Anda di halaman 1dari 11

Nama asisten : Desvi Riani E.

P
Tanggal Praktikum : 25 Maret 2019
Tanggal Pengumpulan : 05 April 2019

KARAKTERISTIK, TITIK ISOELKTRIK DAN PENGOLAHAN PADA SUSU


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN

Puji Nurul Aeni (240210160054)

Departemen Teknologi Industri Pangan Universitas Padjadjaran, Jatinangor


Jalan Raya Bandung-Sumedang Km. 21, Jatinangor, Sumedang 40600 Telp. (022) 7798844,
779570 Fax. (022) 7795780 Email: xxxxxxx
ABSTRAK

Susu merupakan salah satu bahan pangan yang sangat penting dalam kehidupan
manusia dan merupakan salah satu sumber protein hewani yang didalamnya terkandung nilai
gizi yang sangat tinggi. Susu didefinisikan sebagai sekresi dari kelenjar susu binatang yang
menyusui anaknya. Tujuan dari praktikum kali ini adalah mengetahui karakteristik berbagai
jenis susu secara organoleptik dan secara kimia, serta cara pengolahan susu yang baik. . Uji
karakteristik menggunakan uji organoleptic, densitas dan sifat kimia susu, sedangkan
pengolahan susu dilakukan metode pasteurisasi dan separasi. Susu kambing dan sapi segar
memiliki organoleptik yang berbeda. Susu hasil pengolahan memiliki karakteristik organoleptic
tersendiri. Densitas susu sapi 1,0015 g/mL dan pH susu kambing 1,0105 g/mL. Susu sapi
memiliki pH 6,85 serta pH titik isoelektriknya 4,18 dan susu kambing memiliki pH 6,72 serta
pH titik isoelektrikya 4,54. Nilai kandungan nutrisi susu pasteurisasi mengalami penurunan dari
susu segar. Susu skim memiliki nilai protein yang tinggi dengan lemak yang relative rendah.

Kata Kunci : organoleptic, pasteurisasi, separasi, susu

PENDAHULUAN dan mineral yang berguna dan


bermanfaat untuk menjaga kesehatan
Susu merupakan salah satu manusia. Namunn saat ini susu
bahan pangan yang sangat penting kambing mulai banyak dikonsumsi
dalam kehidupan manusia dan karena memiliki kandungan gizi yang
merupakan salah satu sumber protein lebih tinggi daripada susu sapi. Susu
hewani yang didalamnya terkandung kambing memiliki perbedaan
nilai gizi yang sangat tinggi. Susu karakteristik dari susu sapi, yaitu
didefinisikan sebagai sekresi dari warnanya lebih putih, globula lemak
kelenjar susu binatang yang menyusui susunya lebih kecil sehingga lemak
anaknya (Buckle, dkk.1987). Air susu susu kambing lebih mudah dicerna,
yang sudah direbus, air susu yang dan dapat diminum oleh orang yang
sudah dicampur gula, dicampur alergi terhadap susu sapi, lactose
dengan hasil pemerahan sebelumnya intolerance, atau untuk orang-orang
adalah bukan susu segar lagi. (AAK, yang mengalami berbagai gangguan
1995). pencernaan (Blakely dan Blade, 1991).
Susu yang banyak dikonsumsi Pada titik isolistrik protein
oleh manusia adalah susu yang berasal mempunyai muatan positif dan negatif
dari sapi perah. Susu segar yang
yang sama, sehingga tidak bergerak ke
berasal dari sapi perah mengandung
nilai gizi yang lengkap dan tinggi arah elektroda positif maupun negatif
kandungannya. Kandungan susu terdiri apabila ditempatkan di antara kedua
dari protein, lemak, laktosa, vitamin, elektroda tersebut. Protein mempunyai
titik isolistrik yang berbeda-beda. Titik 100ml, cawan/mangkuk kecil, cream
isolistrik protein mempunyai arti separator, kompor, lactoscan,
penting karena pada umumnya sifat laktodensitometer, panci, pH meter,
sendok dan stirrer.
fisika dan kimia erat hubungannya
Bahan yang digunakan dalam
dengan pH isolistrik ini. Pada titik praktikum kali ini yakni susu evaporasi,
isoelektrik, protein akan mengalami susu kambing segar, susu pateurisasi,
pengendapan (koagulasi) paling cepat susu sapi segar, susu skim bubuk, dan
dan prinsip dapat digunakan untuk susu UHT.
