan racun yang
telah diproses secara kimiawi, dan (b) pestisida hayati atau pestisida
nabati, yaitu pestisida yang diperoleh dari berbagai jenis tumbuhan dan
diproses secara tradisional maupun dengan menggunakan teknik lebih
moderen (Dadang, 2008)

2. Insektisida Hayati
Insektisida hayati atau insektisida nabati adalah istilah yang
digunakan untuk memberi nama hasil pengolahan insektisida yang

5
berasal dari tumbuh-tumbuhan, baik yang dioleh secara tradisional
maupun dengan bantuan teknologi. Beberapa jenis tumbuhan yang dapat
digunakan antara lain bawang putih, jarak, jengkol, kecubung, lombok,
mindi, mimba, pepaya, empon-empon, dan tembakau (Sutanto, 2006).
Masing-masing tumbuhan sebagaimana dimaksud memiliki
kandungan senyawa kimia yang berbeda-beda sehingga pada prinsipnya
masing-masing digunakan untuk mengendalikan organisme pengganggu
tanaman (OPT) yang berbeda-beda pula.
Khususnya tembakau (Nicotiana tabacum) telah lama dikenal
sebagai bahan dasar pembuatan berbagai macam insektisida. Senyawa
kimia yang terkandung dalam tembakau antara lain alkaloida
(nikotin), saponin, flavonoida dan politenol. Kandungan senyawa kimia
tersebut sebagian besar terakumulasi pada daun (i) bersifat sebagai
insektisida, (ii) racun saraf, kontak dan perut dan (iii) sebagai fumigan
(Andriani, 2014)

C. Puntung Rokok sebagai Insektisida Hayati


1. Kandungan Puntung Rokok
Puntung rokok terdiri dari dua jenis yaitu puntung rokok tanpa
filter dengan sebagian besar mengandung bahan utama dari tembakau,
dan puntung rokok filter yang sebagian mengandung tembakau dan
sebagian filter yang telah menampung nikotin. Dengan demikian maka
semua puntung rokok mengandung nikotin. Menurut studi laboratorium,
dalam puntung rokok masih terdapat bahan-bahan kimia seperti arsenik,
nikotin, hidrokarbon, aromatic polisiklik dan logam berat yang larut ke
lingkungan dari puntung rokok yang banyak berserakan di pinggir jalan
(Wikimedia.com).
Senyawa kimia yang banyak terdapat pada puntung rokok dapat
dikeluarkan dengan mencelupkannya ke dalam air. Para peneliti Cina
telah melakukan percobaan dengan mencelupkan puntung rokok ke
dalam air dan dengan cara dapat mengeluarkan sembilan jenis bahan
kimia termasuk nikotin (Haidar, 2012)

6
Dengan masih adanya nikotin di dalam puntung rokok maka jelas
bahwa puntung rokok masih mengandung senyawa yang bisa digunakan
sebagai bahan insektisida sebagaimana tembakau. Nikotin sebagai
senyawa utama dalam puntung rokok dapat digunakan sebagai
insektisida hayati yang dapat membunuh berbagai serangga karena zat
nikotin merupakan racun saraf yang potensial dan digunakan sebagai
bahan baku  berbagai jenis insektisida. 

