PENDAHULUAN
Sampel daging
Langkah pertama pada uji coba ini adalah penyiapan bahan yang akan
digunakan. Adapun bahan yang digunakan adalah daging sapi, babi, kambing,
ayam, ikan laut, dan ikan lele. Selanjutnya, dilakukan pengamatan pada warna,
tekstur, dan aroma dengan menggunakan indra penglihatan. Hal tersebut dipilih
karena lebih efisien dibanding menggunakan alat ukur. Data yang didapat dicatat
untuk dibandingkan dengan perlakuan selanjutnya. Praktikum dilakukan dengan
teliti agar didapat hasil yang diinginkan.
b. Pengamatan ikan segar dan kurang segar
Sampel ikan
Langkah pertama pada uji coba ini adalah penyiapan bahan yang akan
digunakan. Adapun bahan yang digunakan berupa ikan kuniran yang masih segar
dan tidak segar. Selanjutnya, dilakukan pengamatan pada bentuk, warna, mata,
insang, kulit, sisik, lendir, tekstur, dan aroma dengan menggunakan indra
penglihatan. Hal tersebut dipilih karena lebih efisien dibanding menggunakan alat
ukur. Data yang didapat dicatat untuk dibandingkan dengan perlakuan selanjutnya.
Praktikum dilakukan dengan teliti agar didapat hasil yang diinginkan.
3.2.2 Pengamatan Marbling pada Daging
Langkah pertama pada uji coba ini adalah penyiapan bahan yang akan
digunakan. Adapun bahan yang digunakan berupa irisan daging sapi. Selanjutnya
dilakukan pengamatan pada marbling (lemak intra muskuler) yang ada pada daging
sapi dengan menggunakan indra penglihatan. Hal tersebut dipilih karena lebih
efisien dibanding menggunakan alat ukur lalu dilakukan perbandingan dengan
standart marbling. Kemudian dilakukan penentuan standart marbling sampel irisan
daging. Data yang didapat dicatat sebagai data hasil pengamatan marbling.
Praktikum dilakukan dengan teliti agar didapat hasil yang diinginkan.
3.2.3 Pengamatan Warna
Irisan daging dan
ikan
Pemotongan
Aquades Pencampuran
10 ml
Langkah pertama pada uji coba ini adalah penyiapan alat dan bahan yang
akan digunakan. Adapun alat yang digunakan adalah pisau untuk memotong daging
dan ikan, waterbath untuk perebusan, stopwatch untuk pengukuran waktu agar
didapat waktu sesuai yang diinginkan, pH universal berupa kertas pH untuk
pengukuran pH, gelas beker untuk tempat pencampuran irisan daging dan aquades,
spatula untuk pengadukan agar tercampur merata. Adapun bahan yang digunakan
berupa irisan daging dan ikan masing – masing 5 gram, air, larutan curing, dan
enzim bromelin . Pada percobaan pertama, dilakukan pengukuran pH bahan secara
non-enzimatis. Bahan yang telah diiris segera dilakukan perlakuan yang berbeda -
beda. Masing – masing bahan dilakukan perebusan pada air 80ºC selama 10 menit,
perendaman selama 15 menit, dan tanpa perlakuan sebagai kontrol. Setelah itu
dilakukan pemotongan dengan irisan tipis dan pencampuran dengan aquades 10 ml.
Hal ini dilakukan agar pH lebih mudah diamati. Setelah itu dilakukan pengamatan
pada pH masing – masing perlakuan. Data yang didapat dicatat sebagai data hasil
pengamatan.
Pada percobaan kedua, dilakukan secara enzimatis. Bahan – bahan yang
telah diiris kemudian direndam dalam enzim bromelin yang diperoleh dari jus nanas
selama 1,5 menit. Perendaman dilakukan agar enzim dapat meresap pada bahan
sehingga nantinya dapat diketahui pengaruh enzim pada bahan setelah pengolahan.
