Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PRAKTIKUM KULIAH LAPANG TEKNOLOGI

BENIH DI PT. MITRATANI DUA TUJUH JEMBER

DISUSUN OLEH :
GOLONGAN AD 1

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
2019
GOLONGAN AD1
LAPORAN PRAKTIKUM KULIAH LAPANG TEKNOLOGI BENIH DI
PT. MITRATANI DUA TUJUH JEMBER

No. NAMA NPM


1 ARDIANTI PRAMESTI ISTIQOMAH 1625010037
2 FEBRIA YULFIANI NURCIPTA P. 1625010047
3 RUDI PRADANA 1625010068
4 NIKE WAHYU WIDIYANA 1625010151
5 SENO RAHMANTO RENANDITYA 1625010152
6 SURYA TRI MANDASARI 1625010153
7 MITA NUR MARATUSSOLIHAH 1625010155
8 MUHAMMAD ZINIDIN 1625010156
9 TESHA LUTFIKA RATRI 1625010158
10 ADISA MAULINA MARDHIVANI 1625010160
11 OKTA GEGANA PURWADI 1625010162
12 FRANSISCA CINDY ADILA 1625010163
13 SALSABILA PRATAMA SUBAGIO 1625010164
14 ERSA PUTRI SANJAYA 1625010165
15 DHAFIN MAFAZI YUSUF 1625010166
16 WINA DWI SETYANINGSIH 1625010167
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan Laporan Praktikum Kuliah Lapang Teknologi Benih Di PT.
Mitratani Dua Tujuh Jember.

Laporan ini telah kami susun dengan maksimal. Terlepas dari semua itu,
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga Laporan Praktikum Kuliah Lapang


Teknologi Benih Di PT. Mitratani Dua Tujuh Jember ini dapat memberikan
manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Surabaya, 21 Mei 2019


DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ..................................................................................................v

DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................v

I. PENDAHULUAN ................................................................................................

1.1 LATAR BELAKANG ..............................................................................

1.2 TUJUAN ....................................................................................................

1.3 MANFAAT ................................................................................................

II. TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................................

III. GAMBARAN UMUM DAERAH ...................................................................

3.1 SEJARAH SINGKAT ..............................................................................

3.2 VISI DAN MISI PERUSAHAAN ...........................................................

3.4 LETAK GEOGRAFIS .............................................................................

3.5 IKLIM DAN TOPOGRAFI .....................................................................

IV. METODE PRAKTIKUM .................................................................................

4.1 WAKTU DAN TEMPAT .........................................................................

4.2 PENGUMPULAN DATA ........................................................................

4.3 METODE PENGUMPULAN DATA ......................................................

V. HASIL PELAKSANAAN PRAKTIKUM LAPANG ......................................

5.1 BUDIDAYA TANAMAN EDAMAME ..................................................

VI. PEMBAHASAN ................................................................................................

VII. PENUTUP ........................................................................................................


7.1 KESIMPULAN .........................................................................................

7.2 PENUTUP .................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................

LAMPIRAN ..............................................................................................................
I. PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Edamame adalah kedelai sayur (vegetable soybean) yang biasa dikonsumsi
dalam bentuk kedelai segar. Jenis kedelai ini dipanen pada tahap pertumbuhan
reproduktif tanaman mencapai R6, yaitu ketika polong sudah berkembang penuh
namun belum masak dan masih berwarna hijau, biji mengisi 80-90% lebar polong.
Secara morfologi, perbedaan edamame dengan kedelai biasa yang utama adalah
pada ukurannya, dimana edamame relatif lebih besar dibandingkan dengan
kedelai biasa selain itu edamame memiliki kandungan gizi yang berbeda.
Edamame mengandung kadar protein tinggi, sukrosa, phytoestrogen, steroid,
ascorbic acid, β-catotene, vitamin B1 dan B12, dan serat. Edamame lebih populer
di kalangan orang - orang yang mencari gaya hidup sehat terutama di negara-
negara maju.
Konsumsi kedelai segar di Indonesia sangat rendah jika dibandingkan
dengan kedelai kering. Masyarakat Indonesia pada umumnya mengkonsumsi
kedelai dalam bentuk olahan seperti tahu, tempe, kecap, susu kedelai dan hanya
sebagian kecil masyarakat yang mengkonsumsi kedelai segar. Hal ini berbeda
dengan masyarakat Jepang yang menyukai kedelai segar, sehingga Jepang
merupakan negara pengimpor kedelai segar dalam jumlah besar. Jepang
merupakan konsumen dan pasar utama edamame baik dalam bentuk segar
maupun beku. Total kebutuhan pasar edamame beku di Jepang berkisar antara
150.000-160.000 ton/tahun. Kebutuhan tersebut dipenuhi dengan cara mengimpor
edamame dari Tiongkok sebesar 50%, Taiwan sebesar 34%, Thailand sebesar
13%, Indonesia dan Vietnam sebesar 3% (Shanmugasundaram dan Yan, 1991).
Tanaman edamame memiliki produktivitas yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan kedelai biasa. Rata-rata produktivitas tanaman edamame per
hektar di Indonesia adalah 10 - 12 ton (Firmansyah, 2007). Hal ini lebih rendah
jika dibandingkan dengan produktivitas tanaman edamame di Jepang, Tiongkok,
dan Amerika Serikat. Mentreddy et al. (2002) melaporkan bahwa rata-rata
produktivitas tanaman edamame di Jepang adalah 19,7 ton per hektar, sedangkan
rata-rata produktivitas tanaman edamame di Tiongkok dan Amerika Serikat
adalah 18 ton per hektar dan 16,3 ton per hektar. Data ini menunjukkan bahwa
optimasi produktivitas edamame di Indonesia perlu dilakukan untuk
meningkatkan produksi edamame.

1.2 TUJUAN
Untuk mempelajari teknik budidaya kedelai edamame yang dilakukan
oleh petani di PT. Mitratani Dua Tujuh Jember.

1.3 MANFAAT
Mengetahui teknik budidaya kedelai edamame yang dapat tumbuh dengan
baik di Indonesia melalui Praktikum Lapang Di PT. Mitratani Dua Tujuh Jember.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi Tanaman Edamame


Edamame merupakan tanaman semusim, tumbuh tegak, daun lebat, dengan
beragam morfologi. Tinggi tanaman edamame berkisar antara 30 sampai lebih
dari 50 cm, bercabang sedikit atau banyak, bergantung pada varietas dan
lingkungan hidupnya. Tanaman kedelai memiliki daun majemuk yang terdiri atas
tiga helai anak daun (trifoliolat) dan umumnya berwarna hijau muda atau hijau
kekuning-kuningan (Irwan, 2006). Bentuk daun kedelai ada yang bulat (oval)
dan lancip (lanceolate). Kedua bentuk daun tersebut dipengaruhi oleh faktor
genetik (Andrianto dan Indarto, 2004). Daun pertama yang keluar dari buku
sebelah atas kotiledon berupa daun tunggal yang letaknya berseberangan
(anifoliolat). Daun-daun yang terbentuk kemudian adalah daun-daun trifoliolat
(Soewanto et al. 2007).
Tanaman kedelai dikenal dengan beberapa nama botani Glycine soja dan
Soja max. Kedelai termasuk dalam kingdom Plantae, divisi Spermatophyta,
subdivisi Angiospermae, kelas Dicotyledoneae, ordo Rosales, famili
Leguminosae, sub-famili Papilionaceae, genus Glycine, spesies Glycine max
(L.) Merr. (Adisarwanto, 2005). Berbagai varietas edamame yang pernah
dikembangkan di Indonesia antara lain Ocunami, Tsuronoko, Tsurumidori,
Taiso dan Ryokkoh. Warna bunga varietas Ryokkoh adalah putih, sedangkan
varietas yang lainnya ungu. Saat ini varietas yang dikembangkan untuk produk
edamame beku adalah Ryokkoh asal Jepang dan R 75 asal Taiwan (Soewanto et
al. 2007)
Pertumbuhan batang kedelai memiliki dua tipe yaitu determinate dan
indeterminate. Perbedaan sistem pertumbuhan batang ini didasarkan atas
keberadaan bunga pada pucuk batang. Pertumbuhan batang tipe determinate
dicirikan dengan tidak tumbuhnya lagi batang setelah tanaman mulai berbunga,
sedangkan tipe indeterminate dicirikan dengan masih tumbuhnya batang dan daun
setelah tanaman berbunga (Adisarwanto, 2005). Selain itu terdapat varietas
tanaman kedelai hasil persilangan yang mempunyai tipe batang yang mirip
keduanya sehingga dikategorikan sebagai semi-determinate atau semi-
indeterminate (Irwan, 2006).