2. Hama yang Dapat Dikendalikan dengan Insektisida dari Puntung Rokok


Seperti telah dikemukakan oleh Rachman Sutanto bahwa nikotin
dalam tembakau (Nicotiana tabacum) merupakan bahan insektisida yang
dapat digunakan untuk mengendalikan beberapa jenis serangga terutama
berbagai jenis ulat, kumbang, penggerek, penggorok, kutu daun, dan
serangga tanah (Sutanto, 2006).
Ulat merupakan serangga yang banyak menyerang berbagai jenis
tanaman yang sebagian besar merugikan para petani atau pemelihara
tanaman. Pada tanaman buah-buahan hampir semuanya terserang hama
ulat. Misalnya pada jeruk terserang ulat perusak daun, bunga dan buah;
pada tanaman anggur biasa terserang ulat daun; tanaman apel terserang
ulat buah, ulat batang, dan ulat daun; tanaman pisang biasa terserang
ulat daun dan ulat bunga; tanaman alpukat terserang ulat daun dan ulat
buah, dan masih banyak buah-buahan lain yang sering dirugikan oleh
berbagai jenis ulat (Sunarjono, 2001).
Ulat juga menjadi hama utama berbagai jenis tanaman sayuran
seperti lombok, tomat, sawi, kacang panjang, kangkung, kobis, brokoli,
dan sebagainya. Bahkan pada tanaman sayuran serangan hama ulat lebih
berakibat fatal. Demikian pula terjadi pada tanaman bunga baik yang
dikomersiilkan maupun sebagai penghias rumah.
Pada tanaman pangan (padi, jagung, dan kedelai) serangan
berbagai jenis ulat juga sangat merugikan bahkan berakibat gagal panen.
Penggerek batang padi atau ulat yang menyerang batang padi, penggerek
tongkol jagung atau ulat yang menyerang buah jagung muda merupakan
contoh ulat yang menyebabkan gagal panen. Ulat juga merupakan hama

7
utama yang menyerang daun dan buah kedelai yang dapat juga berakibat
gagal panen. Pada tanaman perkebunan seperti kakao, kopi dan teh
serangan ulat juga dapat menurunkan produksi.
Mengingat bahwa puntung rokok keberadaannya tersebar di
sembarang tempat dan sangat sedikit yang terkumpul dalam jumlah
besar, maka untuk sementara waktu pemanfaatnya sebagai insektisida
hayati masih diaplikasikan terbatas pada tanaman di sekitar rumah.
Namun apabila dapat dikumpulkan dalam jumlah yang agak besar,
misalnya memesan dari warung kopi yang biasa digunakan cangkrukan
dan play station, maka dapat diaplikasikan pada tanaman yang ada di
sawah atau kebun.

8
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan metode eksperimen yang dibagi
menjadi 2 (dua) tahap, yaitu tahap pertama pengambilan nikotin dari puntung
rokok dan tahap kedua penerapan cairan puntung rokok sebagai insektisida
hayati yang disemprotkan pada ulat contoh. Pada tahap kedua dilakukan
pengulangan 2 (dua) kali dengan ukuran ulat yang berbeda, dengan maksud
untuk mengetahui tingkat kecapatan mortalitas (kematian).

B. Waktu dan Tempat Penelitian


- Penelitian dilaksanakan selama 1 (satu) minggu yaitu mulai tanggal 27
Maret 2015 sampai dengan 3 April 2015.
- Penelitian bertempat di rumah peneliti, yaitu RT. 01 RW.01 Dusun
Gandu Desa Gandusari Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek
Jawa Timur

C. Alat dan Bahan Penelitian


1. Alat
Alat-alat yang digunakan di penelitian ini adalah :
a. Baskom/wadah plastik
b. Gelas yang lengkap dengan tutupnya
c. Sprayer
d. Saringan
e. Corong air kecil
f. Alas
g. Penjepit/Cupit
h. Gunting
i. Botol/wadah untuk menampung air
j. Stopwacth

9
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Puntung rokok
b. Ulat (hama)
c. Air Bersih

D. Prosedur Penelitian
1. Pengambilan Nikotin dari Puntung Rokok
a. Memesan dan mengambil semua jenis puntung rokok (kretek maupun
filter) ke play station atau beberapa warung kopi
b. Membersihkan puntung rokok dari sisa-sisa abu
c. Memasukkan puntung rokok ke dalam gelas/botol
d. Merendam puntung rokok yang ada dalam gelas/botol setinggi jumlah
puntung rokok yang ada atau dipastikan semua puntung rokok
terendam air
e. Menutup rendaman puntung rokok dengan tutup gelas atau tutup botol
f. Rendaman disimpan dalam ruangan dan dibiarkan lebih kurang
selama 24 jam
g. Menyaring puntung rokok dengan saringan halus sehingga tidak
tercampur dengan endapan
h. Menyimpan cairan dari puntung rokok pada wadah tertutup bilamana
belum digunakan

2. Penerapan Rendaman Puntung Rokok sebagai Insektisida Hayati


a. Mencari ulat untuk dijadikan serangga percobaan
b. Menempatkan ulat pada alas yang disediakan
c. Memasukkan cairan rendaman puntung rokok ke dalam sprayer
d. Dilakukan penyemprotan pada ulat contoh
e. Mengamati perkembangan ulat yang telah disemprot sampai semua
dipastikan telah mati
f. Mencatat waktu ketahanan tiap ulat setelah disemprot cairan puntung
rokok sampai mati.

