PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui teknologi pengolahan abon ikan.
2. Mengetahui perubahan warna pada abon ikan.
3. Mengetahui tingkat penerimaan konsumen terhadap produk abon.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Jantung Pisang
Ikan Sortasi
tongkol,tengiri,
tuna
Pencucian
Penyiangan Pemotongan
Santan, Bawang,
Serai, Gula,
Cabe
Pengecilan ukuran Pengukusan
Penggorengan
Pengepresan
Pengujian
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Bahan utama pada proses
pembuatan abon ikan ini adalah ikan tongkol 70% dan jantung pisang 30%.
Pertama kupas jantung pisang dan cuci bersih ikan tongkol yang akan digunakan.
Pada ikan bagian yang dibuang adalah kepala, sirip, insang, sisik dan isi perut.
Daging dibuang hanya bagian lemaknya yang menggumpal dan bagian urat
kerasnya. Sedangkan jantung pisang yang dibuang bagian kulit yang terluar saja.
Kemudian proses pengukusan kedua bahan untuk mematangkan bahan. Secara
umum, tujuan pengukusan adalah membuat tekstur bahan menjadi empuk.
Kondisi tekstur bahan yang empuk mudah dicabik menjadi serat yang halus. Ikan
memiliki tekstur daging yang lunak sehingga proses pengukusan lebih cepat.
Lama pengukusan atau perebusan tidak boleh berlebihan, akan tetapi cukup
sampai mencapai titik didihnya saja. Suhu yang terlalu tinggi akan menyebabkan
penurunan mutu rupa dan tekstur bahan. Setelah proses pengukusan bahan
ditiriskan untuk menurunkan air yang masih tersisa pada bahan. Agar bahan cepat
dingin, sebaiknya bahan diletakan pada wadah yang cukup lebar sehingga tidak
saling tumpang tindih dan pendinginan cukup merata. Selanjutnya proses
pemotongan/Penghancuran dilakukan agar bahan terpisah menjadi serat yang
halus. Tekstur berupa serat yang halus merupakan ciri khas dari produk abon.
Kupas dan cuci bersih bawang, serai, gula, garam dan cabe. Kemudian di
potong kecil-kecil untuk memudahkan penghalusan. Selanjutnya, haluskan semua
bahan tersebut dengan cara diulek sampai halus dan campur dengan santan.
Setelah semua bahan selesai disiapkan, siapkan penggorengan dengan sedikit
minyak, lalu masak bumbu-bumbu yang telah di haluskan kemudian campur
dengan ikan dan jantung pisang. Goreng sampai tidak ada sisa air di abon ikan
dan bahan menjadi serpihan-serpihan. Selanjutnya abon ikan dilakukan pengujian
dengan 15 panelis.
BAB 4. DATA PRAKTIKUM DAN HASIL PERHITUNGAN
B. Uji Organoleptik
1. Ikan Tengiri50% : Jantung Pisang 50%
No Nama Warna Tekstur Aroma Rasa
1 Bihlul 3 4 3 4
2 Azmi 3 4 3 4
3 Anggi 4 4 5 5
4 Asep 3 5 4 4
5 Siwi 4 3 3 4
6 Tama 3 3 3 3
7 Zainab 4 3 4 5
8 Khilmy 3 4 4 4
9 Puri 4 3 3 3
10 Zuida 3 4 3 5
11 Dini 4 4 3 3
12 Retno 4 4 3 3
13 Cici 4 5 2 4
14 Faiq 4 4 3 4
15 Laili 2 3 3 2
B. Uji Organoleptik
1. Ikan Tengiri50% : Jantung Pisang 50%
No Nama Warna Tekstur Aroma Rasa
1 Bihlul 3 4 3 4
2 Azmi 3 4 3 4
3 Anggi 4 4 5 5
4 Asep 3 5 4 4
5 Siwi 4 3 3 4
6 Tama 3 3 3 3
7 Zainab 4 3 4 5
8 Khilmy 3 4 4 4
9 Puri 4 3 3 3
10 Zuida 3 4 3 5
11 Dini 4 4 3 3
12 Retno 4 4 3 3
13 Cici 4 5 2 4
14 Faiq 4 4 3 4
15 Laili 2 3 3 2
Jumlah 52 61 49 57
Rata-rata 3,46 4,06 3,26 3,8
Berdasarkan grafik diatas, data yang diperoleh pada sampel 1 (ikan tengiri
50% : jantung pisang 50%) rata-rata sebesar dL=25.84, lalu sampel 2 (Ikan Tuna
70% : Jantung Pisang 30%) rata-rata sebesar dL=22.39dan terakhir pada sampel 3
(Ikan tongkol 20% : Jantung pisang 70%) rata-rata sebesar dL=22.69. Jadi, data
terbesar dari uji colour reader adalah pada sampel 1 yaitu ikan tengiri 50% :
jantung pisang 50%. Hal itu dikarenakan pada colour reader, semakin cerah
sampel, maka nilai L mendekati 100 dan begitu pula sebaliknya, semakin gelap,
maka nilai L mendekati 0 (Hutching, 1999). Dari hasil data diatas dapat dilihat
bahwa abon ikan tercerah atau nilai L terkecil terdapat pada abon ikan tuna,
sedangkan abon ikan tergelap atau nilai L terbesar terdapat pada abon ikan tengiri.