2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Edamame


Pertumbuhan tanaman kedelai sangat dipengaruhi oleh curah hujan, radiasi
matahari dan suhu (Baharsjah, 1980). Tanaman kedelai cocok ditanam di lahan
terbuka pada suhu 24-30 oC. Suhu yang optimal dalam proses
perkecambahan kedelai sekitar 30 °C, sedangkan untuk pembungaan 24-25 °C.
Kedelai termasuk tanaman hari pendek sehingga tidak akan berbunga bila panjang
hari melebihi batas kritis yaitu 15 jam perhari. Jika varietas kedelai yang
berproduksi tinggi dari daerah subtropik dengan panjang hari 14-16 jam, ditanam
di daerah tropik dengan rata-rata panjang hari 12 jam maka varietas tersebut akan
mengalami penurunan produksi, karena masa bunganya menjadi pendek yaitu dari
umur 50-60 hari menjadi 35 hari sampai 40 hari setelah tanam (Rubatzky dan
Yamaguchi, 1998).
Di Indonesia, tanaman kedelai dapat tumbuh dengan baik di daerah dataran
rendah sampai daerah dengan ketinggian 1200 m dari atas permukaan laut
(Fachruddin, 2000). Akan tetapi, umumnya pertumbuhan tanaman kedelai akan
baik pada pada ketinggian tidak lebih dari 500 meter di atas permukaan
laut. Kedelai dapat tumbuh baik pada tanah-tanah alluvial, regosol, grumosol,
latosol, dan andosol. Selain itu kedelai menghendaki tanah yang subur, gembur
dan kaya bahan organik, dengan keasamaan tanah (pH) yang cocok berkisar
antara 5,8-7,0 (Nazzarudin, 1993).
2.3. Morfologi Tanaman Edamame
Tanaman kedelai memiliki sistem perakaran tunggang, yang bercabang
membentuk akar sekunder. Selain itu kedelai juga seringkali membentuk
akar adventif yang tumbuh dari bagian bawah hipokotil. Akar tunggang pada
kedelai umumnya tumbuh mencapai kedalaman 30-50 cm, bahkan dapat mencapai
2 meter pada kondisi tanah yang optimal. Akar sekunder tumbuh mencapai 20-30
cm ke dalam tanah. Pada akar cabang terdapat bintil akar yang merupakan
simbiosis bakteri Rhizobium dengan tanaman kedelai, bintil akar berfungsi untuk
menambat N2 dari udara bebas (Andrianto dan Indarto, 2004).
Kedelai berbunga sempurna, yaitu memiliki benang sari dan putik dalam
satu bunga. Mahkota bunga akan rontok sebelum membentuk polong (Rukmana
dan Yuniarsih, 1996). Bunga kedelai menyerupai kupu-kupu, berwarna putih atau
ungu. Tangkai bunga umumnya tumbuh dari ketiak daun. Jumlah bunga pada
setiap ketiak daun beragam antara 2-25 bunga bergantung pada kondisi
lingkungan tumbuh dan varietas. Bunga kedelai pertama pada umumnya terbentuk
pada buku ke lima, ke enam, atau pada buku yang lebih tinggi. Periode berbunga
pada tanaman kedelai cukup lama yaitu 3-5 minggu untuk daerah subtropik dan 2-
3 minggu di daerah tropik (Departemen Pertanian, 1989).
Tanaman kedelai di Indonesia mulai berbunga pada umur 30-50 hari setelah
tanam (Fachruddin, 2000). Polong kedelai terbentuk 7-10 hari setelah munculnya
bunga mekar. Jumlah polong yang terbentuk pada setiap ketiak daun beragam
antara 1-10 polong. Jumlah polong pada setiap tanaman dapat mencapai lebih dari
50 bahkan ratusan. Kulit polong kedelai berwarna hijau, sedangkan biji bervariasi
dari kuning, hijau sampai hitam. Pada setiap polong terdapat biji yang berjumlah
1, 2 dan 3 biji, polong kedelai berukuran 5,5 cm sampai 6,5 cm bahkan ada yang
mencapai 8 cm. Biji berdiameter antara 5 mm sampai 11 mm (Andrianto dan
Indarto, 2004).
Berdasarkan ukuran bijinya, kedelai dapat diklasifikasikan menjadi tiga
kelompok: a.Berbiji kecil, beratbiji 6-15 g/100 biji, umumnya dipanen dalam
bentuk biji (grain soybean), pada saat tanaman berumur tiga bulan. b.Berbiji
besar, dengan beratbiji 15-29 g/100 biji, ditanam di daerah tropik maupun
subtropik, dipanen dalam bentuk biji. Hasil biji umumnya digunakan sebagai
bahan baku minyak, susu dan makanan lain. c.Berbiji sangat besar, berat 30-50
g/100 biji, biasanya ditanam di daerah subtropik, seperti Jepang, Taiwan dan
Cina. Kedelai dipanen dalam bentuk polong segar masih berwarna hijau, disebut
juga kedelai sayur (vegetable soybean), dipanen pada umur dua bulan. Kelompok
kedelai ini di Jepang disebut edamame (Chen et al. 1991).
Persyaratan kedelai edamame lebih ditekankan kepada ukuran polong muda
(lebar 1,4-1,6 cm, dan panjang 5,5-6,5 cm), warna biji kuning hingga hijau,
bentuk biji bulat hingga bulat telur dan warna hillum gelap hingga terang.
III. GAMBARAN UMUM DAERAH

