Anda di halaman 1dari 52

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jagung merupakan komoditas tanaman pangan yang memiliki peranan

penting dan strategis dalam pembangunan nasional, jagung termasuk dalam

tanaman serealia atau biji-bijian yang dapat hidup pada iklim tropis maupun sub-

tropis, jagung tidak hanya digunakan sebagai bahan pangan (food) tetapi juga

digunakan sebagai bahan pakan (feed) dan industri, bahkan sudah mulai

digunakan sebagai bahan bakar alternatif (Biofuel).

Seiring dengan meningkatnya daya beli masyarakat, jagung manis menjadi

salah satu komoditas pertanian yang diminati. Jagung manis (sweet corn)

memiliki rasa yang lebih manis dari pada jagung biasa, karena jagung manis

mengandung pati 3 – 8% dan gula 5 – 6%. Kandungan gizi jagung manis

dalam 100 gram yaitu kalori 33,00 Kkal, protein 2,20 g, lemak 0,10 g, hidrat

arang 7,40 g, kalsium 7,00 mg, fosfor 100 mg, zat besi 0,50 mg, vitamin A

200 SI, vitamin B1 0,08 mg dan vitamin C 8,00 mg (Rukmana, 2009).

Jagung manis (Zea mays L. Saccharata Sturt) atau yang lebih

dikenal dengan nama Sweet corn merupakan salah satu komoditas

hortikultura yang paling populer di Amerika Serikat dan Kanada. Jagung manis

mulai dikenal di Indonesia sejak tahun 1970-an (Syukur, 2013). Jagung manis

semakin digemari oleh masyarakat karena memiliki rasa yang lebih manis,

aroma lebih harum dan kandungan gizi yang lebih tinggi. Jagung manis biasanya

disajikan dalam bentuk jagung rebus, jagung bakar, gula jagung, susu jagung,

perkedel dan keripik jagung. Jagung manis juga sangat baik dikonsumsi

penderita diabetes karena mengandung kadar gula dan lemak yang rendah.
2

Data Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2015 produksi jagung

sebanyak 19.612.435 ton pipilan kering (PK) dengan luas panen 3.750.350 ha

serta produktivitas 5,23 ton/ha (BPS, 2017). Peningkatan produksi jagung

nasional dapat dilakukan melalui penambahan luas panen dan peningkatan

produksi. Kehadiran varietas jagung unggul introduksi, baik komposit ataupun

hibrida telah berkontribusi secara nyata terhadap peningkatan produktivitas

ataupun 2 produksi jagung nasional. Ditambah lagi dengan kehadiran varietas dari

inovasi baru yaitu jagung pelangi.

Permasalahan Jagung di Riau yaitu tidak adanya jaminan pasar yang pasti

bagi petani. Kemudian produksi jagung lebih dibutuhkan oleh industri. Sehingga

harga jagung tidak sesuai dengan harapan bagi para petani. Jagung industri yang

dibutuhkan untuk jumlah besar, tentunya akan kembali kepada masalah harga.

Ini yang menjadi keluhan, karena produksi yang besar hanya bisa dijual ke

industri (Paramita, 2013).

Produksi jagung manis di Indonesia pada tahun 2013 yaitu 18.506.287 ton

mengalami penurunan sekitar 670.743 ton dibandingkan dengan produksi jagung

manis pada tahun 2012 yaitu 19.377.030 ton (Soegianto, 2014). Berdasarkan

data dari Badan Pusat Statistik pada tahun 2011, pada tahun 2008-2010 ekspor

jagung manis mengalami penurunan sebesar 17,25 % per tahun, sedangkan

impor jagung manis mengalami peningkatan sebesar 6,26 % per tahun. Hal ini

menandakan bahwa produksi jagung manis nasional belum dapat mencukupi

permintaan pasar (Paramita, 2013).

Salah satu penyebab penurunan produktivitas tersebut adalah karena

selama ini penggunaan pupuk dan pestisida anorganik menjadi pilihan


3

utama petani dalam usaha meningkatkan produksi. Pada umumnya pupuk

yang digunakan dalam budidaya jagung manis adalah pupuk anorganik.

Pemakaian pupuk anorganik atau kimia selain dapat meningkatkan produksi

tanaman namun juga dapat merusak sifat fisik dan kimia tanah serta

menurunkan populasi mikroorganisme dalam tanah (Lingga, 2007).

Pertumbuhan tanaman jagung manis mengalami beberapa kendala,

baik itu kendala biotik mapun kendala abiotik. Kendala biotik antara lain yaitu

gangguan gulma dan kendala abiotik antara lain cahaya, suhu, kelembaban dan

ketersediaan hara.

Kendala-kendala tersebut dapat diatasi salah satunya dengan penggunaan

mulsa. Umboh (2002) menyatakan bahwa mulsa adalah bahan atau material

yang sengaja dihamparkan di permukaan tanah atau lahan pertanian.

Selanjutnya Lakitan 1995 dalam Sri Wulandari dkk. 2013, menambahkan bahwa

mulsa berfungsi untuk mengurangi evaporasi, menurunkan suhu tanah, menahan

erosi permukaan tanah menambah sumber hara tanah dan menekan pertumbuhan

gulma.

Pemberian mulsa merupakan salah satu alternatif pengaturan keadaan

lingkungan sebagai tempat tumbuh tanaman. Secara fisik mulsa mampu menjaga

suhu tanah lebih stabil dan dapat mempertahankan kelembaban sekitar

perakaran (Hamdani, 2008). Mulsa yang digunakan dapat berupa mulsa

anorganik dan mulsa organik. Mulsa anorganik adalah mulsa yang berasal

bahan-bahan sintetis yang sukar terurai. Sedangkan mulsa organik adalah mulsa

yang berasal dari sisa-sisa makhluk hidup yang mudah terurai.


4

Selain penggunaan mulsa, penggunaan jarak tanam yang tepat dapat

menjadi salah satu faktor penting untuk mendapatkan hasil yang tinggi,

karena jarak tanam menentukan jumlah dan populasi tanaman per satuan luas

lahan. Semakin rapat jarak tanam yang digunakan maka populasi tanaman per

satuan luas lahan juga semakin tinggi. Penambahan populasi tanaman juga

dapat menyebabkan terjadinya penurunan produksi karena terjadi persaingan

antar tanaman untuk mendapatkan unsur hara, air, cahaya, CO2 maupun ruang

tumbuh. Pengaturan jarak tanam selain untuk mengatur dan menentukan jumlah

tanaman per satuan luas juga bertujuan menekan pertumbuhan gulma. Kehadiran

gulma pada areal penanaman, terutama pada fase-fase pertumbuhan kritis akan

sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pengaturan

jarak tanam yang tepat selain memberikan ruang tumbuh pada tanaman yang

optimal juga dapat menekan pertumbuhan gulma.

Pupuk bokashi merupakan salah satu alternatif dalam penerapan teknologi

pertanian organik yang baik untuk dijadikan pupuk organik karena mempunupuk

bokashi merupakan salah satu alternatif dalam penerapan teknologi pertanian

organik yang baik untuk dijadikan pupuk organik karena mempunyai kandungan

unsur hara yang cukup tinggi. Pemberian bokhasi memberikan pengaruh yang

nyata terhadap pertumbuhan tanaman jagung, hal ini disebabkan karna bokashi

mengandung sejumlah unsur hara dan bahan organik yang dibutuhkan oleh

tanaman jagung.

Pupuk bokashi adalah pupuk organik yang dihasilkan dari fermentasi

bahan-bahan organik semisal kompos dan pupuk kandang dengan memanfaatkan

bantuan mikroorganisme pengurai seperti mikroba atau jamur fermentasi.


5

Hasilnya ialah berupa pupuk padat dalam kondisi sudah terurai sehingga

mengandung lebih banyak unsur hara baik makro maupun mikro yang siap untuk

segera diserap akar tanaman. Rata-rata kandungan pupuk bokashi sudah

mencakup unsur hara makro : N, P, K, Mg, S, Ca dan unsur hara mikro : Zn, B,

Fe, Cu, Mn, Mo dan Cl. Hal ini akan semakin lengkap jika ditambahkan

penggunaan pupuk organik cair.

Berdasarkan unsur hara yang dikandungnya, pupuk terdiri dari pupuk

tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal adalah pupuk yang mengandung

satu jenis hara tanaman seperti N atau P atau K saja, sedangkan pupuk

majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara tanaman.

Contoh pupuk majemuk antara lain seperti NP, NK, dan NPK. Pupuk

majemuk yang paling banyak digunakan adalah pupuk NPK yang

mengandung unsure hara makro yang penting bagi tanaman. Menurut Imran

(2005), pupuk NPK mengandung tiga senyawa penting antara lain ammonium

nitrat (NH4 NO3),amonium dihidrogen fosfat (NH 4H2PO4 ), dan kalium

klorida (KCl).

Menurut Novizan (2007), pupuk NPK Mutiara (16:16:16) adalah pupuk

majemuk yang memiliki komposisi unsur hara yang seimbang dan dapat larut

secara perlahan-lahan. Pupuk NPK Mutiara berbentuk padat, memiliki warna

kebiru-biruan dengan butiran mengkilap seperti mutiara. Pupuk NPK Mutiara

memiliki beberapa keunggulan antara lain sifatnya yang la mbat larut sehingga

dapat mengurangi kehilangan unsur hara akibat pencucian, penguapan, dan

penjerapan oleh koloid tanah. Selain itu, pupuk NPK mutiara memiliki

kandungan hara yang seimbang, lebih efisien dalam pengaplikasian, dan


6

sifatnya tidak terlalu higroskopis sehingga tahan simpan dan tidak mudah

menggumpal. secara perlahan-lahan. Pupuk NPK Mutiara berbentuk padat,

memiliki warna kebiru-biruan dengan butiran mengkilap seperti mutiara.