pemisahan atau pemurnian suatu Karakteristik susu (Sifat
protein (Sirajuddin dan Najamuddin, Organoleptik)
Metode pengujian dilakukan
2011).
adalh metode deskriptif dimana susu
Susu merupakan media cair UHT, pasteurisasi, evaporasi dan segar
yang mempunyai komposisi sangat (sapid dan kambing) diamati
lengkap, sehingga tidak dapat bertahan organoleptiknya. Pengujian
dalam waktu lama bila disimpan pada oraganoleptik yang dilakukan berupa
suhu kamar. Susu yang disimpan pada warna, rasa, aroma dan tekstur.
suhu kamar akan mudah rusak, oleh Susu skim diamati
organoleptiknya berupa warna dan
karena itu dilakukan pengolahan susu
aroma. Susu skim silarutkan dalam air
untuk memperpanjang umur simpan dan kembali di amati organoleptiknya.
susu dan menghilakan bakteri-bakteri Ttitik Isoelektrik (Sifat Kimawi)
pathogen dalam susu. Proses Pengukuran ph susu. Sampel
pengolahan sederhana yang dilakukan susu segar sapi dan kambing dimasukan
adalah pasteurisasi dan separasi susu kedalam cawan kemudian dilakukan
pengukuran pH menggunakan pH
skim. Susu mudah rusak karena
meter.
merupakan media yang baik bagi Pengujian titik isoeltrik, sampel
perkembangan mikrobia, angka susu sapi dan kambing segar dimasukan
kerusakan susu segar di Indonesia ke dalam beaker gelas.ditambahkan
menurut Direktorat Jendral Peternakan asam sitrat setiap 5 menit hingga
berkisar antara 3-12,5%. terbentuk gumpalan. Diukur pH
Tujuan dari praktikum kali ini menggunakan pH meter.
adalah mengetahui karakteristik Pengolahan Susu
berbagai jenis susu. Selain itu untuk Susu sapi dan kambing
o
mengetahui titik isoeltrik pada susu dipasteurisasi pada suhu 65 C selama
segar dan untuk mengetahui 15 menit. Diamati dan diuji lactoscan.
kandungan nutrisi dari susu yang telah Susu sapi. Kambing dipanaskan
dilakukan proses pengolahan pada suhu 40oC, kemudian dilakukan
sederhana seperti pasteurisasi dan separasi/pemisahan dengan cream
separasi skim. separator. Hasil skim yang dihasilkan
diamati dan diuji lactoscan.
METODOLOGI
HASIL DAN PEMBAHASAN
Alat dan Bahan
Karakteristik Susu
Alat yang digunakan dalam
praktikum kali ini adalah beaker gelas
Uji karakteristik yang dilakukan didasarkan pada alat indera. Uji
yaitu uji organolepetik (susu segar sapi, organoleptik disebut juga dengan uji
segar kambing, pasteurisasi, UHT, hedonik dimana menggunakan panel
evaporasi, skim bubuk, dan skim sebagai alat atau intrumen dalam
rekonsitusi) dan pengujian densitas susu penilaian mutu atau analisis sifat suatu
segar sapi dan kambing menggunakan bahan. Berikut ini merupakan hasil
laktodensitometer. Pengujian pengamatan dari uji organoleptik pada
organoleptik merupakan pengujian yang berbagai jenis susu.
Tabel 1. Hasil Pengujian Organoleptik Berbagai Jenis Susu
Sampel Warna Aroma Tekstur Rasa
Susu Segar Putih kekuningan
Khas susu + Cair ++ Agak masam
Sapi +++
Susu Segar Putih kekuningan
Khas susu ++ Cair + Gurih ++, manis ++
Kambing +
Susu
Putih kebiruan Khas susu ++ Cair + Gurih ++, manis ++
Pasteurisasi
Putih kekuningan
Susu UHT Khas susu +++ Cair Gurih +++, manis ++
++
pekat, putih
Aroma manis
Susu Evaporasi kekuningan Kental Manis ++++
+++
+++++
Susu Skim
krem Khas susu ++++ Bubuk halus Gurih +, manis +
Bubuk
Susu Skim Putih kekuningan
Khas susu + Cair Hambar
Rekonstruksi ++++
(Sumber : Dokumentasi pribadi, 2019)
Berdasarkan hasil pengamatan kalsium fosfat yang tesebar dalam susu.
