PENDAHULUAN
2.1 Roti
Roti merupakan salah satu pangan olahan yang terbentuk dari fermentasi
terigu dengan menggunakan ragi (Saccharomyces cerevisiae) atau bahan
pengembang lainnya kemudian dipanggang. Roti termasuk salah satu produk
bioteknlogi konvensional karena didalam proses pembutannya berlangsung proses
fermentasi yang melibatkan mikroorganisme (Mudjajanto dan Yulianti, 2007).
Secara umum saat ini roti dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu roti tawar,
roti manis dan roti isi :
a. Roti tawar
Roti ini memiliki rasa tawar. Biasanya roti jenis ini digunakan sebagai roti
sandwich atau dapat juga dikonsumsi dengan tambahan olesan selai atau mentega.
Resep roti jenis ini biasanya tidak banyak menggunakan gula. Hal yang perlu
diperhatikan dalam tahap akhir resep roti ini adalah jangan potong roti saat masih
panas, melainkan tunggu dingin terlebih dahulu.
b. Roti manis
Resep roti jenis ini menggunakan gula lebih banyak dari resep roti lainnya.
Rasa manis pada jenis roti bukan hanya dapat diperoleh dari gula, ada beberapa
olahan resep roti jenis ini yang juga menambahkan rasa manis dari buah-buahan
atau bahan makanan lainnya yang memiliki cita rasa manis.
c. Roti isi
Roti jenis ini pada dasarnya sama dengan resep roti biasa lainnya. Hal yang
membedakannya adalah pada resep isiannya yang dapat dikreasikan sesuai selera.
Saat ini roti isi yang populer adalah roti isi coklat, keju, srikaya, dan daging.
Menurut Gaman dan Sherington (1992) komposisi roti tawar dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 2.1 Komposisi Kimia Roti Tawar dalam 100 gram Bahan
Komposisi Jumlah
Protein (g) 8,0
Karbohidrat (g) 50,0
Lemak (g) 1,5
Air (g) 39,0
Vitamin dan Mineral (g) 1,5
Sumber : Ghaman dan Sherinton (1992).
Mutu roti tawar ditentukan berdasarkan dua kriteria yaitu kriteria bagian
dalam dan kriteria bagian luar. Kriteria bagian luar meliputi volume, warna kulit,
bentuk simetri, dan karakteristik kulit. Kriteria bagian dalam adalah porositas,
warna daging, dan sifat tekstural roti. Dari beberapa kriteria tersebut, kriteria
yang banyak diperhatikan adalah volume, porositas, dan sifat tekstural. Ketiga
sifat tersebut sangat dipengaruhi oleh keseimbangan antara kemampuan adonan
dalam pembentukan gas dan penahanan gas selama fermentasi dan
pemanggangan.
Berikut ini adalah syarat mutu roti menurut SNI 01-3840-1995:
Tabel 2.3 Komposisi kimia tepung terigu per 100 gram bahan
Komposisi Jumlah
Karbohidrat 75,36 g
Air 10,42 g
Energi 340,0 kkal
Protein 10,69 g
Lemak 1,99 g
Serat 12,70 g
Ampas 1,54 g
Sumber : Astawan (2006).
Tepung terigu yang beredar dipasaran masing masing memiliki karakteristik
dan fungsi yang berlainan. Tepung terigu tersebut antara lain:
2.2.4 Gula
Gula ditambahkan pada jenis roti tertentu untuk melengkapi karbohidrat
yang ada untuk proses fermentasi dan untuk memberikan rasa manis pada roti.
Gula sangat penting peranannya dalam pembuatan roti, diantaranya sebagai
makanan ragi, memberi rasa, mengatur fermentasi, memperpanjang umur roti,
menambah kandungan gizi, membuat tekstur roti menjadi lebih empuk, dan
memberikan warna cokelat yang menarik pada roti. Pemakaian gula dalam roti
yaitu untuk membuat remah roti lebih lunak dan lebih basah. (Mudjajanto dan
Yulianti, 2004).