Pupuk NPK Mutiara memiliki beberapa keunggulan antara lain sifatnya yang

la mbat larut sehingga dapat mengurangi kehilangan unsur hara akibat

pencucian, penguapan, dan penjerapan oleh koloid tanah. Selain itu, pupuk

NPK mutiara memiliki kandungan hara yang seimbang, lebih efisien dalam

pengaplikasian, dan sifatnya tidak terlalu higroskopis sehingga tahan simpan

dan tidak mudah menggumpal.

Pada dasarnya tanaman penyerbuk silang adalah heterozigot dan

heterogenus. Satu individu dan individu lainnya genetis berbeda. Karena

keragaman genetis yang umumnya cukup besar dibanding dengan tanaman

penyerbuk sendiri dalam menentukan kriteria seleksi diutamakan pada sifat

ekonomis yang terpenting dulu, tanpa dicampur aduk dengan sifat – sifat lain

yang kurang urgensinya. Pengertian yang bertalian dengan keseimbangan

Hardy-Weinberg pengertian mengenai silang dalam, macam – macam gen dan

sebagainya sangat membantu memahami sifat – sifat tanaman penyerbuk silang

dan metode – metode seleksinya.

Bunga merupakan alat reproduksi yang kelak menghasilkan buah dan biji.

Di dalam biji ini terdapat calon tumbuhannya (lembaga). Terjadi buah dan biji

serta calon tumbuhan baru tersebut karena adanya penyerbukan dan pembuahan.

Penyerbukan merupakan jatuhnya serbuk sari pada kepala putik (untuk golongan

tumbuhan berbiji tertutup) atau jatuhnya serbuk sari langsung pada bakal biji

(untuk tumbuhan berbiji telanjang).


7

Varietas unggul didapat melalui beberapa metode pemuliaan tanaman.

Metode pemuliaan ini sangat ditentukan oleh sistem penyerbukan ataupun cara

perkembang biakan tanman. Metode untuk tanman menyerbuk sendiri berbeda

dengan metode untuk tanaman menyerbuk silang. Metode yang dikembangkan

secara seksual berbeda dengan yang dikembangkan secara aseksual. Beberapa

metode pemuliaan tanaman yang diketahui yaitu introduksi, seleksi dan

hibridisasi dilanjutkan seleksi.

Metode pemuliaan tanaman ini punya manfaat yang sangat penting bagi

perakitan varietas. Hibridisasi merupakan salah satu metode pemuliaan tanaman

dimana bertujuan memperoleh kombinasi2 genetik yang diinginkan melalui

persilangan dua atau lebih tetua yang berbeda genotipenya. Diharapkan setelah

adanya hibridisasi dapat menghasilkan kombinasi baru genetika dari tanaman

tetua yang diharapkan sifat unggulnya

B. Tujuan Pratikum

1. Untuk mengetahui pengaruh interaksi pemberian pupuk Bokashi daun

ketapang dan pupuk NPK terhadap pertumbuhan serta hasil tanaman

jagung pelangi.

2. Untuk mengetahui pengaruh utama pemberian pupuk bokashi daun

ketapang terhadap pertumbuahan serta hasil tanaman jagung.

3. Untuk mengetahui pengaruh utama pemberian pupuk NPK terhadap

pertumbuahan serta hasil tanaman jagung.


8

II. TINJAUAN PUSTAKA

Jagung adalah tanaman yang berasal dari Amerika Tengah, tetapi karena

penemuan baru di dunia, tanaman ini telah menyebar ke berbagai daerah

tropis dan sub-tropis lainnya. Di Amerika Serikat hampir seperempat dari areal

tanaman dikhususkan untuk budidaya jagung, terutama untuk biji-bijian.

Tanaman jagung pada umumnya digunakan untuk pakan ternak (Vaughan,

1970).

Tanaman jagung (Zea mays L.) di Indonesia merupakan tanaman

pangan yang penting setelah padi dan terdapat hampir di seluruh kepulauan

Indonesia.Umumnya jagung sebagian besar masih digunakan sebagai bahan

pangan penduduk serta sebagai sumber minyak. Penyebaran daerah

tanaman jagung di Indonesia tidak merata karena adanya pengaruh iklim,

keadaan tanah, keadaan hama serta fluktuasi harga jagung (Ketaren, 1986).

Di Indonesia, jagung merupakan bahan pangan sumber karbohidrat kedua

setelah beras. Disamping sebagai bahan pangan, komoditi ini juga sebagai bahan

pakan ternak dan bahan baku industri. Menurut data yang dihimpun oleh

Biro Pusat Statistik, penggunaan jagung untuk bahan pangan menurun dari 78%

pada tahun 1975 menjadi 49% pada tahun 1985. Sebaliknya, penggunaan untuk

pakan ternak dan industri meningkat dari 15% pada tahun 1975 menjadi 38%

pada tahun 1985 (Najiyati, 1999).

Di Amerika dan negara-negara lain yang lebih maju, jagung kebanyakan

digunakan sebagai makanan ternak serta bahan baku pembuatan minyak jagung,

sirup dan hanya sebagian digunakan sebagai makanan pokok (Ketaren, 1986)
9

Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang

terpenting selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di

Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di

Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura

dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain

sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (daun

maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari biji), dibuat tepung (dari biji,

dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri

(dari tepung biji dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa,

yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah

direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi.

Jagung termasuk tanaman pangan utama di Indonesia. Produksi jagung terbesar

di Indonesia terjadi di Pulau Jawa yakni Jawa Timur dan Jawa Tengah masing-

masing 5 juta ton tahun, setelah itu menyusun beberapa di daerah Sumatera

anatara lain Medan dan Lampung, sehingga produksi jagung Indonesia mencapai

16 juta ton tahun (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

Jagung (Zea mays. L.) merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi

kehidupan manusia dan hewan. Jagung mempunyai kandungan gizi dan serat

kasar yang cukup memadai sebagai bahan makanan pokok pengganti beras.

Selain sebagai makanan pokok, jagung juga merupakan bahan baku makanan

ternak. Kebutuhan akan konsumsi jagung di Indonesia terus meningkat. Hal ini

didasarkan pada makin meningkatnya tingkat konsumsi perkapita tahun dan

semakin meningkatnya jumlah penduduk Indonesia. Jagung merupakan bahan

dasar/bahan olahan untuk minyak goreng, tepung maizena, ethanol, asam


10

organik, makanan kecil dan industri pakan ternak. Pakan ternak untuk unggas

membutuhkan jagung sebagai komponen utama sebanyak 51, 4 % (Tim Karya

Tani Mandiri, 2010).

Biji jagung kaya akan karbohidrat. Sebagian besar berada pada

endospermium. Kandungan karbohidrat dapat mencapai 80% dari seluruh bahan

kering biji. Karbohidrat dalam bentuk pati umumnya berupa campuran amilosa

dan amilopektin. Pada jagung ketan, sebagian besar atau seluruh patinya

merupakan amilopektin. Perbedaan ini tidak banyak berpengaruh pada

kandungan gizi, tetapi lebih berarti dalam pengolahan sebagai bahan pangan.

Jagung manis tidak mampu memproduksi pati sehingga bijinya terasa lebih

manis ketika masih muda (Suprapto, 2005).

Tanaman jagung sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan hewan.

Di Indonesia, jagung merupakan komoditi tanaman pangan kedua terpenting

setelah padi. Berdasarkan urutan bahan makanan pokok di dunia, jagung

menduduki urutan ke 3 setelah gandum dan padi. Di daerah Madura, jagung

banyak dimanfaatkan sebagai makanan pokok. Akhir-akhir ini tanaman jagung

semakin meningkat penggunaannya. Tanaman jagung banyak sekali gunanya,

karena hampir seluruh bagian tanaman dapat dimanfaatkan untuk berbagai

macam keperluan antara lain Batang dan daun muda untuk pakan ternak, Batang

dan daun tua (setelah panen) untuk pupuk hijau atau kompos, Batang dan daun

kering untuk kayu bakar Batang jagung untuk lanjaran (turus), Batang jagung

untuk pulp (bahan kertas), Buah jagung muda (putren, Jw) untuk sayuran,

bergedel, bakwan, sambel goring, Biji jagung tua untuk pengganti nasi, marning,

brondong, roti jagung, tepung, bihun, bahan campuran kopi bubuk, biskuit,
11

kue kering, pakan ternak, bahan baku industri bir, industri farmasi, dextrin,

perekat, dan industri textil.

Kandungan utama jagung adalah karbohidrat (60 %). Dibandingkan

dengan beras, kandungan proteinnya lebih tinggi (8 %). Biji jagung terdiri dari

kulit ari, lembaga, tip cap dan endosperma. Sebagian besar pati (85 %) terdapat

pada endosperma. Pati terdiri dari amilopektin (73 %) dan amilosa (27 %).

Serat kasar terutama terdapat pada kulit ari. Komponen utama serat kasar

adalah hemiselulosa (41,16 %). Gula terdapat pada lembaga (57 %) dan

endosperma (15%). Protein sebagian besar terdapat pada endosperma.

Kandungan gizi Jagung per 100 gr bahan adalah Kalori 355 Kalori, Protein 9,2

gr, Lemak 3,9 gr, Karbohidrat 73,7 gr, Kalsium 10 mg, Fosfor 256 mg, Ferrum

2,4 mg, Vitamin B1 0,38 mg, Air 12 gr. Untuk ukuran yang sama, meski jagung

mempunyai kandungan karbohidrat yang lebih rendah, namun mempunyai

kandungan protein yang lebih banyak (Utomo, 2010).

Tanaman jagung memiliki klasifikasi berdasarkan tingkatan taksonomi

secara botani adalah Kingdom : Plantae, Divisi : Spermatophyta, Sub Divisi :

Angiospermae, Kelas : Monocotyledone, Ordo : Graminae, Famili :

Graminaceae, Genus : Zea, Spesies : Zea mays L. (Subekti, 2012).