3.1 SEJARAH SINGKAT


PT. Mitratani Dua Tujuh, selanjutnya disebut PT. MT 27, merupakan salah
satu anak perusahaan PTPN X yang bergerak secara khusus dalam industri
sayuran beku terutama edamame. Namun saat ini sudah berkembang sehingga
juga memproduksi okra, buncis, jagung dan wortel. PT. Mitratani Dua Tujuh
didirikan pada tanggal 17 November 1994 dengan Akta Notaris Ny.Liliana Arief
Gondoutomo, SH Nomor 11 di Jakarta. Akta tersebut telah didaftarkan di
Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan nomor 2148/A
RI/IKM/1994/PNJAKSEL tanggal 20 Desember 1994, serta disahkan dengan
Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia tertanggal 23 November 1994
Nomor C2-17143.HT.01.01.TH’94.
PT. Mitratani Dua Tujuh diresmikan oleh Menteri Keuangan bersama
Menteri Pertanian serta disaksikan oleh Menteri Koperasi dan PPK pada tanggal
26 November 1994 di Semarang. Pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa
(RUPSLB) tanggal 23 Juli 1998 diadakan perubahan Anggaran Dasar Perusahaan
untuk disesuaikan dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang
Perseroan Terbatas, dengan Akta Notaris Agung Cahyo Kuncoro, SH di Jember
Nomor 12 tanggal 23 Juli 1998 dan telah mendapatkan persetujuan Menteri
Kehakiman Nomor C2- 25036.HT01.04.TH’98 tanggal 13 November 1998.
Kepemilikan saham saat ini adalah PTPN X sebesar 14.033 lembar saham atau
senilai Rp 14.033.000.000 dan PT. Kelola Mina Laut sebesar 7.557 lembar saham
atau senilai Rp 7.557.000.000. Saat ini wilayah kerja PT. Mitratani Dua Tujuh
meliputi wilayah Kapbupaten Jember dengan total luasan sebesar 1.193,6 Ha,
yang terdiri atas tanaman edamame seluas 1.085,4 Ha, Okura seluas 90,9 Ha, serta
Buncis seluas 17,3 Ha
PT. Mitratani Dua Tujuh secara legal berdiri sejak tahun 1994 berawal dari
pelaksanaan pelatihan budidaya Kedelai Jepang atau edamame, atas kerjasama
PT. Mitratani Terpadu dengan PT. Perkebunan XXVII Persero. Perusahaan mulai
berproduksi pada tahun 1995 yang ditandai dengan ekspor perdana edamame atau
kedelai jepang sebagai komoditas utama secara komersial dan sampai sekarang
merupakan produk andalan Mitratani Dua Tujuh Jember dan pada tahun 1997
perusahaan memproduksi dan memasarkan secaras komersial produk-produk
edamame dengan orientasi ekspor ke Jepang.
Pada tahun 1998, PT. Mitratani Dua Tujuh mulai memproduksi dan
mengekspor mukimame atau edamame kupas untuk mengurangi produk yang
terbuang. Di tahun 2006 perusahaan telah menghentikan impor benih dan mulai
memproduksi multiplikasi benih edamame maupun okra sebagai tanaman
palawija berumur pendek lebih dari 70 hari, sangat tepat sebagai tanaman rotasi
(gilir tanam) dengan tembakau maupun tanaman lain yang saling menguntungkan.
Setelah berhasil menembus pasar Jepang yang sangat ketat persyaratan kualitas
melalui “Frozen Edamame”, PT Mitra Tani Dua Tujuh mendapat kepercayaan lagi
mengekspor komoditas hortikultura lainnya seperti terong, kacang panjang, dan
masih banyak yang lain. Semua hortikultura tersebut diproses menggunakan IQF
(Individual Quick Frozen) Freezer dengan kontrol kualitas yang sangat ketat
untuk pasar Jepang. Ekspor komoditas hortikultura ini memberikan sumbangsih
yang tidak kecil bagi devisa negara dan penyediaan lapangan kerja.

3.2 VISI DAN MISI PERUSAHAAN


a. Visi
Menjadi produsen sayuran beku terdepan, berkualitas tinggi, dan berorientasi
pada standar makanan sehat.
b. Misi
1. Menyediakan produk sayuran beku yang sehat, berkualitas tinggi, dan dapat
dipertanggungjawabkan setiap proses produksinya.
2. Menghasilkan produk sayuran beku dari hasil pertanian Indonesia untuk
konsumsi ekspor dan lokal.
3. Berkontribusi mewujudkan pertanian Indonesia yang ramah lingkungan.
4. Membantu masyarakat meningkatkan kualitas hidup melalui asupan
makanan sehat.
5. Melakukan edukasi kepada masyarakat Indonesia untuk konsumsi sayuran
sehat dan berkualitas.
3.4 LETAK GEOGRAFIS
Secara geografis Kabupaten Jember terletak pada posisi 6027’29” s/d
7014’35” Bujur Timur dan 7059’6” s/d 8033’56” Lintang Selatan berbentuk
dataran ngarai yang subur pada bagian Tengah dan Selatan, dikelilingi
pegunungan yang memanjang sepanjang batas. Utara dan Timur serta Samudra
Indonesia sepanjang batas Selatan dengan Pulau Nusabarong yang merupakan
satu-satunya pulau yang ada di wilayah Kabupaten Jember. Letaknya yang
strategis karena berada dipersimpangan antara Surabaya dan Bali, sehingga
perkembangannya cukup pesat dan menjadi barometer pertumbuhan ekonomi di
kawasan Timur Jawa Timur.

Sebagai Daerah Otonom, Kabupaten Jember memiliki batas-batas


teritorial, luas wilayah, kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial politik dan
sosial budaya serta sumber daya manusia. Kondisi obyektif yang demikian dapat
mengungkapkan berbagai karakteristik sumberdaya alam, komoditas yang
dihasilkan, mata pencaharian penduduk, keadaan serta ekonomi dan sosial
budayanya yang mencerminkan kekuatan sebagai suatu kompetensi daerah,
sekaligus beragam permasalahan yang dihadapinya.

Batas Wilayah dari Kabupaten Jember yaitu :

Utara : Kabupaten Bondowoso dan sedikit Kabupaten Probolinggo

Timur : Kabupaten Banyuwangi

Selatan : Samudra Indonesia

Barat : Kabupaten Lumajang

Secara administratif wilayah Kabupaten Jember terbagi menjadi 31


kecamatan terdiri atas 28 kecamatan dengan 226 desa dan 3 kecamatan dengan 22
kelurahan, 1.000 dusun/ lingkungan, 4.313 RW dan 15.205 RT. Kecamatan
terluas adalah Tempurejo dengan luas 524,46 Km2 atau 15,9% dari total luas
wilayah Kabupaten Jember. Kecamatan yang terkecil adalah Kaliwates, seluas
24,94 Km2 atau 0,76%.
Sebagai kecamatan terkecil, di Kaliwates inilah berdiri perusahaan industri
tanaman beku edamame yaitu PT. Mitratani 27 Jember yang tepatnya terletak di
Jalan Brawijaya 83, Mangli, Kaliwates Jember Jawa Timur, Jember Regency,
68131.

3.5 IKLIM DAN TOPOGRAFI


Kabupaten Jember memiliki luas wilayah 3.293,34 km2 atau 329.333,94
Ha. Dari segi topografi sebagian Kabupaten Jember di wilayah bagian selatan
merupakan dataran rendah yang relatif subur untuk pengembangan tanaman
pangan, sedangkan di bagian utara merupakan daerah perbukitan dan bergunung-
gunung yang relatif baik bagi pengembangan tanaman keras dan tanaman
perkebunan. Dari luas wilayah tersebut dapat dibagi menjadi berbagai kawasan :
Hutan : 121.039,61 ha
Perkampungan : 31.877 ha
Sawah : 86.568,18 ha
Tegal : 43.522,84 ha
Perkebunan : 34.590,46 ha
Tambak : 368,66 ha
Rawa : 35,62 ha
Semak/padang rumput : 289,06 ha
Tanah rusak/tandus : 1.469,26 ha
Lain-lain : 9.583,26 ha
Kabupaten Jember berada pada ketinggian 0–3.300 meter di atas
permukaan laut (dpl) ), dengan ketinggian daerah perkotaan Jember kurang lebih
87 meter di atas permukaan laut (dpl). Sebagian besar wilayah berada pada
ketinggian antara 100 hingga 500 meter di atas permukaan laut yaitu 37,75%.
Dilihat dari kondisi topografi yang ditunjukkan dengan kemiringan tanah
atau elevasi, sebagian besar wilayah Kabupaten Jember (36,60%) berada pada
wilayah datar dengan kemiringan lahan 0 – 2%, sehingga daerah ini baik untuk
kawasan permukiman perkotaan dan kegiatan pertanian tanaman semusim.
Selanjutnya wilayah yang bergelombang sampai berbukit dengan kemiringan
sangat curam di atas 40% menempati wilayah 31,28%, daerah tersebut harus
dihutankan sehingga dapat berfungsi sebagai perlindungan hidrologi untuk
menjaga keseimbangan ekosistem.
Selebihnya wilayah landai sampai bergelombang, dengan kemiringan
antara 2 – 15% menempati wilayah 20,46%, yang digunakan untuk usaha
pertanian dengan tanpa memperhatikan usaha pengawetan tanah dan air.
Sedangkan daerah bergelombang dengan kemiringan 15 – 40% menempati
wilayah 11,66%, daerah tersebut mudah terkena erosi, maka diperlukan usaha
pengawetan tanah dan air.