Jenis gula yang biasa digunakan adalah gula tebu atau sukrosa yang
digunakan sebagai pemanis. Gula juga berperan pada proses pewarnaan kulit
(karamelisasi gula) pada pembakaran di oven. Pemakaian gula lebih dari 8% pada
roti tawar akan memberikan sifat empuk yang berlebihan sehingga bentuk roti tidak
tegar, sedangkan pada roti manis sifat empuk terjadi pada kadar gula 15% ke atas.
Peningkatan jumlah gula dalam adonan harus diimbangi dengan penambahan
jumlah ragi agar proses fermentasi tidak terganggu. Pencampuran gula yang tidak
merata akan menyebaban bintik-bintik hitam pada kulit roti dan membentuk lubang
besar atau kantong udara pada produk roti (Sulastri dan Wahyudi ,2005).
2.2.5 Mentega
Mentega dan lemak padat atau mentega putih (Shortening) adalah lemak
yang digunakan dalam adonan roti tawar. Shortening adalah campuran lemak
dengan pengemulsi agar bersifat plastis. Mentega putih adalah lemak, yang
umumnya berwarna putih dan mempunyai titik cair, sifat plastis dan kestabilan
tertentu. Menurut Winarno (1993), Shortening adalah lemak padat yang
mempunyai sifat plastis dan kestabilan tertentu, umumnya berwarna putih sehingga
sering disebut dengan nama mentega putih. Shortening diperoleh dari pencampuran
dua atau lebih lemak, atau dengan cara hidrogenasi. Lemak adalah bahan-bahan
yang tidak larut dalam air yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hewan (Buckle,
1987).
Mentega berfungsi sebagai pelumas untuk memperbaiki remah roti,
memperbaiki sifat pemotongan roti, memberikan kulit roti lebih lunak, dan dapat
menahan air sehingga shelf life lebih lama. Selain itu lemak juga bergizi,
memberikan rasa lezat, mengempukkan, dan membantu pengembangan susunan
fisik roti (Mudjajanto dan Yulianti, 2004). Fungsi penambahan mentega
(shortening) dalam pembuatan roti antara lain adalah: Memperkaya gizi dan
memperbaiki tekstur/pori-pori (crumb), Meningkatkan kelezatan dan keempukan
(softess), Memperbaiki aerasi sehingga produk bisa mengembang, Memperbaiki
cita rasa (terutama mentega atau margarin) untuk pembentukan lapisan – lapisan
pada produk pastry, sebagai pengemulsi untuk mempertahankan kelembaban serta
memperbaiki kehalusan kulit (crust).
2.2.6 Garam
Pada pembuatan roti, garam memiliki fungsi penambah rasa gurih,
pembangkit rasa bahan-bahan lainnya, serta pengontrol waktu fermentasi dari
adonan beragi. Garam juga memiliki astringent effect, yakni memperkecil pori-pori
roti. Pemakaian garam dalam keadaan normal berkisar 1,5-2%. Pemakaian garam
lebih rendah dari 1,5% akan memberi rasa hambar, sedangkan pemakaian lebih dari
2% akan menghambat laju fermentasi. Fungsi lain dari penambahan garam dalam
produksi bakeri antara lain adalah : memberi rasa supaya tidak hambar,
memperkuat cita rasa bahan lain, rasa manis gula akan lebih terasa jika ada garam,
mengontrol perkembangan khamir (ragi) untuk produk yang dikembangkan dengan
ragi, memperkuat keliatan gluten (daya regang) dalam adonan, membantu
mencegah pertumbuhan bakteri yang tidak dikehendaki, meningkatkan daya
absorpsi air dari tepung dan merupakan salah satu bahan pengeras, bila adonan tidak
memakai garam, adonan agak basah.