Tanaman jagung terbagi menjadi beberapa bagian utama, yaitu akar,

batang, daun, bunga dan buah (tongkol). Jagung mempunyai tiga macam akar

serabut, yaitu (a) akar seminal, (b) akar adventif, dan (c) akar kait atau

penyangga. Akar seminal adalah akar yang berkembang dari radikula dan

embrio. Akar adventif adalah akar yang berkembang dari buku di ujung

mesokotil. Akar kait atau penyangga adalah akar adventif yang muncul pada
12

dua atau lebih buku di atas permukaan tanah (Subekti dkk., 2013). Batang

jagung tegak, tidak bercabang, terdiri atas beberapa ruas dan buku ruas. Pada

buku ruas muncul tunas yang berkembang menjadi tongkol. Tinggi tanaman

jagung pada umumnya berkisar antara 60 – 300 cm, tergantung dari varietas

(Purwono dan Hartono, 2011). Daun jagung memanjang, mempunyai ciri

bangun pita (ligulatus), ujung daun runcing (acutus), tepi daun rata (integer).

Diantara pelepah dan helai daun terdapat ligula (Subekti dkk., 2012). Menurut

Purwono dan Hartono (2011), fungsi ligula adalah mencegah air masuk ke dalam

kelopak daun dan batang. Bunga jantan dan bunga betina pada jagung terpisah

dalam satu tanaman (monoecious). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak

tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Bunga betina tersusun dalam

tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun (Subekti

dkk., 2013).

Batangnya berbentuk bulat atau agak pipih, beruas-ruas dan umumnya

tidak bercabang (Najiyati, 1999). Sistem perakaran jagung terdiri atas akar

primer, akar lateral, akar horizontal dan akar udara (Najiyati, 1999). Daun

jagung tumbuh disetiap ruas batang. Daun ini berbentuk pipa, mempunyai lebar

4 - 15 cm dan panjang 30 - 150 cm, serta didukung oleh pelepah daun yang

menyelubungi batang (Najiyati, 1999). Bunga jantan tumbuh di ujung

batang.Bunga betina tersusun dalam tongkol.Bunga ini muncul dari ketiak daun

yang terletak pada pertengahan batang (Najiyati, 1999). Tanaman jagung

mempunyai satu atau dua tongkol, tergantung varietas.Tongkol jagung yang

terletak pada bagian atas umumnya lebih dahulu terbentuk dan lebih besar
13

dibanding yang terletak pada bagian bawah.Setiap tongkol terdiri atas 10-16

baris biji yang jumlahnya selalu genap (Subekti, 2015).

Jagung merupakan tanaman yang dapat tumbuh di daerah tropik maupun

sub tropik dan tidak memerlukan persyaratan tumbuh yang intensif. Jagung

dapat tumbuh di lahan kering, sawah dan pasang surut. pH tanah yang

dibutuhkan antara 5,6 – 7,5. Suhu yang ideal bagi tanaman jagung antara 27 –

32 ˚C dan apabila suhu > 32 ˚C pertumbuhan jagung terhambat. Pada lahan

yang tidak beririgasi, curah hujan yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman jagung

adalah 85 – 200 mm/bulan yang merata selama masa pertumbuhan. Kemiringan

tanah untuk tanaman jagung < 8 %. Daerah dengan tingkat kemiringan > 8 %

kurang sesuai untuk penanaman jagung (Purwono dan Hartono, 2011).

Tanaman jagung memiliki syarat tumbuh adalah Curah hujan Jumlah curah

hujan yang diperlukan untuk pertumbuhan jagung yang optimal adalah 1.200 –

1.500 mm tahun-1 dengan bulan basah (> 100 mm bulan-1) 7 – 9 bulan dan

bulan kering (<60 mm bulan-1) 4 – 6 bulan. (Barnito, 2009).

Jagung membutuhkan kelembaban udara sedang sampai dengan tinggi

(50% –80%) agar keseimbangan metabolisme tanaman dapat berlangsung

dengan optimal. (Barnito, 2009).

Kisaran temperatur untuk syarat pertumbuhan tanaman jagung adalah

antara 23oC – 27oC dengan temperatur optimum 25oC. Temperatur rendah

akan menghambat pertumbuhan tanaman, sedangkan temperatur tinggi akan

mengakibatkan pertumbuhan vegetatif yang berlebihan, sehingga akan

menurunkan produksi. (Barnito, 2009).


14

Pada dasarnya tanaman jagung memerlukan intensitas penyinaran yang

tinggi. Semakin tinggi intensitas penyinaran, akan semakin tinggi proses

fotosintesis, sehingga akan dapat meningkatkan produksi. (Barnito, 2009).

Angin dapat membantu proses penyerbukan tanaman jagung, akan tetapi

angin yang terlalu kencang dapat menggagalkan pembungaan maupun

dapat merusakkan tanaman. (Barnito, 2009).

Jagung dapat tumbuh pada hampir semua jenis tanah mulai tanah dengan

tekstur berpasir hingga tanah liat berat. Namun jagung akan tumbuh baik

pada tanah yang gembur dan kaya akan humus dengan tingkat derajat keasaman

(pH) tanah antara 5,5 – 7,5, dengan kedalamam air tanah 50 – 200 cm dari

permukaan tanah dan kedalamam permukaan perakaran (kedalam efektif tanah)

mencapai 20 – 60 cm dari permukaan tanah. Pada tanah yang berat, perlu

dibuat drainase, karena tanaman jagung tidak tahan terhadap genangan. (Barnito,

2009).

Tanaman jagung memerlukan aerasi dan drainase yang baik sehingga perlu

pengemburan tanah. Pada umumnya persiapan lahan untuk tanaman jagung

dilakukan dengan cara dibajak sedalam 15 – 20 cm, diikuti dengan penggaruan

tanah sampai rata (Suprapto, 2005).

Ketika mempersiapkan lahan, sebaiknya tanah jangan terlampau basah,

tetapi cukup lembab sehingga mudah dikerjakan dan tidak lengket. Untuk jenis

tanah berat dengan kelebihan air, perlu dibuatkan saluran drainase. Kadang-

kadang lahan harus dipersiapkan dengan cepat karena hujan sudah mulai turun.

Apabila tidak sempat untuk mempersiapkannya secara keseluruhan karena waktu

tanam sudah mendesak, pengolahan tanah dilakukan pada areal yang akan
15

ditanami saja. Tindakan ini hanya untuk memburu waktu penanaman, sisa tanah

yang belum dikerjakan digarap bersamaan dengan penyiangan pertama (15 hari

setelah penanaman) (Suprapto, 2005).

Mutu benih sangat menentukan produktivitas yang akan dihasilkan, selain

itu penggunaan benih bermutu juga menentukan jumlah benih yang akan dipakai

per satuan luas. Ciri-ciri benih yang baik adalah Bebas hama dan penyakit, Daya

tumbuh di atas 80%, Biji sehat, berisi dan tidak keriput serta tidak mengkilat.

Pada saat penanaman, tanah harus cukup lembab tetapi tidak becek. Jarak

antara tanaman diusahakan teratur agar ruang tumbuh tanaman seragam dan

pemeliharaan tanaman mudah. Beberapa varietas mempunyai populasi optimum

yang berbeda. Populasi optimum dari beberapa varietas yang telah beredar

dipasaran sekitar 50.000 tanaman/ha. Dengan populasi 50.000/ha, jagung dapat

ditanam dengan menggunakan jarak tanam 100 cm × 40 cm dengan dua tanaman

per lubang atau 100 cm × 25 cm dengan satu tanaman per lubang atau 75 cm ×

25 cm dengan satu tanaman per lubang. Lubang dibuat sedalam 3-5 cm

menggunakan tugal, setiap lubang diisi 2-3 biji jagung kemudian lubang ditutup

dengan tanah (Suprapto, 2005).

Apabila tanah yang akan ditanami tidak menjamin ketersediaan hara yang

cukup maka harus dilakukan pemupukan. Dosis pupuk yang dibutuhkan

tanaman sangat bergantung pada kesuburan tanah dan diberikan secara bertahap.

Untuk tanaman jagung anjuran dosis rata-rata adalah Urea=200-300 kg/ha,

TSP=75-100 kg/ha dan KCl=50-100 kg/ha. Pemupukan dilakukan setelah

tanaman berumur 10-15 hari dan pemupukan dilakukan dengan cara disebar

(Suprapto, 2005).
16

Penyerbukan adalah jatuhnya serbuk sari ke kepala putik. Sedangkan

pembuahan adalah bergabungnya gamet jantan dan gamet betina. Kriteria

klasifikasi yang dipergunakan hanya berdasarkan tingkat penyerbkan sendiri dan

penyerbukan silang. Polonasi sendiri sudah barang tentu hanya merupakan salah

satu system perbanyakan tanaman dan hanya sebagai salah satu jalan dimana

populasi dapat dikawinkan. Didalam group penyerbukan silang jumlah

persilangan dari luar adalah sangat penting karena ia memepengaruhi dalam

kontaminasi stok pemuliaan. Ada perbedaan yang besar antara jumlah

persilangan dengan luar didalam species dari suatu kelompok. Jumlah

persilangan dari varietas yang diberikan juga dipengaruhi oleh keadaan

lingkungan yang berubah (Allard, 1998).Terjadinya penyerbukan silang

disebabkan oleh Gangguan mekanis terhadap penyerbukan sendiri, Perbedaan

periode matang serbuk sari dan kepala putik, Sterilitas dan inkompabilitas,

Adanya bunga monocious dan diocious (Allard, 1998).

