METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1.2 Bahan
1. Susu UHT
2. Alkohol
3. Nanas
4. Telur puyuh
5. Aquadest
6. Minyak goreng
7. Serbuk teh
3.2 Skema Kerja
3.2.1 Susu
a. Pengamatan Karakteristik Berbagai Jenis Susu
Susu UHT
b. Pengamatan pH
5 ml susu UHT
Pengukuran pH
5 ml Susu
UHT
5 ml susu
akholohol
50 ml susu UHT
Penghomogenan Penghomogenan
3.2.2 Telur
a. Pengamatan Karakteristik Telur Puyuh
Telur Puyuh
Pengamatan
Telur Puyuh
Pemecahan
Telur Puyuh
Telur Puyuh
Perhitungan volume
Telur Puyuh
Air 5 ml
Pengamatan perubahan
h. Pengamatan telur sebagai pembentuk busa
Telur Telur
puyuh (A) puyuh (B)
Perhitungan Perhitungan
BAB 4. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
Susu Tidak
Pasteurisasi Putih Susu Segar terlalu Gurih
(80˚C ; 1') kental
Sedikit
kental,
Putih Manis lebih pekat
Susu Kental tulang pekat dari air Manis
Manis
murni
Sedikit Hambar
Putih Sedikit lebih dan
Susu Segar
tulang manis kental dari sedikit
air murni amis
Putih Agak
Susu Sterilisasi Tulang Manis Kental Hambar
B. Pengamatan pH
Hasil Pengamatan
Jenis Susu Sampel Warna Aroma Kekentalan Cita Rasa Gambar
Sangat kental
karena terjadi Gurih,
Tabung A penggumpalan rasa
Susu (Ekstrak nanas Putih Susu namun sangat susu
Pasteurisasi tanpa pemanasan) kekuningan Segar lama segar
Sangat
kental, karena
Tabung B Cenderung adanya
(Ekstrak nanas aroma penggumpalan
dengan Putih nanas dengan waktu
pemanasan) kekuningan (masam) yang cepat Pahit
Manis
segar,
rasa
susu
Susu Tabung A lebih
Kental (Ekstrak nanas Putih dominan
Manis tanpa pemanasan) kenuningan Segar Agak kental segar
Segar,
rasa
Tabung B ekstrak
(Ekstrak nanas Kental, lebih nanas
dengan Putih kental dari labih
pemanasan) kekuningan Segar tabung A dominan
Lebih kental Manis
Tabung A Sedikit Amis dan tidak ada namun
(Ekstrak nanas kuning hilang gumpalan masih
tanpa pemanasan) sedikit
Susu Segar amis
Tabung B Amis Tidak berubah
(Ekstrak nanas Lebih hilang, dan ada Hambar
dengan kuning lebih harum gumpalan
pemanasan)
Tabung A
Susu Segar (Ekstrak nanas Putih Sedikit
Rebus tanpa pemanasan) kekuningan amis Lebih kental Hambar
Tabung B
(Ekstrak nanas Putih Segar khas Tidak terlalu
dengan kekuningan nanas kental
pemanasan) Hambar
2. Kualitas Internal
Telur Tabung
ayam 3
kampung (putih
4 dan
kuning
telur
tercam
pur)
Telur Tabung Warna kuning
bebek 5 1
pucat
(putih
telur)
Telur Tabung 3
Ayam (putih dan
kmpung 4 kuning
telur
tercampur)
Mengikat daun
teh namun
tidak terlalu
banyak
Telur Lebih
bebek 6 Tabung 3 mengikat teh
(putih dan
kuning
telur
tercampur)
Telur Tabung 1
puyuh 1 (putih Sedikit
telur) mengikat
serbuk the
Telur Tabung 2
puyuh 1 (kuning Sedikit
telur) mengikat
serbuk the
Telur Tabung 3
puyuh 1 (putih dan Banyak
kuning mengikat
telur
tercampur) serbuk teh
5.1.2 Telur
a. Pengamatan Karakteristik Telur
Pada pengamatan karakteristik pertama yang dilakukan adalah mempersiapkan
sampel yang akan diamati. Sampel yang diamati adalah telur puyuh. Sampel
diamati berdasarkan karakteristik eksternal dan karakteristik internal untuk
didapatkan data.
