Anda di halaman 1dari 13

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan Negara yang kaya akan sumber daya alamnya, baik nabati
maupun hewani. Salah satu sumber daya nabati yang dimiliki yaitu tembakau.
Tanaman tembakau merupakan salah satu komoditas andalan nasional dan berperan
penting bagi perekonomian Indonesia, terutama dalam penyediaan lapangan
pekerjaan, sumber pendapatan bagi petani dansumber devisa bagi negara disamping
mendorong berkembangnya agribisnistembakau dan agroindustri (Abdullah dan
Soedarmanto,1982). Tembakau memiliki fungsi yang sangat besar bagi jutaan rakyat
Indonesia mulai dari petani hingga pekerja buruh di pabrik rokok. Tembakau diolah
menjadi rokok serta menghasilkan devisa yang cukup tinggi bagi Negara, khususnya
Indonesia.
Tembakau tumbuh subur di Indonesia, salah satunya ada di Kabupaten Jember.
Salah satu ikon dari Jember adalah Tembakau. Hal itu dikarenakan, tembakau tumbuh
subur di Kabupaten Jember. Melihat potensi daun tembakau yang cukup melimpah di
Kota Jember, maka tidak heran jika banyak yang ingin mengolah tembakau menjadi
rokok ataupun hanya menanamnya saja. Salah satu perusahaan agribisnis tersebut
adalah PT. Perkebunan Nusantara X (Persero). PT. Perkebunan Nusantara X
(Persero) merupakan Perusahaan Agribisnis Berbasis Perkebunan yaitu Tebu dan
Tembakau serta Jasa Cutting Bobbin dan Rumah Sakit.
Unit Industri Bobbin, didirikan sejak tanggal 11 Juli 1992 dengan lokasi di Dati II
Jember (Jelbuk) Jawa Timur. Industri Bobbin ini kerjasama dengan Burger Soehne
Ag Burg (BSB) dalam jasa pemotongan daun tembakau menjadi pembungkus cerutu.
Industri Bobbin telah bekerja sama dengan Universitas Jember sehingga mahasiswa
dapat melihat proses pembuatan cerutu baik yang secara tradisional (dengan tangan)
dan secara modern (dengan mesin), sehingga mahasiswa dapat membanding proses
pengolahan cerutu secara teori dan praktik di lapang atau industri.
1.2 Tujuan

Berdasarkan latar belakang diatas, maka tujuan yang ingin dicapai pada
kunjungan lapang ini antara lain:
1. Untuk mengetahui proses pengolahan daun tembakau menjadi bahan baku
cerutu.
2. Untuk membanding proses pengolahan cerutu secara teori dan praktik di
lapang atau industri.
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Profil Perusahaan


PT. Perkebunan Nusantara X (Persero) didirikan berdasarkan Peraturan
Pemerintah R.I No.15 Tanggal 14 Februari Tahun 1996 tentang pengalihan bentuk
Badan Usaha Milik Negara dari PT Perkebunan (Eks.PTP 19, Eks.PTP 21-22 dan
Eks.PTP 27) yang dilebur menjadi PT Perkebunan Nusantara X (Persero) dan
tertuang dalam akte Notaris Harun Kamil, SH No.43 tanggal 11 Maret 1996 yang
mengalami Perubahan kembali sesuai Akte Notaris Sri Eliana Tjahjoharto, SH. No. 1
tanggal 2 Desember 2011.
Pada tanggal 2 Oktober 2014, Menteri BUMN Dahlan Iskan meresmikan Holding
BUMN Perkebunan yang beranggotakan PTPN I, II, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, XI,
XII, XIII, XIV dengan PTPN III sebagai induk Holding BUMN Perkebunan. Dasar
hukum perubahan PTPN X (Persero) menjadi PTPN X adalah Keputusan Para
Pemegang Saham Perusahaan Perseroan PT Perkebunan Nusantara X Nomor: PTPN
X/RUPS/01/X/2014 dan Nomor: SK-57/D1.MBU/10/2014 tentang Perubahan
Anggaran Dasar.
Ruang lingkup Usaha PT. Perkebunan Nusantara X (Persero) merupakan industri
gula, tetes dan tembakau. Pemasaran produk pada PT. Perkebunan Nusantara X
(Persero) pada tembakau adalah dalam negeri melalui persaingan bebas, tetes
pemasaran pada pabrikan dan tender, sedangkan tembakau pemasarannya lansung
kepada pembeli industri dan pembeli pedagang, juga dipasarkan ke luar negeri
(ekspor).
2.2 Jenis Produk yang Dihasilkan