terjadi perbedaan organoleptik dari Di dalam susu, kasein ini merupakan
bebagai jenis susu yang diamati. disfersi koloid sehingga tidak tembus
Perbedaan warna, aroma, tingkat cahaya yang mengakibatkan air susu
tekstur, serta crasa dipengaruhi oleh tersebut berwarna putih (Buda, et al.,
beberapa faktor pengolahan serta 1980). Hal ini sudah sesuai dengan
komposisi yang terkandung dalam susu. standar air susu menurut SK Direktorat
Perbedaan warna yang ditimbulkan dari Jendral Peternakan
susu berasal dari komposisi kimia yang No.17/Kpts/DJP/Deptan/1983. Selain
terkandung dalam susu. Susu berwarna itu komposisi kimia yang ada pada susu
sedikit kekuningan disebabkan oleh juga berpengaruh terhadap perbedaan
pigmen karoten, karoten adalah pigmen aroma yang dihasilkan oleh sampel
kuning utama dari lemak susu, yang susu. Hal ini sesuai dengan pendapat
apabila dimetabolisme di dalam tubuh Sumudhita (1989), yang menyatakan
manusia akan membentuk dua molekul bahwa faktor yang mempengaruhi bau
vitamin A. Warna putih susu pada pada dan rasa susu adalah pemberian pakan,
beberpa sampel berasal dari cahaya macam bahan pakan yang diberikan,
yang direfleksikan oleh globula-globula persiapan sapi yang akan diperah.
lemak, partikel koloidal kasein dan Perbedaan suhu serta waktu perlakuan
juga merupakan salah satu faktor yang dalam sususan asam lemak susu
berpengaruh untuk sampel susu. Susu kambing (Al-Baarri, 2005). Beberapa
sterilisasi memiliki warna kecoklatan penyimpangan yang dapat terjadi pada
karena susu sterilisasi merupakan susu aroma susu adalah terciumnya bau
yang telah mengalami pemanasan pada busuk akibat penyakit mastitis, bau
suhu sterilisasi yaitu 121oC dengan asam akibat produksi asam laktat
tekanan 15 psi selama 10 detik atau berlebih oleh bakteri, serta bau rumput
pada suhu 134oC selama 1 detik. akibat pakan yang dimakan oleh ternak.
Citarasa yang dihasilkan oleh setiap Susu kambing memiliki rasa yang lebih
sampel berbeda tergantung komposisi kuat dibandingkan dengan susu sapi
yang terkandung dalam susu serta walaupun keduanya memiliki citarasa
pengaruh dari pengolahan. Citarasa yang sama yaitu gurih dan creamy. Hal
mendekati bau gosong (pahit) pada susu ini disebabkan karena kadar lemak susu
sterilisasi disebabkan oleh pengaruh kambing lebih tinffi dibanding susu
pengolahan dengan suhu paling tinggi sapi, dimana lemak susu kambing
diantara susu olahan lainnya. sekitar 6,12% sementara sapi sebesar
Hasil pengamatan pada kedua 3,35% (Al-Baarri, 2005).
susu segar juga memilki perbedaan, Susu segar juga umumnya
warna dari kedua susu segar sama-sama memiliki rasa yang sedikit manis dan
memiliki warna putih kekuningan tetapi sedikit asin. Rasa manis ini berasal dari
susu sapi memiliki warna yang lebih laktosa sedangkan rasa asin berasal dari
kuning. Hal ini dikarenakan kandungan klorida, sitrat, dan garam-garam mineral
pigmen karoten yang terdapat pada lainnya (Buckle, et. al.,1987). Susu
susu kambing tidak terdapat sebanyak dengan kandungan laktosa rendah tetapi
di susu sapi. Buckle et al (1987) kadar klorida tinggi menyebabkan cita
menyatakan bahwa karoten dan rasa susu menjadi asin. Susu sapi yang
riboflavin adalah pigmen utama yang dihasilkan pada akhir masa laktasi
memberi warna kekuningan pada susu, biasanya mempunyai rasa yang asin.
serta warna putih pada susu disebabkan (Muchtadi, dkk., 2010). Biasanya susu
karena adanya penyebaran atau refleksi sapi memiliki citarasa yang lebih manis
cahaya terhadap butiran-butiran koloid daripada susu kambing karena kadar
lemak, kalsium kaseinat, dan kalsium laktosa dalam susu sapi lebih tinggi
fosfat. Bila warna susu biru, maka ada daripada susu kambing yaitu 4,6%
indikasi bahwa susu telah diolah untuk susu sapi dan 3,6% untuk susu
dengan diambil lemaknya atau telah kambing (Girisonta, 1995).