b. Pengukuran Diameter dan Tinggi Putih Telur Serta Kuning Telur
Langkah pertama yang dilakukan adalah pemecahan sampel dan diletakkan
pada bidang datar (keramik) agar telur tetap pada posisinya. Selanjutnya,
pengukuran tinggi dan diameter putih telur serta kuning telur menggunakan
penggaris. Data yang diperoleh dari hasil pengukuran digunakan untuk
menghitung indeks putih telur dan kuning telur yang diamati.
c. Pengukuran pH Putih Telur dan Kuning Telur
Sampel berupa telur puyuh dipisahkan antara putih telur dan kuning telur.
Selanjutnya, pengukuran derajat keasamanan (pH) masing-masing bagian telur
dengan menggunakan pH meter.
d. Pengukuran BJ Telur
Pada pengukuran ini, yang diamati adalah bagian putih telur. Putih telur yang
telah dipisah dari kuning telur ditimbang dengan neraca analitik untuk diketahui
beratnya. Selanjutnya, putih telur dimasukkan ke dalam gelas ukur untuk
diketahui volume putih telur. Dari data yang didapat, selanjutnya hitung berat
jenis telur dengan perbandingan berat dan volume putih telur.
e. Pengukuran Haugh Unit
Pada pengukuran ini hal pertama yang dilakukan adalah menimbang telur
puyuh dan mengukur tinggi putih telur. Selanjutnya, dilakukan perhitungan
haugh unit dari data pengukuran telur puyuh dan tinggi putih telur.
f. Pengamatan Telur Sebagai Emulsifer
Dalam pengamatan ini, langkah pertama yang dilakukan adalah menyiapkan 3
tabung reaksi. Langkah kedua, air dimasukkan ke dalam masing-masing tabung
reaksi sebanyak 5 ml. Setelah ditambahkan air, lalu ditambahkan 1 ml minyak
goreng. Campuran tersebut dikocok-kocok untuk menghomogenkan keduanya.
Langkah ketiga, setiap tabung reaksi dimasukkan setiap bagian telur yang
berbeda untuk selanjutnya diamati perubahan yang terjadi terkait peran telur
sebagai emulsifier atau penstabil antara komponen minyak dan air.
g. Pengamatan Telur Sebagai Clarifiying Agent
Langkah pertama, pengukuran air sebanyak 100 ml menggunakan gelas ukur
dan dimasukkan ke dalam beaker glass lalu didihkan menggunakan hotplate.
Langkah kedua, penimbangan serbuk teh sebanyak 2 gram kemudian
dimasukkan ke dalam air yang telah didihkan. Selanjutnya, campuran serbuh
teh dan air didihkan selama 3 menit. Langkah ketiga, masing-masing 5 ml putih
telur, 5 ml kuning telur, dan 5 ml campuran putih telur dan kuning telur
dimasukkan ke dalam campuran air dan serbuk teh yang telah mendidih selama
1 menit. Langkah terakhir yaitu mengambil setiap sampel yang telah didihkan
dalam campuran air dan serbuk teh lalu meletakkannya pada cawan untuk
kemudian dilakukan pengamatan perubahan yang terjadi dan mengidentifikasi
bagaimana peran telur sebagai clarifying agent atau kemampuan telur dalam
mengikat kotoran (serbuk teh).
h. Pengamatan Telur sebagai Pembentuk Busa
Langkah pertama, menyiapkan dua buah telur puyuh. Telur pertama (sampel
A) hanya diambil bagian putih telurnya saja diukur volumenya menggunakan
gelas ukur dijadikan sebagai Va1. Selanjutnya, telur kedua (sampel B), tidak
dipisahkan bagian antara putih dan kuning telurnya, diukur volumenya
menggunakan gelas ukur dijadikan sebagai Vb1. Sampel A dan B dimasukkan
ke dalam tabung reaksi dan dihomogenkan dengan menggunakan vortex.