Unit usaha yang dilakukan adalah berbasis Perkebunan yaitu Tebu dan Tembakau
serta Jasa Cutting Bobbin dan Rumah Sakit, yang meliputi : 1. Unit Usaha Gula,
memproduksi gula dan tetes serta memiliki 11 Pabrik Gula dan tersebar di wilayah
Jawa Timur, yaitu PG Kremboong, PG Watoetoelis, PG Toelangan, PG Gempolkrep,
PG Djombang Baru, PG Tjoekir, PG Lestari, PG Meritjan, PG Pesantren Baru, PG
Ngadirejo dan PG Modjopanggoong. 2. Unit Usaha pelayanan kesehatan, PT
Nusantara Medika Utama, anak perusahaan yang bergerak di bidang pelayanan
kesehatan, membawahkan empat rumah sakit, yaitu RS Gatoel di Mojokerto, RS
Toeloengredjo di Pare Kediri, RS Perkebunan di Jember, dan RS Medika Utama di
Blitar 3.Unit jasa pemotongan, Industri Bobbin didirikan sejak tanggal 11 Juli 1992
dengan lokasi di Dati II Jember (Jelbuk) Jawa Timur. Industri Bobbin ini kerjasama
dengan Burger Soehne Ag Burg (BSB) dalam jasa pemotongan daun tembakau
menjadi pembungkus cerutu. 4. Unit fleksibel kemasan, PT Dasaplast Nusantara,
bekerja sama dengan PT Surya Satria Sembada, Jakarta. Produk Plastik, Innerbag dan
Waring utamanya untuk memenuhi kebutuhan pabrik gula dan kebun tembakau
sendiri, juga dilakukan ekspor ke Jepang dan pasar dalam Negeri. PT Dasaplast
Nusantara juga memiliki unit flexible packaging di Tulangan Sidoarjo. 5. Budidaya
Kedelai Edamame dan Okura, bekerja sama dengan PT Kelola Mina Laut dengan
nama PT Mitratani Dua Tujuh. Produk Kedelai Edamame ini utamanya untuk ekspor
ke Jepang, namun juga dilakukan upaya pemasaran dalam negeri. 6. PT Energi Agro
Nusantara (Enero), berlokasi di Mojokerto. PT Enero memroduksi bioetanol berbahan
baku tetes. Dan terakhir adalah perkebunan tembakau yang berada di wilayah
Kabupaten Jember (Kebun Ajung Gayasan dan Kebun Kertosari, Kebun Kebonarum,
Gayamprit dan Wedibirit) yang menghasilkan temabakau kualitas ekspor.

