DISUSUN OLEH :
GOLONGAN AD 1
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan Laporan Praktikum Kuliah Lapang Teknologi Benih Di PT.
Mitratani Dua Tujuh Jember.
Laporan ini telah kami susun dengan maksimal. Terlepas dari semua itu,
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini.
I. PENDAHULUAN ................................................................................................
LAMPIRAN ..............................................................................................................
I. PENDAHULUAN
1.2 TUJUAN
Untuk mempelajari teknik budidaya kedelai edamame yang dilakukan
oleh petani di PT. Mitratani Dua Tujuh Jember.
1.3 MANFAAT
Mengetahui teknik budidaya kedelai edamame yang dapat tumbuh dengan
baik di Indonesia melalui Praktikum Lapang Di PT. Mitratani Dua Tujuh Jember.
II. TINJAUAN PUSTAKA
5.1.7 Panen
Tanaman edamame untuk produksi polong segar dipanen pada umur 65-
68 HST dengan kondisi polong siap untuk dipetik, yaitu tingkat ketuaan polong
cukup (polong terisi penuh) dan warna hijau cerah. Polong yang dipanen tersebut
selanjutnya dibawa ke pabrik untuk dijadikan bahan baku ekspor (BBE) dan
bahan baku mukimame (BBM). Persyaratan mutu bahan baku edamame dari
sawah sebelum diproses (di pabrik) dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:
1. Kualitas BBE
a. tidak terlalu tua dan terlalu muda
b. biji dalam polong 2 dan 3 biji
c. jumlah polong per 500 g sebanyak 160-170 buah
d. Bebas hama dan penyakit
e. tidak terdapat kerusakan fisik
f. bau khas edamame
g. bentuk polong normal
h. bersih dari kotoran (rumput, daun edamame, lumpur, dan lain-lain)
i. warna seragam (hijau normal)
j. kondisi polong segar/tidak layu
2. Kualitas BBM
a. Keluaran dari hasil grading BBE
b. Semua polong berbiji satu
c. Bersih dari kotoran
d. Polong segar/tidak layu
e. Kualitas polong bahan muki baik: - warna biji hijau segar - biji
tidak cacat (hama/penyakit/mekanis) - polong bernas (tidak kepak)
- polong tidak tua.
5.2 Pengolahan Edamame
5.2.1 Pengadaan bahan baku
Bahan baku diperoleh melaui proses transaksi penjualan yang sifatnya
terikat. PT Mitra Tani Dua Tujuh bekerja sama dengan para petani di
sekitar Jember dengan menyewa lahan dan menyediakan benih. Lahan produksi
edamame berada disekitar Kabupaten Jember. Edamame adalah jenis kedelai
manis atau kedelai rebus (Glycine maxL.) yang lebih dikenal dengan nama
vegetable soybean. Benih yang digunakan oleh PT Mitra Tani Dua Tujuh berasal
dari Taiwan. Kelebihan yang dimiliki jika dibandingkan dengan kedelai jenis lain
adalah memiliki cita rasa yang manis, polongnya berukuran lebih besar, dan umur
panen yang pendek (65 hari) setelah tanam karena edamame adalah kedelai muda.
Sedangkan edamame adalah jenis kedelai manis yang memilliki bentuk lebih
ramping atau pipih dan lebih wangi (beraroma pandan) dibandingkan edamame.
Okura adalah sayuran yang memiliki kandungan serat sangat tinggi berbentuk segi
lima panjang. Varietas edamame yang digunakan oleh PTMitra Tani Dua Tujuh
adalah varietas Ryokko-75 (R-75) dan E-01 untuk chamame. Benih diimpor dari
Taiwan. Sebelum pelepasan ke lahan dilakukan uji germinasi (dayatumbuh). Jika
benih yang tumbuh lebih dari80% maka benih siap ditanam dilahan.
