Anda di halaman 1dari 19

PENGARUH MACAM PUPUK NPK DAN MACAM VARIETAS

TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN


TERONG UNGU (Solanum melongena L.)

Disusun oleh :

Ardianti Pramesti Istiqomah


1625010037

Program Studi Agroteknologi


Fakultas Pertanian
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Tahun 2019/2020
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.
Terong (Solanum melongena L.) merupakan salah satu komoditas
hortikultura yang mempunyai sifat mudah rusak (perishable). Buah terong
(biasa) mengandung vitamin A (4,78%), kandungan vitamin C (12,8%), kadar
abu (5,8%), karbohidrat (28,7%), protein (34,8%), air (86,1%), zat besi (6,8%)
dan kalsium (70,2%). Pada buah terong ungu kandungan terong ungu memiliki
vitamin A (4,8%), kandungan vitamin C (13,1%), kadar abu (3,9%),
karbohidrat (28,7%), kandungan protein (34,8%), air (81,6%), zat besi
(12,5%), dan kandungan kalsiumnya (75%) (Rukmana,1999).
Produk hortikultura ini setiap hari selalu dibutuhkan oleh masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi bagi tubuh. Terong ungu mempunyai nilai ekonomis
yang cukup tinggi. Terong ungu bisa menjadi produk yang mahal karena jumlah
produksi yang lebih sedikit dari jumlah permintaan. Hal ini berdasarkan
pernyataan Herlambang (2002), kepulauan riau tanaman sayuran sangat banyak
dikonsumsi masyarakat bagi kalangan atas maupun kalangan bawah, untuk masa
yang akan datang, didaerah ini akan diunggulkan diantaranya :1) Bayam, 2)
Kangkung, 3) Ketimun, 4) Seledri, 5) Terong ungu
6) Terong biasa. 7) Kacang panjang. Maka pemerintah propinsi riau akan
menerapkan pertanian berkelanjutan dalam membudidayakan tanaman
sayuran (Djojosoewardhono, 2002).
Untuk mendapatkan potensi hasil terong ungu yang diharapkan
dilakukan dengan meningkatkan teknik budidaya yang benar, pengelolaan
lingkungan dan pemilihan bahan tanaman yang berkualitas. Selain tersebut
diatas salah satu faktor dalam pembudidayaan yang penting adalah pengadaan
bibit secara tepat yang berguna untuk menjaga stabilitas produksi.
Penggunaan bibit yang berkualitas akan menghasilkan tanaman yang sehat
dan mampu berproduksi secara maksimal (Sunarjono, 2008).
Terong ungu memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan
terong lainnya. Beberapa keunggulannya antara lain memiliki rasa yang lebih
9

manis, kualitas hasilnya tinggi, unggul dalam produksi, tahan terhadap serangan
hama dan penyakit tertentu (Anonim, 2008). Varietas mega ungu, valerie dan
mustang merupakan terong ungu yang unggul dibandingkan dengan varietas
lainnya, maka penelitian perlu diarahkan untuk meningkatkan hasil dan kualitas
terong ungu dengan menanam varietas-varietas unggulnya.
Kemampuan terong ungu untuk dapat menghasilkan buah sangat
tergantung pada interaksi antara pertumbuhan tanaman dan kondisi
lingkungannya. Faktor lain yang juga menyebabkan produksi terong ungu
rendah adalah budidayanya yang belum tepat sehingga diharapkan dapat
meningkatkan hasil dan kualitas terong ungu (Anonim, 2008). Mega ungu,
valerie dan mustang merupakan varietas terong ungu yang unggul
dibandingkan dengan varietas lainnya, maka penelitian perlu diarahkan untuk
meningkatkan hasil dan kualitas terong ungu dengan menanam varietas-
varietas unggulnya..
Kelompok terong ungu yang banyak dipasarkan adalah kultivar mustang
dan kultivar mega ungu yang memiliki mutu baik dengan harga yang lebih
tinggi dibanding terong biasa. Harga terong biasa hanya berkisar Rp.
10.000/kg, sedangkan terong ungu dapat mencapai Rp. 12.000/kg (Hastuti,
2007). Hal ini menunjukkan bahwa komoditas terong ungu dari kultivar
unggul sangat menguntungkan untuk dibudidayakan petani.
Kesuburan tanah merupakan kemampuan atau kapasitas tanah untuk
menyediakan unsur hara dalam jumlah cukup untuk mendukung pertumbuhan
dan perkembangbiakan tanaman (Sutanto, 1998). Tercukupinya semua
kebutuhan unsur hara tanaman akan menjamin pertumbuhan tanaman yang
baik dan akan memberikan hasil yang maksimal (Rosmarkam dan Yuwono,
2002). Kekurangan salah satu unsur hara dapat mengganggu pertumbuhan
tanaman. Unsur esensial seperti nitrogen (N), pospat (P), dan kalium (K)
dibutuhkan tanaman terong dalam jumlah yang cukup banyak. Apabila
ketersediaan unsur-unsur tersebut terbatas, maka perlu ditambahkan melalui
pemupukan.
10