Setelah dilakukan perendaman dilakukan perlakuan seperti percobaan pertama,
yaitu dilakukan perebusan pada air 80ºC selama 10 menit, perendaman selama 15
menit, dan tanpa perlakuan sebagai kontrol. Setelah itu dilakukan pemotongan
dengan irisan tipis dan pencampuran dengan aquades 10 ml. Hal ini dilakukan agar
pH lebih mudah diamati. Setelah itu dilakukan pengamatan pada pH masing –
masing perlakuan. Data yang didapat dicatat sebagai data hasil pengamatan dan
dibandingkan. Praktikum dilakukan dengan teliti agar didapat hasil yang
diinginkan.
3.2.5 Pengukuran Tekstur
Penimbangan berat
Perhitungan cookingloss
Langkah pertama pada uji coba ini adalah penyiapan alat dan bahan yang
akan digunakan. Adapun alat yang digunakan adalah pisau untuk pemotongan
daging dan ikan, waterbath untuk perebusan, neraca analitik untuk penimbangan,
stopwatch untuk pengukuran waktu agar didapat waktu sesuai yang diinginkan,
gelas beker untuk tempat pencampuran irisan daging dan ikan dengan larutan
curing, spatula untuk pengadukan agar tercampur merata. Adapun bahan yang
digunakan berupa irisan daging dan ikan, larutan curing, enzim bromelin dan air.
Pada percobaan pertama, dilakukan pengukuran cooking loss bahan secara non-
enzimatis. Bahan yang telah diiris segera dilakukan perlakuan yang berbeda - beda.
Masing – masing bahan dilakukan perebusan pada air 80ºC selama 10 menit,
perendaman selama 15 menit, dan tanpa perlakuan sebagai kontrol. Selanjutnya
dilakukan penimbangan berat masing – masing sampel dengan menggunakan
neraca analitik agar didapat hasil yang akurat. Data yang didapat dicatat sebagai
data pertama. Lalu masing – masing sampel yang telah di timbang dimasukkan ke
dalam plastik polietilen lalu dijepit agar tidak tercampur dengan tetesan air saat
direbus. Kemudian dilakukan pemasukan untuk masing – masing ke dalam
waterbath dengan suhu 80 °C selama 10 menit. Waktu diatur dengan menggunakan
stopwatch agar diperoleh hasil sesuai dengan waktu yang diinginkan. Setelah itu
dilakukan pengeluaran waterbath lalu dilakuakan pengaliran sampel dalam plastik
menggunakan air mengalir. Selanjutnya, dilakukan pengeluaran sampel dari plastik
dan pengeringan menggunakan tisu. Hal ini dilakukan agar didapat berat sampel
tanpa air. Lalu dilakukan penimbangan berat sampel dengan menggunakan neraca
analitik agar didapat hasil yang akurat. Data yang didapat dicatat sebagai data
kedua. Kemudian dilakukan perhitungan cooking loss dengan mengurangi data
kedua dengan data pertama. Data yang didapat dicatat sebagai data hasil
pengamatan.
Pada percobaan kedua, dilakukan secara enzimatis. Bahan – bahan yang
telah diiris kemudian direndam dalam enzim bromelin yang diperoleh dari jus nanas
selama 1,5 menit. Perendaman dilakukan agar enzim dapat meresap pada bahan
sehingga nantinya dapat diketahui pengaruh enzim pada bahan setelah pengolahan.
Setelah dilakukan perendaman dilakukan perebusan pada air 80ºC selama 10 menit,
perendaman selama 15 menit, dan tanpa perlakuan sebagai kontrol. Langkah
selanjutmya sama dengan percobaan pertama. Setelah dilakukan penimbangan
kemudian dilakukan pengamatan cooking loss masing – masing perlakuan. Data
yang didapat dicatat sebagai data hasil pengamatan dan dibandingkan. Praktikum
dilakukan dengan teliti agar didapat hasil yang diinginkan.