Metode pemuliaan tanaman menyerbuk silang sedikit berbeda dengan

tanaman menyerbuk sendiri karena pada tanaman menyerbuk silang, dalam

populasi alami terdapat individu-individu yang secara genetik heterozigot untuk

kebanyakan lokus. Secara genotipe juga berbeda dari satu individu ke individu

lainnya, sehingga keragaman genetik dalam populasi sangat besar. Fenomena

lain yang dimanfaatkan dalam tanaman menyerbuk silang adalah ketegaran

hibrida atau heterosis. Heterosis didefinisikan sebagai meningkatnya ketegaran

(vigor) dan besaran F1 melebihi kedua tetuanya. Sebaliknya bila diserbuk sendiri

akan terjadi tekanan inbreeding. Beberapa metode yang populer pada tanaman

menyerbuk silang misalnya pembentukan varietas hibrida, seleksi massa, seleksi


17

daur ulang, dan dilanjutkan dengan pembentukan varietas bersari bebas atau

varietas sintetik. Untuk tanaman yang membiak secara vegetaif dapat dilakukan

seleksi klon, hibridisasi yang dilanjutkan dengan seleksi klon. Cara ini dapat

digunakan juga untuk pemuliaan tanaman tahunan yang biasa dibiakan secara

vegetative (Allard, 1998).

Serbuk sari sangat ringan dan jatuh karena gravitasi atau tertiup angin

sehingga terjadi penyerbukan silang. Dalam keadaan tercekam (stress) karena

kekurangan air, keluarnya rambut tongkol kemungkinan tertunda, sedangkan

keluarnya malai tidak terpengaruh. Interval antara keluarnya bunga betina dan

bunga jantan (anthesis silking interval, ASI) adalah hal yang sangat penting. ASI

yang kecil menunjukkan terdapat sinkronisasi pembungaan, yang berarti peluang

terjadinya penyerbukan sempurna sangat besar. Semakin besar nilai ASI

semakin kecil sinkronisasi pembungaan dan penyerbukan terhambat sehingga

menurunkan hasil. Cekaman abiotis umumnya mempengaruhi nilai ASI, seperti

pada cekaman kekeringan dan temperatur tinggi (Allard, 1998).

Penyerbukan pada jagung terjadi bila serbuk sari dari bunga jantan

menempel pada rambut tongkol. Hampir 95% dari persarian tersebut berasal dari

serbuk sari tanaman lain, dan hanya 5% yang berasal dari serbuk sari tanaman

sendiri. Oleh karena itu, tanaman jagung disebut tanaman bersari silang (cross

pollinated crop), di mana sebagian besar dari serbuk sari berasal dari tanaman

lain. Terlepasnya serbuk sari berlangsung 3-6 hari, bergantung pada varietas,

suhu, dan kelembaban. Rambut tongkol tetap reseptif dalam 3-8 hari. Serbuk sari

masih tetap hidup (viable) dalam 4-16 jam sesudah terlepas (shedding).

Penyerbukan selesai dalam 24-36 jam dan biji mulai terbentuk sesudah 10-15
18

hari. Setelah penyerbukan, warna rambut tongkol berubah menjadi coklat dan

kemudian kering (Allard, 1998).

Rambut jagung (silk) adalah pemanjangan dari saluran stylar ovary yang

matang pada tongkol. Rambut jagung tumbuh dengan panjang hingga 30,50 cm

atau lebih sehingga keluar dari ujung kelobot. Panjang rambut jagung

bergantung pada panjang tongkol dan kelobot. Tanaman jagung adalah

protandry, di mana pada sebagian besar varietas, bunga jantannya muncul

(anthesis) 1-3 hari sebelum rambut bunga betina muncul (silking). Serbuk sari

(pollen) terlepas mulai dari spikelet yang terletak pada spike yang di tengah, 2-3

cm dari ujung malai (tassel), kemudian turun ke bawah. Satu bulir anther

melepas 15-30 juta serbuk sari (Anonim, 2010).

Dalam melakukan persilangan harus diperhatikan: (1) penyesuaian waktu

berbunga. Waktu tanam tetua jantan dan betina harus diperhatikan supaya saat

anthesis dan reseptif waktunya bersamaan, (2) waktu emaskulasi dan

penyerbukan. Pada tetua betina waktu emaskulasi harus diperhatikan, seperti

pada bunga kacang tanah, padi harus pagi hari, bila melalui waktu tersebut polen

telah jatuh ke stigma. Juga waktu penyerbukan harus tepat ketika stigma reseptif.

Jika antara waktu antesis bunga jantan dan waktu reseptif bunga betina tidak

bersamaan, maka perlu dilakukan sinkronisasi. Caranya dengan membedakan

waktu penanaman antara kedua tetua, sehingga nantinya kedua tetua akan siap

dalam waktu yang bersamaan. Untuk tujuan sinkronisasi ini diperlukan

informasi tentang umur tanaman berbunga (Syukur, 2009).

Penelitian Shull dan East di Amerika Serikat membuktikan sebuah

revolusi pada persilangan jagung dengan hasil yang luar biasa. Persilangan
19

hibrida jagung memberikan kenaikan 15-20%, kadang-kadang 50%, lebih tinggi

daripada persilangan sendiri yang biasa dilakukan oleh petani. Petani umumnya

mendapatkan benih hibrida yang segar tiap tahun dari penumbuh, yang

menangani khusus produksi benih. Penumbuh memilih ladang terisolasi yang

ditumbuhi 2 jenis jagung yang melakukan persilangan sendiri, 1 baris untuk

induk jantan dan 4 baris untuk induk betina. Dalam waktu dekat, induk betina

akan matang dan kemudian akan dibuahi pollen dari induk jantan. Pembentukan

biji hanya dipengaruhi oleh induk betina (Kent, 1966).

Jagung mempunyai 10 kromosom di dalam sel-sel reproduktif (haploid),

20 kromosom di dalam sel somatik (diploid) dan 30 kromosom di dalam sel-sel

endosperma (triploid). Secara umum semua tipe tanaman jagung mempunyai 10

pasang kromosom. Sistem perakaran jagung terdiri dari akar-akar seminal yang

tumbuh ke bawah pada saat biji berkecambah, akar kolonal yang tumbuh ke atas

dari jaringan batang setelah plumula muncul, dan akar udara (brace) yang

tumbuh dari buku-buku di atas permukaan tanah. Batang jagung beruas-ruas

yang jumlahnya bervariasi antara 10-40 ruas, umumnya tidak bercabang kecuali

ada beberapa yang bercabang yang muncul dari pangkal batang. Tunas batang

yang telah berkembang menghasilkan tajuk bunga betina. Daun jagung muncul

dari buku-buku batang, sedangkan pelepah daun menyelubungi ruas batang

untuk memperkuat batang. Terdapat lidah daun (ligula) yang transparan dan

tidak mempunyai telinga daun (auriculae). Bagian atas epidermis umumnya

berbulu. Jagung juga dapat mengalami perubahan turgor pada daunnya. Jagung

merupakan tanaman berumah satu di mana bunga jantan (staminate) terletak

pada ujung batang, sedangkan bunga betina (pistilate) terletak di pertengahan


20

batang. Tanaman jagung bersifat protrandy (bunga jantan tumbuh 1-2 hari

sebelum munculnya rambut) sehingga mempunyai sifat penyerbukan silang

(Muhadjir, 1988).

Kira-kira 4-6 hari setelah biji jagung ditanam, tanaman akan muncul di

atas permukaan tanah bila kondisi tanah cukup lembab. Laju tambahan tinggi

tanaman pada fase awal relatif lambat, tetapi tanaman akan tumbuh dengan cepat

setelah tanaman berumur 4 minggu. Sistem perakaran jagung berkembang

dengan cepat pada saat tanaman berdaun 5-7 helai. Selanjutnya setelah berumur

7-9 minggu terjadi pembungaan lalu rambut tongkol muncul dan selanjutnya

penyerbukan mulai berlangsung. Umumnya tongkol jagung tumbuh dari ruas 6-8

bawah bunga jantan. Pada fase pembungaan ini biasanya akar cabang (brance

root) tumbuh dari ruas bagian bawah dekat tanah. Akar cabang ini selain

berguna untuk menunjang atau menopang tanaman agar tidak mudah rebah, juga

dapat mengabsorbsi hara tanaman (Sutoro et al., 1988).

Salah satu bahan organik yang diharapkan dapat memperbaiki sifat-sifat

tanah dan hasil tanaman adalah bokashi. Pupuk organik bokashi adalah hasil

fermentasi bahan organik dengan teknologi EM-4. Pupuk bokashi dapat

digunakan sebagai pupuk organik yang dapat meningkatkan kesuburan tanah dan

memperbaiki pertumbuhan dan hasil tanaman (Anonim, 1995).

Bokashi merupakan salah satu jenis pupuk yang dapat menggantikan

kehadiran pupuk kimia buatan untuk meningkatkan kesuburan tanah sekaligus

memperbaiki kerusakan sifat- sifat tanah akibat pemakaian pupuk anorganik

(kimia) secara berlebihan. Bokashi merupakan hasil fermentasi bahan organik dari

limbah pertanian (pupuk kandang, jerami, sampah, sekam serbuk gergaji) dengan
21

menggunakan EM-4 (Gao et al., 2012; Atikah, 2013). EM-4 (Efektif

Microorganisme-4) merupakan bakteri pengurai dari bahan organik yang

digunakan untuk proses pembuatan bokashi, yang dapat menjaga kesuburan tanah

sehingga berpeluang untuk meningkatkan dan menjaga kestabilan produksi (Tola

et al., 2007; Ruhukail, 2011).

Dalam proses pembuatan bokashi terjadi peristiwa pengomposan yang

merupakan proses perombakan bahan organik yang melibatkan mikroorganisme

dalam keadaan terkontrol (Marsono dan Lingga, 2003). Proses perombakan atau

dekomposisi bahan organik tersebut menjadi zat organik berbentuk ion tersedia

bagi tanaman mendukung ketersediaan unsur hara, baik yang makro ataupun yang

mikro. Upaya pemupukan sudah jelas mampu membantu penyediaan unsur hara

serta akan menjadi lebih efektif apabila dilaksanakan dengan pemilihan cara,

dosis, dan jenis pupuk yang tepat dan sesuai dengan kondisi tanaman.