Hal itu dikarenakan adanya proses penggorengan. Menurut Mustar (2013),
perubahan warna pada proses pengolahan seperti penggorengan disebabkan oleh
reaksi maillard, pada reaksi ini, terjadi reaksi antara asam amino dan gula
pereduksi. Reaksi maillard diawali dengan reaksi gugus amino pada asam amino,
peptida atau protein dengan gugus hidroksil glikosidik pada gula. Rangkaian
reaksi diakhiri dengan pembentukan polimer nitrogen berwarna coklat.
5.2 Uji Organoleptik
Sistem penilaian organoleptik telah dibakukan dan dijadikan alat penilaian di
dalam Laboratorium. Penilaian organoleptik juga telah digunakan sebagai metode
dalam penelitian dan pengembangan produk, dalam hal ini prosedur penilaian
memerlukan pembekuan yang baik dalam cara penginderaan maupun dalam
melakukan analisis data (Rahayu, 1998). Dalam praktikum pengolahan abon ikan
ini dilakukan pengujian organoleptik dengan parameter warna, rasa, aroma dan
tekstur. Pengujian dilakukan kepada 15 panelis, dengan 3 sampel yang berbeda.
Sampel 1 dengan perbandingan ikan tengiri 50% : jantung pisang 50%, sampel 2
abon dengan perbandingan ikan tuna 70% : jantung pisang 30% dan sampel 3
abon dengan perbandingan ikan tongkol 30% : jantung pisang 70%. Berikut hasil
pengujian organoleptik yang dipaparkan pada grafik dibawah ini.
Berdasarkan grafik diatas, untuk parameter warna. Data yang diperoleh pada
sampel 1 (ikan tengiri 50% : jantung pisang 50%) rata-rata sebesar 3.46, lalu
sampel 2 (Ikan Tuna 70% : Jantung Pisang 30%) rata-rata sebesar 3.13 dan
terakhir pada sampel 3 (Ikan tongkol 20% : Jantung pisang 70%) rata-rata sebesar
3.86. Jadi, data terbesar yang paling banyak disukai oleh panelis adalah pada
sampel 3 yaitu Ikan tongkol 30% : Jantung pisang 70%. Hal tersebut sesuai
dengan literatur yang menyatakan bahwa semakin banyak ikan yang digunakan
pada produk abon, maka tingkat kesukaan panelis semakin rendah dan begitu
pula sebaliknya. Menurut Winarno (1989) komposisi ikan yang sangat bervariasi
merupakan refleksi dari perbedaan kandungan lemaknya. Ikan yang mengandung
lemak lebih dari 5% biasanya dagingnya lebih banyak mengandung pigmen (zat
warna) kuning, merah muda atau abu-abu. Ikan dengan kadar lemak rendah
biasanya dagingnya berwarna putih. Tingginya kadar protein sering
mencerminkan tingginya kualitas produk pangan tersebut. Sebaliknya, semakin
tinggi kadar lemaknya menjadikan produk pangan tersebut lebih cepat mengalami
ketengikan dan ditolak oleh konsumen. Selain itu, menurut Mustar (2013)
perubahan warna pada proses pengolahan seperti penggorengan disebabkan oleh
reaksi maillard, pada reaksi ini, terjadi reaksi antara asam amino dan gula
pereduksi. Reaksi maillard diawali dengan reaksi gugus amino pada asam amino,
peptida atau protein dengan gugus hidroksil glikosidik pada gula. Rangkaian
reaksi diakhiri dengan pembentukan polimer nitrogen berwarna coklat.
Selanjutnya untuk parameter tekstur. Tekstur dan aroma abon yang diperoleh
sangat tergantung pada proses penggorengan. Tekstur dapat dipengaruhi oleh
perlakukan selama pemasakan dan prosedur pemasakan. Tekstur abon pada
umumnya adalah lembut dan halus tidak kasar (Fianti, 2017). Data yang diperoleh
pada sampel 1 (ikan tengiri 50% : jantung pisang 50%) rata-rata sebesar 4.06, lalu
sampel 2 (Ikan Tuna 70% : Jantung Pisang 30%) rata-rata sebesar 3.2 dan terakhir
pada sampel 3 (Ikan tongkol 30% : Jantung pisang 70%) rata-rata sebesar 3.6.
