PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui perbedaan daging atau ikan segar dan yang kurang segar
(busuk).
2. Mengetahui kualitas daging berdasarkan tingkatan penyebaran lemak
intramuscular (marbling).
3. Mengetahui perubahan warna pada daging dan ikan setelah waktu
tertentu maupun perlakuan tertentu.
4. Mengetahui nilai pH pada daging atau ikan.
5. Mengetahui cara pengukuran tekstur dan cara menghitung nilai tekstur
daging.
6. Mengetahui penyusutan daging atau ikan akibat pemasakan.
7. Mengetahui kehilangan bobot daging akibat drip pada daging atau ikan
beku.
8. Mengetahui ciri – ciri daging atau ikan dari beberapa jenis spesies.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Irisan 1 Irisan 2
Pengeluaran sampel lalu penempatan pada air mengalir pada suhu kamar
dingin Pengeringan sampel dengan kertas tissue pada permukaan bahan
tanpa memeras atau menekan bahan
Penimbangan bahan
Perhitungan
3.2.7 Pengukuran Drip Loss
Daging sapi/Daging ayam/Ikan kembung
Penirisan daging
Penimbangan bahan
Perhitungan
Pengambilan gambar
Perbandingan sample bersadasarkan parameter yang telah ditentukan
BAB 4. HASIL PENGAMATAN DAN HASIL PERHITUNGAN
Ikan
Jenis
Ikan segar gambar kurang gambar
pengamatan
segar
Bentuk
Bentuk utuh
tidak utuh
tidak ada
bagian perut
bentuk bagian tubuh
sudah tidak
ikan yang
ada
hilang
(terbuka)
Mata
Mata berwarna
berwarna
mata putih
gelap
kekuningan
(hitam)
Insang ikan
berwarna
Insang hitam
merah
insang Tidak ada
kecoklatan dan
darah
masih ada
darah
Tidak ada
lendir berlendir
lendir
Kulit lebih
Kulit ikan
kulit kasar dari
agak kasar
ikan segar
Jenis
warna tekstur aroma gambar
daging
Khas ayam
Putih
ayam kenyal Tidak
kecoklatan
amis/busuk
Khas sapi
Merah
Sapi Kenyal Tidak
terang
amis/busuk
Khas kambing
Merah agak
kambing Kenyal Tidak
pucat
amis/busuk
Merah Lembek
Sapi gelap agak busuk
kecoklatan keras
4.1.2 Pengamatan Marbling Pada Daging
Daging sapi 2 2
Daging
2 2
kambing
Daging babi 6 4
Daging ayam 1 1
4.1.3 Pengamatan Warna
Daging matang
berwarna putih
Ikan laut Rebus kecoklatan tanpa ada +
bintik darah. Sisik
terkelupas beberapa
Warna kemerahan
sedikit pudar (titik
curing +++
darah ditengah). Masih
ada sisik bening
Daging sapi
ekstrak +
perendaman
nanas 5% Rebus Coklat pucat +
Curing Sedikit merah cerah +++
Daging
ayam + Rebus Sangat pucat,putih +
perendaman
ekstrak
nanas 5%
Merah
Curing ++++
kekuningan,cerah,segar
Daging
ikan laut + Rebus Warnanya putih pucat +++++
perendaman
ekstrak
nanas 5%
Curing Warnanyacerah +++++
4.1.4 Penentuan pH
Perlakuan Daging
Sampel
Segar Rebus Curing
Ikan laut 6.2 6.3 6.1
Daging sapi ekstrak +
perendaman nanas 5% 5,4 5,7 5,2
Pengukuran Tekstur
Perlakuan
Sampel Atas Bawah Samping
Segar
4 5 4
(g/0,5mm)
Ikan Laut Rebus
23 33 15
(g/0,5mm)
Curing
7 13 6
(g/0,5mm)
Segar
5 5 4
(g/0,5mm)
Daging
Rebus
sapi+perendaman 38 24 18
(g/0,5mm)
ekstrak nanas 5%
Curing
5 5 5
(g/0,5mm)
Segar
5 5 4