NPK Mutiara (16:16:16) adalah pupuk dengan komposisi unsur hara yang

seimbang dan dapat larut secara perlahan-lahan sampai akhir pertumbuhan.

Jumlah kebutuhan pupuk untuk setiap daerah tidaklah sama tergantung pada

varietas tanaman, tipe lahan, agroklimat, dan teknologi usaha taninya. Oleh karena

itu, harus benar-benar memperhatikan anjuran pemupukan agar jaminan

peningkatan produksi per hektar dapat tercapai (Rukmi, 2010).

Pupuk NPK mutiara merupakan pupuk majemuk yang mengandung lebih

dari satu unsur hara kandungan unsur hara makro primer yang terdapat pada

pupuk NPK 16:16:16 yaitu: 16% unsur Nitrogen(N), 16% unsur Fospor (P), 16%

unsur Kalium (K), dan juga mengandung unsur hara makro sekunder, yaitu

Magnesium (Mg) 1,5% dan unsur hara Kalsium (Ca). Oleh sebab itu pupuk
22

majemuk mutiara disebut pupuk majemuk berimbang dan lengkap serta dapat

dipakai pada semua fase pertumbuhan dan memberikan hasil yang optimal untuk

tanaman (Anonimous, 2007).

Pemanfaat NPK (16:16:16) memberikan beberapa keuntungan,

diantaranya kandungan haranya lebih lengkap, pengaplikasiannya lebih efisien

dari segi tenaga kerjanya, sifatnya tidak higrooskopis sehingga tahan disimpan

dan tidak cepat menggumpal. Pupuk ini baik digunakan sebagai pupuk awal

maupun pupuk susulan saat tanaman memasuki fase generatif.

Menurut Lingga (2007), pupuk ini berbentuk padat mempunyai sifat

lambat larut sehingga diharapkan dapat mengurangi kehilangan hara melalui

pencucian, penguapan dan peningkatan menjadi senyawa yang tidak tersedia bagi

tanaman, warnanya kebiru-biruan dengan butiran mengkilap seperti mutiara.


23

III. BAHAN DAN METODA

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini telah dilaksanakan dikebun percobaan Fakultas Pertanian

Universitas Islam Riau, jalan Kaharuddin Nasution KM 11, NO 113, perhentian

Marpoyan, Kelurahan Air dingin, Kecamatan Bukit Raya, Kota Pekanbaru,

Pronvinsi Riau. Penilitian ini dilaksanakan selama dua bulan dimulai dari dari

bulan Oktober sampai November 2019.

B. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah 1) Benih jagung

pelangi, 2) Pupuk bokashi, 3) NPK mutiara, dan 4) Insektisida. Sedangkan alat

yang digunakan dalam praktikum ini adalah 1) Pipet, 2) Botol aqua, 3)

Penggaris, 4) Cangkul, 5) Gembor, 6) Timbangan analtik, dan 8) Meteran.

C. Rancangan Pratikum

Rancangan yang digunakan dalam praktikum ini adalan rancangan acak

lengkap (RAL) secara faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah

pupuk Bokashi (B) yang terdiri dari 2 taraf, sedangkan faktor kedua adalah NPK

(P) terdiri dari 4 taraf sehingga terdapat 16 kombinasi perlakuan yang terdiri dari

3 ulangan sehingga terdapat 48 satuan percobaan. Pada setiap satu-satuan

percobaan terdapat 4 tanaman dan 2 tanaman dijadikan sampel yang diambil

secara acak, sehingga jumlah keseluruhan tanaman adalah 192 tanaman.

Adapun faktor-fakto perlakuan tersebut yaitu :

Faktor pertama adalah Bokashi (B), terdiri dari 4 taraf perlakuan yaitu:

B0 : 0 kg/plot

B1 : 1 kg/plot
24

B2 : 2 kg/plot

B3 : 3 kg/plot

Faktor kedua adalah NPK (P), terdiri dari 4 taraf perlakuan yaitu :

P0 : 0 gr/ plot

P1 : 20 gr/ plot

P2 : 35 gr/ plot

P3 : 50 gr/ plot

Tabel kombinasi antar perlakuan Bokashi (B) dengan NPK (P) dapat

dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Kombinasi Perlakuan Bokashi dan NPK pada tanaman Jagung.


NPK (P)
Bokashi (B)
P0 P1 P2 P3
B0 B0P0 B0P1 B0P2 B0P3
B1 B1P0 B1P1 B1P2 B1P3
B2 B2P0 B2P1 B2P2 B2P3
B3 B3P0 B3P1 B3P2 B3P3
Data pengamatan dianalisis secara statistika menggunakan Analisys of

Variance (ANOVA) dengan uji F pada taraf alfa 5% . Jika perlakuan

berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji lanjutan Beda Nyata Jujur (BNJ) atau

Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf alfa 5%.

D. Pelaksanaan Praktikum

1. Persiapan Lahan

Lahan tempat praktikum terlebih dahulu di ukur sesuai kebutuhan lalu

dibersihkan dari gulma dan sisa-sisa tanaman yang masih ada dilahan.

Selanjutnya dilakukan pengolahan tanah dengan membalikkan top soil tanah

untuk mendapatkan tanah yang gembur dengan mengunakan cangkul serta garu.
25

Setelah tanah gembur maka di lakukan pembuatan plot dengan ukuran 1 × 1.2 m

dengan lebar saluran air (parit) sedalam 50 cm.

2. Pembuatan Plang Nama

Pembuatan plang nama dilakukan pada seng dengan ukuran 20 cm x 10

cm, dan kayu dengan panjang ± 40 cm yang digunakan sebagai tangkainya.

Kemudian dicat dengan cat minyak berwarna hijau. Pada plang nama ini ditulis

nama serta perlakuan kelas yang telah diberikan.

3. Pemberian Perlakuan.

Pemberian perlakuan ini terdiri dari pemberian pupuk bokashi, dan pupuk

NPK sesuai perlakuan yang dilakukan pada plot yang sudah mulai terbentuk.

Perlakuan pertama yakni pemberian bokashi yang diberikan dengan dosis sesuai

perlakuan diantaranya adalah B0: 0 kg/plot setara dengan 0 ton/Ha, B1: 1 kg/plot

setara dengan 1 ton/Ha, B2 : 2 kg/plot setara dengan 2 ton/Ha dan B3: 3

kg/plot yang setara dengan 3 ton/Ha.

Pemberian perlakuan bokashi ini dilakukan dengan cara menaburkan

bokashi diatas plot lalu diaduk secara merata pada setiap plotnya. Pemberian

perlakuan bokashi ini dilakukan pada saat seminggu sebelum tanam tanaman

budidaya. Setelah dicampur, kemudian plot tersebut harus disiram setiap hari

untuk menambah dan mengaktifkan kadar unsur hara di dalam tanah.

Perlakuan kedua yakni pemberian NPK yang diberikan dengan dosis

sesuai perlakuan diantaranya adalah P0 : 0 gr/plot, P1 : 20 gr/plot, P2 : 35 gr/

plot, P3 : 50 gr/plot. Pemberian NPK ini dilakukan pada saat tanaman 14 hst, 21

hst dan 35 hst dengan cara pemberian yakni sistem tugal.


26

4. Penanaman

Benih yang ditanam adalah benih jagung pelangi dengan jarak tanam 70 ×

40 cm, sehingga didapat 4 lubang tanam. Benih ditanam sedalam ± 1 cm dari

permukaan tanah.

5. Pemupukan

Pemupukan dilakukan sebanyak 3 kali yaitu pada 14 hst, 21 hst dan 35

hst. Pemupukan ini dilakukan dengan cara menugal tanah di sekeliling tanaman,

dengan jarak ± 10 cm dari tanaman jagung.

6. Persilangan

Persilangan tanaman jagung dilakukan saat tanaman sudah mengeluarkan

bunga jantan dan juga bunga betina. Persilangan tanaman jagung ini

menggunakan metode kantong ( tassel bag method ) dimana bunga jantan serta

bunga betina akan dibungkus menggunkan kertas minyak sebelum mekar.

7. Pemeliharaan Tanaman

a. Penyiraman

Penyiraman dilakukan dengan melihat kondisi kelembaban tanah biasanya

pada pagi dan sore hari sampai tanaman berbunga. Hal ini menyangkut

ketersediaan air bagi pertumbuhan tanaman. Penyiraman dilakukan dengan

menggunakan gembor.

b. Penyiangan

Penyiangan gulma pada plot bertujuan untuk membersihkan gulma atau

tumbuhan pengganggu yang tumbuh di atas dan di sekitar plot. Penyiangan

gulma ini juga berguna agar tidak terjadi persaingan unsur hara dan tidak

menjadi sumber hama penyakit tanaman.


27

c. Pemasangan Ajir

Pemasangan ajir ini berguna untuk membantu pengukuran tinggi tanaman

sampel. Ajir penanda yang digunakan adalah sedotan plastik. Jumlah sampel

dalam 1 plot yaitu 2 tanaman. Setelah sedotan ditancapkan, ukur dari pangkal

batang tanaman sampai 5 cm dan 10 cm, kemudian beri tanda pada sedotan

dengan menggunakan spidol. Tanda ini digunakan sebagai acuan untuk

menghitung tinggi tanaman nantinya. Pengukuran tinggi tanaman dihitung dari

sedotan yang telah ditandai sampai daun terpanjang.

d. Pembumbunan

Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan untuk

memperkokoh posisi batang agar tanaman tidak mudah rebah dan menutup akar

yang bermunculan di atas permukaan tanah karena adanya aerasi.

Pembumbunan dilakukan dengan mengeruk tanah di sekitar tanaman kemudian

ditimbun di sekitar batang tanaman jagung.

e. Penyulaman

Penyulaman dilakukan pada tanaman yang tidak tumbuh pada usia 7 hst.