Jadi, data terbesar yang paling banyak disukai oleh panelis adalah pada sampel 1
yaitu ikan tengiri 50% : jantung pisang 50%. Menurut Yuniardo (2010), bahwa
jantung pisang memang cocok dijadikan abon karena tekstur serat jantung pisang
mirip serat daging sehingga apabila komposisinya seimbang dengan daging maka
akan menghasilkan tekstur yang lebih baik. Selain itu Winarno (1992) yang juga
berpendapat bahwa air merupakan komponen penting dalam makanan, karena
dapat mempengaruhi penampakan, tekstur dan cita rasa makanan.
Kemudian untuk parameter aroma. Aroma yang dihasilkan dari bahan
makanan banyak menentukan kelezatan makanan tersebut. Industri makanan
menganggap sangat penting melakukan uji aroma karena dengan cepat dapat
memberikan hasil penilaian produksinya disukai atau tidak disukai (Soekarto,
1985). Data yang diperoleh pada sampel 1 (ikan tengiri 50% : jantung pisang
50%) rata-rata sebesar 3.26, lalu sampel 2 (Ikan Tuna 70% : Jantung Pisang 30%)
rata-rata sebesar 3.33 dan terakhir pada sampel 3 (Ikan tongkol 30% : Jantung
pisang 70%) rata-rata sebesar 3.9. Jadi, data terbesar yang paling banyak disukai
oleh panelis adalah pada sampel 3 yaitu Ikan tongkol 30% : Jantung pisang 70%.
Winarno (1988), yang menyatakan bahwa perubahan atau penguraian lemak dapat
mempengaruhi bau dan rasa suatu bahan makanan, sehingga kerusakan lemak
dapat menurunkan nilai gizi serta menyebabkan penyimpangan rasa dan bau.
Selain itu menurut Purnomo (1995), Bumbu yang digunakan dalam pembuatan
abon dapat memberikan aroma yang khas. Bawang merah memiliki bau dan cita
rasa yang khas yang ditimbulkan oleh adanya senyawa yang mudah menguap dari
jenis sulfur seperti propil sulfur. Ketumbar dapat memberikan aroma yang
diinginkan dan menghilangkan bau amis. Kombinasi gula, garam dan bumbu-
bumbu menimbulkan bau yang khas pada produk akhir.
Dan terakhir, untuk parameter rasa. Menurut Winarno (1997), bahwa rasa
suatu makanan merupakan faktor yang turut menentukan daya terima konsumen.
Rasa dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu senyawa kimia, suhu, konsentrasi dan
interaksi dengan komponen rasa yang lain. Data yang diperoleh pada sampel 1
(ikan tengiri 50% : jantung pisang 50%) rata-rata sebesar 3.8, lalu sampel 2 (Ikan
Tuna 70% : Jantung Pisang 30%) rata-rata sebesar 3.33 dan terakhir pada sampel
3 (Ikan tongkol 30% : Jantung pisang 70%) rata-rata sebesar 3.2. Jadi, data
terbesar yang paling banyak disukai oleh panelis adalah pada sampel 1 yaitu ikan
tengiri 50% : jantung pisang 50%. Menurut Fianti et al (2017), penambahan bahan
campuran sebenarnya dapat memberi rasa yang berbeda dengan aslinya namun
penambahan penyedap seperti bumbu – bumbu mampu menutupi rasa atau flavour
bahan makanan yang tidak disukai bahkan dapat menguatkan flavour bahan
makanan yang tidak diinginkan. Selain itu, Menurut Fardiaz (1992),
mikroorganisme memiliki berbagai enzim yang dapat memecah komponen-
komponen makanan menjadi senyawa sederhana yang mengakibatkan perubahan-
perubahan sifat makanan, seperti warna, bau, rasa dan tekstur.
BAB 6. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Proses pembuatan abon ikan meliputi sortasi, pembersihan, pemotongan,
penghalusan bumbu, pencampuran, penggorengan dan pengepresan.
Bahan utama yang digunakan meliputi jantung pisang dan daging ikan
(tengiri, tongkol dan tuna).
2. Perubahan warna pada proses pembuatan abon ikan dikarenakan adanya
proses penggorengan yang disebabkan oleh reaksi maillard, pada reaksi
ini, terjadi reaksi antara asam amino dan gula pereduksi.