Iklim di Kabupaten Jember adalah iklim tropis. Angka temperatur berkisar


antara 23ºC – 31ºC, dengan musim kemarau terjadi pada bulan Mei sampai bulan
Agustus dan musim hujan terjadi pada bulan September sampai bulan Januari.
Sedangkan curah hujan cukup banyak, yakni berkisar antara 1.969 mm sampai
3.394 mm.
Kabupaten Jember memiliki beberapa sungai antara lain Sungai Bedadung
yang bersumber dari Pegunungan Iyang di bagian Tengah, Sungai Mayang yang
bersumber dari Pegunungan Raung di bagian timur, dan Sungai Bondoyudo yang
bersumber dari Pegunungan Semeru di bagian barat.
IV. METODE PRAKTIKUM

4.1 WAKTU DAN TEMPAT


Praktikum Lapang Teknologi Benih dilaksanakan pada hari Senin dan
selasa, 22-23 Mei 2019 pukul 23.00-21.00 WIB Di PT. Mitratani Dua Tujuh
Jember.

4.2 PENGUMPULAN DATA


Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan
dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Sebelum melakukan penelitian, seorang
peneliti biasanya telah memiliki dugaan berdasarkan teori yang ia gunakan,
dugaan tersebut disebut dengan hipotesis. Untuk membuktikan hipotesis secara
empiris, seorang peneliti membutuhkan pengumpulan data untuk diteliti secara
lebih mendalam.
Proses pengumpulan data ditentukan oleh variabel-variabel yang ada dalam
hipotesis. Pengumpulan data dilakukan terhadap sampel yang telah ditentukan
sebelumnya. Data adalah sesuatu yang belum memiliki arti bagi penerimanya dan
masih membutuhkan adanya suatu pengolahan. Data bisa memiliki berbagai
wujud, mulai dari gambar, suara, huruf, angka, bahasa, simbol, bahkan keadaan.
Semua hal tersebut dapat disebut sebagai data asalkan dapat kita gunakan sebagai
bahan untuk melihat lingkungan, obyek, kejadian, ataupun suatu konsep.
Data dapat dibedakan dalam beberapa kategori. Jenis-jenis data dapat
dikategorikan sebagai berikut:
A. Menurut cara memperolehnya :
1. Data primer, yaitu data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh peneliti
langsung dari subjek atau objek penelitian.
2. Data sekunder, yaitu data yang didapatkan tidak secara langsung dari objek
atau subjek penelitian.
B. Menurut sumbernya
1. Data internal, yaitu data yang menggambarkan keadaan atau kegiatan dalam
sebuah organisasi
2. Data eksternal, yaitu data yang menggambarkan duatu keadaan atau
kegiatan di luar sebuah organisasi
C. Menurut sifatnya
1. Data kuantitatif, yaitu data yang berbentuk angka pasti
2. Data kualitatif, yaitu data yang bukan berbentuk angka
D. Menurut waktu pengumpulannya
1. Cross section/insidentil, yaitu data yang dikumpulkan hanya pada suatu
waktu tertentu
2. Data berkala/ time series, yaitu data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu
untuk menggambarkan suatu perkembangan atau kecenderungan keadaan/
peristiwa/ kegiatan.

4.3 METODE PENGUMPULAN DATA


Metode yang digunakan dalam pengumpulan data pada praktikum ini adalah
dengan teknik observasi, wawancara dan pencatatan. Adapun data primer
diperoleh dari yaitu :
a. Observasi
Observasi adalah dimana praktikan mencatat informasi sebagaimana
yang mereka saksikan selama praktikum lapang. Penyaksian dengan melihat,
mendengar, merasakan yang kemudian dicatat seobyek mungkin. Jenis
pengamatan observasi dengan pengamatan baik dengan partisipasi penuh,
partisipan, dan pengamat sempurna. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah observasi yaitu dengan pengamatan langsung pada lokasi.
b. Wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti dan
responden. Komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya jawab dalam
hubungan tatap muka sehingga gerak dan mimik responden merupakan pola
media yang melengkapi kata-kata secara verbal. Wawancara juga menangkap
perasaan, pengalaman, emosi, motif yang dimikili responden, dengan
bebarapa jenis wawancara baik wawancara berstruktur dan tidak atau
wawancara campuran. Teknik pengumpulan data dengan cara wawancara
yaitu dengan bertanya langsung kepada pemandu yang telah disiapkan oleh
pihak perkebunan teh.
c. Pencatatan
Pencatatan adalah kegiatan menulis atau mendokumentasikan suatu
informasi yang di anggap penting. Teknik Pengumpulan data dengan pencatatan
yaitu mahasiswa mencatat langsung dari brosur ataupun buku-buku yang tersedia
ataupun dari penjelasan dari pemandu kebun teh wonosari.
V. HASIL PELAKSANAAN PRAKTIKUM LAPANG

5.1 BUDIDAYA TANAMAN EDAMAME


- Menyiapkan varietas yang akan digunakan yaitu R75 yang sekarang
diperbaiki dan diberi nama SPM.
- Menyiapkan lahan. Setiap hari menanam edamame karena agroindustri
- Membuat saluran pembuangan
- Lahan dibajak dan dibuat bedengan. Ukuran bedengan 1,05m panjang 11
meter. Jarak antar bedengan 35cm. Dipastikan lahan harus bebas dari gulma
- Penanaman edamame dilakukan dengan jarak tanam 10cm, antar larikan
20cm
- Perawatan tanaman meliputi aplikasi pestisida dan pupuk. Pupuk yang
diberikan yaitu Urea 250 kg/ha, SP36 100 kg/ha, ZA 250 kg/ha, KCl 200
kg/ha. Pemupukan dilakukan 2 kali pada umur 12 hari dan umur 20 hst.
- Menyemprot pestsida pada umur 9 sampai 55 hari. Pada umur 55 sampai 70
hari tidak disemprot supaya tidak ada residu pestisida
- Melakukan keamaanan pangan dengan cara galengan tanaman harus diberi
jarak 1 m antar lahan tetangga sekitar, bertujuan untuk apabila lahan
tetangga akan melakukan penyemprotan pestisida, tidak masuk ke tanaman
edamame.
5.1.1 Penyiapan Lahan
Kegiatan diawali dengan observasi untuk mengetahui kemiringan lahan
pada lokasi yang akan dikelola, guna menentukan langkah yang akan diambil
berupa:
a. Arah saluran, pemasukan dan pengeluaran air, sanitasi, sistem pembukaan
tanah, penentuan jalan ke lokasi dan di dalam lokasi (pengangkutan
saprodi dan hasil panen), membuat jadwal kegiatan, kebutuhan tenaga, dan
biaya.
b. Pemasangan patok atau tanda-tanda yang diperlukan.
c. Menuangkan program dalam bentuk sketsa/denah, gambar atau daftar
untuk memudahkan pelaksanaan pekerjaan dan pengawasan.
Selain berfungsi untuk pendistribusian air di dalam lokasi, saluran air juga
berfungsi untuk menurunkan permukaan air tanah atau menurunkan kejenuhan air
tanah yang akan menjadi media perakaran. Ada dua macam saluran yang
diperlukan yaitu:
a. Saluran keliling, dibuat mengelilingi lokasi dengan lebar 50 cm, dalam 50
cm, untuk memisahkan areal pertanaman edamame dengan sawah petani.
b. Saluran tengah, dalam areal pertanaman searah dengan kemiringan lahan
dengan lebar 50 cm dan dalam 40 cm.
c. Jarak antar saluran 11 m pada tempat yang kondisinya cenderung basah dan
22 m pada tempat dengan kondisi kering.
d. Dalam pembuatan jalan untuk pengaawasan pertanaman perlu dipastikan
lahan yang akan digunakan. Apabila dapat menggunakan pematang akan
lebih baik karena menghemat penggunaan lahan budi daya, tetapi bila masih
kurang memadai perlu dibuat agar intensitas pengawasan ke semua bedengan
dapat dengan mudah dilakukan.