Selanjutnya, sampel dipindahkan ke dalam gelas ukur untuk dicatat volume
akhir setelah divortex (Va2 sebagai volume akhir sampel A, sedangkan Vb2
sebagai volume akhir sampel B). Langkah terakhir yaitu perhitungan
kemampuan busa masing-masing sampel berdasarkan data yang didapatkan
dari langkah-langkah sebelumnya.
b. Pengamatan pH
6.7
6.6
6.5
6.4
6.3
6.2
pH Meter
6.1
pH Universal
6
5.9
5.8
5.7
Susu Susu Kental Susu Segar Susu Segar Susu Bubuk Susu
Pasteurisasi Manis Rebus Full Cream Sterilisasi
(80˚C ; 1')
Berat Jenis
25
20
15
10 Berat Jenis
0
Susu Susu Kental Susu Segar Susu Segar Susu Bubuk Susu
Pasteurisasi Manis Rebus Full Cream Sterilisasi
(80˚C ; 1')
Berat jenis susu yang dihasilkan memiliki berat jenis yang berbeda-
beda. Pada BJ susu segar yaitu 1,024, susu pasteurisai 1,020, susu kental manis
1,040, susu bubuk full cream 1,020, dan susu sterilisasi 1,027 hasil ini telah
sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI-01-3141-1998) yang
menyatakan Berat jenis merupakan perbandingan berat dari sejumlah volume
susu yang dapat mencerminkan kemurnian susu tersebut. Berat jenis susu yang
normal adalah sebesar 1,0260-1,0280. Apabila bobot jenis susu lebih rendah
dari nilai tersebut maka menunjukkan adanya penambahan air ke dalam susu.
Sebaliknya bila bobot jenis lebih besar dari standar berarti ada kemungkinan
penambahan suatu bahan padat ke dalam susu. Menurut codex susu, BJ air susu
adalah 1.028. Codex susu adalah suatu daftar satuan yang harus dipenuhi air
susu sebagai bahan makanan. Daftar ini telah disepakati para ahli gizi dan
kesehatan sedunia, walaupun disetiap negara atau daerah mempunyai
ketentuan-ketentuan tersendiri. Berat jenis harus ditetapkan 3 jam setelah air
susu diperah. Penetapan lebih awal akan menunjukkan hasil BJ yang lebih
kecil. Hal ini disebabkan oleh : ¾ perubahan kondisi lemak ¾ Adanya gas yang
timbul didalam air susu.
Pada susu segar rebus dihasilkan berat jenis yang sangat jauh berbeda
yaitu 20 hal ini dikarenakan kesalahan prosedur praktikan, dan tidak sesuai
dengan prosedur yang telah ditentukan.
d. Pengamatan Pengaruh Enzim terhadap Susu
Pada pengematan pengaruh enzim terhadap susu telah dihasilkan data
yang tidak jauh berbeda. Data yang dihasilkan telah sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa kandungan enzim bromelin lebih banyak terdapat pada
bagian batang nanas. Adanya enzim bromelin akan memutus ikatan polipeptida
pada larutan hammerstein kasein menjadi ikatan yang lebih pendek yaitu
oligopeptida dan asam-asam amino. Pada larutan enzim-substrat, putusnya
ikatan peptida pada larutan kasein menyebabkan larutan bertambah jernih,
sehingga absorbansinya semakin besar. Sedangkan pada kontrol, karena ekstrak
enzim bromelin sudah dipanaskan yang artinya enzim bromelin sudah tidak
aktif lagi, maka tidak terjadi pemutusan ikatan peptide (Herdyastuti, 2006).