10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pengambilan Nikotin dari Puntung Rokok


1. Memasukkan puntung rokok yang telah dikumpulkan ke dalam wadah
(gelas, botol, atau lainnya) dengan tidak memandang apakah puntung
rokok kretek atau filter dan merndamnya di dalam ruangan selama lebih
kurang 24 jam. Cara sederhana ini juga dilakukan oleh para ilmuwan di
Cina untuk mengeluarkan bahan kimia yang terdapat pada puntung rokok
dimana filternya akan didaur ulang. Cara yang sama juga dilakukan oleh
M. Hilman Haidar bersama kelompoknya dari Universitas Diponegoro
Semarang dalam penelitiannya memanfaatkan ekstrak puuntung rokok
sebagai bahan inhibitor logam dari korosi.

Gambar 1 : Proses perendaman puntung rokok

2. Setelah lebih kurang 24 jam cairan dipisahkan dengan endapan puntung


rokok menggunakan saringan halus. Perlakuan ini dimaksudkan agar
cairan yang diperoleh tidak akan menyumbat ujung sprayer ketika
diaplikasikan untuk menyemprot hama. Berbeda dengan cairan rendaman
tembakau yang telah dilakukan oleh Dr.Ir. Dadang, dkk dari Departemen
Proteksi Tanaman IPB yang berwarna coklat bening, cairan puntung
rokok yang didapat dari percobaan ini berwarna coklat kehitaman dengan
sedikit agak kental serta berbahu menyengat. Hal ini diakibatkan oleh
adanya sisa abu dari setiap ujung puntung rokok yang ikut terendam.

11
Gambar 2 : Hasil rendaman puntung rokok

B. Penerapan Rendaman Puntung Rokok sebagai Insektisida Hayati

Gambar 3: Penyemprotan Ulat dengan Cairan Puntung Rokok

1. Pada tahap penerapan ini dilaksanakan 2 (dua) kali ulangan dengan


kreteria ulat yang berbeda. Kreteria ulat selengkapnya sebagaimana tabel
1 berikut :

No Uraian Eksperimen I Eksperimen II


12
1. Jenis Ulat Ulat daun pisang Ulat daun pisang
2. Besar Ulat/diameter + 0,6 mm + 0,3 mm
3. Panjang Ulat 3,5 – 4 cm 2 – 2,5 cm
4. Jumlah Ulat 6 ekor 4 ekor
Tabel 1 : Kreteria Ulat Eksperimen

2. Pengamatan terhadap pengaruh penyemprotan cairan rendaman puntung


rokok dilakukan sampai semua ulat eksperimen mati. Perkembangan
pengamatan dicatat setiap 5 menit. Hasil pengamatan selengkapnya
disajikan dalam tabel 2 berikut:

No Waktu Eksperimen I Eksperimen II


1. 0 menit (saat Semua ulat masih Semua ulat masih
disemprot) bergerak seperti semula, bergerak seperti semula,
belum ada reaksi belum ada reaksi
terhadap insektisida terhadap insektisida
hayati yang hayati yang
disemprotkan disemprotkan
Semua ulat bergerak Semua ulat bergerak
lebih aktif dan terus lebih aktif dan terus
berubah posisi sebagai berubah posisi sebagai
2. Menit ke-5
reaksi terhadap cairan reaksi terhadap cairan
puntung rokok yang puntung rokok yang
disemprotkan disemprotkan
Semua masih hidup. 3 1 ulat tinggal bergerak di
ulat masih bergerak aktif bagian kepala, 1 ulat

3. Menit ke-10 dan 3 ulat sedang membolak-balikkan


membolak-balikkan badan, dan 2 ulat masih
badan bergerak aktif
1 ulat tinggal bergerak 2 ulat mati, 1 ulat tinggal
di bagian kepala, 2 ulat menggerakkan kepala, 1
4. Menit ke-15 membolak-balikkan ulat membolak-balikkan
badan, dan 3 ulat masih
bergerak aktif
1 ulat mati, 1 ulat
5. Menit ke-20 Semua ulat telah mati
tinggal menggerakkan