3. Pengujian organoleptik meliputi uji warna, rasa, tekstur dan aroma. Untuk
uji warna dan aroma yang paling disukai panelis adalah sampel ikan tuna,
kemudian untuk uji rasa dan tekstur yang paling disuka panelis adalah
sampel ikan tengiri.
6.2 Saran
Adapun saran yang diperoleh dari praktikum ini adalah diharapkan praktikan
lebih konsentrasi dan berhati-hati selama praktikum, agar praktikum dapat
berjalan lancar dan cepat.
DAFTAR PUSTAKA
Assegaf, Mohammad Ali Toha. 2009. 365 Tips Sehat ala Rasulullah. Jakarta:
Hikmah.
Fianti, Lisa., Miarsono Sigit dan Mubarak Akbar. 2017. Kualitas Organoleptik
Abon Ayam yang Diberi Perlakuan Substitusi Kacang Tanah (Arachis
hypogaea L.). Jurnal Fillia Cendekia Vol. 2 No.1.
Hutching JB. 1999. Food Color and Apearance. Marylan: Aspen publisher Inc.
Suryani, A ., Erliza Hambali., dan Encep Hidayat. 2007. Membuat Aneka Abon.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Suryani, A, Erliza Hambali, Encep Hidayat. 2007. Membuat Aneka Abon. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Ulfah, Adelaide Maria. 2012. Abon Ikan Bandeng. Banten: Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa.
Utami. R.P. 2010. Pengaruh Variasi Kadar Gula dan Lama Pengukusan Terhadap
Kualitas Abon Katak Lembu (Rana catesbeina Shaw). Skripsi.
Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Winarno, F. G., 1992. Pangan, Gizi, Teknologi dan Konsumen. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Sortasi Pengukusan
A. Uji FisikWarna
𝐿 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 × 𝐿 𝑏𝑎 ℎ 𝑎𝑛 𝐿
Rumus = Rata-rata =
𝐿 𝑝𝑜𝑟𝑠𝑒𝑙𝑒𝑛 𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
64,7 × 37,7 64,7 × 36
Sampel 1.1 = = 25,85 Sampel 1.3 = = 24,68
94,35 94,35
64,7 × 39,4 25,85+27,01+24,68
Sampel 1.2 = = 27,01 Rata-rata = = 25,8
94,35 3
B. Uji Organoleptik
1. Sampel 1 Warna
Jumlah = 3 + 3 + 4 + 3 + 4 + 3 + 4 + 3 + 4 + 3 + 4 + 4 + 4 + 4 + 2 = 52
52
Rata-rata = = 3,46
15
2. Sampel 1 Tekstur
Jumlah = 4 + 4 + 4 + 5 + 3 + 3 + 3 + 4 + 3 + 4 + 4 + 4 + 5 + 4 + 3 = 61
61
Rata-rata = 15= 4,06
3. Sampel 1 Aroma
Jumlah = 3 + 3 + 5 + 4 + 3 + 3+ 4 + 4 + 3 + 3 + 3 + 3 + 2 + 3 + 3 = 49
49
Rata-rata = 15= 3,26
4. Sampel 1 Rasa
Jumlah = 4 + 4 + 5 + 4 + 4 + 3 + 5 + 4 + 3 + 5 + 3 + 3 + 4 + 4 + 2 = 57
57
Rata-rata = 15= 3,8
5. Sampel 2 Warna
Jumlah = 4 + 3 + 3 + 3 + 3 + 3 + 4 + 2 + 3 + 2 + 4 + 3 + 4 + 2 + 4 = 47
47
Rata-rata = 15= 3,13
6. Sampel 2 Tekstur
Jumlah = 4 + 3 + 3 + 3 + 3 + 4 + 3 + 2 + 3 + 2 + 4 + 3 + 3 + 3 + 5 = 48
48
Rata-rata = 15= 3,2
7. Sampel 2 Aroma
Jumlah = 4 + 3 + 3 + 4 + 4 + 4 + 3 + 2 + 3 + 3 + 4 + 3 + 3 + 3 + 4 = 50
50
Rata-rata = 15= 3,33
8. Sampel 2 Rasa
Jumlah = 3 + 4 + 3 + 3 + 3 + 4 + 5 + 3 + 4 + 2 + 4 + 3 + 4 + 2 + 3 = 50
50
Rata-rata = 15= 3,33
9. Sampel 3 Warna
Jumlah = 4 + 3 + 3 + 4 + 4 + 3 + 3 + 4 + 4 + 5 + 4 + 4 + 4 + 4 + 5 = 58
58
Rata-rata = 15= 3,86
51
Rata-rata = 15= 3,6
48
Rata-rata = 15= 3,2