e. Pengamatan Uji Alkohol
Pada pengamatan uji alkohol susu dan olahan susu dihasilkan data susu segar,
susu kental manis, susu sterilisasi, susu pasteurisasi, susu full cream yang telah
di uji dengan penambahan alkohol menghasilkan susu yang tetep tidak berubah
atau tidak mengalami penggumpalan. Sedangkan pada susu segar rebus sampai
mendidih yang telah ditambahkan. Menurut Winarno (1993) alkohol dapat
mendanaturasi protein dengan memutuskan ikatan hydrogen intramolekul pada
rantai samping protein.Ikatan hidrogen yang baru dapat terbentuk antara
alkohol dan rantai samping protein tersebut, sehingga susu mengalami
penggumpalan. Dari uji alkohol susu segar yang telah direbus mendidih
memiliki kandungan alkohol di dalamnya.
5.2.2 Telur
a. Pengamatan Kualitas Eksternal Telur
Kualitas eksternal pada telur ayam kampong beratnya 43,77, 37,318 dan
37,8 dan warna telur yaitu putih kekuningan dan pucat. Dari data berat telur,
data tersebut telah tidak sesuai dengan sifat fisik telur ayam kampung pada
teori, sedangkan warna telur ayam kampong telah sesuai dengan teori. Telur
ayam kampung, mempunyai berat sekitar 45 - 50 gram/butir dan memiliki
warna putih kecoklatan (Hadiwiyoto, 1983). Perbedaan berat telur yag tidak
sesuai dengan teori disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut Lies Suprapti
(2002), kualitas telur ditentukan oleh beberapa hal, antara lain oleh faktor
keturunan, kualitas makanan, sistem pemeliharaan, iklim, dan umur telur.
Cangkang telur ayam kampung yang diamati utuh, dan ada sedikit kotoran pada
cangkang. Hal ini karena adanya kontaminan pada saat telur di panen atau
dihasilkan oleh ayam.
Pada telur bebek, warnanya adalah putih kehijauan dan putuh kebiruan.
Berat telur bebek sekitar 59-68 gram/ butir. Dari warna dan berat telur
bebek/itik yang dihasilkan telah sesuai dengan teori yang menyatakan telur itik
umumnya berukuran besar dan warna kerabang putih sampai hijau kebiruan.
Rata-rata bobot telur itik adalah 60--75 g (Resi, 2009). Pada cangkang telur
bebek ada yang retak, hal ini karena benturan pada saat pemanenan dan
pemasaran telur sehingga cangkang telur sedikit retak. Cangkang pada telur itik
ada yang masih kotor, hal tersebut karena adanya kontaminasi pada saat telur
dipanen.
pH Putih Telur
9.4
9.2
9
8.8
8.6 pH
8.4
8.2
8
Telur ayam Telur ayam Telur Telur Telur Telur
kampong 1 kampong 2 bebek 1 bebek 2 puyuh 1 puyuh 3
Pada grafik di atas, dihasilkan nilai pH putih telur tertinggi adalah pada
telur ayam kampung 1 dan terendah pada telur bebek 1.
BJ putih telur
1.2
1
0.8
0.6
0.4
BJ putih telur
0.2
0
Telur Telur Telur Telur Telur Telur
ayam ayam bebek 1 bebek 2 puyuh 1 puyuh 3
kampong kampong
1 2
Pada grafik di atas dihasilkan data berat jenis putih telur tertinggi
adalah pada telur ayam kampung 1, dan berat jenis putih telur terendah adalah
pada telur puyuh 1.
.
BAB 6. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dari analisis data yang telah dilakukan, dapat disimpulkan :
1. Karakteristik fisik dan kimia susu serta berbagai olahan susu menghasilkan
data yang berbeda-beda. Karena adanya perbedaan perlakuan dan
pengolahan susu.