3.2.7 Pengukuran Driploss
Penimbangan
berat
Air mengalir
Pengeringan sampel
Penimbangan sampel
Perhitungan driploss
Langkah pertama pada uji coba ini adalah penyiapan alat dan bahan yang
akan digunakan. Adapun alat yang digunakan adalah pisau untuk pemotongan
daging dan ikan, waterbath untuk perebusan, neraca analitik untuk penimbangan,
stopwatch untuk pengukuran waktu agar didapat waktu sesuai yang diinginkan,
gelas beker untuk tempat pencampuran irisan daging dan ikan dengan larutan
curing, spatula untuk pengadukan agar tercampur merata. Adapun bahan yang
digunakan berupa irisan daging dan ikan, larutan curing, tisu, enzim bromelin, dan
air. Pada percobaan pertama, dilakukan pengukuran drip loss bahan secara non-
enzimatis. Bahan yang telah diiris segera dilakukan perlakuan yang berbeda - beda.
Masing – masing bahan dilakukan perebusan pada air 80ºC selama 10 menit,
perendaman selama 15 menit, dan tanpa perlakuan sebagai kontrol. Selanjutnya
dilakukan penimbangan berat masing – masing sampel dengan menggunakan
neraca analitik agar didapat hasil yang akurat. Data yang didapat dicatat sebagai
data pertama. Kemudian dilakukan pemberian label dan pemasukan ke dalam
freezer selama 3 hari. Pemasukan ke dalam freezer bertujuan untuk pengawetan
agar mikroorganisme mati. Kemudian dilakukan thawing dengan mengalirkan air
mengalir pada sampel yang masih terbungkus plastik. Lalu dilakukan pengeringan
sampel dengan menggunakan tisu. Penggunaan tisu berguna agar air dapat terpisah
dengan bagian luar daging atau didapat berat sampel tanpa air. Setelah itu dilakukan
dilakukan penimbangan berat sampel dengan menggunakan neraca analitik agar
didapat hasil yang akurat. Data yang didapat dicatat sebagai data kedua. Kemudian
dilakukan perhitungan drip loss dengan mengurangi data kedua dengan data
pertama. Data yang didapat dicatat sebagai data hasil pengamatan.
Pada percobaan kedua, dilakukan secara enzimatis. Bahan – bahan yang
telah diiris kemudian direndam dalam enzim bromelin yang diperoleh dari jus nanas
selama 1,5 menit. Perendaman dilakukan agar enzim dapat meresap pada bahan
sehingga nantinya dapat diketahui pengaruh enzim pada bahan setelah pengolahan.
Setelah dilakukan perendaman dilakukan perebusan pada air 80ºC selama 10 menit,
perendaman selama 15 menit, dan tanpa perlakuan sebagai kontrol. Langkah
selanjutmya sama dengan percobaan pertama. Setelah dilakukan penimbangan
kemudian dilakukan pengamatan drip loss masing – masing perlakuan. Data yang
didapat dicatat sebagai data hasil pengamatan dan dibandingkan. Praktikum
dilakukan dengan teliti agar didapat hasil yang diinginkan.