(g/0,5mm)
Daging ayam Rebus
11 14 17
(g/0,5mm)
Curing
6 6 6,5
(g/0,5mm)
Segar
5 5 6
(g/0,5mm)
Daging
Rebus
ayam+perendaman 14 7 14
(g/0,5mm)
ekstrak nanas 5%
Curing
5 4 4
(g/0,5mm)
Segar
5 4 4
(g/0,5mm)
Daging sapi Rebus
60 11 42
(g/0,5mm)
Curing
4 5 7
(g/0,5mm)
Segar
38 5 5
(g/0,5mm)
Ikan
Rebus
laut+perendaman 7 6 6
(g/0,5mm)
ekstrak nanas 5%
Curing
5 4 5
(g/0,5mm)
4.1.6 Pengukuran Cooking Loss
Berat (g)
Sampel Perlakuan Sebelum Setelah
dimasak dimasak
Segar 10 9
Ikan Laut Rebus 6 6
Curing 2 2
Segar 1,9294 1,0090
Daging
sapi+perendaman Rebus 1,4155 1,2734
ekstrak nanas 5%
Curing 1,5977 0,9714
Segar 1,4895 1,1971
Daging ayam Rebus 1,0167 0,9359
Curing 1,0527 0,8454
Segar 3 1,3966
Daging
ayam+perendaman Rebus 2 1,5810
ekstrak nanas 5%
Curing 2 1,4407
Segar 2 2
Daging sapi Rebus 2 1,9139
Curing 2 3,4319
Segar 1,4588 1,1224
Ikan
laut+perendaman Rebus 1,3865 0,9827
ekstrak nanas 5%
Curing 1,4326 1,0981
4.1.7 Pengukuran Drip Loss
Warna Putih
Putih tulang Putih kekuningan bening
lemak kekuningan
Lemak
Lemak Keberadaan lemak lebih
kebanyakan
Keberadaan kebanyakan Lemak berada banyak dari
berada
lemak berada didalam daging daging yang lain
didalam
dipermukaan dan menyebar
daging
Gambar
Keterangan
1 = Chilling
2 = Suhu Kamar
3 = Air Mengalir
BAB 5. PEMBAHASAN
Irisan 1 Irisan 2
5. Pengukuran Tekstur
Daging sapi/Daging ayam/Ikan kembung
Pengeluaran sampel lalu penempatan pada air mengalir pada suhu kamar
dingin Pengeringan sampel dengan kertas tissue pada permukaan bahan
tanpa memeras atau menekan bahan
Penimbangan bahan
Perhitungan
7. Pengukuran Drip Loss
Daging sapi/Daging ayam/Ikan kembung
Penirisan daging
Penimbangan bahan
Perhitungan
Pengambilan gambar
Perbandingan sample bersadasarkan parameter yang telah ditentukan
5.1.2 Fungsi Perlakuan
1. Pengamatan Daging dan Ikan Segar
a. Prosedur Daging Segar atau Kurang Segar
Pertama, menyiapkan daging sabagai sampel untuk pengamatan.
Lalu, melakukan pengamatan pada daging tersebut. Pengamatan
tersebut meliputi pengamatan warna, tekstur, dan aroma yang
bertujuan untuk mengetahui apakah daging tersebut termasuk
daging segar atau kurang segar.
b. Prosedur Ikan Segar atau Kurang Segar
Pertama, menyiapkan ikan sabagai sampel untuk pengamatan.
Lalu, melakukan pengamatan pada ikan tersebut. Pengamatan
tersebut meliputi pengamatan bentuk, mata, insang, kulit, sisik,
lendir, warna, tekstur dan aroma yang bertujuan untuk
mengetahui apakah daging tersebut termasuk daging segar atau
kurang segar.
2. Pengamatan Marbling pada Daging
Pertama, menyiapkan daging sebagai sampel untuk pengamatan. Lalu,
melakukan pengamatan pada irisan daging tersebut. Kemudian, sampel
daging dibandingkan dengan standart marbling. Setelah itu, menentukan
tingkatan marbling pada daging tersebut.
3. Pengamatan Warna
Pertama, menyiapkan daging atau ikan sebagai sampel untuk
pengamatan. Kemudian, melakukan pengamatan warna awal sampel.