Pemupukan yang dilakukan petani umumnya masih kurang tepat,


dimana pupuk belum digunakan secara rasional sesuai dengan kebutuhan
tanaman dan kemampuan tanah untuk menyediakan unsur hara. Pemupukan
belum didasarkan atas hasil uji tanah, sehingga akan memberikan dampak
yang kurang menguntungkan bagi sifat tanah dan lingkungan secara
keseluruhan (Sabiham, 1996).
Pupuk anorganik atau pupuk buatan adalah jenis pupuk yang dibuat oleh
pabrik dengan cara meramu berbagai bahan kimia sehingga memiliki
persentase kandungan hara yang tinggi dan berimbang (Novizan, 2002). Salah
satu jenis pupuk anorganik adalah pupuk NPK. Setiap jenis pupuk NPK
tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing sehingga
diperlukan informasi mengenai jenis pupuk yang paling sesuai untuk
memenuhi kebutuhan tanaman terong ungu.
Seiring dengan kebijaksanaan pintu terbuka dari pemerintah terhadap
peredaran berbagai jenis pupuk alternatif, maka pada saat ini telah beredar
berbagai macam produk pupuk. Mengingat pupuk alternatif yang beredar (baik
yang terdaftar maupun yang belum terdaftar) jumlah maupun jenisnya sangat
beragam, maka perlu dilakukan pengujian mengenai kualitas dan efektivitas
pupuk alternatif tersebut. Dengan demikian pupuk yang digunakan adalah
pupuk yang telah diketahui kualitas dan kegunaannya dalam meningkatkan
produktivitas pertanian.

B. Perumusan Masalah.
a. Pengaruh pupuk mana yang memiliki kualitas pertumbuhan dan hasil
tanaman terong ungu?
b. Pengaruh varietas yang memiliki kualitas terbaik terhadap hasil tanaman
terong ungu?
c. Bagaimana interaksi antara macam pupuk NPK dan macam varietas
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman terong ungu?
11

C. Tujuan Penelitian.

Pemanfaatan pupuk NPK dan macam varietas dalam penelitian ini maka
akan mendapatkan tujuan penelitian yang berupa: Mendapatkan macam pupuk
mana yang memiliki kualitas dan hasil tanaman terong ungu. Mendapatkan
macam varietas yang memiliki kualitas terbaik terhadap hasil terong ungu. Selain
itu juga mendapatkan interaksi antara macam pupuk NPK dan macam varietas
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman terong ungu.

D. Manfaat Penelitian.
Melalui penelitian ini akan diketahui bagaimana pengaruh macam pupuk
NPK terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman terong ungu serta bagaimana
pengaruh macam varietas terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman terong
ungu. Selain itu, akan diketahui juga apakah terdapat interaksi antara macam
pupuk NPK dan macam varietas terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman
terong ungu.

E. Hipotesis.
Diduga hasil tertinggi pada kombinasi perlakuan macam pupuk phonska
dengan varietas valerie, sehingga mampu memberikan pengaruh terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman terong ungu..
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Tanaman Terong Ungu.

