Anda di halaman 1dari 11

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu bentuk komoditas ekspor yang paling menjanjikan secara
sederhana adalah tembakau. Tembakau yang biasa dimanfaatkan merupakan daun
tembakau banyak ditemui di berbagai belahan dunia, seperti kawasan Amerika
Latin (Kuba, Brazil, Kosta Rika), dan kawasan Asia (Indonesia) hal ini
dikarenakan produksi tembakau hanya dihasilkan oleh daerah-daerah selintasan
khatulistiwa. Daerah Amerika dan Indonesia merupakan tempat persebaran
produksi tembakau yang medominasi dunia.
Tembakau mempunyai nilai ekonomi tinggi dan berperan dalam pendapatan
usaha tani. Di Indonesia, terdapat berbagai jenis tembakau yang diproduksi,
misalnya Virginia (atau Flue-cured), Burley, Rajangan, tembakau yang
dikeringkan matahari dan udara, serta tembakau untuk cerutu (Mipanesia, 2010.).
Cerutu merupakan hasil olahan tembakau yang dibuat dari lembaran-lembaran
daun tembakau yang diiris maupun tidak, dengan cara digulung sedemikian rupa
dengan daun tembakau, tanpa menggunakan bahan baku pengganti atau bahan
pembantu yang digunakan dalam pembuatannya. Tembakau cerutu di Indonesia
biasa ditemui di tiga daerah yaitu Medan Sumatera Utara, Klaten Jawa Tengah,
dan Jember Jawa Timur. Tembakau cerutu daerah Jember terkenal sebagai
tembakau cerutu besuki, dengan areal terluas dari ke tiga daerah penghasil
tembakau cerutu di Indonesia.
Kabupaten Jember memiliki perusahaan yang sejak lama telah menghasilkan
produk cerutu yang dikenal dengan PTPN X Unit Industri Bobbin yang terletak di
kecamatan Arjasa. Mahasiswa jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas
Teknologi Pertanian Universitas Jember mengadakan praktikum lapang yang
diadakan langsung pada PTPN X Unit Industri Bobbin. Dengan ini diharapkan
mahasiswa dapat dan lebih mengetahui perkembangan dan hasil-hasil dari olahan
tembakau, dan mengetahui proses pengolahan tembakau hingga menjadi cerutu.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari diadakan praktikum lapang ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui perkembangan hasil olahan tembakau di Jember
b. Mengetahui proses pengolahan tembakau menjadi cerutu
c. Mengetahui perbandingan pengolahan cerutu dari materi dan lapang.
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Profil Perusahaan


Kekayaan alam yang dimiliki Kabupaten Jember menjadikan daerah ini
berpeluang menjadi kota industri berbasis agraris. Salah satu perusahaan yang terletak
di kabupaten Jember dan merupakan Perusahaan Agribisnis Berbasis Perkebunan
yaitu Tebu dan Tembakau serta Jasa Cutting Bobbin adalah PT. Perkebunan
Nusantara X (Persero). Unit industri ini didirikan sejak tanggal 11 Juli 1992 dengan
lokasi di Dati II Jember Jelbuk Jawa Timur. Industri Bobbin ini kerjasama dengan
Burger Soehne Ag Burg (BSB) dalam jasa pemotongan daun tembakau menjadi
pembungkus cerutu.

2.2 Jenis Produk Yang Dihasilkan Perusahaan


Unit Industri Bobbin tidak memproduksi cerutu untuk diekspor secara luas
melainkan hanya melakukan jasa pemotongan daun tembakau yang akan digunakan
sebagai bahan cerutu kemudian dikirimkan ke Eropa, namun terdapat cerutu lokal
yang diproduksi oleh Koperasi karyawan kartanegara (kopkar Kartanegara) PTPN X
juga turut memproduksi sekaligus memasarkan produk tembakau baik jenis Na Oogst
dan TBN / FIN yang dikemas menjadi cerutu yang berkualitas dan sesuai standart /
keinginan konsumen. Pembuatan cerutu kopkar Kartanegara dilakukan secara manual
atau “hand made”. (Djunaidy, 2013). Cerutu tersebut digunakan sebagai konsumsi
lokal masyarakat Indonesia dan beberapa ada yang diekspor di Eropa seperti Maroko.
Dalam perjalanannya Unit Industri Bobbin juga menemui beberapa hambatan dalam
produksi.
Pada tahun 2013 unit industri bobbin bergabung dengan kebun Kertosari
untuk memperoleh bahan baku tembakau Besuki sebagai bahan utama untuk daun
cerutu yang akan diekspor. Daun tembakau yang digunakan diperoleh dari PTPN X
(PERSERO) Kebun Ajung-Gayasan atau Kertosari melalui tender maupun membeli
secara langsung. Bahan baku untuk membuat cerutu Kopkar Kartanegara berasal dari
beberapa jenis tembakau yang dibudidayakan di Indonesia.
2.3 Pengolahan Tembakau dan Cerutu
2.3.1 Pengolahan Tembakau Dan Cerutu Secara Teori
Proses pembuatan cerutu meliputi peracikan isi (filler), pengukusan
(steaming), penimbangan (weighting), pembentukan kepompong (bunching),
pencetakan kepompong (molding), pembungkusan kepompong (wrapping), aging,
sortasi, dan penyelesaian akhir (finishing) (Korohama, 2009).