Penyulaman ini dilakukan pada sore hari agar tanaman tumbuh dengan rata.

f. Pemangkasan Daun Tanaman Jagung

Daun tanaman jagung yang berada di bawah tongkol harus dipangkas

ketika tanaman jagung sudah berumur 50 hst. Dengan cara mematahkan

langsung daun jagung yang berada dibagian bawah dari buah.

g. Pemilihan Tongkol Yang Akan Dipelihara

Setiap tanaman jagung yang memiliki baby corn atau calon bakal buah

lebih dari satu harus dipanen, karena tongkol yang akan dipelihara tiap tanaman
28

hanya 1 tongkol saja. Hal ini bertujuan agar pertumbuhan hasil hanya terfokus

pada 1 tongkol saja. Tongkol yang akan dipelihara adalah tongkol yang terletak

paling atas dan tongkol paling bawah dipangkas atau dibuang.

h. Panen

Pemanen jagung baru bisa dilakukan ketika tanaman telah berumur 75 hst.

Ciri jagung siap panen bisa dilihat pada rambut jangung telah berubah warna

dari hijau ke coklat atau hitam. Pemanenan dilakukan dengan cara mematahkan

langsung jagung dari batangnya.

E. Parameter Pengamatan

a. Persentase Tumbuh Tanaman (%)

Pengamatan persentase tumbuh tanaman dilakukan dengan cara

menghitung jumlah tanaman yang tumbuh pada umur 7 hst. Data hasil

pengamatan ditampilkan dalam bentuk tabel.

b. Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang hingga ujung daun

tertinggi dengan menggunakan meteran. Tinggi tanaman jagung manis diukur

pada tanaman berumur 2 minggu, dengan interval pengukuran 1 minggu sekali

s/d tanaman berbunga 50%. Hasil pengamatan disajikan dalam bentuk tabel.

c. Umur Muncul Bunga Jantan (hst)

Umur muncul bunga jantan dihitung saat tanaman telah berbunga 50% dari

populasi per plot mengeluarkan tassel. Hasil pengamatan disajikan dalam bentuk

tabel.
29

d. Umur Muncul Bunga Betina (hst)

Umur muncul bunga betina dihitung saat 50% dari populasi per plot

mengeluarkan bunga betina. Hasil pengamatan disajikan dalam bentuk tabel.

e. Bobot Tongkol Jagung (gr)

Pengamatan bobot tongkol jagung dilakukan menggunakan timbangan

dengan cara menimbang tongkol jagung dengan klobot pada saat panen.

penimbangan dilakukan pada tongkol jagung semua tanaman sampel pada setiap

plotnya. Hasil pengamatan disajikan dalam bentuk tabel.

f. Panjang Daun Tanaman (cm)

Pengamatan panjang daun terpanjang ini dilakukan pada akhir praktikum,

dimana daun yang diukur panjangnya hanyalah daun yang berada dibawah buah.

Pengamatan panjang daun ini dilakukan dengan menggukan penggaris ataupun

meteran. Data hasil pengamatan dilakukan dalam bentuk tabel.

g. Diameter Batang

Pengamatan ini dilakukan pada akhir praktikum, dimana batang tanaman

sampel di ukur diameternya menggukan meteran. Data hasil pengamatan di

tampilkan dalam bentuk tabel.

h. Diameter Tongkol

Pengamatan ini dilakukan pada akhir praktikum, dimana buah tanaman

sampel dibersihkan dari kulit yang menempel lalu tanaman sampel di ukur

diameternya menggukan meteran. Data hasil pengamatan di tampilkan dalam

bentuk tabel.
30

i. Warna Pada Buah

Pengamatan ini dilakukan pada akhir praktikum pada buah tanaman

sampel. Pegamatan ini dilakukan dengan cara mengamati dan menghitung

jumlah warna yang terdapat pada setiap tongkol tanaman sampel. Data hasil

pengmatan disajikan dalam bentuk tabel.

j. Jumlah Masing – Masing Warna Pada Tongkol

Pengamatan ini dilakukan pada akhir praktikum pada buah tanaman

sampel. Pegamatan ini dilakukan dengan cara mengamati dan menghitung

jumlah warna yang terdapat pada setiap tongkol tanaman sampel. Data hasil

pengmatan disajikan dalam bentuk tabel.


31

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Persentase Tanaman

Pengamatan persentase tumbuh tanaman dilakukan dengan cara

menghitung jumlah tanaman yang tumbuh pada umur 7 hst. Hasil pengamatan

terhadap persentase tanaman dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Persentase Tanaman


No Sampel Persentase Tumbuh (%)
1 A1 100
2 A2 100
Jumlah 200
Rerata 100
Dari hasil tabel 2. Persentase Tanaman diatas didapatkan hasil bahwa

persentase tumbuh tanaman yang hidup yaitu 100%. Karena pada masing-

masing sampel tanaman jagung hanya terdapat satu tanaman jagung saja.

B. Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang hingga ujung daun

tertinggi dengan menggunakan meteran. Tinggi tanaman jagung manis diukur

pada tanaman berumur 2 minggu, dengan interval pengukuran 1 minggu sekali

s/d tanaman berbunga 50%. Hasil pengamatan disajikan dalam bentuk tabel 3.

Tabel 3. Tinggi Tanaman (cm)


No Sampel Tinggi Tanaman (Cm)
1 A1 194
2 A2 141
Jumlah 335
Rerata 167,5
Dari hasil tabel pengamatan 3. Tinggi Tanaman (cm) diatas didapatkan

hasil bahwa tinggi tanaman A1 lebih tinggi dibandingkan dengan tinggi tanaman

A2. Perbedaan tinggi tanaman dari 2 sampel bisa dipengaruhi oleh nutrisi yang
32

didapatkan oleh masing-masing tanaman. Karena tanaman yang mendapatkan

nutrisi cukup akan tumbuh dengan baik.

C. Umur Muncul Bunga Jantan (hst)

Umur muncul bunga jantan dihitung saat tanaman telah berbunga 50% dari

populasi per plot mengeluarkan tassel. Hasil pengamatan disajikan dalam bentuk

tabel 4.

Tabel 4. Umur Muncul Bunga Jantan (hst)


No Sampel Umur Muncul Bunga Jantan (hst)
1 A1 47
2 A2 52
Jumlah 99
Rerata 49,5
Dari hasil tabel pengamatan 4. Umur Muncul Bunga Jantan (hst) diatas

didapatkan hasil bahwa bunga jantan yang muncul pertama pada tanaman A1

yaitu 47 hst sedangkan pada tanaman A2 muncul pada 52 hst. Perbedaan muncul

bunga jantan pada tanaman A1 dan A2 berselisih 5 hari. Cepatnya muncul bunga

jantan pada suatu tanaman juga dipengaruhi oleh nutrisi yang didapatkan dari

suatu tanaman.

D. Umur Muncul Bunga Betina (hst)

Umur muncul bunga betina dihitung saat 50% dari populasi per plot

mengeluarkan bunga betina. Hasil pengamatan disajikan dalam bentuk tabel 5.

Tabel 5. Umur Muncul Bunga Betina (hst)


No Sampel Umur Muncul Bunga Betina (hst)
1 A1 49
2 A2 54
Jumlah 103
Rerata 51,5
33

Dari hasil tabel pengamatan 4. Umur Muncul Bunga Betina (hst) diatas

didapatkan hasil bahwa bunga jantan yang muncul pertama pada tanaman A1

yaitu 45 hst sedangkan pada tanaman A2 muncul pada 49 hst. Perbedaan muncul

bunga betina pada tanaman A1 dan A2 berselisih 5 hari. Cepatnya muncul bunga

betina pada suatu tanaman juga dipengaruhi oleh nutrisi yang didapatkan dari

suatu tanaman dan juga jumlah bunga betina pada tanaman tergantung berapa

tongkol yang dihasilkan dari satu tanaman.

E. Bobot Tongkol Jagung (gr)

Pengamatan bobot tongkol jagung dilakukan menggunakan timbangan

dengan cara menimbang tongkol jagung dengan klobot pada saat panen.

penimbangan dilakukan pada tongkol jagung semua tanaman sampel pada setiap

plotnya. Hasil pengamatan disajikan dalam bentuk tabel 6.

Tabel 6. Bobot Tongkol Jagung (gr)


No Sampel Bobot Tongkol Jagung (gr)
1 A1 51,1
2 A2 60,4
Jumlah 111,5
Rerata 55,75
Dari hasil tabel pengamatan 6. Bobot Tongkol Jagung (gr) diatas

didapatkan hasil bahwa bobot tongkol jagung pada 2 tanaman jagung sangat

berbeda. Bobot tongkol jagung A1 yaitu 51,1 gr sedangkan bobot tongkol jagung

A2 yaitu 60,4 gr. Besar tongkol dipengaruhi oleh pemberian pupuk pada masa

pertumbuhan. Jadi tanaman A2 dipastikan tumbuh dengan baik dan

mendapatkan nutrisi yang cukup sedangkan A1 tidak. Karena berat tongkol A2

dan A1 berselisih sekitar 9,3 gr.


34

Semakin baik pertumbuhan tanaman akan meningkatkan bobot tanaman.

Selain itu dipengaruhi juga oleh pemberian bokashi yang dapat menetralkan pH

tanah yang dibutuhkan tanaman jagung manis secara optimal sehingga bokashi

yang dibutuhkan mampu menyediakan unsur hara bagi pertumbuhan tanaman.

F. Panjang Daun Tanaman (cm)

Pengamatan panjang daun terpanjang ini dilakukan pada akhir praktikum,

dimana daun yang diukur panjangnya hanyalah daun yang berada dibawah buah.

Pengamatan panjang daun ini dilakukan dengan menggukan penggaris ataupun

meteran. Data hasil pengamatan dilakukan dalam bentuk tabel 7.

Tabel 7. Panjang Daun Tanaman (cm)


No Sampel Panjang Daun Tanaman (cm)
1 A1 86
2 A2 13
Jumlah 99
Rerata 49,5
Dari hasil tabel pengamatan 7. Panjang Daun Tanaman (cm) diatas

didapatkan hasil bahwa panjang daun tanaman yang tertinggi yaitu pada A1

dengan panjang 86 cm sedangkan panjang daun A2 yaitu 13 cm. Panjang daun

yang diukur pada pengamatan ini adalah daun yang berada dibawah buah.