1. Taksonomi tanaman terong ungu.


Dalam tata nama (sistematika) tumbuhan tanaman terong
diklasifikasikan sebagai berikut :
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Kelas : Dycotiledoneae
Ordo : Tubiflorae
Famili : Solanaceae
Spesies : Solanum melongena L.
(Rukmana, 1994).
2. Morfologi tanaman terong ungu.
Terong termasuk tanaman semusim yang berbentuk perdu.
Batangnya rendah (pendek), berkayu dan bercabang. Tinggi tanaman
bervariasi antara 50-150 cm, tergantung dari jenis ataupun varietasnya.
Permukaan kulit batang, cabang ataupun daun tertutup oleh bulu-bulu
halus. Daunnya berbentuk bulat panjang dengan pangkal dan ujungnya
sempit, namun bagian tengahnya lebar, letak daun berselang-seling dan
bertangkai pendek (Rukmana, 1994).
Batang tanaman terong dibedakan menjadi dua macam, yaitu batang
utama (batang primer) dan percabangan (cabang sekunder). Batang utama
merupakan penyangga berdirinya tanaman, sedangkan percabangan
merupakan bagian tanaman yang mengeluarkan bunga. Bentuk percabangan
tanaman terong hampir sama dengan percabangan cabai hot beauty yaitu
menggarpu (dikotom), letaknya agak tidak beraturan. Percabangan yang
dipelihara yaitu cabang penghasil buah (cabang produksi). Batang utama
bentuknya persegi (angularis), sewaktu muda

5
6

berwarna ungu kehijauan, setelah dewasa menjadi ungu kehitaman. Daun-


daun muda berwarna hijau tua, sedangkan yang telah tua berwarna ungu
kemerahan (Imdad dan Nawangsih, 1999).
Menurut Imdad dan Nawangsih (1999) bunga terong merupakan
bunga banci atau lebih dikenal dengan bunga berkelamin dua. Dalam satu
bunga terdapat alat kelamin jantan (benang sari) dan alat kelamin betina
(putik). Bunga ini juga dinamakan bunga sempurna atau bunga lengkap,
karena perhiasan bunganya terdiri dari kelopak bunga (calyx), mahkota
bunga (corolla) dan tangkai bunga. Pada saat bunga mekar, bunga
mempunyai diameter rata-rata 2-3 centimeter dan letaknya menggantung.
Mahkota bunga berwarna ungu cerah, jumlahnya 5-8 buah, tersusun rapi
membentuk bangun bintang. Bunga terong bentuknya mirip bintang
berwarna biru atau lembayung cerah sampai warna yang lebih gelap.
Bunga terong tidak mekar secara serempak dan penyerbukan bunga dapat
berlangsung secara silang ataupun menyerbuk sendiri.
Buah terong merupakan buah sejati tunggal dan tidak akan pecah
bila buah telah masak. Kulit buah luar berupa lapisan tipis berwarna ungu
hingga ungu gelap yang mengkilap. Daging buah tebal, lunak dan berair,
bagian ini enak dimakan. Biji-biji terdapat dalam daging buah. Buah
menggantung di ketiak daun. Bentuk yang dikenal seperti panjang
silindris, panjang lonjong, lonjong (oval), bulat lebar dan bulat. Karena
bentuk buah berlainan maka ukuran berat buah juga sangat berbeda-beda
dan berlainan pula, rata-rata 125 gram (Imdad dan Nawangsih, 1999).
Menurut Rukmana (1994), buah menghasilkan biji yang ukurannya
kecil-kecil berbentuk pipih dan berwarna cokelat muda. Biji in`i
merupakan alat reproduksi atau perbanyakan tanaman secara generatif.

3. Syarat tumbuh tanaman terong ungu.


Tanaman terong dapat tumbuh dan berproduksi baik di dataran
rendah sampai dataran tinggi sekitar 1.000 meter di atas permukaan laut
(dpl). Selama pertumbuhannya, terong menghendaki keadaan suhu udara
7