Kesalahan penanganan garam juga bisa membuat masalah dalam
fermentasi, misalnya jika ragi dilarutkan dalam air yang telah ditambah garam,
maka pertumbuhannya ragi akan terhambat hal ini bisa mengakibatkan fermentasi
yang lambat dan cita rasa produk yang kurang baik. Penambahan jumlah garam
yang terlalu banyak akan menurunkan kemampuan gluten dalam menahan gas,
sebaliknya jika terlalu sedikit garam yang digunakan akan menyebabkan adonan
menjadi hambar dan akan mengurangi volume adonan, karena gluten tidak
mempunyai daya regang yang cukup. Jika tidak ada garam yang ditambahkan
kedalam adonan maka hasilnya adalah kulit akan terlihat sangat pucat dan terjadi
pengerutan pada roti dan rasanya tidak akan memuaskan (Sulastri dan Wahyudi,
2005).
2.2.9 Susu
Tujuan emakaian susu dalam pembuata roti adalah memperbaiki gizi karena
susu mengandung protein (kasein), gula laktosa dan kalsium, memberikan pengaruh
terhadap warna kulit (terjadi pencoklatan protein dan gula), untuk mengoles
permukaan roti, Memperkuat gluten karena kandungan kalsiumnya, menghasilkan
kulit yang enak dan crispy serta bau aromatik (aromatic smell).
Jenis susu yang banyak digunakan dalam proses bakeri adalah susu bubuk,
skim dan krim. Krim mengandung lemak yang tinggi sehingga memberikan
kelembutan dan aroma yang menyenangkan. Susu skim banyak mengandung
protein (kasein) yanng cenderung meningkatkan penyerapan dan daya menahan air,
sehingga mengeraskan adonan dan memperlambat proses fermentasi adonan roti.
Susu yang digunakan untuk pembuatan roti pada umumnya dalam bentuk bubuk
(powder). Hal ini disebabkan alasan kemudahan penyimpanan dan mempunyai
umur simpan yang lebih panjang dari pada susu segar. Susu bubuk yang biasa
digunakan adalah susu skim atau susu krim. Keuntungan susu skim adalah
kandungan air dan kandungan lemaknya rendah sehingga dapat disimpan lebih
lama dan tidak cepat tengik. Kadar air susu skim adalah 2,5% dan kandungan
lemaknya 1,1%. Sebaiknya penyimpanan susu bubuk senantiasa dijaga agar tetap
kering, hal ini dilakukan karena susu bubuk bersifat sangat rentan terhadap
kerusakan dari lingkungan terutama air (Sulastri dan Wahyudi, 2005).
1.1.1 Air
Pemakaian air dalam pembuatan roti tawar mempunyai peranan yang
penting untuk membentuk gluten, karena protein tepung terigu dilarutkan oleh air.
Jenis air yang digunakan adalah air dingin. Pemakaian air dalam pembuatan roti
tawar sebanyak 62% dari berat tepung (Ningrum, 2006).
Dalam pembuatan roti tawar air juga berfungsi sebagai pelarut dari bahan-bahan
lain dalam pembuatan roti tawar seperti garam, gula, susu dan sebagainya (Tarigan,
2003). Kandungan mineral dalam air dapat mempengaruhi kekerasan adonan,
tetutama untuk beberapa jenis tepung, air yang digunakan harus memenuhi syarat
air yang sehat yaitu:
1. Syarat fisik artinya air tidak berwarna, berasa, berbau.
2. Syarat kimia artinya air tidak mengandung bahan-bahan kimia seperti Fe, Hg,
Pb, kekeruhan dan kesadahan.
3. Syarat mikrobiologis artinya tidak mengandung bakteri E coli (Ningrum,
2006).
Dalam pembuatan roti, air berfungsi sebagai penyebab terbentuknya gluten
serta pengontrol kepadatan dan suhu adonan. Air berperan sebagai pelarut garam,
penyebar dan pelarut bahan-bahan bukan tepung secara seragam dan
memungkinkan adanya aktivitas enzim (Mudjajanto dan Yulianti, 2004). Air juga
merupakan komponen penting dalam bahan makanan karena air dapat
mempengaruhi penampakan, tekstur, serta cita rasa makanan kita. Kandungan air
dalam bahan makanan ikut menentukan acceptability, kesegaran, dan daya tahan
makanan itu.