5.1.2 Pengolahan Tanah


Pengolahan tanah untuk budi daya edamame ditujukan untuk meratakan dan
menggemburkan tanah dalam bentuk bedengan-bedengan. Pengolahan tanah
meliputi:
Pembukaan tanah. Berfungsi membuka dan membalik tanah di permukaan,
dan membentuk bongkahan-bongkahan kecil tanah sampai kedalaman 20-25 cm
sebelum dibuat bedengan. Sesuai dengan jenis dan kondisi tanah, serta cuaca
dapat dipilih alat yang tepat seperti bajak traktor, bajak sapi, cangkul total, lempak
atau kombinasi dari alat-alat tersebut, dengan mempertimbangkan mutu hasil
olahan dan besarnya biaya.
Pembuatan bedeng. Bedengan untuk penanaman benih edamame, dibuat
dengan cara menghancurkan ulang tanah hasil pembukaan tanah pertama,
sehingga menjadi rata dan gembur dengan lebar 1 m, panjang 10 m, dan tinggi 20-
25 cm, jarak antarbedeng 50 cm. Dengan ukuran tersebut didapatkan 600
bedengan/ha. Teknik tanam ini dapat mengatasi berbagai macam situasi cuaca,
sehingga membuat edamame disebut sebagai tanaman “segala musim”.
5.1.3 Jarak Tanam
Benih edamame di tanam di atas permukaan bedengan setelah disebar
pupuk kandang dan pupuk dasar, permukaan rata dan gembur, bersih dari gulma
dan dalam kondisi lembab. Untuk memperoleh produksi optimal maka penanaman
benih dilakukan dengan jari tangan. Lubang benih dibuat dengan ibu jari dan
telunjuk, ditekan ke dalam bedengan tanah sedalam 2,0-3,0 cm. Sebagai pedoman
untuk ukuran kedalaman penempatan benih adalah ruas satu telunjuk jari tangan.
Dengan cara ini, kedalaman lubang benih tetap terjaga sehingga pertumbuhan
kecambah tidak akan terganggu akibat lubang tanam yang terlalu dalam. Ke
dalam setiap lubang tanam dimasukkan satu butir biji benih edamame, kemudian
lubang ditutup dengan tanah secara merata dan tidak dipadatkan (untuk menutup
benih agar tetap berada di tempatnya dan menjaga kelembaban benih). Mulsa
jerami ditebarkan sejajar dengan lebar bedengan. Mulsa diletakkan tidak terlalu
rapat dan padat, namun dapat menutupi permukaan bedeng secara merata,
kemudian segera dilakukan penyiraman air dengan menggunakan gembor agar
mulsa (yang basah tersiram air) tidak terbang tertiup angin dan tetap melekat pada
permukaan tanah. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat penanaman adalah:
a. Tanah bedengan lembab (kapasitas lapang)
b. Jarak tanam 20 cm x 20 cm
c. Benih yang akan ditanam adalah 250 butir untuk setiap bedeng + 20%
cadangan, sehingga menjadi 300 butir/bedeng, atau populasi tanaman
180.000 pohon/ha
d. Pada umumnya benih berjumlah 2.750 butir/kg, dan diperlukan benih 65,5
kg/ha
e. Mulsa jerami dihamparkan merata di atas permukaan bedengan (tidak
terlalu tebal) yang telah ditanami, untuk menjaga kelembaban tanah
bedengan.
5.1.4 Pengairan
Pemberian air pada tanaman edamame sangat penting artinya untuk memacu
pertumbuhan dan perkembangan tanaman agar mampu berproduksi maksimal.
Prinsip pengairan adalah mengupayakan pemberian air yang cukup dan tepat
waktu pada fase-fase pertumbuhan tanaman. Ada 2 macam teknik pengairan
tanaman edamame, yaitu:
a. Penyiraman tanaman/bedengan dengan menggunakan alat gembor.
b. Penggenangan selokan dengan cara memasukkan air ke dalam selokan
diantara bedengan sampai ketinggian 2/3 tinggi bedengan selama 1-2 jam,
kemudian air dialirkan ke saluran pembuangan sampai tuntas.
c. Pengairan diperlukan setiap 7-10 hari sekali (bila tidak ada hujan)
bergantung pada jenis tanah. Fase-fase pertumbuhan kritis yang
memerlukan pengairan adalah:
d. Fase pekecambahan, umur 0-10 HST
e. Fase pertumbuhan vegetatif, umur 11-25 HST
f. Fase pembungaan, umur 25- 30 HST
g. Fase pembentukan dan pengisian polong, umur > 35 HST
h. Fase panen, umur > 58 HST

5.1.5 Penyiangan dan Tutup Blok


Penyiangan pada dasarnya diperlukan untuk mengendalikan atau
membersihkan rumput atau tanaman pengganggu (gulma) yang tumbuh pada areal
pertanaman edamame. Tujuan penyiangan adalah untuk menghindari persaingan
antara tanaman dengan gulma dalam memperoleh unsur hara, membuang gulma
sebagai inang hama/penyakit, dan memudahkan tahapan pemeliharaan
selanjutnya. Penyiangan dilakukan 2-3 kali (Tabel 2) atau disesuaikan dengan
pertumbuhan gulma yang ada dipertanaman. Rumput atau gulma yang sering
tumbuh di areal pertanaman edamame adalah:
a. Krokot atau krayap
b. Bayam berduri (Amarantus sp.)
c. Rumput teki (Ciperus rotundus)
d. Rumput grinting (Cinodon dactilon)
Gulma krokot atau krayap lebih efektif dikendalikan dengan penyemprotan
herbisida pra tumbuh seperti Ronstar dengan dosis 2 l/ha, 3 cc untuk 1 liter air, 2-
5 hari sebelum tanam. Jenis gulma yang lain masih harus dikendalikan secara
manual, dicabut, atau dikoret dengan cangkul kecil.
Tutup blok adalah menutup pangkal batang tanaman dengan menaikkan
tanah dari kiri kanan bedengan, sekaligus membersihkan dan mencegah
tumbuhnya gulma di permukaan bedengan. Penutupan pangkal batang akan
merangsang tumbuhnya akar adventif yang memperkuat serapan hara maupun
tegaknya tanaman. Kegiatan ini dilakukan pada saat tanaman berumur 10-15 HST.

5.1.6 Pengendalian OPT


Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman edamame merupakan
kegiatan yang sangat penting. Kerugian akibat serangan hama dapat mencapai
lebih dari 40%. Pengendalian hama dan penyakit dimulai sejak benih akan
ditanam, yaitu dengan perlakuan rawat benih (seed treatment) menggunakan
Biopestisida untuk pengendalian awal terhadap hama lalat bibit dan cendawan.
Cara pengendalian untuk setiap hama berbeda. Aplikasi pestisida nabati pertama
dilakukan 3-5 hari setelah benih berkecambah dan muncul di permukaan tanah
(emergence), untuk mencegah serangan hama agromyza. Untuk mencegah
serangan hama penggerek polong, penyemprotan insektisida dilakukan menurut
kebutuhan dan pertimbangan ekonomis. Sistem pengendalian hama dan penyakit
pada tanaman edamame adalah: (1) terjadwal/kalender, dan (2) monitoring.
Sistem terjadwal/ kalender ditujukan terhadap hama atau penyakit yang sulit
dideteksi dengan pengamatan langsung seperti hama Agromyza dan Etiella.
Pengendalian dilakukan dengan cara pemberantasan langsung menggunakan
pestisida nabati pada fase atau umur tertentu tanaman dimana hama atau penyakit
tersebut mulai menyerang.