5.2.2 Penerimaan Bahan Baku
Bahan baku yang diterima ada 2 jenis yaitu bahan baku petik
dan brangkasan. Bahan baku petik digunakan sebagai bahan baku untuk edamame
dan mukimame. Sedangkan bahan baku brangkasan digunakan untuk edatsuki,
edamame, dan mukimame. Bahan baku diterima dalam keadaan segar dalam arti
dikirim langsung setelah pemanenan. Bahan baku dari lahan (raw material)
diangkut menggunakan truk atau pick-up menuju penerimaan di PTMitra Tani
Dua Tujuh. Bahan baku yangsampai di penerimaan akan dicek dan ditimbang
untuk mencocokkan data dilahan dan penerimaan sebelum diproses lebih lanjut.
5.2.3 Bahan Baku Pembantu
Bahan baku pembantu yang mendukung proses pengolahan kedelai
edamame adalah air, klorin, dan es balok. Dalam industri pangan, air memegang
peranan penting karena dapat mempengaruh mutu produk yang dihasilkan. Air
digunakan untuk perendaman dan pencucian bahan baku danalat, perebusan dan
pendinginan bahan baku. Es balok yang digunakan pada proses pengolahan
edamame adalah sebagai penjaga kesegaran.Edamame yang telah dikuliti
(Mukimame) akan direndam terlebih dahulu menggunakan air dan es balok
bertujuan untuk menjaga kesegaran dan mempertahankan kualitas dari mukimame
itu sendiri
5.2.4 Pengolahan Bahan Baku
Edamame yang telah dipanen akan diproses melalui beberapa tahapan
sebelum menjadi produk beku yang siap dipasarkan. Secara garis besar melalui
tahapan penerimaan, pemisahan berdasarkan standar produk, perebusan
atau pemasakan, pendinginan, pembekuan, penyimpan beku, sortasi, dan
pengemasan
1. Penerimaan
Proses penerimaan diawali dengan pengecekan dan penimbangan terhadap
bahan baku yang diterima. Setelah dilakukan pengecekan dan penimbangan,
dilakukan penyiraman dengan air untuk mengembalikan kesegaran produk yang
selama pengirim terkena terik matahari. Prosesselanjutnya adalah pembersihan,
pemisahan berdasarkan ukuran dan pencucian. Bahan baku brangkasan akan
dikirim ke bagian pemrosesan 2 atau bagian pemisahan berdasarkan standar
produk untuk dilakukan pencucian dan pemotongan sebagai bahan baku untuk
edatsuki
a. Pembersihan
Pembersihan dilakukan 2 kali. Pada tahapan ini akan
dilakukan pemisahan antara edamamedengan benda asing (dedaunan,
ranting, dankotoran lain). Edamame dimasukkan ke dalam konveyor yang
bergerak keatas (30°) menuju ruang blower. Konveyor menggunakan belt
tipe flat with strip. Hembusan dari blower akan memisahkan antara
edamamedengan benda asing karena bentuk dan berat edamame yang
memungkinkan untuk melewati hembusan blower. Benda asing yang
terpisah akan dilewatkan ke saluran pembuangan dan ditampung
olehkeranjang. Edamame yang berhasil melewati hembusan
blower ditampung pada konveyor 2. Proses selanjutnya sama seperti
pemisahan1. Hal ini dilakukan sebagai antisipasi adanya benda asing yang
masihterikut padaedamame. Hasil dari pembersihan akan dibawa
konveyor kecil bertipe flat with strip menuju konveyor pemasukan tipe flat
belt berupa kedelai edamame yang telah bersih. Selanjutnya
edamame yang berada diatas konveyor pemasukan akan dipindahkan
menuju mesin pemisah berdasarkan ukuran. Diatas konveyor pemasukan
terdapatkonveyor papan 26ontai untuk membagi edamame yang akan
masuk menuju mesin pemisah berdsarkan ukuran.