2.3.2 Pencampuran/mixing.
Mixing berfungsi mencampur secara homogen semua bahan,
mendapatkan hidrasi yang sempurna pada karbohidrat dan protein, membentuk dan
melunakkan gluten, serta menahan gas pada gluten (gas retention). Dengan
demikian, pengadukan adonan roti harus sampai kalis. Adapun yang dimaksud
kalis adalah pencapaian pengadukan maksimum sehingga terbentuk permukaan
film pada adonan.
2.3.3 Pencetakan.
Tahap pembentukan adonan dilakukan dengan cara adonan yang telah
diistirahatkan digiling menggunakan roll pin, kemudian digulung atau dibentuk
sesuai dengan jenis roti yang diinginkan (pada pembuatan roti tawar dengan bahan
baku tepung terigu). Sedangkan pada pembuatan roti tawar berbahan dasar non
terigu, adonan dimasukkan ke dalam loyang setelah mixing.
2.3.4 Fermentasi.
Suhu ruangan 32oC dan kelembaban udara 75% merupakan kondisi yang
ideal dalam proses fermentasi adonan roti. Semakin panas suhu ruangan, semakin
cepat proses fermentasi dalam adonan roti. Sebaliknya, semakin dingin suhu
ruangan semakin lama proses fermentasinya. Selama peragian, adonan menjadi
lebih besar dan ringan.
2.3.5 Pemanggangan.
Adonan roti yang telah dibentuk sesuai dengan kehendak selanjutnya
adonan di panggang atau dioven. Proses pemanggangan terjadi dikulit, dimana
berbagai jenis gula menjadi caramel dan memberi warna pada kulit. Roti
dipanggang atau dioven pada suhu kirakira 180 oC selama 45 menit. Proses fisik
adalah penguapan alkohol dan air. Proses pemanggangan terjadi di kulit, dimana
berbagai jenis gula menjadi karamel dan memberi warna pada kulit.
2.4 Peranan Karbohidrat
Pada produk pangan, penambahan gula berfungsi untuk memberikan aroma,
rasa manis sebagai pengawet, dan untuk memperoleh tekstur tertentu. Dalam
pembuatan roti, gula ditambahkan untuk melengkapi karbohidrat yang ada untuk
proses fermentasi dan untuk memberikan rasa manis pada roti. Gula sangat penting
peranannya dalam pembuatan roti, diantaranya sebagai makanan ragi, memberi
rasa, mengatur fermentasi, memperpanjang umur roti, menambah kandungan gizi,
membuat tekstur roti menjadi lebih empuk, dan memberikan warna cokelat yang
menarik pada roti (Mudjajanto dan Yulianti, 2007).
Gula berperan dalam proses pencoklatan pada permukaan roti. Pemanasan
pada suhu tinggi menyebabkan terjadinya karamelisasi sehingga permukaan produk
menjadi kering dan berwarna kecoklatan. Gula juga akan diubah oleh yeast menjadi
CO2, alkohol, air, dan energi selama proses fermentasi dan berfungsi untuk
meningkatkan kecepatan fermentasi. Selama fermentasi berlangsung gula akan
diubah menjadi gas CO2, alkohol, dan air. Gas CO2 akan terperangkap di dalam
adonan sehingga berperan dalam proses pengembangan adonan, sedangkan alkohol
berperan dalam memberikan aroma pada roti. Peranan yeast dalam hal ini yaitu
sebagai pengembang, serta memberikan rasa dan aroma yang khas pada roti.