dicampur dengan air, karena warna Pengujian densitas dilakukan
kebiruan ini menandakan bahwa menggunakan laktodensitometer. Berat
kandungan lemak dalam susu rendah. jenis suatu bahan adalah perbandingan
Pengamatan aroma antara berat bahan tersebut dengan berat
menunjukkan bahwa susu kambing air pada suhu dan volume yang sama.
memiliki aroma yang lebih kuat Berat jenis susu dipengaruhi oleh
dibandingkan susu sapi, dimana aroma padatan total dan padatan tanpa lemak.
susu kambing ini memiliki aroma khas Kadar padatan total susu akan diketahui
yang biasa disebut prengus. Aroma jika diketahui berat jenis dan kadar
yang timbul dari susu kambing ini lemaknya. Berikut merupakan hasil
disebabkan oleh asam-asam lemak pengukuran densitas.
kaprat, kapilirat, asam linoleat dan asam Tabel 2. Hasil Pengujian Densitas Susu
lemak kaproat yang mudah menguap Segar
Sampel Laktodensitometer menyebutkan bahwa BJ susu kambing
lebih besar. bA susu tergantung dari
Susu Segar Sapi 1,0015 kandungan lemak dan bahan padat
Susu Segar Kambing 1,0105 seperti lemak, laktosa, protein dan
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2019) kasein. Kandungan lemak berpengaruh
Muchtadi, dkk. (2010) negatif terhadap BJ susu, karena BJ
menjelaskan bahwa laktometer adalah lemak lebih rendah dibandingkan BJ air
hidrometer yang skalanya telah ataupun plasma susu. Sementara itu,
disesuaikan dengan berat jenis susu. kandungan bahan padat bukan lemak
Prinsip dari alat ini adalah bekerja mempunyai pengaruh nyata terhadap
mengikuti hukum Archimedes dimana besarnya BJ susu.
jika laktometer dicelupkan ke dalam
susu, maka laktometer tersebut akan Titik Isoelektrik (Sifat Kimia)
mendapat tekanan ke atas sesuai dengan Titik Isoelektrik adalah suatu
berat volume cairan yang dipindahkan. nilai pH dimana protein memiliki
Jadi, jika laktometer dicelupkan ke jumlah muatan negatif yang sama
dalam susu yang memiliki berat jenis dengan jumlah muatan positifnya, atau
yang rendah, maka laktometer akan dengan kata lain protein bermuatan
tenggelam lebih dalam dibandingkan
netral atau tidak bermuatan. Pada nilai
jika dicelupkan ke dalam susu yang
berat jenisnya lebih tinggi. Berat jenis pH yang lebih rendah dari titik
susu biasanya ditentukan dengan isoelektriknya, protein memiliki
menggunakan lactometer. muatan positif, dan pada nilai pH yang
Laktodensimeter dimasukkan kedalam lebih besar dari titik isoelektriknya,
gelas ukur, diputar-putar sepanjang protein akan bermuatan negatif.
dinding gelas ukur agar suhunya merata, Protein mempunyai titik isolistrik yang
dan dicatat berat jenis dan suhu dari
susu tersebut.Setelah mencatat skala berbeda-beda. Titik isolistrik protein
dan suhu lalu untuk mendapatkan berat mempunyai arti penting karena pada
jenis susu dilakukan perhitungan umumnya sifat fisika dan kimia erat
Berat jenis susu yang hubungannya dengan pH isolistrik ini.
dipersyaratkan dalam SNI 01-3141- Pada titik isoelektrik, protein akan
1998 tentang susu segar adalah minimal mengalami pengendapan (koagulasi)
1,0280 pada suhu 27,5oC sehingga
paling cepat. Prinsip ini biasa
dapat diketahui bahwa susu tidak
memenuhi syarat yang ditetapkan oleh digunakan untuk pemisahan atau
SNI 01-3141-1998. Hal ini juga pemurnian suatu protein, seperti
dipengaruhi oleh suhu pada susu yang pemisahan kasein dari protein susu
dibawah suhu pada SNI Berdasarkan (Sirajuddin dan Najamuddin, 2011).
hasil pengamatan, susu kambing Berikut merupakan hasil pengamatan
memiliki bj yang lebih besar yaitu dari pengukuran pH sebelum dan
1,0105 sedangkan BJ susu sapi sebesar
sesudah isoelektrik.