Lalu, pengirisan daging menjadi dua bagian untuk analisa cooking loss
dan pengamatan daging curing. Dua analisa pada pengamatan warna
bertujuan untuk membedakan warna pada setiap analisa. Untuk analisa
cooking loss, daging ikan direbus diatas air dengan suhu 80⁰C selama 10
menit. Dan untuk pengamatan daging curing , direndam pada larutan
NaCl selama 15 menit. Kemudian, dilakukan pengamatan perubahan
warna pada setiap analisa.
4. Pengamatan pH
Pertama, menyiapkan daging atau ikan sabagai sampel untuk
pengamatan. Lalu, mencincang daging sebanyak 5 gram. Setelah itu,
daging dicampurkan dengan aquadest dengan perbandingan 1 : 1.
Penambahan aquadest bertujuan untuk menetralkan sampel. Lalu,
mengukur pH dengan menggunakan pH meter.
5. Pengamatan Tekstur
Pertama, menyiapkan daging atau ikan sabagai sampel untuk
pengamatan. Lalu, melakukan pengamatan tekstur menggunakan alat
rheotex. Pada rheotex, dinyalakan powernya terlebih dahulu dan jarum
penekan dipasang diatas tempat test. Kemudian, tekan tombol distance
dengan besaran 0,5 mm dan tekan juga tombol hold. Lalu, daging yang
telah ditiriskan diletakkan tepat dibawah jarum rheotex, kemudian
menempatkan ujung jarum sampai menyentuh permukaan sampel.
Setelah itu, tekan tombol start beberapa detik sampai terdengar bunyi
tanda selesai. Lalu, membaca angka yang ditunjukkan oleh jarum rheotex
dengan satuan (g).
6. Pengukuran Cooking Loss
Pertama, menyiapkan daging atau ikan sabagai sampel untuk
pengamatan. Lalu, sampel diiris dan ditimbang sebanyak 10 gram
kemudian dimasukkan ke dalam plastik polietilen. Kemudian, plastik
dijepit agar tidak ada udara yang masuk dalam plastik lalu dimasukkan
dalam waterbath dengan suhu 80⁰C selama 10 menit. Setelah itu, sampel
dikeluarkan dari waterbath dan dibasuh dengan air mengalir agar sampel
bisa kembali pada suhu kamar. Kemudian, sampel dikeluarkan dari
plastik dan dikeringkan menggunakan tissue pada permukaannya tanpa
memeras atau menekan sampel. Pengeringan menggunakan tissue
bertujuan untuk menghilangkan air yang masih menempel pada daging.
Lalu, sampel ditimbang dan dihitung cooking loss nya.
7. Pengukuran Drip Loss
Pertama, menyiapkan daging atau ikan sabagai sampel untuk
pengamatan. Lalu, sampel diiris dan ditimbang sebanyak 10 gram
kemudian dimasukkan ke dalam plastik polietilen dan diberi kode. Lalu,
dimasukkan ke dalam freezer selama 3 hari. Setelah itu, proses thawing
daging beku menggunakan 3 cara yaitu chilling selama 24 jam,
diletakkan pada suhu kamar, dan penyiraman dengan air mengalir.
Kemudian, daging ditiriskan dan ditimbang serta dihitung drip loss nya.
8. Pengamatan Daging Beberapa Spesies Ternak
Pertama, menyiapkan daging sabagai sampel untuk pengamatan. Lalu,
pengambilan gambar pada sampel. Kemudian, sampel dibandingkan
berdasarkan parameter yang telah ditentukan. Perbandingan sempel
bertujuan untuk mengetahui ciri – ciri sampel dari beberapa spesies
ternak.