2.3 Pengolahan Tembakau dan Cerutu

2.3.1 Pengolahan Tembakau dan Cerutu secara Teori

Proses pembuatan cerutu meliputi peracikan isi (filler), pengukusan (steaming),


penimbangan (weighting), pembentukan kepompong (bunching), pencetakan
kepompong (molding), pembungkusan kepompong (wrapping), aging, sortasi, dan
penyelesaian akhir (finishing). Tahapan proses pengolahan cerutu menurut Korohama
(2009) dijelaskan sebagai berikut:
a. Peracikan isi (filler) merupakan kegiatan membuat bahan baku tembakau untuk
pengisi (filler). Setiap proses peracikan tergantung dari jenis cerutu yang akan
diproduksi dan setiap jenis cerutu mempunyai komposisi bahan filler yang berbeda.
b. Tahap steaming, filler yang sudah ditentukan komposisinya di steam dengan tujuan
untuk menghilangkan bau menyengat dari bahan tembakau, mencegah hama dan
menyatukan aroma tembakau yang bermacam-tersebut.
c. Weighting yaitu tahap penimbangan filler. Penimbangan filler disesuaikan dengan
ukuran cerutu yang akan diproduksi. Penimbangan dilakukan untuk tiap batang
cerutu.
d. Tahap bunching, filler yang sudah ditimbang, kemudian dimasukkan kedalam alat
pelinting cerutu bersama dengan bahan untuk pembalut (omblad). Hasilnya berbentuk
seperti kepompong (bunch). Ukuran panjang dari kepompong cerutu rata-rata lebih
panjang yaitu antara 2 sampai 3 cm dari standar ukuran cerutu jadi.
e. Molding yaitu pencetakan cerutu yang telah berbentuk kepompong (plop press).
Pencetakan cerutu dilakukan selama 20 sampai 30 menit agar cerutu berbentuk
simetris dan untuk mempertahankan filler agar tidak mengembang setelah dibungkus
dengan omblad.
f. Wrapping yaitu proses pembungkusan cerutu dengan bahan dekblad wrapper
dengan menggunakan alat pelinting cerutu. Setelah melalui proses Wrapping
kemudian diratakan kembali dan dipotong dengan alat khusus untuk memberi bentuk
agar panjang dan diameternya sesuai dengan yang diinginkan.
g. Drawing Test merupakan proses untuk mengetahui kekuatan hisap sebuah cerutu.
Drawing test dilakukan setelah cerutu yang melalui proses wrapping dipotong dengan
alat pemotong dan diratakan dengan alat perata cerutu. Untuk cerutu jenis long filler
kekuatan hisapan yang diperlukan sebesar 3,5 sampai 5,5 satuan hisap, sedangkan
cerutu soft filler dan small cigar diperlukan kekuatan hisap yaitu sebesar 3,5 sampai
7 hisapan. Tujuan drawing test ini untuk kenikmatan konsumen dalam menghisap
cerutu.
h.Aging merupakan proses penyimpanan cerutu di gudang penyimpanan (gudang
pemanasan). Perbedaannya dengan steaming yaitu steaming bersifat sementara
sedangkan aging bersifat jangka panjang.
i.Sortasi (selecting) merupakan tahap akhir yaitu memisahkan cerutu dengan warna
yang sama dan cerutu dengan bentuk yang baik.
j. Finishing yaitu tahap pemberian label jenis dan tanggal pembuatan cerutu.

Daun
tembakau

Peracikan isi

Steaming

Penimbangan

Pembentukan
kepompong

Pembungkusan
kepompong

Cerutu

Pengujian

Aging

Sortasi dan finishing


2.3.2 Perbedaan Pengolahan pada Teori dan Perusahaan
PT. Perkebunan Nusantara X (Persero) Industri Bobbin terdapat dua macam
pengolahan yang dijalankan, yaitu yang pembuatan cerutu dengan tangan dan
pemotongan daun tembakau dengan mesin. Pertama, pembuatan cerutu dengan
tangan yaitu berada di koperasi industri bobbin. Hal pertama yang harus dilakukan
adalah menyiapkan daun tembakau yang akan digunakan, baik filler, omblad dan
dekblad. Setelah itu, dilakukan pemotongan omblad, yang bertujuan untuk
menyeragamkan ukuran cerutu. Lalu pemasukkan filler ke dalam omblad (daun kasar
di dalam), lalu diberi lem. Lem yang digunakan adalah CMC, CMC digunakan
karena membuat daun tembakau tidak mudah pecah dan tidak membuat kaku. Setelah
itu, cerutu dilinting dengan menggunakan tangan atau alat bantu binder. Selanjutnya,
dilakukan menimbangan pada cerutu small cigar saja. Lalu hasilnya di presster dan
didiamkan dulu selama 1 jam. Setelah 1 jam, cerutu dibalik agar pengepressan
merata. Kemudian, dilakukan penambahan dekblad, dengan cara hasil lintingan
sebelumnya diletakkan di atas daun tembakau yang akan digunakan sebagai dekblad
dan dilinting lalu diberi lem. Lem yang digunakan adalah CMC, CMC digunakan
karena membuat daun tembakau tidak mudah pecah dan tidak membuat kaku. Setelah
itu, proses pemotongan kedua sisi ujung cerutu. Lalu dikeringkan lagi kemudian
diberi racun berupa postoksin. Peracunan berfungsi untuk mencegah lasioderma.
Setelah kering cerutu diberi logo, diplastik dan dikemas dalam kardus sebanyak 24
biji/kardus.
Daun
Tembakau