13
kepala, 2 ulat
membolak-balikkan
badan, 2 ulat masih
bergerak aktif
2 ulat mati, 2 ulat
tinggal menggerak-
gerakkan kepala, 1 ulat
6. Menit ke-25
membolak-balikkan
badan, 1 ulat masih
bergerak aktif
3 ulat mati, 2 ulat
tinggal menggerak-
7. Menit ke-30 gerakkan kepala, dan 2
ulat membolak-balikkan
badan
4 ulat mati, 1 ulat
tinggal menggerak-

8. Menit ke-35 gerakkan kepala, dan 1


ulat membolak-balikkan
badan
semua ulat telah mati
9. Menit ke-40
Tabel 2 : Hasil Pengamatan Pengaruh Penyemprotan Rendaman Puntung
Rokok terhadap Mortalitas Ulat

3. Dari hasil pengamatan pengaruh penyemprotan rendaman puntung rokok


terhadap ulat dapat diketahui bahwa:
a. Air rendaman puntung rokok bersifat racun kontak terhadap ulat
sasaran. Hal ini ditunjukkan oleh reaksi yang cepat, yaitu mulai
sekitar 5 menit, semua ulat telah terlihat adanya gerakan yang lebih
aktif sebagai pengaruh racun yang mengenai hampir seluruh
permukaan tubuh.
b. Semakin tua dan semakin besar ukuran ulat maka proses kematian
akibat pengaruh racun puntung rokok semakin lambat. Hal ini
dimungkinkan karena ulat yang lebih besar dan lebih tua memiliki
daya tahan tubuh yang lebih tinggi dari pada ulat yang lebih kecil atau
lebih muda.

14
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa :

15
1. Semua puntung rokok, baik filter maupun kretek mengandung bahan-
bahan kimia seperti arsenik, nikotin, hidrokarbon, aromatic polisiklik dan
logam berat yang larut ke lingkungan, sehingga akan menyebabkan
pencemaran jika tidak ditampung dan diolah menjadi produk lain.
2. Puntung rokok dapat diolah dengan mudah dan dimanfaatkan sebagai
bahan insektisida hayati.
3. Racun yang terkandung dalam air rendaman puntung rokok dapat bekerja
efektif untuk mengendalikan ulat pada tanaman karena memiliki sifat
sebagai racun kontak, dimana ulat yang telah disemprot memiliki tingkat
mortalitas (kematian) yang cepat.

B. Saran
1. Kepada para perokok disarankan dapat mengumpulkan puntung rokok
atau tidak dibuang di sembarang tempat, dan diusahakan untuk bisa diolah
serta dimanfaatkan menjadi bahan insektisida hayati.
2. Kepada teman-teman kelompok ilmiah remaja untuk melakukan
penelitian lanjutan, khususnya untuk menemukan kandungan bahan kimia
yang lebih detail

DAFTAR PUSTAKA

Andriani, Lutfi T., Tembakau sebagai Pestisida Nabati, (Malang: Balai Besar
Pelatihan Pertanian Ketindan, 2014)
Basriyanta, Memanen Sampah, (Yogyakarta: Kanisius, 2011)

16
Dadang dan Djoko Prijono, Insektisida Nabati; Prinsip, Pemanfaatan, dan
Pengembangan, (Bogor : Departemen Proteksi Tanaman IPB, 2008)
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta, 2012)
Haidar, MH, dkk., Pemanfaatan Ekstrak Nikotin Limbah Puntung Rokok Kretek
Sebagai Inhibitor Korosi Guna Meningkatkan Kualitas Pipa Baja dan besi
Dalam Bidang Industri, (Semarang: PKM Undip, 2012)
Sunarjono, Hendro, Ilmu Produksi Tanaman Buah-buahan, (Bandung: Sinar baru
Agensindo, 2001)
Sutanto, Rachman, Penerapan Pertanian Organik, Pemasyarakatan dan
Pengembangannya, (Yogyakarta: Kanisius, 2006)
Wudianto, Rini, Petunjuk Penggunaan Pestisida, (Jakarta: Penebar Swadaya,
2004)

17

Anda mungkin juga menyukai