G. Diameter Batang

Pengamatan ini dilakukan pada akhir praktikum, dimana batang tanaman

sampel di ukur diameternya menggukan meteran. Data hasil pengamatan di

tampilkan dalam bentuk tabel 8.


35

Tabel 8. Diameter Batang


No Sampel Diameter Batang (cm)
1 A1 6
2 A2 7,5
Jumlah 13,5
Rerata 6,75
Dari hasil tabel pengamatan 8. Diameter Batang diatas didapatkan bahwa

Diameter batang yang besar yaitu pada tanaman A2 dengan diameter batang 7,5

cm dan tanaman A1 dengan diameter batang 6 cm. Besar batang pada tanaman

dipengaruhi oleh pemupukan yang diberikan kepada suatu tanaman. Karena

tanaman yang mendapatkan diameter besar biasanya mendapatkan nutrisi unsur

hara yang cukup sehingga besar diameter batang tanamannya terlihat berisi atau

besar.

H. Diameter Tongkol

Pengamatan ini dilakukan pada akhir praktikum, dimana buah tanaman

sampel dibersihkan dari kulit yang menempel lalu tanaman sampel di ukur

diameternya menggukan meteran. Data hasil pengamatan di tampilkan dalam

bentuk tabel 9.

Tabel 9. Diameter Tongkol


No Sampel Diameter Batang (cm)
1 A1 13
2 A2 10
Jumlah 23
Rerata 11,5
Dari hasil tabel pengamatan 9. Diameter Tongkol diatas didapatkan bahwa

diameter tongkol yang besar yaitu pada tongkol tanaman A1 dengan diameter 13

cm sedangkan diameter tongkol tanaman A2 yaitu 10 cm. Untuk mendapatkan

produksi yang baik, tanaman harus diimbangi dengan pemupukan, dan


36

pemenuhan unsur hara yang baik. Apabila tanaman kekurangan unsur hara,

maka tanaman tidak dapat melakukan fungsi fisiologinya dengan baik.Oleh

karena itu, Suplai unsur hara berupa nitrogen, fosfor dan kalium yang berasal

dari pupuk memberikan peranan penting dalam pembentukan tongkol yang ada

kaitannya dengan diameter tongkol.

Fospor dapat memperbesar pembentukan buah, selain itu ketersediaan

Fospor sebagai pembentuk ATP akan menjamin ketersediaan energi bagi

pertumbuhan sehingga pembentukan asimilat dan pengangkutan ke tempat

penyimpanan dapat berjalan dengan baik. Hal ini menyebabkan tongkol yang

dihasilkan berdiameter besar.

I. Warna Pada Buah

Pengamatan ini dilakukan pada akhir praktikum pada buah tanaman

sampel. Pegamatan ini dilakukan dengan cara mengamati dan menghitung

jumlah warna yang terdapat pada setiap tongkol tanaman sampel. Data hasil

pengmatan disajikan dalam bentuk tabel 10.

Tabel 10. Warna Pada Buah

No Sampel Warna Pada Buah


1 A1 Ungu
2 A2 Kuning-Ungu
Dari tabel pengamatan 10. Warna Pada Buah diatas didapatkan hasil

bahwa terdapat dua warna pada jagung yaitu warna kuning dan ungu. Warna

yang ada pada jagung merupakan hasil dari persilangan benih kuning dan juga

benih ungu sehingga pada pembuahan didapatkan hasil warna ganda yaitu

kuning dan ungu.


37

J. Jumlah Masing – Masing Warna Pada Tongkol

Pengamatan ini dilakukan pada akhir praktikum pada buah tanaman

sampel. Pegamatan ini dilakukan dengan cara mengamati dan menghitung

jumlah warna yang terdapat pada setiap tongkol tanaman sampel. Data hasil

pengmatan disajikan dalam bentuk tabel 11.

Tabel 11. Jumlah Masing – Masing Warna Pada Tongkol


No Sampel Kuning Ungu
1 A1 - 90
2 A2 22 25
Jumlah 22 115
Rerata 11 57,5
Dari tabel pengamatan 12. Jumlah Masing – Masing Warna Pada Tongkol

didapatkan hasil bahwa bulir jagung yang banyak didapatkan yaitu pada tongkol

tanaman A1 yaitu dengan bulir kuning 0 dan ungu 90, sedangkan pada tongkol

tanaman A2 yaitu dengan bulir kuning 22 dan ungu 25. Bulir yang dihasilkan

tidak banyak seperti halnya jagung yang ditanam biasanya karna proses

penyerbukan yang dilakukan yaitu penyerbukan yang dilakukan oleh manusia

dengan dioleskan. Tentu saja penyerbukan dengan cara sepert itu tidak efisien

sehingga bulir yang dihasilkan tidak maksimal seperti jagung yang proses

penyerbukannya dilakukan dengan sendirinya yaitu bisa dengan dibawa oleh

angin maupun oleh hewan yang membawa serbuk sari tanaman.


38

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Permasalahan Jagung di Riau yaitu tidak adanya jaminan pasar yang pasti

bagi petani. Kemudian produksi jagung lebih dibutuhkan oleh industri. Sehingga

harga jagung tidak sesuai dengan harapan bagi para petani. Jagung industri yang

dibutuhkan untuk jumlah besar, tentunya akan kembali kepada masalah harga.

Ini yang menjadi keluhan, karena produksi yang besar hanya bisa dijual ke

industri.

Produksi jagung manis di Indonesia pada tahun 2013 yaitu 18.506.287 ton

mengalami penurunan sekitar 670.743 ton dibandingkan dengan produksi jagung

manis pada tahun 2012 yaitu 19.377.030 ton (Soegianto, 2014). Berdasarkan

data dari Badan Pusat Statistik pada tahun 2011, pada tahun 2008-2010 ekspor

jagung manis mengalami penurunan sebesar 17,25 % per tahun, sedangkan

impor jagung manis mengalami peningkatan sebesar 6,26 % per tahun. Hal ini

menandakan bahwa produksi jagung manis nasional belum dapat mencukupi

permintaan pasar.

Salah satu penyebab penurunan produktivitas tersebut adalah karena

selama ini penggunaan pupuk dan pestisida anorganik menjadi pilihan

utama petani dalam usaha meningkatkan produksi. Pada umumnya pupuk

yang digunakan dalam budidaya jagung manis adalah pupuk anorganik.

Pemakaian pupuk anorganik atau kimia selain dapat meningkatkan produksi

tanaman namun juga dapat merusak sifat fisik dan kimia tanah serta

menurunkan populasi mikroorganisme dalam tanah.


39

Pertumbuhan tanaman jagung manis mengalami beberapa kendala,

baik itu kendala biotik mapun kendala abiotik. Kendala biotik antara lain yaitu

gangguan gulma dan kendala abiotik antara lain cahaya, suhu, kelembaban dan

ketersediaan hara.

Kendala-kendala tersebut dapat diatasi salah satunya dengan penggunaan

mulsa. Umboh (2002) menyatakan bahwa mulsa adalah bahan atau material

yang sengaja dihamparkan di permukaan tanah atau lahan pertanian.

Selanjutnya Lakitan 1995 dalam Sri Wulandari dkk. 2013, menambahkan bahwa

mulsa berfungsi untuk mengurangi evaporasi, menurunkan suhu tanah, menahan

erosi permukaan tanah menambah sumber hara tanah dan menekan pertumbuhan

gulma.

Tanaman jagung (Zea mays L.) di Indonesia merupakan tanaman

pangan yang penting setelah padi dan terdapat hampir di seluruh kepulauan

Indonesia.Umumnya jagung sebagian besar masih digunakan sebagai bahan

pangan penduduk serta sebagai sumber minyak. Penyebaran daerah

tanaman jagung di Indonesia tidak merata karena adanya pengaruh iklim,

keadaan tanah, keadaan hama serta fluktuasi harga jagung.

Di Indonesia, jagung merupakan bahan pangan sumber karbohidrat kedua

setelah beras. Disamping sebagai bahan pangan, komoditi ini juga sebagai bahan

pakan ternak dan bahan baku industri. Menurut data yang dihimpun oleh

Biro Pusat Statistik, penggunaan jagung untuk bahan pangan menurun dari 78%

pada tahun 1975 menjadi 49% pada tahun 1985. Sebaliknya, penggunaan untuk

pakan ternak dan industri meningkat dari 15% pada tahun 1975 menjadi 38%

pada tahun 1985.


40

Mutu benih sangat menentukan produktivitas yang akan dihasilkan, selain

itu penggunaan benih bermutu juga menentukan jumlah benih yang akan dipakai

per satuan luas. Ciri-ciri benih yang baik adalah Bebas hama dan penyakit, Daya

tumbuh di atas 80%, Biji sehat, berisi dan tidak keriput serta tidak mengkilat.

Pada saat penanaman, tanah harus cukup lembab tetapi tidak becek. Jarak

antara tanaman diusahakan teratur agar ruang tumbuh tanaman seragam dan

pemeliharaan tanaman mudah. Beberapa varietas mempunyai populasi optimum

yang berbeda. Populasi optimum dari beberapa varietas yang telah beredar

dipasaran sekitar 50.000 tanaman/ha. Dengan populasi 50.000/ha, jagung dapat

ditanam dengan menggunakan jarak tanam 100 cm × 40 cm dengan dua tanaman

per lubang atau 100 cm × 25 cm dengan satu tanaman per lubang atau 75 cm ×

25 cm dengan satu tanaman per lubang. Lubang dibuat sedalam 3-5 cm

menggunakan tugal, setiap lubang diisi 2-3 biji jagung kemudian lubang ditutup

dengan tanah.