1,0015. Hal ini sesuai dengan literatur
menurut Rozali (2010), yang
Tabel 3. Hasil Pengujian Titik Isoelektrik Susu Segar
Sampel pH Awal pH Isoelektrik
Susu Segar Sapi 6,85 4,18
Susu Segar Kambing 6,72 4,54
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2019)
Sampel susu sapi memiliki pH (seperti posfat, sitrat, karbonat dan
awal lebih tinggi yaitu 6,84 sedangkan garam dari asam karboksilat). Jadi,
susu kambing sebesar 6,68. Hal ini secara alami kemampuan buffer tersebut
sesuai dengan pernyataan Muchtadi, dapat menghambat laju kerusakan susu
dkk. (2010) bahwa pH susu segar yang diindikasikan dengan perubahan
berkisar antara 6,5 - 6,6. Menurut SNI pH atau keasaman susu.
3141.1:2011 tentang susu segar, syarat Koagulasi adalah keadaan
pH susu segar yang baik berkisar antara dimana protein tidak lagi terdispersi
6,3 - 6,8. Nilai pH merupakan cerminan sebagai suatu koloid karena unit ikatan
jumlah ion H+ dari asam di dalam susu yang terbentuk cukup banyak.
yang diakibatkan oleh pertumbuhan Koagulasi juga dapat diartikan sebagai
mikroba. Tujuan dari uji pH adalah kerusakan protein yang terjadi akibat
mengetahui tingkat keasaman susu pemanasan dan terjadi adanya
sehingga dapat diperkirakan tingkat penggumpalan serta pengerasan pada
kualitas dan keamanan susu untuk protein karena menyerap air pada proses
dikonsumsi. tersebut (Makfoeld, 2008). Koagulasi
Nilai keasaman menunjukan pada susu dapat disebabkan oleh
banyaknya jumlah asam yang penambahan asam, garam atau
adadidalam susu. Selama penyimpanan, pemanasan. Koagulasi tidak diharapkan
keasaman susu cenderung meningkat pada beberapa produk susu, namun pada
karenasebagian laktosa akan diubah produk tertentu koagulasi pada susu
oleh mikroba menjadi asam laktat dan memiliki peranan yang sangat penting.
asam organik lain. Besarnya nilai Contoh produk susu yang menerapkan
keasaman tersebut berbanding terbalik koagulasi adalah keju dan yoghurt.
dengan pH. Artinya, apabila keasaman Agar diperoleh kondisi
susu meningkat maka nilai pH akan koagulasi akubat asam susu yang telah
menurun. Nilai pH dan keasaman dipateurisasi ditambahkan asam sitrat.
mempunyai korelasi dengan Pemanasan dan penambahan asam ini
kemampuan buffer susu. Pada akan menyebabkan denaturasi rusaknya
penambahan asam, ion hidrogen dari struktur protein sehingga protein akan
asam berikatan dengan basa dalam mengendap. Pengendapan protein oleh
buffer dan sebaliknya penambahan basa asam terjadi cukup cepat karena adanya
menyebabkan ion hidroksil dari basa panas. Pertamatama akan terjadi
berikatan dengan asam dalam buffer. presipitasi yaitu pembentukan presipitat
Kemampuan buffer dari susu ditunjang atau partikel kecil yang melayang-
oleh beberapa senyawa yang tergolong layang dalam larutan dan dapat
dalam kelompok residu yang terikat mengendap dalam waktu singkat
dengan protein (seperti asam aspartat, (Suwedo, 1994). Presipitat tersebut
asam glutamat, histidin, lisin, tirosin akan saling tergabung membentuk
danester posfat) serta garam-garam agregat (partikel yang lebih besar) dari
presipitat tapi belum mengendap. Jika merupakan kondisi yang menyababkan
jumlah agregat terus bertambah maka titik isoelektrik pada kasein (Poedjadi,
akan saling membentuk endapan. 1994 dalam Copriady dkk, 2013).
Adanya ion H+ menyebabkan sebagian Pengambilan titik isoelektri kasein
jembatan atau ikatan peptida terputus. dikarenakan pada susu segar kandungan
Dalam suasana asam, ion H+ akan protein terbanyak berupa kasein. pH
bereaksi dengan gugus COO- yang diperoleh memiliki hasil sedikit
membentuk COOH sedangkan sisanya lebih rendah dibandingkan literature,
(asam)akan berikatan dengan gugus hal tersebut dapat disebabkan oleh
amino NH2 membentuk NH3+, sehingga perbedaan suhu pemanasan pada saat
apabila larutan peptide dalam keadaan praktikum pemanasan dilakukan dengan
isoelektris diberi asam akan cara pasteurisasi mencapai suhu 65oC
menyebabkan bertambahnya gugus atau dapat pula dikarenakan perbedaan
bermuatan yang membentuk afinitas jumlah asam yang digunakan/ jenis
terhadap air dan kelarutan dalam air. asam yang digunakan. Selain dari asam,
Kelarutan protein akan meningkat jika pemanasan juga dapat mepercepat
diberi perlakuan asam yang berlebih, tejadinya koagulasi.