a. Peracikan isi (filler)


Peracikan isi merupakan kegiatan membuat bahan baku tembakau untuk
pengisi (filler). Setiap proses peracikan tergantung dari jenis cerutu yang akan
diproduksi dan setiap jenis cerutu mempunyai komposisi bahan
filler yang berbeda.
b. Pengukusan (Steaming)
Pada tahap steaming, filler yang sudah ditentukan komposisinya di
steam dengan tujuan untuk menghilangkan bau menyengat dari bahan
tembakau, mencegah hama dan menyatukan aroma tembakau yang
bermacam-macam tersebut.
c. Penimbangan (Weighting)
Weighting yaitu tahap penimbangan filler. Penimbangan filler disesuaikan
dengan ukuran cerutu yang akan diproduksi. Penimbangan dilakukan untuk
tiap batang cerutu.
d. Pembentukan kepompong (Bunching)
Pada tahap bunching, filler yang sudah ditimbang, kemudian dimasukkan
kedalam alat pelinting cerutu bersama dengan bahan untuk pembalut
(omblad). Hasilnya berbentuk seperti kepompong (bunch). Ukuran panjang
dari kepompong cerutu rata-rata lebih panjang yaitu antara 2 sampai 3 cm dari
standar ukuran cerutu jadi.
e. Molding
Molding yaitu pencetakan cerutu yang telah berbentuk kepompong
(plop press). Pencetakan cerutu dilakukan selama 20 sampai 30 menit agar
cerutu berbentuk simetris dan untuk mempertahankan filler agar tidak
mengembang setelah dibungkus dengan omblad.
f. Wrapping.
Wrapping yaitu proses pembungkusan cerutu dengan bahan
dekblad wrapper dengan menggunakan alat pelinting cerutu. Setelah melalui
proses wrapping kemudian diratakan kembali dan dipotong dengan alat
khusus untuk memberi bentuk agar panjang dan diameternya sesuai dengan
yang diinginkan.
g. Drawing test.
Drawing test merupakan proses untuk mengetahui kekuatan hisap sebuah
cerutu. Drawing test dilakukan setelah cerutu yang melalui proses wrapping
dipotong dengan alat pemotong dan diratakan dengan alat perata cerutu.
Untuk cerutu jenis long filler kekuatan hisapan yang diperlukan sebesar 3,5
sampai 5,5 satuan hisap, sedangkan cerutu soft filler dan smallcigar
diperlukan kekuatan hisap yaitu sebesar 3,5 sampai 7 hisapan. Tujuan
drawing test ini untuk kenikmatan konsumen dalam menghisap cerutu.
h. Aging
Aging merupakan proses penyimpanan cerutu di gudang penyimpanan
(gudang pemanasan). Perbedaannya dengan steaming yaitu steaming bersifat
sementara sedangkan aging bersifat jangka panjang.
i. Sortasi (selecting)
Sortasi merupakan tahap akhir yaitu memisahkan cerutu dengan warna yang
sama dan cerutu dengan bentuk yang baik.
j. Finishing
Finishing yaitu tahap pemberian label jenis dan tanggal pembuatan cerutu.

Berikut merupakan skema pembuatan cerutu dengan bahan baku daun krosok
tembakau
Daun Tembakau Krosok