5.1.7 Panen
Tanaman edamame untuk produksi polong segar dipanen pada umur 65-
68 HST dengan kondisi polong siap untuk dipetik, yaitu tingkat ketuaan polong
cukup (polong terisi penuh) dan warna hijau cerah. Polong yang dipanen tersebut
selanjutnya dibawa ke pabrik untuk dijadikan bahan baku ekspor (BBE) dan
bahan baku mukimame (BBM). Persyaratan mutu bahan baku edamame dari
sawah sebelum diproses (di pabrik) dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:
1. Kualitas BBE
a. tidak terlalu tua dan terlalu muda
b. biji dalam polong 2 dan 3 biji
c. jumlah polong per 500 g sebanyak 160-170 buah
d. Bebas hama dan penyakit
e. tidak terdapat kerusakan fisik
f. bau khas edamame
g. bentuk polong normal
h. bersih dari kotoran (rumput, daun edamame, lumpur, dan lain-lain)
i. warna seragam (hijau normal)
j. kondisi polong segar/tidak layu

2. Kualitas BBM
a. Keluaran dari hasil grading BBE
b. Semua polong berbiji satu
c. Bersih dari kotoran
d. Polong segar/tidak layu
e. Kualitas polong bahan muki baik: - warna biji hijau segar - biji
tidak cacat (hama/penyakit/mekanis) - polong bernas (tidak kepak)
- polong tidak tua.
5.2 Pengolahan Edamame
5.2.1 Pengadaan bahan baku
Bahan baku diperoleh melaui proses transaksi penjualan yang sifatnya
terikat. PT Mitra Tani Dua Tujuh bekerja sama dengan para petani di
sekitar Jember dengan menyewa lahan dan menyediakan benih. Lahan produksi
edamame berada disekitar Kabupaten Jember. Edamame adalah jenis kedelai
manis atau kedelai rebus (Glycine maxL.) yang lebih dikenal dengan nama
vegetable soybean. Benih yang digunakan oleh PT Mitra Tani Dua Tujuh berasal
dari Taiwan. Kelebihan yang dimiliki jika dibandingkan dengan kedelai jenis lain
adalah memiliki cita rasa yang manis, polongnya berukuran lebih besar, dan umur
panen yang pendek (65 hari) setelah tanam karena edamame adalah kedelai muda.
Sedangkan edamame adalah jenis kedelai manis yang memilliki bentuk lebih
ramping atau pipih dan lebih wangi (beraroma pandan) dibandingkan edamame.
Okura adalah sayuran yang memiliki kandungan serat sangat tinggi berbentuk segi
lima panjang. Varietas edamame yang digunakan oleh PTMitra Tani Dua Tujuh
adalah varietas Ryokko-75 (R-75) dan E-01 untuk chamame. Benih diimpor dari
Taiwan. Sebelum pelepasan ke lahan dilakukan uji germinasi (dayatumbuh). Jika
benih yang tumbuh lebih dari80% maka benih siap ditanam dilahan.
5.2.2 Penerimaan Bahan Baku
Bahan baku yang diterima ada 2 jenis yaitu bahan baku petik
dan brangkasan. Bahan baku petik digunakan sebagai bahan baku untuk edamame
dan mukimame. Sedangkan bahan baku brangkasan digunakan untuk edatsuki,
edamame, dan mukimame. Bahan baku diterima dalam keadaan segar dalam arti
dikirim langsung setelah pemanenan. Bahan baku dari lahan (raw material)
diangkut menggunakan truk atau pick-up menuju penerimaan di PTMitra Tani
Dua Tujuh. Bahan baku yangsampai di penerimaan akan dicek dan ditimbang
untuk mencocokkan data dilahan dan penerimaan sebelum diproses lebih lanjut.
5.2.3 Bahan Baku Pembantu
Bahan baku pembantu yang mendukung proses pengolahan kedelai
edamame adalah air, klorin, dan es balok. Dalam industri pangan, air memegang
peranan penting karena dapat mempengaruh mutu produk yang dihasilkan. Air
digunakan untuk perendaman dan pencucian bahan baku danalat, perebusan dan
pendinginan bahan baku. Es balok yang digunakan pada proses pengolahan
edamame adalah sebagai penjaga kesegaran.Edamame yang telah dikuliti
(Mukimame) akan direndam terlebih dahulu menggunakan air dan es balok
bertujuan untuk menjaga kesegaran dan mempertahankan kualitas dari mukimame
itu sendiri
5.2.4 Pengolahan Bahan Baku
Edamame yang telah dipanen akan diproses melalui beberapa tahapan
sebelum menjadi produk beku yang siap dipasarkan. Secara garis besar melalui
tahapan penerimaan, pemisahan berdasarkan standar produk, perebusan
atau pemasakan, pendinginan, pembekuan, penyimpan beku, sortasi, dan
pengemasan
1. Penerimaan
Proses penerimaan diawali dengan pengecekan dan penimbangan terhadap
bahan baku yang diterima. Setelah dilakukan pengecekan dan penimbangan,
dilakukan penyiraman dengan air untuk mengembalikan kesegaran produk yang
selama pengirim terkena terik matahari. Prosesselanjutnya adalah pembersihan,
pemisahan berdasarkan ukuran dan pencucian. Bahan baku brangkasan akan
dikirim ke bagian pemrosesan 2 atau bagian pemisahan berdasarkan standar
produk untuk dilakukan pencucian dan pemotongan sebagai bahan baku untuk
edatsuki
a. Pembersihan
Pembersihan dilakukan 2 kali. Pada tahapan ini akan
dilakukan pemisahan antara edamamedengan benda asing (dedaunan,
ranting, dankotoran lain). Edamame dimasukkan ke dalam konveyor yang
bergerak keatas (30°) menuju ruang blower. Konveyor menggunakan belt
tipe flat with strip. Hembusan dari blower akan memisahkan antara
edamamedengan benda asing karena bentuk dan berat edamame yang
memungkinkan untuk melewati hembusan blower. Benda asing yang
terpisah akan dilewatkan ke saluran pembuangan dan ditampung
olehkeranjang. Edamame yang berhasil melewati hembusan
blower ditampung pada konveyor 2. Proses selanjutnya sama seperti
pemisahan1. Hal ini dilakukan sebagai antisipasi adanya benda asing yang
masihterikut padaedamame. Hasil dari pembersihan akan dibawa
konveyor kecil bertipe flat with strip menuju konveyor pemasukan tipe flat
belt berupa kedelai edamame yang telah bersih. Selanjutnya
edamame yang berada diatas konveyor pemasukan akan dipindahkan
menuju mesin pemisah berdasarkan ukuran. Diatas konveyor pemasukan
terdapatkonveyor papan 26ontai untuk membagi edamame yang akan
masuk menuju mesin pemisah berdsarkan ukuran.
b. Pemisahan berdasarkan ukuran
Proses pemisahan berdasarkan ukuran adalah proses
untuk memisahkan bahan baku berdasarkan ukuran. Pemisahan ini
dilakukan untuk mendapatkan edamame dengan kualitas yang telah
ditetapkan perusahaan. Pada proses ini bahan baku tidak mengalami
perubahan bentuk.Pemisahan bahan baku disebabkan adanya getaran dari
vibrator motor yang ditempelkan pada badan mesin. Vibrator ini akan
menggetarkan badan mesin sehingga bahan akan bergerak maju melewati
sekat-sekat dengan jarak antar sekat antara 0.6-0.8 cm. Edamame yang
mempunyai ketebalan kurang dari 0.6-0.8 cm akan jatuh dan ditampung
dalam keranjang. Edamame yang bagus akan ditampung pada
sabuk konveyor untuk kemudian dibawa menuju bak pencucian.
c. Pencucian
Selanjutnya bahan baku akan dicuci dalam bak pencucian dengan
volume air sekitar 525 liter. Ke dalam bak pencucian ditambahkan larutan
NaOCl sebanyak 656 ml atau kadar klorin dalam air 150 ppm.Pencucian
dibantu oleh pompa air bertekanan sehingga air berputar Penambahan
NaOCl sebanyak 656 ml dilakukan setiap 50 keranjange damame hasil
pencucian. Pencucian dilakukan dengan tujuan membersihkan edamame
dari kotoran yang menempel dan membunuh bakteri.
2. Pemisahan Berdasarkan Standar Produk
Pada tahapan pemisahan berdasarkan standar produk, edamame akan
dipisahkan kedalam kelompok-kelompok tertentu. Edamame yang telah bersih
akan di sortasi secara manual diatas meja dan sabuk konveyor dilihat dari bentuk,
ukuran, jumlah bij, spot coklat dan hitam, karat, terlalu mudaatau tua, adanya
hama penyakit, dan lain-lain.Edamame yang tidak memenuhi syarat mutu akan
dikelompokkan kedalam bahan baku mukimame, dan sisanya sebagai bahan afkir.
Selanjutnya edamame yang telah melewati tahapan pemisahan berdasarkan
standar produk akan dianalisa dan ditimbang. Perendaman edamame dilakukan
pada bak rendam menggunakan keranjang dengan kadar klorin 150 ppm selama
10-20 menit. Hal ini berfungsi untuk membunuh bakteri yang masih melekat pada
edamame.Pergantian air untuk perendaman dilakukan jika keadaan air sudah
keruh, pH kurang dari 7, dan kadar klorinkurang dari 100 ppm. Edamame
kemudian ditiriskan dan melewati proses administrasi sebelum proses selanjutnya.