hal ini terjadi karena ion positif pada
asam yang menyebabkan protein yang Pengolahan Susu
semula bemuatan netral atau nol Susu segar merupakan bahan
menjadi bermuatan positif yang makanan yang bergizi tinggi karena
menyebabkan kelarutannya bertambah. mengandung zat-zat makanan yang
Semakin jauh derajat keasaman larutan lengkap dan seimbang seperti protein,
protein dari titik isoelektrisnya, maka lemak, karbohidrat, mineral, dan
kelarutannya akan semakin bertambah. vitamin yang sangat dibutuhkan oleh
Titik isoelektris adalah saat dimana manusia. Nilai gizinya yang tinggi juga
pada pH asam amino berada pada menyebabkan susu merupakan medium
bentuk amfoter (zwitter ion), dan pada yang sangatdisukai oleh mikrooganisme
saat titik isoelektris ini kelarutan protein untuk pertumbuhan dan
menurun dan mencapai angka terendah, perkembangannya sehingga dalam
protein akan mengendap dan waktu yang sangat singkat susu menjadi
menggumpal. Pada saat titik isoelektris tidak layak dikonsumsi bila tidak
ini jumlah kation dan anion yang ditangani secara benar. Selain itu
terbentuk sama banyaknya. Sejalan penanganan susu yang tidak benar juga
dengan pendapat (Soeharsono, 1989). dapat menyebabkan daya simpan susu
Berdarkan hasil pengamatan menjadi singkat, harga jual murah yang
yang diperoleh nilai pH senhiggan pada akhirnya juga akan mempengaruhi
terjadi penggumpalan pada susu sapi pendapatan peternak sebagai produsen
segar dan susu kambing segar berturut- susu. Salah satu cara yang dapat
turut adalah 4,18 dan 4,54. Kasein akan ditempuh untuk mencegah kerusakan
mengendap saat dilakukan pemanasan pada susuadalah dengan cara
pada suhu 40OC pada pH 4,6 yang pemanasan (pasteurisasi) baik dengan
suhu tinggi maupun suhu rendah dan Proses pemanasan atau
dengan cara separasi (pemisahan). pasteurisasi dilakukan untuk mencegah
Laktoscan merupakan alat yang atau mengurangi jumlah mikroba yang
berfungsi untuk menganilisis ada dalam susu, sehingga dapat
kandungan nutrisi dalam susu. Cara memperpanjang umur simpan. akan
kerja dari laktoscan sendiri setelash tetapi proses pemanasan dapat
susu homogeny dimasukan kedamalm mengakibatkan terjadinya perubahan
beaker gelas, kemudian simasukan pada organoleptik seperti warn, tekstur,
ujung jarum setelah itu klik tombol ok. aroma dan rasa, serta menurunkan
Sampel akan tersedot masuk ke dalam kandungan nilai gizi dalam susu.
alat kemudian keluar kembali pada Berikut ini merupakan hasil
waktu yang telah diatur, kemudian data pengaamatan kandungan nilai gizi pada
akan keluar dilayar lactoscan berupa susu setelah pemansan dengan
Lemak (Fat), BJ (Density), Laktosa menggunakan laktoscan.
(Lactosa), Solid Non Fat (SNF), Solids,
Protein dan Added Water.
Tabel 4. Hasil Analisis Lactoscan pada Susu Pasteurisasi
Keterangan Susu Sapi Susu Kambing
Fat 3,26 5,91
Densitas 20,53 29,71
Protein 2,17 4,15
Total Solid 5,94 8,75
Laktosa 3,26 3,94
Air 29,42 3,4
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2019)
Penyusun utama dari susu sapi Nilai kandungan nutrisi pada
secara segar adalah air (87,10%); susu kambing dan susu segar setelah
laktosa (4,8%); lemak (3,9%) yang pasteurisasi terdapat perbedaan. Hal
didominasi oleh lemak jenuh; protein tersebut dapat terjadi karena nilai
susu (3,4%); densitas susu sapi segar nutrisi susu segar dipengaruhi oleh
(1,0015 g/ml) dan kadar abu (0,72%) beberapa faktor diantaranya jenis
(Jay, 1996 dalam Suwito, 2010). ternak, pakan, dan interval pemerahan
Berdasarkan hasil pengamatan (Kurniawan et al. 2012). Selain itu,
menggunakan laktoscan kandungan kemungkinan perbedaan proses
semua nutrisi pada susu sapi pasteurisasi juga dapat mempengaruhi
pasteurisasi mengalami penurunan. perbedaan kandungan nutrisi tersebut.