Peracikan Filler

Steaming

Penimbangan Filler

Pembentukan Kepompong

Molding

Wrapping

Drawing Test

Aging

Sortasi

Finishing
2.3.2 Pembahasan
PT. Perkebunan Nusantara X (Persero) merupakan Perusahaan Agribisnis
Berbasis Perkebunan yaitu Tebu dan Tembakau serta Jasa Cutting Bobbin.
Proses pembuatan cerutu menurut literature meliputi peracikan isi (filler),
pengukusan (steaming), penimbangan (weighting), pembentukan kepompong
(bunching), pencetakan kepompong (molding), pembungkusan kepompong
(wrapping), aging, sortasi, dan penyelesaian akhir (finishing). Tahapan
proses pengolahan cerutu dijelaskan sebagai berikut (Korohama, 2009).
Sedangkan tahap pembuatan cerutu pada Unit Industri Bobbin adalah
sebagai berikut:
1. Fumigasi
Tahapan awal ini dilakukan dengan membuat daun tembakau yang diterima di
fumigasi selama 7-10 hari untuk mencegah terjadinya serangan hama
Lasioderma serricorne yang dapat menyebabkan kerusakan berupa lubang
pada daun tembakau. Daun yang digunakan sebagai bahan baku dalam
pembuatan cerutu yaitu bahan setengah jadi berupa lembaran tembakau yang
sudah dalam keadaan kering
2. Pemeriksaan
Pemeriksaan di Kopkar Kartanegara hanya melakukan pemeriksaan mengenai
warna, jenis dan kondisi fisik daun tembakau. Namun tidak melakukan
pemeriksaan mengenai daya bakar dan kadar air. Hal ini dilakukan karena
keterbatasan SDM yang dimiliki oleh kopkar Kartanegara Daun tembakau
yang telah dilakukan pemeriksaan kemudian dilakukan proses sortasi.
3. Penyiapan Filler
Proses penyiapan filler yang dilakukan di kopkar kartanegara melalui
beberapa tahapan proses yaitu:
a. Proses stripping
Daun tembakau yang akan digunakan sebagai filler perlu dilakukan
proses stripping atau pencacahan terlebih dahulu.
b. Proses blanding
Setelah proses stripping selesai, daun tembakau selanjutnya
mengalami proses blanding yaitu proses pencampuran berbagai macam daun
tembakau sesuai dengan merk cerutu yang dihasilkan. Proses ini dilakukan
secara manual menggunakan tangan pada sebuah bak pencampuran.
c. Proses steaming
Proses steaming (pengukusan) selama 1-2 jam. Proses steaming
dilakukan untuk mengurangi debu maupun kotoran serta membunuh jamur
yang menempel pada daun. Selain itu juga untuk memunculkan aroma khas
daun tembakau.
d. Pengeringan
Proses pengeringan daun tembakau dengan cara dikering-anginkan
sampai kadar air + 14%.
e. Penambahan saus
Filler kemudian dilakukan penambahan saus rasa vanilla dan nagka.
Penambahan saus dilakukan untuk cerutu small cigar.
f. Pemeraman
Filler yang telah ditambahkan saus dilakukan pemeraman selama 1
malam dengan tetap dalam kemasan sehingga dapat mengoptimalkan saus
meresap ke dalam rajangan filler.
g. Penjemuran
filler dilakukan penjemuran sampai kadar air + 14% dan dimasukkan ke
dalam kemasan plastic kedap udara
h. Fumigasi
Proses fumigasi selama 6 hari menggunakan phostoxin dan dilakukan
penyimpanan bahan baku yang siap digunakan.
4. Penyiapan omblad
Daun tembakau yang digunakan sebagai omblad disteaming selama 1-2 jam,
pengering-anginan, penjemuran hingga kadar air + 14%,dan proses fumigasi dalam
ruang penyimpanan bahan baku. Sebelum omblad digunakan, daun dibungkus dengan
lap basah untuk melembabkandaun sehingga daun bersifat elastis (tidak mudah
sobek) ketika digunakanuntuk membalut filler.
5. Penyiapan dekblad
Daun tembakau yang digunakan sebagai dekblad tidak mengalami proses
steaming. Namun, daun yang digunakan merupakan daun utuh (tidak sobek, lubang
atau cacat). Sebelum digunakan, daun dibungkus dengan lap basah untuk menjaga
kelembapan daun.
6. Pemotongan Omblad
Omblad merupakan daun pembalut filler. Pemotongan omblad hanya
dilakukan untuk cerutu small cigar dan soft filler, sedangkan omblad cerutu jenis
long filler menggunakan daun tembakau utuh.Sebelum digunakan untuk membalut
filler, daun tembakau yangdiperuntukkan sebagai omblad dipotong sesuai ketentuan
ukuran. Pemotongan dilakukan dengan menggunakan roller cutter.
7. Pembuatan kepompong
Pembuatan kepompong dimulai dengan proses pelintingan cerutu. Pada
pembuatan kepompong cerutu small cigar dan soft filler digunakan alat pelinting
(mesin binder), sedangkan pembuatan kepompong cerutu long filler dilakukan secara
manual. Proses pelintingan kepompong smallcigar dan soft filler dimulai dengan
menyisipkan filler ke dalam mesin binder sambil diratakan. Adapun proses
pelintingan kepompong long filler dilakukan dengan menggulung campuran filler