Apabila tanah yang akan ditanami tidak menjamin ketersediaan hara yang

cukup maka harus dilakukan pemupukan. Dosis pupuk yang dibutuhkan

tanaman sangat bergantung pada kesuburan tanah dan diberikan secara bertahap.

Untuk tanaman jagung anjuran dosis rata-rata adalah Urea=200-300 kg/ha,

TSP=75-100 kg/ha dan KCl=50-100 kg/ha. Pemupukan dilakukan setelah

tanaman berumur 10-15 hari dan pemupukan dilakukan dengan cara disebar.

Penyerbukan adalah jatuhnya serbuk sari ke kepala putik. Sedangkan

pembuahan adalah bergabungnya gamet jantan dan gamet betina. Kriteria

klasifikasi yang dipergunakan hanya berdasarkan tingkat penyerbkan sendiri dan

penyerbukan silang. Polonasi sendiri sudah barang tentu hanya merupakan salah
41

satu system perbanyakan tanaman dan hanya sebagai salah satu jalan dimana

populasi dapat dikawinkan. Didalam group penyerbukan silang jumlah

persilangan dari luar adalah sangat penting karena ia memepengaruhi dalam

kontaminasi stok pemuliaan. Ada perbedaan yang besar antara jumlah

persilangan dengan luar didalam species dari suatu kelompok. Jumlah

persilangan dari varietas yang diberikan juga dipengaruhi oleh keadaan

lingkungan yang berubah (Allard, 1998). Terjadinya penyerbukan silang

disebabkan oleh Gangguan mekanis terhadap penyerbukan sendiri, Perbedaan

periode matang serbuk sari dan kepala putik, Sterilitas dan inkompabilitas,

Adanya bunga monocious dan diocious.

Metode pemuliaan tanaman menyerbuk silang sedikit berbeda dengan

tanaman menyerbuk sendiri karena pada tanaman menyerbuk silang, dalam

populasi alami terdapat individu-individu yang secara genetik heterozigot untuk

kebanyakan lokus. Secara genotipe juga berbeda dari satu individu ke individu

lainnya, sehingga keragaman genetik dalam populasi sangat besar. Fenomena

lain yang dimanfaatkan dalam tanaman menyerbuk silang adalah ketegaran

hibrida atau heterosis. Heterosis didefinisikan sebagai meningkatnya ketegaran

(vigor) dan besaran F1 melebihi kedua tetuanya. Sebaliknya bila diserbuk sendiri

akan terjadi tekanan inbreeding. Beberapa metode yang populer pada tanaman

menyerbuk silang misalnya pembentukan varietas hibrida, seleksi massa.

B. Saran

Diharapkan pada praktikum selanjutnya para pembimbing lebih

memberikan informasi yang tepat dan jelas tentang budidaya tanaman jagung

agar hasil praktikum maksimum.dan dianjurkan menggunakan pupuk sesuai


42

dengan dosis yang dianjurkan sehingga untuk produksi tanaman jagung ini akan

semakin bagus/baik dan produksinya juga tinggi. Penyiraman harus dilakukan

setiap hari agar tanamannya tidak kering dan daunnya tidak menguning.
43

DAFTAR PUSTAKA

Allard, R.W. 1998. Principles of Plant Breeding. Wiley, J and Sons, Inc.
University of California. New York.

Anonim. 2010. Pengeringan Bahan Pangan.


http://web.ipb.ac.id/~tepfteta/elearning/media/
Teknik_Pengolahan_Pangan/bab8.php. Diunduh pada tanggal 27 Desember
2019 pukul 19.10 WIB.

Barnito, N. 2009. Budidaya Tanaman Jagung. Suka Abadi. Yogyakata. 96 hlm.

BPS, 2017. Produksi Jagung Menurut Provinsi (ton), 1993-2015.


https://www.bps.go. id/linkTableDinamis/view/id/868. Diakses pada 27
desember 2019.

Danarti, S. Najiyati. 1999. Palawija Budidaya dan analaisis pascapanen. Penebar


Swadaya. Bogor.

Hamdani, J. S. 2008. Hasil dan Kualitas Hasil Mentimun dengan Aplikasi Pupuk
n-coated dan Pupuk organik cair. Jurnal . Agrivigor

Lakitan, B. 1993. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja Grafindo Persada.


Jakarta. 205 hal.

Lingga, P. Dan Marsono, 2007. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Edisi Revisi


Penebar Swadaya, Jakarta. Hal : 89.

Muhadjir, F. 1988. Karakteristik Tanaman Jagung. In: Subandi, M. Syam dan


A.Widjono (Eds.) Jagung. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
Bogor, p: 33-48.

Paramita, W.S. 2014. Keragaman dan Heritabilitas 10 Genotip pada Cabai Besar
(Capsicum annum L.). Produksi Tanaman. 2 (4) : 301-307.

Purwono, dan R. Hartono. 2011. Bertanam Jagung Unggul. Penerbar Swadaya


Jakarta

Ruhukai NL. 2011. Pengaruh penggunaan EM4 yang dikulturkan pada bokashi
dan pupuk anorganik terhadap produksi tanaman kacang tanah (Arachis
hypogaea L.) di Kampung Wanggar Kabupaten Nabire. Jurnal Agroforestri.
VI(2):114-120.

Rukmana, R., 2009. Usaha Tani Jagung. Kanisius. Jakarta.

Rukmi. 2010. Pengaruh Pemupukan kalium dan fospat terhadap pertumbuhan


dan hasi kedelai. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Muria, Kudus.
44

S. Ketaren. (1986). Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan, Jakarta :


UIPress.

Sabiham, S., G. Supardi, dan S. Djokodudardjo. 1989. Pupuk dan Pemupukan.


Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor

Subekti, Nuning Argo, dkk. 2012. Morfologi Tanaman dan Fase Pertumbuhan
Jagung. Maros : Balai Penelitian Tanaman Serealia

Suprapto Dan Marzuki, 2005. Respon Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman


Jagung (Zea Mays Saccharata Sturt)

Syukur, M dan Azis Rifianto. 2013. Jagung Manis. Penebar Swadaya : Jakarta.

Syukur, M dan R. Yunianti. 2009. Teknik Pemuliaan Tanaman. Bagian Genetika


dan Pemuliaan Tanaman. Departemen Agronomi dan Hortikultura. IPB.
Bogor.

Tim Karya Tani Mandiri, 2010. Pedoman Bertanam Jagung. Nuansa Aulia,
Bandung.

Umboh, A. H. 2002. Petunjuk Penggunaan Mulsa. Penebar Swadaya. Jakarta. 45


hal.

Vaughan, C. E., & Moore, R. P. 1970. Proc. Assoc. off. Seed. Tetrazolium
Evaluation Of The Nature.
45

LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Praktikum Tahun 2019

No Jadwal Kegiatan Bulan / Tahun


Juli 2019 Agustus September Oktober November Desember
2019 2019 2019 2019 2019
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pembukaan Lahan/
Pembersihan Lahan
2 a. Pengolahan Tanah
b. Pembuatan Plot
c. Pemberian Jarak tanam
d. Pemupukan Dasar
3 a. Sanitasi Gulma
b. Pemupukan NPK
Pertama
c. Pemupukan NPK
kedua
4 a. Menghitung Parameter
b. Sanitasi Gulma,
46

Parameter tanaman,
pemupukan NPK
c. Sanitasi Gulma dan
Parameter Tanaman

d. Sanitasi Gulma,
Pembungkusan Bunga
Jantan, Bunga Betina,
dan Penyerbukan
Jagung
5 a. Sanitasi Gulma
b. Sanitasi Gulma,
Penyemprotan
Insektisida Curacron
c. Sanitasi Gulma,
Pemupukan NPK
6 Panen Jagung, Mengukur
Parameter Jagung
47

Lampiran 2. Deskripsi Tanaman

Asal : Amerika

Bentuk tanaman : Bulat pada bagian batang, morfologi seperti tebu

Bentuk batang : Berisi,seperti batang tebu

Warna batang : Hijau, ungu, kecoklatan

Diameter batang : 8-10 cm

Bentuk daun : Menyirip

Warna daun : Hijau tua

Panjang tangkai daun : 70-80 cm

Diameter daun : 10 cm

Warna bunga : Kuning cerah

Umur panen : 120 hari

Bentuk buah : Bulat, Mengucum, di bagian ujung

Diameter tongkol : 10-15 cm

Bentuk biji : Oval kecil

Rasa : Tawar

Berat tongkol : 220-300 gr

Sumber : Saprianto, 2013


48

Lampiran 3. Layout Lapangan Praktikum

B0P0A B2P2A B3P0A B2P1B B3P1B B0P0C


b
b
B0P1A B2P3A B3P1A B2P2B B2P2B B0P1C
b

B0P2A B1P1A B3P2A B0P0A B3P2B B1P1B

B0P3A B1P1A B2P3A B0P0B B2P3B B3P2C

B2P2A B1P2A P1B1B B0P3B B2P3B B2P2C

B2P1A B1P3A B0P1B B2P3B B1P3B B2P2C


49

Lampiran 4. Dokumentasi Pratikum


50
51
52

Lampiran 5. Biodata Penulis

Dilfi Awalia Lahir di Pekanbaru, 08 Januari 2000

Provinsi Riau. Saya merupakan anak pertama dari

berlima saudara. Dan saya memulai Sekolah Dasar di

SD Negeri 017 pada tahun 2006 dan tamat tahun

2012 dan melanjutkan jenjang SMP di SMP Negeri

23 Pekanbaru dan tamat pada tahun 2015 dan

melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi di SMK

Negeri Pertanian Provinsi Riau dan Lulus pada tahun 2018 dan saya melanjutkan

akademis saya dengan kuliah di Universitas Islam Riau Fakultas Pertanian dan

mengambil jurusan Agroteknologi. Sekarang, saya masih semester 3, dan saya

ingin meraih cita-cita saya dengan gelar Sarjana Pertanian di Universitas Islam

Riau.

Anda mungkin juga menyukai