18-25 ˚C, cuaca panas dan iklimnya kering, sehingga cocok ditanam pada
musim kemarau. Pada keadaan cuaca panas akan merangsang dan
mempercepat proses pembungaan dan pembuahan (Rukmana, 1994).
Temperatur berperan dalam menentukan masa berbunga terong dan
mempengaruhi pertumbuhan tanaman secara keseluruhan. Pada
temperatur lingkungan yang rendah tanaman akan berkembang lambat.
Pada fase lingkungan optimum tanaman akan memperlihatkan
pertumbuhan yang normal. Di daerah yang lingkungan tumbuhnya
memiliki intensitas cahaya matahari tinggi tanaman akan cepat berbunga
dan buah cepat masak, akibatnya umur tanaman menjadi lebih pendek.
Tanaman terong yang mengalami kekeringan, buahnya keriput dan cepat
masak sebelum waktunya. Selain suhu dan kelembaban, intensitas cahaya
banyak berperan di dalam menentukan kualitas buah terong. Dalam batas
normal intensitas cahaya akan memberikan pengaruh yang baik terutama
pada pembentukan warna buah.
Suhu berperan dalam menentukan masa berbunga dan mempengaruhi
tanaman secara keseluruhan. Pada lingkungan yang rendah, tanaman
berkembang lambat. Demikian pula, fase pembentukan buah dan masa
panennya berjalan lambat. Pada lingkungan optimum, tanaman akan
menunjukkan pertumbuhan yang normal. Organ-organ tanamanpun akan
berkembang normal. Di daerah yang lingkungan tumbuhnya bersuhu rata-rata
tinggi, tanaman akan lebih cepat berbunga dan buah menjadi pendek. Suhu
yang dikehendaki berkisar 18-25 ˚C ( Sunarjono, 2008).
Tanah merupakan media yang paling banyak tersedia. Tanah yang
digunakan hendaknya tanah dari lapisan atas. Tanah tersebut mengandung
bahan-bahan organik dan unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman.
Tanah latosol merupakan jenis tanah yang baik untuk budidaya tanaman
terong ungu karena memiliki struktur tanah yang berlempung dan berpasir,
subur dan kaya akan bahan organik, serta memiliki sistem drainase dan
aerasi yang baik.
8

B. Kebutuhan Unsur Hara.

Tanah latosol bertekstur pasir sangat mudah diolah. Tanah jenis ini
memiliki aerasi (ketersediaan rongga udara) dan drainase yang baik. Namun,
tekstur pasir memiliki luas permukaan kumulatif yang relatif kecil sehingga
kemampuan menyimpan airnya sangat rendah dan tanahnya lebih cepat
kering. Kemampuan menyerap unsur hara juga sangat rendah.
Pemupukan merupakan salah satu usaha memberikan bahan
tertentu pada tanah dengan tujuan untuk memperbaiki kesuburan tanah,
menambah unsur hara yang kurang dalam tanah agar tanaman dapat
tumbuh dengan baik (Siswandi, 2006).
1. Nitrogen.
Nitrogen merupakan unsur hara yang pokok bagi tanaman sebagai
satuan fundamental dalam protein dan asam nukleat, khlorofil dan senyawa
organik lainnya. Protein merupakan penyusun utama protoplasma yang
berfungsi sebagai bahan penting berbagai enzim yang berperan dalam proses
metabolisme tanaman (Buckman dan Brady, 1982).
Nitrogen berperan dalam mendukung pertumbuhan vegetatif
yang lebat dan warna hijau daun yang gelap (Boswell et al., 1985).
Selanjutnya Buckman dan Brady (1982) menyatakan bahwa nitrogen
memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman. Mula-mula
meningkatkan pertumbuhan vegetatif dan memberikan warna hijau pada
daun. Sutejo (2002) mengemukakan perkembangbiakan mikroorganisme
tanah dapat ditingkatkan dengan pemberian N pada suatu tanah. Jumlah
nitrogen di atmosfer sekitar 80% N atas dasar volume. Walaupun N
melimpah namun tidak dapat langsung bisa dimanfaatkan oleh tanaman.

.
9

2.Fosfor.
Fosfor merupakan unsur hara yang mutlak diperlukan dalam
pertumbuhan tanaman yang berfungsi dalam pembelahan sel,
pembentukan lemak serta albumin, pembungaan, pembentukan buah,
pembuahan juga ketahanan terhadap penyakit tertentu (Buckman dan
Brady, 1982). Di dalam tanah P dapat mempercepat pertumbuhan akar
semai dan bersifat sebagai zat pembangun yang terikat dalam senyawa-
senyawa organis sehingga P dapat digunakan tanaman dalam jumlah yang
banyak (Sutejo, 2002).
Kekurangan fosfat pada tanaman mengakibatkan pertumbuhan
yang terhambat karena terjadi gangguan pada pembelahan sel tanaman.
Daun tanaman menjadi hijau tua yang kemudian berubah menjadi ungu,
terjadi juga pada batang dan cabang tanaman (Roesmarkoem dan Yuwono,
2002). Selain itu Buckman dan Brady (1982) menyatakan kekurangan
unsur P dapat menekan penyerapan hara lain. Tanaman terong yang
kekurangan unsur P akan menunjukkan gejala warna daun menjadi
kemerah-merahan terutama pada tepi daun dan pada ujung daun muda
dijumpai nekrosis (Rukmana, 1994).
Kemampuan tanah dalam menyerap P lebih cenderung
disebabkan perbedaan jumlah dan komponen tanah penyerap. Penelitian
komponen tanah penyerap sudah banyak, tetapi belum memuaskan
terutama pengaruh beberapa faktor berperan dalam proses pelepasan P.
Demikian banyak upaya yang telah dilakukan dalam pelepasan unsur P.
Pemberian pupuk P kurang efektif diberikan pada kacang tanah.
Pemupukan 50 kg/ha hanya dapat meningkatkan hasil polong kacang
sebanyak 10% daripada yang tanpa pupuk P, dan bila dosisnya ditingkatkan
menjadi 100 kg/ha maka akan menurunkan hasil. Pemupukan 50 kg/ha
meningkatkan serapan hara yang lain (Ispandi dan Munip, 2004).
Menurut Barus (2005) bahwa pada status unsur hara P tinggi,
serapan hara juga meningkat dengan penambahan pupuk. Namun rata-rata
serapannya lebih rendah bila dibandingkan status P rendah dan sedang.
10