Susu sapi pasteurisasi yang diuji Penurunan lemak susu setelah
memiliki kandungan nutrusi yang telah pasteurisasi dapat terjadi karena adanya
memenuhi syarat mutu dari SNI 01- pebentukan enzim lipase oleh bakteri
3951-1995. asam laktat sehingga lemak yang
dihisrolisis bertambah banyak yang terjadinya degradasi laktosa. Densitas
menyebabkan penurunan saat susu pasteurisasi mengalami penurunan
pasteurisasi. Akan tetapi penurunan karena kandungan nutrisi pada bahan
kadar lemak juga dapat disebabkan oleh mengalami penurunan termasuk air
lemak yang terkandung dalam susu sehingga berat pada susu berkurang
berubah menjadi falvor saat pemansan karena penguapan.
dan energi yang digunakan bakteri Selain pemanasan salah satu
patoghen selama penyimpanan. cara pengolahan adalah membuat susu
(Hastoini, 20002 dalam Michal, 2010) skim. Pembuatan susu skim dilakukan
Penurunan kadar air yang cukup oleh alat bernama cream separator.
besar diakrenakan adanyan proses Cream separator bekerja memisahkan
pemanasan yang menyebabkan air skim dan cream pada susu berdasarkan
bebas pada susu akan menguap. Proses berat jenisnya dimana BJ dari skim
pemanasan akan menyebabkan protein adalah (1,035) dan BJ dari lemak adalah
mengalami denaturasi sehingga terjadi (0,93) proses pemisahan pada cream
penurunan kandungan protein (Triyono, separator menggunakan prinsip
2010). Denaturasi protein menyebabkan sentrifugasi dimana susu dipaksa
perubahan susunan rantai polipeptida memilsah berdasarkan perbedaan
suatu molekul protein sehingga BJnya. (Souvia, 2010). Berikut ini
menyebabkan kelarutan protein merupakan hasil pengamatan uji
berkurang. laktoscan pada susu skim.
Penurunan laktosa pada susu
setelah pemanasan diakibatkan oleh
Tabel 5. Hasil Analisis Lactoscan pada Susu Skim Separasi
Keterangan Susu Sapi Susu Kambing
Fat 0,00 0,085
Densitas 23,76 34,875
Protein 2,23 4,20
Total Solid 6,07 8,795
Laktosa 3,34 3,96
Air 30,25 9,23
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2019)
Susu skim cair adalah susu yang susu kecuali lemak dan vitamin-vitamin
memiliki kandungan air 90,4%, yang larut dalam lemak. Susu skim
kandungan kemak kurang dari 1%, memiliki bobot jenis tinggi karena
kadar protein 3,7% dan kadar abu 0,8%. banyak mengandung protein, sehingga
Susu skim merupakan bagian susu yang dalam sentrifugasi akan berada di
banyak mengandung protein, sering bagian dalam (Buckle et al, 1987).
pula disebut serum susu. Susu skim Kandungan air yang tinggi
mengandung semua zat makanan dari menyebabkan susu skim cair tidak
memiliki umur simpan panjang seperti 1,0015 untuk susu sapi segar dan 1,0105
halnya susu dalam bentuk serbuk atau untuk susu kambing segar. Nilai ph
dalam bentuk kental manis. Kadar air awal susu sapi segar dan susu kambing
sangat berpengaruh pada daya simpan segar berturut-turut sebesar 6,85 dan
susu karena air inilah yang membantu 6,72, sementara itu nilai ph yang
pertumbuhan mikroba. diperoleh setelah dilakukan perlakuan
hingga terjadi koagulasi sebesar 4,18
KESIMPULAN untuk susu sapi segar dan 4,54 pada
susu kambing segar.