b. Pemisahan berdasarkan ukuran
Proses pemisahan berdasarkan ukuran adalah proses
untuk memisahkan bahan baku berdasarkan ukuran. Pemisahan ini
dilakukan untuk mendapatkan edamame dengan kualitas yang telah
ditetapkan perusahaan. Pada proses ini bahan baku tidak mengalami
perubahan bentuk.Pemisahan bahan baku disebabkan adanya getaran dari
vibrator motor yang ditempelkan pada badan mesin. Vibrator ini akan
menggetarkan badan mesin sehingga bahan akan bergerak maju melewati
sekat-sekat dengan jarak antar sekat antara 0.6-0.8 cm. Edamame yang
mempunyai ketebalan kurang dari 0.6-0.8 cm akan jatuh dan ditampung
dalam keranjang. Edamame yang bagus akan ditampung pada
sabuk konveyor untuk kemudian dibawa menuju bak pencucian.
c. Pencucian
Selanjutnya bahan baku akan dicuci dalam bak pencucian dengan
volume air sekitar 525 liter. Ke dalam bak pencucian ditambahkan larutan
NaOCl sebanyak 656 ml atau kadar klorin dalam air 150 ppm.Pencucian
dibantu oleh pompa air bertekanan sehingga air berputar Penambahan
NaOCl sebanyak 656 ml dilakukan setiap 50 keranjange damame hasil
pencucian. Pencucian dilakukan dengan tujuan membersihkan edamame
dari kotoran yang menempel dan membunuh bakteri.
2. Pemisahan Berdasarkan Standar Produk
Pada tahapan pemisahan berdasarkan standar produk, edamame akan
dipisahkan kedalam kelompok-kelompok tertentu. Edamame yang telah bersih
akan di sortasi secara manual diatas meja dan sabuk konveyor dilihat dari bentuk,
ukuran, jumlah bij, spot coklat dan hitam, karat, terlalu mudaatau tua, adanya
hama penyakit, dan lain-lain.Edamame yang tidak memenuhi syarat mutu akan
dikelompokkan kedalam bahan baku mukimame, dan sisanya sebagai bahan afkir.
Selanjutnya edamame yang telah melewati tahapan pemisahan berdasarkan
standar produk akan dianalisa dan ditimbang. Perendaman edamame dilakukan
pada bak rendam menggunakan keranjang dengan kadar klorin 150 ppm selama
10-20 menit. Hal ini berfungsi untuk membunuh bakteri yang masih melekat pada
edamame.Pergantian air untuk perendaman dilakukan jika keadaan air sudah
keruh, pH kurang dari 7, dan kadar klorinkurang dari 100 ppm. Edamame
kemudian ditiriskan dan melewati proses administrasi sebelum proses selanjutnya.
3. Perebusan
Perebusan adalah perlakuan pemberian panas pada suatu bahan dengan cara
pencelupan pada air panas atau pemberian uap panas. Cara ini dimaksudkan untuk
me-non-aktifkan enHim-enHim dan menghentikan proses oksidasi sel. Pada
tahapan ini bahan baku yang akan direbus dicuci terlebih dahulu pada bak
pencucian yang didalamnya terdapat konveyor tipe wire mesh untuk mengangkut
bahan baku menuju tabung perebusan. Kemudian bahan baku masuk kedalam
tabung perebus yang didalamnya terdapat tabung spiral untuk mendorong bahan
baku dan pipa steam bersuhu Untuk memanaskan air yang terdapat dalam tabung
perebus. 28ontainer28e dan lamanya waktu perebusan ini tergantung dari jenis
produk yang diolah. Standar yang ditetapkan oleh PT Mitra Tani Dua Tujuh
4. Pendinginan
Pendinginan merupakan tahapan penting dalam penghentian kerusakan
warna, rasa, aroma serta mencegah dari kehilangan zat gizi. Pendinginan bahan
hasil perebusan menggunakan media air. Pendinginan dilakukan dua tahapan
penurunan suhu bahan yaitu proses pendinginan 1 dan pendinginan 2.
a) Pendinginan 1
Pendinginan tahap a”al ini menggunakan media air bersuhu 10°C. Air
akan menyerap panas yang dilepaskan produk sehingga suhu air meningkat.