Hal ini disebabkan pada status unsur P tinggi, tetapi tanah sudah jenuh P
sehingga penambahan P tidak lagi direspon tanaman. Pada P sedang,
penambahan pupuk juga meningkatkan serapan hara P sampai dosis
200kg/ha, namun peningkatan yang jelas terlihat sampai dosis 100kg/ha
yang menyerap P sebesar 73,1 mg/tanaman.
3. Kalium.
Kalium merupakan unsur hara yang sangat penting untuk
pembentukan pati dan translokasi gula, penting juga untuk perkembangan
khlorofil. Kalium juga dapat memperbaiki sistem perakaran, juga
cenderung menghalangi efek rebah (lodging) dan melawan efek buruk dari
kelebihan nitrogen (Buckman dan Brady, 1982).
Kekahatan K parah mengakibatkan pertumbuhan kerdil dengan
gejala kekahatan nampak pada daun sebagian besar tanaman menjadi
nekrotik sepanjang tepi-tepinya pada pucuk daunnya, sedangkan pada
bagian tengah daun tetap hijau. Kekahatan parah sering terjadi pada daun-
daun yang lebih tua (Barber et al., 1985). Tanaman terong yang
kekurangan K menunjukkan gejala warna oranye sepanjang tepi daun tua
dan sebelum gugur daun berubah warnanya menjadi oranye (Rukmana,
1994).

C. Pupuk NPK
Pupuk NPK merupakan pupuk anorganik majemuk yang
mengandung 3 unsur yaitu N, P dan K (Sutejo, 2002). Pupuk NPK sering
digunakan dalam pertanian sebab memberikan keuntungan dalam hal
penghematan tenaga kerja dan waktu mencapai 50% (Reinsema, 1993).
Jumlah/dosis pupuk yang diberikan pada tanaman terong sangat erat
hubunganya dengan intensitas penyinaran matahari. Pada tempat yang
intensitas radiasi mataharinya tinggi tanaman terong membutuhkan pupuk
yang banyak, terutama pupuk yang mengandung unsur nitrogen. Untuk masa
pertumbuhan dan produksi yang terpenting bagi terong adalah unsur N dan K
(Rukmana, 1994). Menurut Sunarjono (2008) Pemupukan pada
11