3. Perebusan
Perebusan adalah perlakuan pemberian panas pada suatu bahan dengan cara
pencelupan pada air panas atau pemberian uap panas. Cara ini dimaksudkan untuk
me-non-aktifkan enHim-enHim dan menghentikan proses oksidasi sel. Pada
tahapan ini bahan baku yang akan direbus dicuci terlebih dahulu pada bak
pencucian yang didalamnya terdapat konveyor tipe wire mesh untuk mengangkut
bahan baku menuju tabung perebusan. Kemudian bahan baku masuk kedalam
tabung perebus yang didalamnya terdapat tabung spiral untuk mendorong bahan
baku dan pipa steam bersuhu Untuk memanaskan air yang terdapat dalam tabung
perebus. 28ontainer28e dan lamanya waktu perebusan ini tergantung dari jenis
produk yang diolah. Standar yang ditetapkan oleh PT Mitra Tani Dua Tujuh
4. Pendinginan
Pendinginan merupakan tahapan penting dalam penghentian kerusakan
warna, rasa, aroma serta mencegah dari kehilangan zat gizi. Pendinginan bahan
hasil perebusan menggunakan media air. Pendinginan dilakukan dua tahapan
penurunan suhu bahan yaitu proses pendinginan 1 dan pendinginan 2.
a) Pendinginan 1
Pendinginan tahap a”al ini menggunakan media air bersuhu 10°C. Air
akan menyerap panas yang dilepaskan produk sehingga suhu air meningkat.
Untuk itu dilakukan sirkulasi pergantian air. Suhu air setelah terkena produk
(edamame) berkisar antara 27-30°C. Selanjutnya suhu medium
dipertahankan antara 27-30°C dengan sirkulasi pergantian air bersuhu 6-7°C
yang dilakukan secara kontinyu, dengan debit air masuk sama dengan debit
air keluar. Alat yang digunakan berbentuk setengah tabung didalamnya
terdapat tabung spiral berongga yang berfungsi untuk mendorong produk
menuju pendinginan 2.
b) Pendinginan 2
Proses pendinginan 2 menandakan bahwa produk telah siap untuk
dibekukan. Proses pendinginan ini menggunakan media bersuhu 5-6°C.
Suhu air setelah terkena produk sekitar 12°C. Air yang digunakan untuk
mendinginkan produk mempunyai kadar klorin 25 – 30 ppm dengan pH 6-7.
Produk telah didinginkan dan siap dimasukkan ke dalam IQF Freezer
mempunyai suhu sekitar 20°C. Sama seperti cooling 1, sirkulasi pergantian
air dilakukan kontinyu. Hanya saja pada pendinginan 2, pendinginan
dilakukan dengan merendam produk di dalam air di atas konveyor, wire
mesh yang akan membaca produk naik menuju alat peniris getar sebelum
masuk IQFm. Penirisan dilakukan tiga tahap yaitu pada wire mesh yang
bergerak naik, alatpeniris getar, dan inlet
5. Pembekuan
Produk tang telah tiris akan ditempatkan pada konveyor IQF yang berjalan.
Konceyor menggunakan tipe wire mesh yang memiliki rongga. Kapasitas
terpasang dari IQF ini mencapai 200 kg produk/jam. Lama pembekuan
tergantung dari jenis dan ketebalan produk. Untuk edamame sekitar 13 menit.
Suhu pusat produk yang diinginkan dari pembekuan ini adalah 18°C atau kurang
dari suhu tersebut.
Prinsip pembekuan ini adalah pembekuan individu secara cepat. Suhu
evaporasi yang digunakan sekitar -40°. Pembekuan dilakukan dengan teknik
fluidization yaitu produk seakan terlihat seperti fluia yang mengalir karena adanya
hembusan dari kipas sentrifugal. Pada teknik ini produk dipertahankan untuk
menggantung di udara selama proses pembekuan dengan begitu tidak terjadi
pembekuan block, yaitu produk yang dibekukan saling menempel. Suhu akhir
produk yang diinginkan adalah -18°C atau kurang.
6. Penyimpanan beku
Produk yang telah dibekukan kemudian dikemas menggnakan
29ontain besar untuk kemudian disimpam pada ruangan penyimpan beku.
Rentang waktu antara pengemasan ke dalam 29ontain hingga masuk ruangan
penyimpan beku tidak boleh lebih dari 2 menit, hal ini dapat mempengaruhi
kualitas produk.
Suhu pengaturan penyimpan beku adalah -25°C, sedangkan suhu
aktualnya mencapai -22°C. Suhu ruangan didesain agar menjaga produk bekutetap
pada suhu -18°C. Terdapat 2 unit ruangan penyimpan beku dengankapasitas total
370 ton
edamame. Penyimpan beku 2,3 dan 4 digunakan untuk menyimpan produk
hasil pembekuan IQF, sedangkan penyimpan beku 1 digunakan untuk menyimpan
produk hasil sortasi dan pengemasan.
7. Sortasi
Sortasi dilakukan untuk mengecek kembali produk beku sebelum dikemas
untuk dipasarkan. Pengecekan dilakukan untuk mengantisipasi adanya produk
yang tidak sesuai standar yang masih terikut pada proses pembekuan dan
mensortasi produk yang rusak akibat mesin. Sortasi dilakukan secara manual
dengan tenaga manusia.
Ruangan untuk sortasi merupakan ruangan yang steril dan mempunyaisuhu
ruangan yang rendah untuk menjaga produk beku tidak mengalami penurunan
suhu drastis selama proses sortasi. Suhu ruangan sekitar 9-13°C.Produk yang
disortasi berasal dari produk beku yang disimpan pada penyimpan beku 2, 3, dan
4. Pengangkutan produk dilakukan dengan menggunakan kereta troli. Sortasi
dilakukan menggunakan mesin pemisah berdasarkan ukuran dan sabuk konveyor
tipe Flat belt.
Sortasi awal dilakukan pada mesin pemisah berdasarkan ukuran,
produk yang mempunyai ketebalan kurang dari 6-8 mm akan jatuh. Produk kenis
mukimame tidak melalui tahap ini. Produk kemudian menuju sabuk
konveyor dengan kecepatan gerak 0,2 m/s. Produk yang tidak sesuai dengan
standar mutu akan disortasi dan dipisahkan pada mangkuk-mangkuk plastik.
Produk yang tersortasi dijadikan produk dengan kualitas dibawahnya atau
dijadikan BBM. Sedangkan produk yang lolos (sesuai standar) dikemas kembali
dalam 30ontain dan disimpan pada penyimpan beku 1. Lama produk keluar
dari penyimpan beku, proses sortasi hingga masuk kembali ke penyimpan beku
tidak boleh melebihi *5 menit.