Berdasarkan hasil pengamatan Proses pemanasan/ pasteurisasi
pada karakteristik susu dengan uji menyebabkan terjadinyan penurunan
organoleptic diperoleh sampel susu sapi kandungan gizi pada susu tetapi dapat
segar didapatkan ciri-ciri memiliki meningkatkan umur simpan karena
warna putih kekuningan +++, bertekstur mengurangi jumlah mikroba. Susu
cair++, beraroma khas susu +, dan pasteurisasi sapi dan kambing yang
memiliki rasa cream agak masam. diamati dengan uji lactoscan telah
Sampel susu kambing segar didapatkan memenuhi syarat mutu dari SNI. Susu
ciri-ciri memiliki warna putih skim cair setelah diuji memiliki banyak
kekuningan +, bertekstur cair +, kandungan protein dan sedikit lemak
beraroma khas susu +, memiliki rasa hal itu disebakan karena proses separasi
gurih ++ manis++. Susu pasteurisasi yang dilakukan.
berwarna putih kebiruan, bertekstur cair
+, beraroma khas susu ++, dan memiliki DAFTAR PUSTAKA
rasa gurih ++ manis++. Susu UHT
berwarna putih kekuningan ++, AAK. 1995. Petunjuk Praktis Beternak
beraroma khas susu +++, bertekstur Sapi. Kanisius. Yogyakarta.
cair,dan memiliki rasa gurih +++ manis Ai-Baarri, A. N. (2005). Identifikasi
++. Susu evaporasi berwarna pekat, Dan Karakterisasi Aroma"
Prengus"(" Goaty Flavor") Susu
putih kekuningan +++++, beraroma
Kambing Serta Produk
manis +++, bertekstur kental, dan Olahannya.Universitas
memiliki rasa tawar pahit. Sampel susu Diponegoro. Semarang.
skim bubuk berwarna krem, beraroma Badan Standarisasi Nasional. 1998.
khas susu ++++, bertektur bubuk halus, Standar Nasional Indonesia
dan memiliki rasa gurih +manis +. {SNI) Standar Mutu Susu Segar
No. 01-3141. Departemen
Sampel terakhir yaitu susu skim hasil
Pertanian Republik Indonesia.
rekonstruksi memiliki warna putih Jakarta Badan Standardisasi
kekuningan ++++, beraorma khas Nasional. 2011. SNI
susu+, bertekstur cair, dan berasa 3141.1:2011. Susu Segar-Bagian
hambar. 1: Sapi. BSN. Jakarta.
Berat jenis susu segar yang Blakely, A dan Bade, D. H. 1985. Ilmu
diperoleh dari hasil pengukuran dengan Peternakan diterjemahkan oleh
B.Srigandono dan Soedarsono.
menggunakan laktodensitometer sebesar
Gajah Mada University Press. http://blogs.unpad.ac.id/ diakses
Yogyakarta. pada 4 april 2018)
Buckle, K. A., Edwards, R. A., Fleet, G. Sumudhita, M. W. 1989. Susu dan
H., and Wotton, M. 1987. Ilmu Penanganannya. Program Studi
Pangan. Penerjemah Hari Ilmu Produksi Ternak Perah.
Purnomo dan Adiono. Fakultas Peternakan Universitas
Universitas Indonesia Press. Udayana. Denpasar.
Jakarta. Triyono, Agus. Seminar rekayasa kimia
Buda, I K, I.B. Arka, I K. Sulandra, I G dan proses.
P. Jamasuta, dan I K Arnawa. http://eprints.undip.ac.id/27996/
(1980). Susu dan Hasil 1/C-10.pdf. [Online] Agustus 4-
Pengolahanya. Bagian 5, 2010. [Cited: April 04. 2018]
Teknologi Hasil Ternak.
Fakultas Kedokteran Hewan dan
Peternakan. Universiyas
Udayana. Denpasar.
Girisonta. 1995. Petunjuk Praktis
Beternak Sapi. Cetakan Pertama.
Penerbit Kanisius. Yogyakarta
Hadiwiyoto, Suwedo. 1994. Teori dan
Prosedur Pengujian Mutu Susu
dan Hasil Olahannya.
Yogyakarta: Liberty.
Makfoeld, D. 2008. Kamus Istilah
Pangan dan Nutrisi. Penerbit
Kanisius. Yogyakarta.
Michal, I. U. 2010. Pengaruh
Konsentrasi Starter Bakteri
Lactobacillus bulgarius dan
Streptococcus thermophillus
Terhadap Kualitas Yoghurt Susu
Kambing. Skripsi. Jurusan
Biologi, Fakultas Sains dan
Teknologi, Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim,
Malang.
Muchtadi, T. R., Sugiyono, dan F.
Ayustaningwarno. 2010. Ilmu
Pengetahuan Bahan Pangan.
Alfabeta. Bogor.
Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-dasar
Biokimia. Universitas Indonesia
Press. Jakarta.
Soeharsono, M.T. 1989. Biokimia.
Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Souvia. 2010. Penanganan Susu Segar.
UNPAD (dapat diakses pada

Anda mungkin juga menyukai