tanaman terong disesuaikan dengan umur bibit bedeng pembibitan yang


bebeda tiap bulannya, sedang Rukmana (1994) menyatakan dosis pupuk
NPK yang diberikan pada pemupukan pembibitan adalah 5 gram/polibag.
Menurut Crisinsky dan Schuten (1984) pemupukan N dengan
dosis 242 kg/ha dapat meningkatkan hasil dan buah tomat. Unsur P banyak
berpengaruh pada pembungaan dan perkembangannya. Penggunaan pupuk
unsur K menurut Chutberson (1966) meningkatkan kandungan gula,
kandungan vitamin C, kandungan asam total serta menambah jumlah buah
yang dipanen.
Pupuk NPK yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk
NPK Multi NPK yang memiliki perbandingan unsur hara unsur N : P : K
antara 13% : 2 % : 44%, sedangkan pada pupuk NPK yang produk phonska
adalah antara 15% : 15% : 15 %, pada pupuk NPK produk mutiara yaitu
perbandinganya antara 16% : 16% ; 16%. Pupuk tersebut yang digunakan
sebagai pupuk alternatif karena sudah banyak beredar di lapangan, terdapat
di kios-kios pertanian dan banyak petani yang sudah menggunakannya
untuk berbagai macam tanaman antara lain tanaman pangan dan kini di
mulai pada tanaman jenis sayur-sayuran.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pupuk alternatif mutiara
dan phonska dan setaranya dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif
pada terong dibandingkan dengan pupuk parsial, karena pupuk NPK
rekomendasi. Pengaruh pupuk NPK terhadap tinggi tanaman lebih baik
dibandingkan dengan pupuk setaranya, sedangkan terhadap diameter
batang tidak ada perbedaan pengaruh antara pupuk NPK dengan setaranya.
(Krismawati dan Firmansyah, 2005).
Menurut Suwalan et al., (2002) melaporkan bahwa penggunaan
pupuk NPK phonska sebagai pupuk alternatif pada tanaman padi di garut
(jawa barat) dapat meningkatkan jumlah malai/rumpun pada padi sawah
umur 55 HST dan 110 HST, masing-masing sebesar 66,7% sampai 37,5%
serta meningkatkan hasil panen sebesar 40,29% yaitu dari 4,07 ton/ha
menjadi 5,71 ton/ha.
12

Hampir 99% N diserap oleh akar dengan aliran massa dan


selebihnya dengan serapan langsung. Hampir 91% P diserap secara difusi
dan selebihnya dilakukan dengan serapan langsung. Hampir 78% K
diserap secara difusi dan 20% secara aliran massa. Sekitar 71% Ca diserap
dengan aliran massa dan selebihnya secara langsung 95%. S diserap
melalui aliran massa dan selebihnya secara lansung (Donahue, et al.,
1971).
.
III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian.


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus
2009 di Lab. rumah kaca, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret,
Surakarta. Yang memiliki ketinggian tempat 95 meter dpl.

B. Bahan dan Alat.


Bahan penelitian yang digunakan adalah benih tanaman terong
ungu (Varietas Valerie, Mustang dan Mega ungu), tanah Latosol, Pestisida
Fenval dan Curacron 500 EC dan pupuk NPK (Multi-NPK, Phonska,
Mutiara).
Alat yang digunakan adalah polibag kecil, polibag besar,
handsprayer, cethok, penggaris, ember, gembor, kertas buram, kertas
label, plastik, oven, timbangan analitik, dan alat tulis.

C. Cara Kerja Penelitian.


1. Rancangan Penelitian.
Penelitian ini disusun secara faktorial dengan dasar Rancangan
Acak Lengkap (RAL), terdiri dua faktor perlakuan, yaitu :
a. Faktor pertama adalah macam pupuk NPK majemuk, terdiri tiga
taraf, yaitu:
M1 = Pupuk multi-NPK (13: 2: 44).
M2 = Pupuk phonska (15: 15: 15).
M3 = Pupuk mutiara (16:16:16).
Pemberian pupuk sesuai dengan dosis label kemasan (dosis anjuran).
b. Faktor kedua adalah macam varietas, terdiri tiga taraf,
yaitu:
V1 = Varietas valerie 60 ton/hektar
V2 = Varietas mustang 50 ton/hektar.
V3 = Varietas mega ungu 50 ton/hektar.

13
14

Dengan demikian, terdapat sembilan kombinasi perlakuan, yaitu:


M1VI = Pupuk multi NPK dengan varietas valerie.
M1V2 = Pupuk multi NPK dengan varietas mustang.
M1V3 = Pupuk multi NPK dengan varietas mega ungu.
M2VI = Pupuk phonska dengan varietas valerie.
M2V2 = Pupuk phonska dengan varietas mustang.
M2V3 = Pupuk phonska dengan varietas mega ungu.
M3VI = Pupuk mutiara dengan varietas valerie.
M3V2 = Pupuk mutiara dengan varietas mustang.
M3V3 = Pupuk mutiara dengan varietas mega ungu.
Masing-masing kombinasi perlakuan diulang sebanyak tiga kali,
setiap ulangan terdiri dari 3 tanaman.
2. Pelaksanaan Penelitian.
a. Persiapan bahan tanam (persemaian).
Bahan tanam berupa benih tanaman terong ungu. Benih terong
ungu dari masing-masing varietas disemaikan pada polibag kecil yang
berisi media semai tanah latosol campuran sekam bakar 1 : 1.
b. Persiapan media tanam.
Tanah ditumbuk dan diayak, sehingga didapatkan tanah dengan
kondisi ukuran yang seragam. Untuk mendapatkan media tanam, tanah
yang ditumbuk tersebut langsung dimasukkan ke dalam polibag
sebanyak 3,72 kg/polibag, kemudian disiram dengan air supaya
lembab.
c. Penanaman.
Benih tanaman terong ungu ditanam terlebih dahulu di polibag yang
ukuran kecil. Apabila sudah muncul helai daun sekitar 3-5 daun,
pemindahan benih sekitar 28 HST. Benih dipilih yang seragam dan yang
sehat, kemudian diganti dengan ukuran polibag yang lebih besar. Setelah
itu, media tanam disiram dengan air sampai kondisi jenuh air. Ukuran
polibag yang digunakan adalah ukuran 40cmx40cm.
15