2. Susu yang memiliki nilai pH normal sesuai dengan (SNI-01-3141-1998)
adalah susu segar dan susu kental manis.
3. Susu yang rusak akan mengalami penggupalan pada perlakuaan
penambahan alkohol, pada data tersebut susu segar yang di rebus sampai
mendidih telah mengalami kerusakan
4. Berat jenis susu yang diamati rata-rata sudah sesuai dengan (SNI-01-3141-
1998), tetapi pada berat jenis susu segar rebus hasilnya sangat jauh berbeda.
5. Penambahan enzim bromelain pada susu dapat menyebabkan perubahan
sifat fisik susu, yaitu warna susu lebih jernih.
6. Karakteristik fisik dan kimia berbagai jenis telur, sangat jauh berbeda.
7. Kuning telur dan putih telur yang tercampur, dapat mencampurkan air dan
minyak. Kuning telur memiliki kemampuan lebih banyak mengikat kotoran
atau sebagai clarifying agent. Putih telur memiliki kemampuan membentuk
busa lebih banyak daripada kuning telur.
6.2 Saran
Saran untuk praktikum ini sebaiknya praktikan lebih berhati- hati pada saat
praktikum, agar tidak terjadi kesalahan. Praktikan sebaiknya lebih memahami skema
kerja praktikum, agar dapat menimalisir kesalahan prosedur.
DAFTAR PUSTAKA
American Heart Association. 2004. Heart Disease and Stroke Statistics. Mei 12, 2018
http://www.strokeaha.org
Badan Standarisasi Nasional Indonesia . 1998 . Susu Segar SNI 01-3141-1998. Jakarta
: Departemen Kesehatan RI
Badan Standarisasi Nasional Indonesia. 2011. Susu Segar Bagian I (Sapi) SNI
3141.1:2011. Jakarta : Departemen Kesehatan RI
Bambang. 2003. Efek Kolesterole mix Berbagai Telur. Jurnal Media Gizi dan Keluarga
Vol. 27 Hal 58
Beutler E, Groux MJA. 2008. Shelf – stable condensed milk with reduced sugar
content. US :Patent 2008/0050492A1.
Budiman, C. dan Rukmiasih. 2007. Karakteristik Putih Telur Itik Tegal. Jurnal
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Fakultas
Peternakan.Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Bylund G. 2003. Dairy Processing Handbook, 2nd ed. Lund: Tetra Pak Processing
System AB.
Departemen Kesehatan RI, 2004. Keluarga Sadar Gizi (KADARZI). Jakarta. Available
from: http://www.gizi.net/kebijakan-gizi/ .Accesed 12 Mei 2018.
Gustiani, E. 2009. Pengendalian Cemaran Mikroba pada Bahan Pangan Asal Ternak
(daging dan susu) Mulai dari Peternakan Sampai Dihidangkan. Jakarta :
Litbang Pertanian
Hadiwiyoto. 1983. Hasil-Hasil Olahan Susu, Ikan, Daging dan Telur. Yogyakarta:
Liberty
Herdyastuti, N. 2006. Isolasi dan Karakterisasi Ekstrak Kasar Enzim Bromelin dari
Batang Nanas (Ananas comusus L.merr). Berk. Penel. Hayati vol. 12
Muchtadi, T. R. & Sugiyono. 1992 . Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Bogor: Institut
Pertanian Bogor.
Muharastri, Y. 2008. Analisis Kepuasan Konsumen Susu UHT Merek Real Good di
Kota Bogor. Skripsi. Departemen Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas
Pertanian, Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Supartono. 2004. Karakterisasi Enzim Protease Netral dari Buah Nenas Segar. Jurnal
MIPA Universitas Negeri Semarang 27 (2): 134-142.
Syarief. 1997. Membangun SDM Berkualitas : Suatu Telaahan Gizi Masyarakat dan
Sumber Daya Keluarga. Bogor : IPB
Winarno F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.