BAB 4. DATA PENGAMATAN DAN HASIL PERHITUNGAN
c. Pengamatan Warna
Sampel Deskripsi warna Gambar
s r c s r c
Daging Merah Coklat Merah
segar maron
sapi
Keterangan :
s = segar r = rebus c = curing
Semakin banyak + pada pengamatan warna sampel rebus menunjukkan warna
yang semakin pekat
d. Pengamatan Nilai pH
Sampel Perlakuan daging
Segar Rebus Curing
Daging sapi 5 7 5
Daging ayam 6 6,5 5
Ikan lele 6,5 7 7
Ikan laut 6,5 6,5 6
e. Pengukuran Tekstur
Sampel Segar(g/mm) Rebus (g/mm) Curing (g/mm)
A B S a B S A B S
Daging 156/5 107/5 34/5 207/5 21/5 115/5 132/5 76/5 52/5
sapi
Daging 26/5 94/5 112/5 127/5 103/5 124/5 133/5 90/5 53/5
ayam
Ikan lele 231/5 275/5 31/5 16/5 34/5 11/5 19/5 49/5 21/5
Ikan laut 156/5 28/5 17/5 63/5 36/5 78/5 15/5 25/5 20/5
Keterangan :
a = atas b = bawah s = samping
f. Pengamatan Perbedaan Jenis Daging
Jenis Daging sapi Daging Daging ayam Daging babi
pengamata kambing
n
Warna Merah segar Merah tua Krem Merah pucat
kemerahan
Tekstur Kenyal Kenyal Agak keras Kenyal padat
Bentuk Halus padat Kasar Halus Lebih padat
serat
Aroma Amis Amis Amis Sedikit amis
prengus
Warna Krem Putih Putih Putih
lemak
Keberadaan Sedikit dan Sedikit Sedikit Banyak dan
lemak menyebar mengumpul
Gambar
b. Pengamatan Nilai pH
Sampel Perlakuan daging
Segar Rebus Curing
Daging sapi 5 6 7
Daging ayam 6 7 7
Ikan lele 5 7 7
Ikan laut 5 6 7
c. Pengukuran Tekstur
Sampel Segar (g/mm) Rebus (g/mm) Curing (g/mm)
a B S A b S a B S
Daging 51/5 123/5 137/5 94/5 179/5 196/5 31/5 70/5 173/5
sapi
Daging 188/5 143/5 150/5 163/5 136/5 105/5 98/5 311/5 278/5
ayam
Ikan lele 155/5 79/5 105/5 39/5 45/5 55/5 88/5 84/5 109/5
Ikan laut 23/5 65/5 97/5 179/5 115/5 19/5 17/5 46/5 75/5
Keterangan :
a = atas b = bawah s = samping
d. Pengukuran Cooking loss
Sampel Segar Rebus Curing
Berat Berat Berat Berat Berat Berat
sebelum setelah sebelum setelah sebelum setelah
dimasak dimasak dimasak dimasak dimasak dimasak
(g) (g) (g) (g) (g) (g)
Daging sapi 4,17 2,37 2,42 2,12 4,42 2,53
Daging 5,12 4,62 5,31 4,58 5,67 5,43
ayam
Ikan lele 4,66 1,88 2,02 1,83 4,94 2,33
Ikan laut 5,97 5,38 5,01 4,35 6,66 6,28
e. Pengukuran Drip loss
Sampel Segar Rebus Curing
Berat Berat Berat Berat Berat Berat
sebelum setelah sebelum setelah sebelum setelah
beku (g) beku (g) beku(g) beku (g) beku (g) beku (g)
Daging 2,37 2,15 2,12 1,98 2,53 2,42
sapi
Daging 4,62 2,26 4,58 2,16 5,43 1,82
ayam
Ikan lele 1,88 1,66 1,83 1,71 2,33 1,45
Ikan laut 5,38 2,66 4,35 1,13 6,28 1,89
6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dari praktikum adalah :
a. Pengamatan daging segar dan kurang segar dilihat dari warna, tekstur, dan aroma.