utuh dengan daun tembakau, kemudian ujung gulungan direkatkan menggunakan lem
CMC.
8. Penimbangan kepompong
Proses penimbangan kepompong dilakukan untuk memeriksa kesesuaian berat
cerutu yang telah dibuat dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
9. Pengepresan kepompong
Kepompong cerutu soft filler dan long filler yang telah dicetak kemudian
dipres selama satu jam dengan jumlah tumpukan balok cetakan berkisar antara 4-6
tumpuk. Setelah dipres selama satu jam, cetakan diambil dan dibuka. Kepompong
selanjutnya dibalik dengan cara memutar batang searah putaran jarum jam. Setelah
itu cetakan ditutup lagi dan dilakukan pengepresan kembali selama satu jam. Setelah
satu jam, plop diambil kemudian kepompong dibiarkan tetap berada didalam cetakan
selama 40-60 menit supaya kepompong tercetak sempurna. Cerutu yang dihasilkan
pada tahap ini memiliki penampakan yang padat dan lebih kering dibandingkan
kepompong sebelum dipres.
10. Pelapisan kepompong
Kepompong cerutu soft filler dan long filler yang telah terbentuk kemudian
dilapisi dengan daun tembakau (dekblad). Pelapisan ini bertujuan untuk memperkuat
lintingan kepompong serta memperbaiki penampakan luar cerutu. Dekblad
dihilangkan gagangnya terlebih dahulu (sehingga daun terbagi menjadi dua),
kemudian kepompong diletakkan pada ujung daun dekblad dan dilakukan proses
pelintingan secara manual.
11. Perataan cerutu
Perataan cerutu dilakukan menggunakan papan perata yang terbuat dari kayu.
Proses ini bertujuan untuk merapikan cerutu sehingga permukaannya tampak lebih
halus dan batang cerutu menjadi padat.
12. Pemotongan cerutu
Proses pemotongan cerutu dilakukan menggunakan gunting dan alat
pemotong (disesuaikan dengan ukuran cerutu yang hendak diperoleh) baik pada
bagian atas maupun bagian bawah cerutu sehingga diperoleh cerutu dengan bentuk
padat dan sama rata.
13. Aging (fermentasi cerutu)
Proses ini bertujuan untuk memberikan kesempatan pada tembakau untuk
terfermentasi sehingga akan dihasilkan aroma. Aging dilakukan kurang lebih selama 2
minggu untuk mendapatkan aroma tembakau cerutu yang maksimal dan kering
merata. Selama proses aging diduga terjadi proses fermentasi yang diakibatkan oleh
adanya reaksi pencoklatam enzimatis. Fermentasi ini terjadi pada daun tembakau
secara alamiah dengan tujuan memperoleh kematangan daun tembakau. Menurut
Fennema (1996) reaksi pencoklatan enzimatis bertanggung jawab pada warna dan
flavor yang terbentuk.
14. Pengeringan
Pengeringan adalah pemisahan sejumlah kecil air atau zat cair dari bahan
sehingga mengurangi kandungan sisa zat cair di dalam zat padat itu sampai suatu nilai
rendah yang dapat diterima. Menurut Pinem (2004), kelembapan udara pengering
harus memenuhi syarat yaitu sebesar 50–60%. Proses pengeringan cerutu bertujuan
untuk menurunkan kadar air cerutu hingga 13%. Proses pengeringan cerutu dilakukan
di dalam ruang pengeringan dengan suhu 27-300C dan kelembapan 70% selama 3-4
hari. Di dalam ruang pengeringan diletakkan lampu bohlam dengan daya 60 watt dan
300 watt dan disesuaikan dengan kondisi cuaca. Penggunaan bohlam ini berfungsi
sebagai pengatur suhu ruang (mempertahankan suhu ruangan) sehingga cerutu lambat
laun mengalami penurunan kadar air (mengering).
15. Fumigasi cerutu
Cerutu mudah terserang hama L. serricorne sehingga diperlukan proses
fumigasi untuk mencegah bereproduksinya hama tersebut. Kopkar kartanegara
melakukan tindakan fumigasi demi mencegah kerugian akibat terjadinya kerusakan
karena hama daun. Tahap pasca proses meliputi sortasi dan pengemasan.
16. Sortasi cerutu
Cerutu disortasi berdasarkan ukuran panjang dan diameter cerutu, kadar air,
warna dan ada tidaknya kerusakan. Berdasarkan ukuran panjang dan diameter, cerutu
harus memiliki ukuran sesuai dengan ketentuan yang sudah ditetapkan. Berdasarkan
warna, small cigar diklasifikasikan menjadi empat macam, yaitu MM (warna
tembakau merah terang), M (warna merah gelap), BB (warna biru muda), dan B
(warna biru tua). Sortasi berdasarkan warna ini telah dilakukan dengan baik oleh
kopkar Kartanegara karena proses ini hanya dilakukan oleh pakarnya.
17. Packing (pengepakan)
Cerutu yang telah dikemas dengan plastik dimasukkan ke dalam kemasan
yang disesuaikan dengan merek masing-masing cerutu
18. Tahap Penyimpanan
Cerutu yang telah dikemas, kemudian disimpan dalam ruang penyimpanan.

Anda mungkin juga menyukai