5.2.4 Penentuan pH
7
6
5
4
3
2 Segar
1 Rebus
0
Curing
3 Segar
Rebus
2
Curing
1
0
Daging sapi Daging ayam Ikan laut Daging sapi Daging ayam Ikan laut +
+ ekstrak + ekstrak ekstrak
nanas 5% nanas 5% nanas 5%
50%
40%
30%
Segar
20% Rebus
Curing
10%
0%
Daging sapi Daging Ikan laut Daging sapi Daging Ikan laut +
ayam + esktrak ayam + ekstrak
nanas 5% ekstrak nanas 5%
nanas 5%
Pada pengamatan cooking loss daging sampel yang digunakan adalah daging
ayam, daging sapi, ikan laut, daging ayam dengan penambahan ekstrak nanas 5%,
daging ayam dengan penambahan ekstrak nanas 5%, dan ikan laut dengan
penambahan ekstrak nanas 5%. Pengamatan cooking loss dilakukan terhadap tiga
perlakuan daging yaitu daging segar, perebusan, dan curing. Pada daging sapi
segar, dagaing ayam segar, ikan laut segar, daging ayam dengan penambahan
ekstrak nanas 5% segar, daging ayam dengan penambahan ekstrak nanas 5%
segar, dan ikan laut dengan penambahan ekstrak nanas 5% segar memiliki
persentaase berat berturut – turut 0%; 19,63%; 10%; 47,7%; 53,45%; 23,06%..
Pada daging sapi, dagaing ayam , ikan laut, daging ayam dengan penambahan
ekstrak nanas 5%, daging ayam dengan penambahan ekstrak nanas 5% , dan ikan
laut dengan penambahan ekstrak nanas 5% yang mengalami proses perebusan
memiliki persentase berat berturut – turut 4,31%; 7,95%; 0%; 10,03%; 20,95%;
29,12%. Serta daging ayam, daging sapi, ikan laut, daging ayam dengan
penambahan ekstrak nanas 5%, daging ayam dengan penambahan ekstrak nanas
5%, dan ikan laut dengan penambahan ekstrak nanas 5% yang mengalami proses
curing memiliki persentase berat berturut –turut 41,72%; 19,69%; 0%; 39,2%;
27,97%; 23,35%. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya perlakuan
pemasakan/perebusan pada daging akan mengurangi berat pada semua sampel
daging tersebut karena terjadi penyusutan (susut masak/cooking loss).
cooking loss atau susut masak merupakan indikator kualitas daging, dimana
daging dengan susut masak yang lebih rendah lebih baik dibandingkan dengan
susut masak yang relatif besar, karena kehilangan nutrisi selama pemasakan
akan lebih sedikit (Yanti dkk, 2008).
100.00%
80.00%
60.00%
Chiling
40.00% Suhu Kamar
Air mengalir
20.00%
0.00%
Daging Daging Ikan laut Daging Daging Ikan laut +
sapi ayam sapi + ayam + ekstrak
ekstrak ekstrak nanas 5%
nanas 5% nanas 5%
100.00%
80.00%
60.00%
Chilling
40.00% Suhu Kamar
Air mengalir
20.00%
0.00%
Daging Daging Ikan laut Daging Daging Ikan laut +
sapi ayam sapi + ayam + ekstrak
ekstrak ekstrak nanas 5%
nanas 5% nanas 5%
Pada pengamatan drip loss daging sampel yang digunakan adalah daging
ayam, daging sapi, ikan laut, daging ayam dengan penambahan ekstrak nanas 5%,
daging ayam dengan penambahan ekstrak nanas 5%, dan ikan laut dengan
penambahan ekstrak nanas 5%. Pengamatan drip loss dilakukan terhadap tiga
perlakuan daging yaitu daging segar, perebusan, dan curing. Pada pengamatan
drip loss dilakukan tiga perlakuan yaitu chilling, suhu kamar dan air mengalir.
Dari diagram diatas dapat ditujukkan penurunan berat daging pada perlakuan
pembekuan dan pencairam perlakuan suhu kamar dan air mengalir. Namun
terdapat sampel yang menyimpang yaitu ikan laut dan ikan laut dengan
ekstrak nanas 5% segar, dengan perebusan maupun curing lebih mengalami
penurunan berat pada perlakuan chilling dan suhu kamar. Dan perlakuan
suhu kamar dan air mengalir yang seharusnya lebih menurunkan nilai berat
dari ikan karena terjadi penyusutan lebih besar akibat keluarnya drip dari
daging ikan daripada pencairan dengan chilling dan suhu kamar. Drip adalah
cairan yang berwarna putih pucat yang tidak terserap kembali oleh jaringan
daging ikan beku ketika dicairkan. Drip mengandung air yang melarutkan
protein dan unsur-unsur nitrogen lain, vitamin, mineral, komponen
pembentuk rasa dan lain-lain. Pembentukan drip harus dibatasi sekecil
mungkin dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu
jenis ikan, kecepatan pembekuan, jangka waktu penyimpanan, kestabilan
suhu penyimpanan dan suhu pelelehan. Drip dapat dikurangi dengan
menggunakanlarutan garam atau larutan polifosfat (Murniyati dan Sunarman,
2000).