Untuk itu dilakukan sirkulasi pergantian air. Suhu air setelah terkena produk
(edamame) berkisar antara 27-30°C. Selanjutnya suhu medium
dipertahankan antara 27-30°C dengan sirkulasi pergantian air bersuhu 6-7°C
yang dilakukan secara kontinyu, dengan debit air masuk sama dengan debit
air keluar. Alat yang digunakan berbentuk setengah tabung didalamnya
terdapat tabung spiral berongga yang berfungsi untuk mendorong produk
menuju pendinginan 2.
b) Pendinginan 2
Proses pendinginan 2 menandakan bahwa produk telah siap untuk
dibekukan. Proses pendinginan ini menggunakan media bersuhu 5-6°C.
Suhu air setelah terkena produk sekitar 12°C. Air yang digunakan untuk
mendinginkan produk mempunyai kadar klorin 25 – 30 ppm dengan pH 6-7.
Produk telah didinginkan dan siap dimasukkan ke dalam IQF Freezer
mempunyai suhu sekitar 20°C. Sama seperti cooling 1, sirkulasi pergantian
air dilakukan kontinyu. Hanya saja pada pendinginan 2, pendinginan
dilakukan dengan merendam produk di dalam air di atas konveyor, wire
mesh yang akan membaca produk naik menuju alat peniris getar sebelum
masuk IQFm. Penirisan dilakukan tiga tahap yaitu pada wire mesh yang
bergerak naik, alatpeniris getar, dan inlet
5. Pembekuan
Produk tang telah tiris akan ditempatkan pada konveyor IQF yang berjalan.
Konceyor menggunakan tipe wire mesh yang memiliki rongga. Kapasitas
terpasang dari IQF ini mencapai 200 kg produk/jam. Lama pembekuan
tergantung dari jenis dan ketebalan produk. Untuk edamame sekitar 13 menit.
Suhu pusat produk yang diinginkan dari pembekuan ini adalah 18°C atau kurang
dari suhu tersebut.
Prinsip pembekuan ini adalah pembekuan individu secara cepat. Suhu
evaporasi yang digunakan sekitar -40°. Pembekuan dilakukan dengan teknik
fluidization yaitu produk seakan terlihat seperti fluia yang mengalir karena adanya
hembusan dari kipas sentrifugal. Pada teknik ini produk dipertahankan untuk
menggantung di udara selama proses pembekuan dengan begitu tidak terjadi
pembekuan block, yaitu produk yang dibekukan saling menempel. Suhu akhir
produk yang diinginkan adalah -18°C atau kurang.
6. Penyimpanan beku
Produk yang telah dibekukan kemudian dikemas menggnakan
29ontain besar untuk kemudian disimpam pada ruangan penyimpan beku.
Rentang waktu antara pengemasan ke dalam 29ontain hingga masuk ruangan
penyimpan beku tidak boleh lebih dari 2 menit, hal ini dapat mempengaruhi
kualitas produk.
Suhu pengaturan penyimpan beku adalah -25°C, sedangkan suhu
aktualnya mencapai -22°C. Suhu ruangan didesain agar menjaga produk bekutetap
pada suhu -18°C. Terdapat 2 unit ruangan penyimpan beku dengankapasitas total
370 ton
edamame. Penyimpan beku 2,3 dan 4 digunakan untuk menyimpan produk
hasil pembekuan IQF, sedangkan penyimpan beku 1 digunakan untuk menyimpan
produk hasil sortasi dan pengemasan.
7. Sortasi
Sortasi dilakukan untuk mengecek kembali produk beku sebelum dikemas
untuk dipasarkan. Pengecekan dilakukan untuk mengantisipasi adanya produk
yang tidak sesuai standar yang masih terikut pada proses pembekuan dan
mensortasi produk yang rusak akibat mesin. Sortasi dilakukan secara manual
dengan tenaga manusia.