3.1.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai
berikut:
1. Tepung terigu protein tinggi
2. Tepung Mocaf
3. Mentega
4. Telur
5. Ragi
6. Garam
7. Gula
8. Susu
9. Air
10. Bread Improver
11. Plastic wrap
12. Tissue
13. Kuisiener
14. Label
Pendiaman 10 menit
Pengamatan
b. Daya Kembang
1. Sebelum Pengovenan (cm)
2. Setelah Pengovenan
Keterangan Panjang (cm) Lebar (cm) Tinggi (cm)
Terigu 100%, Mocaf 0% 22,5 9,5 8
Terigu 85%, Mocaf 15% 19,5 10 6,3
Terigu 70%, Mocaf 30% 19,3 8,3 5,8
Terigu 55%, Mocaf 45% 17 5 3
c. Warna
Pengulangan dL
Sampel
1 2 3
Trigu 100%, Mocaf 0% 52,1 51,6 51,7
Terigu 85%, Mocaf 15% 53,2 53,2 51,8
Terigu 70%, Mocaf 30% 49,2 52,0 50,5
Terigu 55%, Mocaf 45% 76,39 75,95 75,91
L standar = 94,35
L keramik = 64,6
d. Kenampakan Irisan
Sampel Gambar
f. Daya Kembang
g. Warna
Sampel Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Rata-Rata
Trigu 100%, 76,1 75,4 75,5 75,7
Mocaf 0%
Terigu 85%, 76,1 75,4 75,5 75,5
Mocaf 15%
Terigu 70%, 71,9 75,9 73,0 73,6
Mocaf 30%
Terigu 55%, 111,6 110,9 110,9 111,1
Mocaf 45%
4.2.2 Uji Organoleptik
a. Sampel 693 (Penambahan Mocaf 0%, Terigu 100%)
No. Parameter
Warna Aroma Tekstur Rasa
1. 5 5 6 6
2. 6 6 6 5
3. 5 6 6 6
4. 5 5 6 3
5. 7 5 6 5
6. 7 6 6 7
7. 6 5 6 5
8. 4 4 7 4
9. 6 6 6 6
10. 5 6 6 5
11. 6 6 6 6
12. 6 7 6 6
13. 6 5 7 7
14. 6 6 6 6
15. 5 4 6 5
16. 6 6 6 5
17. 5 7 4 7
18. 6 6 6 6
19. 7 6 7 6
20. 6 6 6 6
21. 6 6 6 6
22. 7 7 7 7
23. 6 4 6 7
24. 5 5 5 6
25. 5 3 5 4
26. 4 4 6 5
27. 6 6 6 6
28. 6 6 4 5
29. 4 3 5 4
30. 6 6 5 5
31. 5 4 6 6
32. 6 6 6 6
Jumlah 181 173 188 179
Rata-Rata 5,7 5,4 5,9 5,6
b. Sampel 738 (Komposisi 15% Mocaf, 75% Terigu)
No. Parameter
Warna Aroma Tekstur Rasa
1. 5 6 6 6
2. 6 5 6 4
3. 4 3 4 5
4. 3 3 5 6
5. 6 5 2 5
6. 6 6 6 6
7. 3 5 2 3
8. 7 7 6 6
9. 6 6 5 6
10. 4 6 5 6
11. 6 6 2 4
12. 6 5 5 6
13. 2 2 3 2
14. 3 6 6 6
15. 3 2 1 1
16. 5 6 4 3
17. 7 6 4 7
18. 5 5 4 5
19. 3 4 2 4
20. 5 5 3 5
21. 2 2 4 2
22. 5 4 1 2
23. 3 6 3 6
24. 4 4 4 4
25. 5 4 3 3
26. 4 2 4 3
27. 6 6 6 6
28. 6 5 4 4
29. 5 4 5 5
30. 2 6 4 3
31. 3 5 4 3
32. 4 4 3 3
Jumlah 144 151 126 140
Rata-Rata 4,5 4,7 3,9 4,4
c. Sampel 468 (Penambahan Mocaf 30%, Terigu 70%)
No. Parameter
Warna Aroma Tekstur Rasa
1. 5 3 5 3
2. 4 4 4 4
3. 4 4 4 6
4. 5 5 6 6
5. 4 2 2 5
6. 5 5 5 4
7. 6 6 5 5
8. 4 4 7 5
9. 5 3 5 3
10. 3 3 3 2
11. 2 2 5 4
12. 4 3 6 5
13. 2 2 2 2
14. 6 2 5 3
15. 3 3 2 2
16. 4 4 6 4
17. 5 5 7 6
18. 4 4 3 4
19. 3 3 2 4