5.2.8 Pengamatan jenis daging
1. Daging sapi
Pengamatan jenis daging sapi didapatkan warna daging merah
cerah, bentuk serat teratur, tekstur (kekenyalan) lebih kenyal, aroma yang
khas sapi namun tidak amis, lemak berwarna putih kekuningan,
keberadaan lemak didalam daging. Data pengamatan tersebut didukung
oleh pendapat Potter (1993), daging sapi memiliki warna cerah, bau dan
rasa aromatis, berserabut halus dengan sedikit lemak, konsistensi
liat/kenyal, permukaan mengkilat, dan bersih tidak ada darah.
2. Daging kambing
Pengamatan pada daging kambing didapatkan warna daging merah
agak pucat, bentuk serat tidak teratur, tekstur kenyal, aroma khas
kambing namun tidak amis, warna lemak putih tulang, lemak berada
dipermukaan daging. Menurut Lawrie (2003), karakteristik daging
kambing adalah merah muda pucat, lemak menyerupai lemak domba
warna putih, dan bau daging kambing jantan lebih menyengat dari pada
bau daging kambing betina.
3.Daging ayam
Pengamatan pada daging kambing didapatkan warna daging putih
kecoklatan, bentuk serat teratur, tekstur kenyal, aroma khas ayam amis
namun tidak amis, warna lemak putih kekuningan, lemak berada didalam
daging.
4.Daging babi
Pengamatan pada daging babi didapatkan hasil warna daging
merah kecoklatan, bentuk serat teratur, tekstur yang kenyal, aroma tidak
terlalu berbau, warna lemak putih bening dan keberadaan lemak
menyebar didalam maupun dipermukaan daging. Menurut Naruki dan
Kononi (1992), warna daging babi pucat hingga merah muda, serabut
halus dengan konsistensi padat dan berbau spesifik, dan pada umur tua
daging berwarna lebih tua, sedikit lemak dan serabut kasar.
BAB 6. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dari praktikum ini adalah sebagai
berikut:
1. Karakteristik dari daging atau ikan segar berbeda dengan daging
kurang segar (busuk) mulai dari warna, tekstur, aroma, dan lain - lain.
2. Semakin sedikit penyebaran lemak (kandungan lema) yang terdapat
dalam daging, maka semakin kecil juga grade pada marbling.
3. Perubahan warna pada daging dan ikan akan mengalami perubahan
saat perlakuan perebusan dan curing.
4. Nilai pH pada daging atau ikan mengalami perubahan saat dilakukan
perlakuan terhadap daging tersebut misalnya perlakuan perebusan dan
curing.
5. Tekstur diukur menggunakan alat rheotex dan tekstur diukur
dibeberapa bagian daging yaitu bagian atas, bawah samping .
6. Daging atau ikan akan mengalami penurunan berat akibat pemasakan .
7. Bobot daging atau ikan akan mengalami penurunan bobot akibat drip
pada daging atau ikan beku. Dan cara thawing yang paling efektif yaitu
diletakkan pada suhu kamar dan menggunakan air mengalir.
8. Ciri – ciri daging atau ikan dari beberapa jenis spesies mempunyai
perbedaan mulai dari warna, bentuk serat, tekstur, aroma, warna lemak
dan keberadaan lemak.
6.2 Saran
Adapun saran yang diajukan dalam praktikum ini sebagai berikut :
1. Sebaiknya praktikan melakukan praktikum secara kondunsif agar
praktikum berjalan lancar.
2. Sebaiknya praktikan lebih teliti agar tidak terdapat kesalahan saat
pengamatan.