d. Penyiraman.
Penyiraman dilakukan dengan pemberian air diberikan setiap
hari. Dengan kondisi air sampai jenuh (± 480cc) dilakukan pada sore
hari agar tanaman tetap tercukupi kebutuhan airnya dan media tetap
terjaga dari kelembaban.
e. Pemupukan.
Perlakuan pemupukan dilakukan setelah 7 HST sebagai pupuk
dasar. Pemberian pupuk NPK sesuai dengan dosis masing-masing
produk yang tertera pada label kemasan. Pemberian pupuk dilakukan
dengan cara disebar secara merata di atas media tanam kemudian
ditutup tipis (dibenam) dengan media tanam tersebut.
f. Pengendalian hama, penyakit dan gulma.
Pengendalian hama, penyakit pada tanaman terong ungu
dilakukan secara kimiawi dengan menggunakan pestisida Fenval dan
Curacron 500 EC. Pemberian pestisida tersebut dilakukan saat muncul
buah sampai buah terong tersebut dipanen, sekitar 7 hari sekali
dilakukan penyemprotan. Penyiangan gulma dilakukan manual dengan
mencabutinya secara hati-hati sambil menggemburkan media di dalam
polibag.
g. Pemasangan Ajir.
Pemasangan ajir dengan cara menancapkan pada media tanam
dalam polibag. Pemasangan ajir dengan tujuan agar pertumbuhan kuat
dan bisa menopang tajuk tanaman.

3. Variabel Pengamatan.
a. Tinggi tanaman.
Pengamatan tinggi tanaman dilakukan setiap minggu sekali
mulai umur 7 HST sampai seminggu sebelum panen (112 HST).
Tinggi tanaman diukur dengan menggunakan penggaris mulai dari
leher akar sampai titik tumbuh terakhir.
16

b. Jumlah daun.
Pengamatan jumlah daun dilakukan mulai umur 7 HST sampai
seminggu sebelum panen (112 HST) dengan interval waktu 1 minggu.
Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung helai daun yang sudah
membuka.
c. Saat berbunga.
Mencatat umur tanaman dari saat mulai tanam sampai Saat
berbunga diketahui apabila 50% populasi bunganya telah mekar.
d. Berat kering brangkasan.
Berat kering brangkasan merupakan berat total brangkasan
tanaman dalam kondisi kering setelah air dalam jaringan dihilangkan.
Penurunan kadar air dilakukan dijemur dibawah terik matahari sampai
berat akhirnya konstan.
e. Jumlah total buah per tanaman.
Dengan menghitung dan mencatat jumlah buah yang dipanen.
Buah yang dipanen adalah buah dengan kriteria berwarna hitam
keungu-unguan. Pemanenan dilakukan 3 kali dengan interval 23 hari
sekali dengan cara memilih buah yang siap dipetik.
f. Berat Buah.
Berat buah yang dihitung setiap kali panen. Dengan menghitung
jumlah berat total buah setiap panen.
g. Diameter Buah.
Diameter buah di ukur dengan menggunakan jangka sorong
di bagian yang paling besar diameternya..
h. Panjang Buah.
Panjang buah diukur dengan menggunakan penggaris dari
ujung buah sampai pangkal buah..
17

4. Analisis Data.
Data hasil pengamatan di analisis dengan menggunakan analisis
ragam berdasarkan uji taraf 5%, apabila terdapat beda nyata maka
dilanjutkan dengan Uji Jarak Ganda Duncan (DMRT).

Anda mungkin juga menyukai