Sedangkan pengamatan ikan segar dan kurang segar dilihat dari bentuk, mata,
insang, lendir, kulit, sisik, warna, aroma dan tekstur. Perbedaan yang paling mudah
diketahui adalah dari aroma daging maupun ikan karena aroma busuk sudah
menandakan bahwa daging ikan tersebut kurang segar. Pengukuran pH dilakukan
menggunakan kertas pH universal. pH setelah kematian akan cenderung menurun
tergantung pada suhu lingkungan. Perebusan menyebabkan pH dari masing-masing
sampel cenderung naik atau mendekati netral. Pada curing akan membuat pH
semakin menurun. Pengamatan warna diamati melalui indra penglihatan,
sedangkan pengukuran tekstur menggunakan rheotex. Perubahan kualitas daging
dan ikan dapat dilihat dari kualitas marbling daging. Semakin tebal marbling atau
lemak, maka kualitas daging semakin banyak. Karena akan memiliki tekstur juicy
yang lebih disukai oleh masyarakat. Penambahan enzim pada daging dan ikan
berpengaruh pada kenampakan daging yaitu keempukan.
b. Pengamatan cooking loss dilakukan dengan perebusan di dalam waterbath
selama 10 menit. Pengukuran cooking loss bertujuan untuk mengetahui penyusutan
berat daging akibat pemasakan.
c. Pengukuran drip loss bertujuan untuk mengetahui bobot daging dan ikan setelah
dibekukan. Pengukuran drip loss dilakukan dengan pembekuan di dalam freezer
selama 3 hari.
6.2 Saran
Praktikum selanjutnya diharapkan praktikan lebih memahami modul dan
lebih teliti agar mendapatkan data yang akurat sesuai dengan teori yang telah
dilakukan oleh penelitian yang sudah ada. Dalam penimbangan bahan yang
terbungkus plastik harus dipisahkan terlebih dahulu antara bahan dengan plastik
dan dikurangi kadar airnya dengan menggunakan tisu agar didapat hasil
penimbangan murni dari bahan. Pada pemakaian pH meter dengan bahan yang telah
direbus usahakan jangan terlalu lama dalam pengukuran karena akan menyebabkan
warna pH kertas menghilang dikarenakan adanya panas.
DAFTAR PUSTAKA
Buckle, K.A., dkk. 2010. Ilmu Pangan. Jakarta : Universitas Indonesia Press
Badan Standar Nasional. SNI 2729-2013. Ikan Laut. Jakarta : Dewan Standardisasi
Nasional
Hilwa, Z. 2004. Karakteristik Genotip Ikan Lele Sangkuriang dengan Metode PCR-
RFLP AND Mitokondria. Skripsi. Bogor : Institut Pertanian Bogor
Kolodziejska, I., dkk. 2007. Effect of Extracting Time and Temperature. Food
Chem 107(2): 700 – 706
Komariah dan Sartijo. 2009. Sifat Fisik Daging Sapi, Kerbau, dan Domba pada
Lama Postmortem yang Berbeda. Jurnal Peternakan 33 (3): 183-189
Kumari, H.P. dkk. 2009. Safety Evaluation of Monascus purpureus red mould rice
inalbino rats. Food and Chemical Toxicology 47:1739-1746
Melinda, G.A. 2017. Pengaruh Lama Pengukusan Terhadap Sifat Fisik dan Kimia