20. 5 4 3 4
21. 3 3 2 4
22. 6 5 1 4
23. 6 3 3 5
24. 4 3 4 4
25. 5 3 4 2
26. 4 3 3 4
27. 6 3 6 3
28. 6 6 4 4
29. 4 3 5 5
30. 2 2 3 2
31. 5 3 6 4
32. 4 2 3 2
Jumlah 138 110 131 124
Rata-Rata 4,3 3,4 4,1 3,9
d. Sampel 314 (Penambahan Mocaf 45%, Terigu 55%)
No. Parameter
Warna Aroma Tekstur Rasa
1. 6 5 5 6
2. 4 5 4 5
3. 3 3 3 3
4. 5 3 5 6
5. 3 3 3 3
6. 4 4 3 3
7. 3 3 5 5
8. 6 4 7 4
9. 6 4 4 2
10. 2 2 2 1
11. 2 5 5 1
12. 3 3 3 4
13. 2 2 1 1
14. 6 3 6 3
15. 2 3 1 1
16. 3 4 2 1
17. 4 5 5 6
18. 3 4 2 3
19. 3 1 2 3
20. 3 4 3 3
21. 2 2 2 2
22. 7 6 2 2
23. 3 2 2 2
24. 2 4 3 3
25. 2 1 2 3
26. 2 3 1 3
27. 6 3 6 3
28. 6 5 4 4
29. 4 3 5 4
30. 4 4 4 5
31. 3 3 4 2
32. 5 5 5 5
Jumlah 119 111 111 102
Rata-Rata 3,7 3,5 3,5 3,2
BAB 5. PEMBAHASAN
25
20
Terigu 100%, mocaf 0%
15
Terigu 85%, mocaf 15%
10 Terigu 70%, mocaf 30%
5 Terigu 55%, mocaf 45%
0
rata-rata (g/mm)
Dari data diatas, rata-rata tekstur tertinggi adalah sampel yang memiliki
formulasi tepung terigu 55% dan Mocaf sebanyak 45%. Hal ini menunjukkan
bahwa sampel tersebut memiliki tekstur yang keras, sedangkan sampel dengan
formulasi tepung terigu 100% memiliki nilai rata-rata paling rendah yang
menunjukkan bahwa sampel memiliki tekstur yang lebih empuk dari yang lain.
Pengamatan yang dilakukan sesuai dengan literature, bahwa semakin banyak
penambahan tepung mocaf maka tekstur roti semakin keras dan semakin sedikit
penambahan tepung mocaf pada tekstur roti menghasilkan tekstur roti semakin
empuk.
Tekstur roti dipengaruhi oleh kandungan gluten yang ada pada tepung.
Kandungan gluten pada tepung mocaf lebih sedikit dibandingkan dengan tepung
terigu, sehingga akan mempengaruhi daya kembang pada roti maka tekstur roti
yang dihasilkan semakin keras. Tepung terigu memiliki sifat fisik gluten yang
ekstensibel dan elastis memungkinkan dapat menahan gas pengembang dan adonan
dapat menggelembung seperti balon. Hal ini menyebabkan produk roti
mengembang dengan struktur berongga–rongga yang halus dan seragam serta
tekstur yang lembut. Pada pembuatan roti tawar hasil terbaik akan didapatkan pada
penggunaan tepung Cakra kembar karena kadar protein terkandung yang tinggi
sehingga kemampuan mengikat air lebih tinggi dan gluten yang terbentuk lebih
banyak sehingga akan menciptakan konsistensi adonan yang baik dan kenyal
sehingga produk yang dihasilkan optimal.
5.1.3 Warna
Pada praktikum ini dilakukan pengamatan warna pada sampel roti.