Pemotongan
omblad

Pengisian

Pelintingan

Penimbangan

Presster dan
pendiaman

Penambahan
Dekblad

Pemotongan

Pengemasan

Kedua, pemotongan daun tembakau dengan mesin. Daun tembakau awalnya


dibedakan menjadi dua yaitu mutu 07dan mutu 35. Mutu 07 adalah daun tembakau
berwarna merah muda sampai kuning dengan daun yang bersih dan warnanya merata,
sedangkan mutu 35 adalah daun tembakau dengan warna kurang merata. Daun yang
akan diproses tersebut dalam satu ikat, jadi perlu adanya pembukaan tali untuk
mengurai daun-daun tembakau. Daun tembakau yang telah terurai dimasukkan ke
dalam box, lalu dilakukan proses pembasahan tujuannya agar daun lembap dan
elastis, caranya dengan menyelupkan daun ke dalam air sebentar saja. Selanjutnya
adalah proses penirisan selama 24 jam lalu proses penguraian kembali dengan
menjaga kelembapan 25-28ºC (alkadis) dan 22-28º. Cara menjaga kelembapan yaitu
dengan melakukan pembalikan agar keringnya merata. Setelah itu, daun tembakau
dimasukkan ke dalam cool room dengan suhu -10ºC selama 24 jam agar lembapnya
mereta. Kemudian, proses deeber yaitu sortasi daun tembakau untuk melihat ada
sobekan atau tidak pada daun tembakau, lalu dilakukan penimbangan dengan berat
3kg (tbn) dan 2kg (alkadis). Daun tembakau yang akan di proses akan masuk ke
ruang produksi, sedangkan kelebihan daunnya akan masuk ke ruang cool room lagi
untuk menjaga kelembapannya. Pada ruang produksi, digunakan kertas pembungkus
yang dinamakan bobbin dengan berat 15kg/gulung. Selama prosesnya terdapat
humidifier untuk menjaga kelembapan pada daun tembakau. Daun tembakau
dipotong dengan mesin pemotong wba (pemotong berputar) dan mbf (pemotong
mencetak), dan terakhir hasil potongan dimasukkan ke dalam cool room dengan suhu
-8ºC. Daun temabakau diekspor ke luar negeri dengan kode berbeda, seperti DAL
(Jerman), CCT (Spanyol), BSAG (Swiss), MST (Itali) dan AL (Filiphina).
Berdasarkan perbandingan antara teori dan praktik lapang ditemukan
bahwasannyatidak ada perbedaan yang spesifik antara teori dan praktik di lapang.
Industru Bobbin, telah melakukan industri pengolahan tembakau sesuai dengan teori
yang selama ini dipelajari oleh mahasiswa. Sehingga tidak heran jika industri ini telah
dipercaya industri pembuatan cerutu di luar negeri untuk menyediakan bahan
bakunya.
TBN 07 TBN 35

Pembukaan tali

Penguraian

Pembasahan

Penirisan

Pendingan
(-10ºC, 24 Jam)

Deeber

Pemotongan

Pendingan
(-8ºC)
BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari praktik lapang ini adalah sebagai berikut:

1. Proses pengolahannya antara lain, penyiapan bahan baku, pemotongan


omblad, penggulungan/pelintingan, penimbangan, pengepressan dan
pendiaman, pelapisan dekblad, pemotongan ujung-ujung cerutu, pengeringan,
peracunan dan pengemasan.
2. Berdasarkan pengalaman yang diperoleh dari hasil kunjungan lapang di unit
industri Bobbin, tidak ada perbedaan yang spesifik antara teori dan praktik di
lapang. Sehingga tidak heran jika industri ini telah dipercaya industri
pembuatan cerutu di luar negeri untuk menyediakan bahan bakunya.
3.2 Saran
Adapun saran dari praktik lapang ini adalah diharapkan mahasiswa dapat
menjadi salah satu orang yang bisa mengubah pandangan masyarakat mengenai
buruknya tembakau untuk kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, A dan Soedarmanto. 1982. Budidaya Tembakau. C.V. Jakarta: Yasaguna.

Korohama, C. 2009. Cerutu, Sebuah Sentuhan Kenikmatan Kelas Atas.


http://christokorohama.blogspot.com/search?q=cerutu. [20 Mei 2016].
LAMPIRAN DOKUMENTASI

Pemotongan Krosok Pelintingan cerutu Pengepresan

Pemasangan dekblad Perapian ujung Pemasangan label

Penyimpanan cerutu

Anda mungkin juga menyukai