Ruangan untuk sortasi merupakan ruangan yang steril dan mempunyaisuhu
ruangan yang rendah untuk menjaga produk beku tidak mengalami penurunan
suhu drastis selama proses sortasi. Suhu ruangan sekitar 9-13°C.Produk yang
disortasi berasal dari produk beku yang disimpan pada penyimpan beku 2, 3, dan
4. Pengangkutan produk dilakukan dengan menggunakan kereta troli. Sortasi
dilakukan menggunakan mesin pemisah berdasarkan ukuran dan sabuk konveyor
tipe Flat belt.
Sortasi awal dilakukan pada mesin pemisah berdasarkan ukuran,
produk yang mempunyai ketebalan kurang dari 6-8 mm akan jatuh. Produk kenis
mukimame tidak melalui tahap ini. Produk kemudian menuju sabuk
konveyor dengan kecepatan gerak 0,2 m/s. Produk yang tidak sesuai dengan
standar mutu akan disortasi dan dipisahkan pada mangkuk-mangkuk plastik.
Produk yang tersortasi dijadikan produk dengan kualitas dibawahnya atau
dijadikan BBM. Sedangkan produk yang lolos (sesuai standar) dikemas kembali
dalam 30ontain dan disimpan pada penyimpan beku 1. Lama produk keluar
dari penyimpan beku, proses sortasi hingga masuk kembali ke penyimpan beku
tidak boleh melebihi *5 menit.
8. Pengemasan
Pengemasan merupakan tahap akhir dari proses produksi. Pengemasan
dilakukan untuk melindungi produk beku dari benturan selama distribusi dan
memberi label pada produk. Alat yang digunakan pada proses pengemasan adalah
mangkuk, timbangan, stiller, alat pengikat karton dan metal detector. Produk
yang akan dikemas berasal dari penyimpan beku 1 yaitu produk hasil sortasi.
Produk dikemas ke dalam 30ontain kemasan yang telah diberi label. Kemudian
dikemas lagi ke dalam karton ukuran 1 kg atau 20 kg. Sebelum dimasukkan ke
dalam 30ontainer, karton yang telah terikat terlebih dahulu dilewatkan pada metal
detector . Hal ini dilakukan untuk mendeteksi ada atau tidaknya kandungan metal
pada produk atau kemasan. Jika metal detector mendeteksi adanya kandungan
metal, maka produk tersebut belum siap dipasarkan dan harus dicek kembali.
VI. PEMBAHASAN
7.1 KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum lapang yang telah dilaksanakan di PT. Mitratani
Dua Tujuh Jember dapat disimpulkan bahwa : PT. Mitratani Dua Tujuh
membudidayakan tanaman edamame yang mana dilakukan dengan melibatkan
petani yang ada disekitar perusahaan dan petani tertentu yang telah disetujui oleh
perusahaan. Di Perusahaan ini memproduksi benih edamame berkualitas untuk
dikembangbiakkan dan juga sebagai industri sayuran beku untuk dikonsumsi.
7.2 SARAN
Kegiatan praktikum lapang yang dilaksanakan di PT. Mitratani Dua Tujuh
Jember kurang kondusif untuk penyambutan dan juga tempat yang digunakan.
Mahasiswa juga kurang menangkap informasi yang mendetail mengenai budidaya
maupun proses pembenihan tanaman edamame sehingga lebih berkesan sebagai
wisata edukasi. Semoga untuk kedepannya bias dijadikan evaluasi mengenai
pemilihan tempat untuk kegiatan praktikum lapang.
DAFTAR PUSTAKA
Irwan, Aep Wawan. 2006. Budidaya Tanaman Kedelai (Glycine max (L.)
Merill). Universitas Padjajaran: Jatinangor.
Mentreddy, S.R., Mohamed, A.I., Joshee, N, dan Yadav, A.K. 2002. Edamame: A
Nutritious Vegetable Crop. In: Janick, J. dan Whipkey, A. (eds.). Trends in
New Crops and New Uses, pp. 432 – 438. ASHS Press, Alexandria.
Shanmugasundaram, S., S.T. Cheng, M.T. Huang and M.R. Yan. 1991. Vaietas
Improvement of Vegetable Soybean in Taiwan. In Vegetable Soybean.
Research Needs for Production an Quality Improvement AVRDC .