pada Fillet Ikan Kakap Merah. Jurnal. Pekanbaru: Universitas Riau
Pandit, IGS., dkk. 2008. Pengaruh Penyiangan dan Suhu Penyimpanan Terhadap
Mutu Kimiawi, Mikrobiologis, dan Organoleptik Ikan Tongkol (Auxis
tharzard, Lac). Thesis. Bali : Fakultas Pertanian Universitas Warmadewa
Program Pascasarjana Universitas Udayana
Prihatiningsih, dan M. Nur’ainun. 2012. Karakteristik biologi ikan kuniran
(Upeneus sulphureus) di sekitar perairan Banten. Prosiding Seminar
Nasional Ikan ke 8. Balai Penelitian Perikanan Laut: 117-187
Priyanto, R., E.R. Johnson, and D.G. Taylor. 1999. The Impotance of Genotype in
Steers Fed Pasteur or Lucerne Hay and Prepared fot the Australian and
Japanese Beef Markets. Jurnal of Agricultur Res. 42: 393-404
Setiawan, B. dan M.T. Farm. 2011. Beternak Domba dan Kambing. Jakarta :
Agromedia Pustaka
Sumbaga, D.S. 2006. Pengaruh Waktu Curing (Perendaman dalam Larutan Bumbu)
terhadap Mutu Dendeng Fillet Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) pada
Daging Selama Penyimpanan. Skripsi. Bogor : Fakultas Teknologi
Pertanian Institute Pertanian Bogor
Soeparno. 2011. Ilmu Nutrisi dan Gizi Daging. Yogyakarta : Universitas Gajah
Mada Press
Tiven, dkk. 2007. Komposisi Kimia, Sifat Fisik, dan Organoleptik Bakso Daging
Kambing dengan Bahan Pengenyal yang Berbeda. Jurnal Agritech
27(1):1-6
Usmiati, S. 2010. Pengawetan Daging Segar dan Olahan. Bogor : Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan
Utami, P.D. 2010. Pengaruh Penambahan Ekstrak Buah Nanas (Ananas Comosusu
L. Merr) dan Waktu Pemasakan yang Berbeda terhadap Kualitas daging
Afkir. Skripsi. Surakarta : Fakultas Teknologi Pertanian Universitas
Negeri Surakarta
Vivikananda, E. 2014. Deteksi DNA Babi dan DNA Sapi dengan Menggunakan
Metode Insulated Isothermal Polymerase Chain Reaction (ii-PCR).
Skripsi. Jakarta : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama
LAMPIRAN PERHITUNGAN
Daging sapi
156 107 34
( )+( )+( )
• Segar = 5 5 5
= 19,800 g/mm
3
207 21 115
( )+( )+( )
• Rebus = 5 5 5
=22,867 g/mm
3
132 76 52
( )+( )+( )
• Curing = 5 5 5
=17,333 g/mm
3
Daging ayam
26 94 112
( )+( )+( )
• Segar = 5 5 5
=15,467 g/mm
3
127 103 124
( )+( )+( )
• Rebus = 5 5 5
=23,600 g/mm
3
133 90 53
( )+( )+( )
• Curing = 5 5 5
= 18,400 g/mm
3
Ikan lele
231 275 31
( )+( )+( )
• Segar = 5 5 5
= 35,800 g/mm
3
16 34 11
( )+( )+( )
• Rebus = 5 5
3
5
=4,067 g/mm
19 49 21
( )+( )+( )
• Curing = 5 5 5
=5,933 g/mm
3
Ikan laut
156 28 17
( )+( )+( )
• Segar = 5 5 5
= 13,400 g/mm
3
63 36 177
( )+( )+( )
• Rebus = 5 5 5
=11,800 g/mm
3
15 25 20
( )+( )+( )
• Curing = 5 5 5
=4 g/mm
3
Daging sapi
5,30−3,33
• Segar = × 100% = 37,130%
5,30
5,50−3,60
• Rebus = × 100% = 34,540%
5,50
4,70−3,51
• Curing = × 100% =25,310%
4,70
Daging ayam