Parameter warna memiliki peran sebagai penarik bagi konsumen untuk melihat
sebuah produk pangan (Asmaraningtyas, 2014). Salah cara untuk pengukuran
warna adalah dengan tingkat kecerahan. Kecerahan produk roti tawar diukur
dengan menggunakan alat berupa Colour reader dengan pengulangan sebanyak
lima kali pada 5 titik berbeda. Nilai L pada Colour reader menyatakan cahaya
pantul yang menghasilkan warna kromatik putih, abu-abu dan hitam. Nilai
Lightness (L) memiliki kisaran nilai antara 0-100. Semakin tinggi nilai L, maka
warna produk semakin cerah. Hasil rata-rata uji warna setiap sampel adalah sebagai
berikut :
80
70 Terigu 100%, mocaf
60 0%
50 Terigu 85%, mocaf
40 15%
30 Terigu 70%, mocaf
20 30%
Dari data diatas, nilai rata-rata uji warna tertinggi adalah sampel dengan
formulasi tepung terigu 55% dan Mocaf sebanyak 45%, sedangkan nilai paling
rendah adalah sampel dengan formulasi tepung terigu 70% dan Mocaf 30%. Hal ini
sesuai dengan literatul, karena kandungan yang terdapat pada tepung terigu salah
satunya yaitu amilase (Fitasari, 2009). Adanya gula pada tepung terigu memberikan
warna cokelat yang menarik pada roti (Mudjajanto dan Yulianti, 2004).
Terbentuknya kulit roti berwarna coklat dapat disebabkan oleh terjadinya
karamelisasi gula pada permukaan adonan. Warna coklat pada kulit roti juga
disebabkan oleh terjadinya reaksi antara gula reduksi dengan protein yang disebut
reaksi Maillard. Reaksi Maillard ini bisa terjadi antara amin, asam amino dan
protein dengan gula pereduksi, aldehida atau keton. Reaksi Maillard inilah yang
terjadi pada reaksi pencoklatan jika makanan dipanaskan atau pada penyimpanan
makanan yang lama. Karamelisasi merupakan suatu proses pencoklatan non
enzimatis yang meliputi degradasi gula-gula tanpa adanya asam-asam amino atau
protein. Bila gula dipanaskan di atas titik leburnya, warnanya berubah menjadi
coklat disertai perubahan cita rasa.
0
Warna Aroma Tekstur Rasa
693 (Terigu 100%, mocaf 0%) 738 (Terigu 75%, mocaf 15%)
468 (Terigu 70%, mocaf 30%) 314 (Terigu 55%, mocaf 45%)
6.2 Saran
Saran untuk praktkum in, sebaiknya praktikan lebih berhati-hati dan bekerja
sesuai dengan prosedur agar tidak terjadi kesalahan pada saat praktikum,
pengamatan dan menghitung hasil perhitungan data roti.
DAFTAR PUSTAKA
Asrtawan, M. 2006. Membuat Mie dan Bahan Untuk Industri Pertanian. Jakarta :
Mediyatama Sarana Perkasa.
A. Tekstur
1. Terigu 100%
20
Ulangan 1 = = 4 g/mm
5
24
Ulangan 2 = = 4,8 g/mm
5
24
Ulangan 3 = = 4,8 g/mm
5
20+24+24
Rata-rata = = 4,53 g/mm
3
B. Daya Kembang
1. Terigu 100%, Mocaf 0%
Volume Sebelum Pengovenan = 21,3x8,9x7,7 = 1.459,7
Volume Setelah Pengovenan = 22,5x9,5x8=1.710
1.710−1.459,7
Daya kembang = = 17,15%
1.459,7
C. Warna
1. Terigu 100%, Mocaf 0%
94,35𝑥52,1
Ulangan 1 = = 76,1
64,6
94,35𝑥51,6
Ulangan 2 = =75,4
64,6
94,35𝑥51,7
Ulangan 3 = = 75,5
64,6
76,1+75,4+75,5
Rata-rata = 3
= 75,7