8. Pengemasan
Pengemasan merupakan tahap akhir dari proses produksi. Pengemasan
dilakukan untuk melindungi produk beku dari benturan selama distribusi dan
memberi label pada produk. Alat yang digunakan pada proses pengemasan adalah
mangkuk, timbangan, stiller, alat pengikat karton dan metal detector. Produk
yang akan dikemas berasal dari penyimpan beku 1 yaitu produk hasil sortasi.
Produk dikemas ke dalam 30ontain kemasan yang telah diberi label. Kemudian
dikemas lagi ke dalam karton ukuran 1 kg atau 20 kg. Sebelum dimasukkan ke
dalam 30ontainer, karton yang telah terikat terlebih dahulu dilewatkan pada metal
detector . Hal ini dilakukan untuk mendeteksi ada atau tidaknya kandungan metal
pada produk atau kemasan. Jika metal detector mendeteksi adanya kandungan
metal, maka produk tersebut belum siap dipasarkan dan harus dicek kembali.
VI. PEMBAHASAN

Budidaya edamame di PT. Mitratani Dua Tujuh dilakukan dengan


melibatkan petani yang ada disekitar perusahaan dan petani tertentu yang telah
disetujui oleh perusahaan. PT. Mitratani Dua Tujuh Jember menggunakan
hubungan kemitraan dengan para petani yang terlibat dalam proses budidaya
edamame. Kebutuhan benih edamame selama ini masih tergantung ekspor, maka
dari itu mulai tahun 2000 telah dirintis untuk mengadakan multiplikasi benih
sendiri dengan pola kemitraan, pada lokasi yang memenuhi persyaratan teknik
pembenihan. Pada tahun 2006 akhirnya PT. Mitratani Dua Tujuh Jember telah
menghentikan impor benih dan mulai memproduksi multiplikasi benih edamame.
Sebagai tanaman palawija berumur pendek kurang lebih 68 hari, sangat tepat
sebagai tanaman rotasi (gilir tanam) dengan tembakau maupun tanaman lain yang
saling menguntungkan. Daerah budidaya edamame meliputi Jember, Bondowoso,
dan Banyuwangi.
VII. PENUTUP

7.1 KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum lapang yang telah dilaksanakan di PT. Mitratani
Dua Tujuh Jember dapat disimpulkan bahwa : PT. Mitratani Dua Tujuh
membudidayakan tanaman edamame yang mana dilakukan dengan melibatkan
petani yang ada disekitar perusahaan dan petani tertentu yang telah disetujui oleh
perusahaan. Di Perusahaan ini memproduksi benih edamame berkualitas untuk
dikembangbiakkan dan juga sebagai industri sayuran beku untuk dikonsumsi.
7.2 SARAN
Kegiatan praktikum lapang yang dilaksanakan di PT. Mitratani Dua Tujuh
Jember kurang kondusif untuk penyambutan dan juga tempat yang digunakan.
Mahasiswa juga kurang menangkap informasi yang mendetail mengenai budidaya
maupun proses pembenihan tanaman edamame sehingga lebih berkesan sebagai
wisata edukasi. Semoga untuk kedepannya bias dijadikan evaluasi mengenai
pemilihan tempat untuk kegiatan praktikum lapang.
DAFTAR PUSTAKA

Adisarwanto, T. 2006. Kedelai : Budidaya dengan Pemupukan yang Efektif


dan Pengoptimalan Peran Bintil Akar. Penebar Sadaya: Jakarta.

Andrianto, T. T dan N. Indarto. 2004. Budidaya dan Analisis Usaha Tani;


Kedelai, Kacang Hijau, Kacang Panjang. Cetakan Pertama. Penerbit
Absolut, Yogyakarta. Hal. 9-92. Dalam Skripsi M. Ikmal Tawakkal. P.
2009. Respon Pertumbuhan dan Hasil Produksi Beberapa Varietas Kedelai
(Glycine Max L) Terhadap Pemberian Pupuk Kandang Kotoran Sapi.
Universitas Sumatera Utara. Medan.

Firmansyah A. 2007. Upaya Peningkatan Produktivitas Tanaman Kedelai


(Glycine max L. Merrill) Varietas Panderman Melalui Dosis dan Waktu
Pemberian Kalium. Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya: Malang.

Irwan, Aep Wawan. 2006. Budidaya Tanaman Kedelai (Glycine max (L.)
Merill). Universitas Padjajaran: Jatinangor.

Mentreddy, S.R., Mohamed, A.I., Joshee, N, dan Yadav, A.K. 2002. Edamame: A
Nutritious Vegetable Crop. In: Janick, J. dan Whipkey, A. (eds.). Trends in
New Crops and New Uses, pp. 432 – 438. ASHS Press, Alexandria.

Nazaruddin, 1993. Komoditi Ekspor Pertanian. Jakarta. Penebar Swadaya.

Rubatzky, V. E dan M.Yamaguchi. 1988. Sayuran Dunia Prinsip Produksi dan


Gizi. Terjemahan Catur Herison. Jilid Kedua. Penerbit ITB, Bandung
Dalam Skripsi M. Ikmal Tawakkal. P. 2009. Respon Pertumbuhan dan Hasil
Produksi Beberapa Varietas Kedelai (Glycine Max L) Terhadap Pemberian
Pupuk Kandang Kotoran Sapi. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Rukmana, R. 1995. Usaha Tani Jagung. Kanisius. Yogyakarta.

Shanmugasundaram, S., S.T. Cheng, M.T. Huang and M.R. Yan. 1991. Vaietas
Improvement of Vegetable Soybean in Taiwan. In Vegetable Soybean.
Research Needs for Production an Quality Improvement AVRDC .

Soewanto, Prasongko dan Sumarno.2007. Kedelai Teknik Produksi dan


Pengembangannya (Agribisnis Edamame untuk Ekspor). Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan.
LAMPIRAN

No. Gambar Keterangan

Lahan budidaya tanaman


1 edamame di PT. Mitratani Dua
Tujuh Jember.

Tanaman edamame yang ada di


2. PT. Mitratani Dua Tujuh
Jember.
Bedengan yang digunakan
dalam budidaya tanaman
3.
edamame di PT. Mitratani Dua
Tujuh Jember.

Tanaman edamame yang telah


4.
muncul polongnya.
Polong edamame yang mulai
5.
berisi.

Tanaman edamame yang


6.
terserang penyakit.
Daun tanaman edamame yang
7.
terserang hama.

Anda mungkin juga menyukai