5,36−4,12
• Segar = × 100% = 23,134%
5,36
5,95−4
• Rebus = × 100% = 32,770%
5,95
4,35−3,54
• Curing = × 100% = 18,620%
4,35
Ikan lele
5,69−4,53
• Segar = × 100% = 20,387%
5,69
4,77−4
• Rebus = × 100% =16,140%
4,77
4,40−4,02
• Curing = × 100% = 8,360%
4,40
Ikan laut
5,44−4,54
• Segar = × 100% = 16,544%
5,44
4,74−4,19
• Rebus = × 100% =11,600%
4,74
5−4,32
• Curing = × 100% =15,460%
5
Daging sapi
3,33−2,98
• Segar = × 100% = 10,51 %
3,33
3,6−2,85
• Rebus = × 100% = 20,83%
3,6
3,51−3,27
• Curing = × 100% = 6,83%
3,51
Daging ayam
4,12−3,64
• Segar = 4,12
× 100% = 11,65%
4,00−3,32
• Rebus = × 100% = 17%
4,00
3,54−3,13
• Curing = × 100% =11,58%
3,54
Ikan lele
4,53−4,16
• Segar = × 100% = 8,16%
4,53
4−3,45
• Rebus = × 100% = 13,75%
4
4,02−3,54
• Curing = × 100% = 11,94%
4,02
Ikan laut
4,59−3,92
• Segar = × 100% = 14,59%
4,59
4,19−3,48
• Rebus = × 100% = 16,94%
4,19
4,32−3,56
• Curing = × 100% = 17,59%
4,32
Daging sapi
51 121 137
( )+( )+( )
• Segar = 5 5 5
= 20,600 g/mm
3
94 179 196
( )+( )+( )
• Rebus = 5 5 5
=31,267 g/mm
3
31 70 173
( )+( )+( )
• Curing = 5 5 5
=18,267 g/mm
3
Daging ayam
188 143 150
( )+( )+( )
• Segar = 5 5 5
=32,067 g/mm
3
163 136 105
( )+( )+( )
• Rebus = 5 5 5
= 26,933 g/mm
3
31 70 173
( )+( )+( )
• Curing = 5 5 5
= 45,800 g/mm
3
Ikan lele
155 79 105
( )+( )+( )
• Segar = 5 5 5
3
= 22,600 g/mm
39 45 55
( )+( )+( )
• Rebus = 5 5 5
=9,267 g/mm
3
88 84 109
( )+( )+( )
• Curing = 5 5 5
=18,733 g/mm
3
Ikan laut
23 65 97
( )+( )+( )
• Segar = 5 5 5
= 12,333 g/mm
3
170 115 19
( )+( )+( )
• Rebus = 5 5 5
=20,267 g/mm
3
17 46 75
( )+( )+( )
• Curing = 5 5 5
=9,200 g/mm
3
Daging sapi
4,17−2,37
• Segar = × 100% = 43,165 %
4,17
2,42−2,12
• Rebus = × 100% =12,397%
2,42
4,42−2,53
• Curing = × 100% =42,760 %
4,42
Daging ayam
5,12−4,62
• Segar = × 100% = 9,766%
5,12
5,31−4,58
• Rebus = × 100% =13,748%
5,31
5,67−5,43
• Curing = × 100% =4,233%
5,67
Ikan lele
4,66−1,88
• Segar = × 100% = 59,657%
4,66
2,02−1,83
• Rebus = × 100% = 9,406%
2,02
4,94−2,33
• Curing = × 100% = 52,834%
4,94
Ikan laut
5,97−5,38
• Segar = 5,97
× 100% = 9,883%
5,01−4,35
• Rebus = × 100% =13,174%
5,01
6,66−6,28
• Curing = × 100% =5,706%
6,66
Daging sapi
2,37−2,15
• Segar = × 100% = 9,283%
2,37
2,12−1,98
• Rebus = × 100% = 6,604%
2,12
2,53−2,42
• Curing = × 100% = 4,348%
2,53
Daging ayam
4,62−2,26
• Segar = × 100% = 51,082%
4,62
4,58−2,16
• Rebus = × 100% = 52,838%
4,58
5,43−1,82
• Curing = × 100% = 66,438%
5,43
Ikan lele
1,88−1,66
• Segar = × 100% = 11,702%
1,88
1,83−1,71
• Rebus = × 100% = 6,557%
1,83
2,33−1,45
• Curing = × 100% = 37,768%
2,33
Ikan laut
5,38−2,66
• Segar = × 100% = 50,558%
5,38
4,35−1,13
• Rebus = × 100% = 74,023%
4,35
6,28−1,89
• Curing = × 100% = 69,904%
6,28
LAMPIRAN FOTO