Anda di halaman 1dari 9

JURNAL SAINS AGRO E-ISSN : 2580-0744

Volume 4, Nomor 1, April 2019 http://ojs.umb-bungo.ac.id/index.php/saingro/index

PENGARUH DOSIS KAPUR DOLOMIT TERHADAP PERTUMBUHAN


DAN HASIL TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq)
TM 15 PADA ULTISOL DI KABUPATEN BUNGO

M. Bahrul Rozi1, Budi Prastia2


1,2
Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Muara Bungo

Naskah Diterima Januari 201, disetujui Maret 2019

ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Rantau Keloyang Kecamatan Pelepat Kabupaten


Bungo, yaitu pada ketinggian tempat ± 125 m di atas permukaan laut, pada Ultisol dengan pH
5,0. Percobaan ini dilaksanakan dari Bulan September 2017 s/d April 2018. Adapun tujuan dari
penelitian ini ialah untuk mengetahui pengaruh dosis kapur dolomit terhadap hasil tanaman
kelapa sawit (Elaeis guineenses Jacq) TM 15 pada Ultisol di Kabupaten Bungo.
Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 taraf
perlakuan kapur dolomit yaitu : D0 ( Tanpa kapur dolomit), D1
( Dosis 0,5 kg /pokok), D2 ( Dosis 1,0 kg/pokok), D3 (Dosis 1,5 kg /pokok) dan D4 ( Dosis 2,0
kg /pokok). Data hasil pengamatan terakhir dianalisis dengan sidik ragam. Apabila terdapat
pengaruh nyata maka dilanjutkan dengan uji Duncan New’s Multiple Range Test (DNMRT)
pada taraf 5%.
Parameter Yang Diamati : yaitu Jumlah Pelepah (Buah), Jumlah Tandan (Buah), Berat
Buah Per janjang (Kg) dan Lingkar Buah (cm). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa
pemberian kapur dolomit berpengaruh nyata terhadap Jumlah Pelepah (Buah), Jumlah Tandan
(Buah), Berat Buah Per janjang (Kg) dan Lingkar Buah (cm). Pemberian kapur dolomit dengan
dosis 1,0 kg/pokok merupakan hasil terbaik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa
sawit.

Kata kunci : Dolomit, kelapa sawit dan produksi.

PENDAHULUAN dalam kondisi krisis ekonomi sekalipun


terbukti mampu survive dan tetap tumbuh
Indonesia merupakan negara apalagi dikelola dengan baik dan benar
penghasil kelapa sawit (Elaeis guineensis (Fauzi dkk., 2014).
Jacq) terbesar di dunia. Kebutuhan buah Produktivitas tanaman kelapa sawit
kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Indonesia juga dipengaruhi oleh beberapa
meningkat tajam seiring dengan faktor antara lain yaitu, faktor lingkungan,
meningkatnya kebutuhan CPO dunia. Bagi faktor genetik, dan teknik budidaya. Faktor
Indonesia tanaman kelapa sawit (Elaeis lingkungan (enforce) yang mempengaruhi
guineensis Jacq) memiliki arti penting dalam produktivitas kelapa sawit meliputi faktor
pembangunan perkebunan nasional. Selain abiotik (curah hujan, hari hujan, tanah,
mampu menciptakan kesempatan kerja yang topografi) dan faktor biotik (gulma, hama,
mengarah kepada kesejahteraan masyarakat jumlah populasi tanaman/ha). Faktor genetik
dan sebagai sumber devisa negara. Bahkan (innate) meliputi varietas bibit yang
digunakan dan umur tanaman kelapa sawit. pelepah bisa di jadikan sebagai pakan ternak
Faktor teknik budidaya (induce) meliputi (Pardamean, 2011).
pemupukan, konservasi tanah, air, Kapur dolomit berperan dalam
pengendalian gulma, pengendalian hama, memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi
dan pengendalian penyakit tanaman, serta tanah, karena secara langsung dapat
kegiatan pemeliharaan lainnya. Faktor- menyuplai unsur hara makro berupa Ca dan
faktor tersebut saling berhubungan dan Mg, serta kondisi pH tanah dapat meningkat
mempengaruhi satu sama lain (Pahan 2007). sehingga memberikan kondisi lingkungan
Kabupaten Bungo dengan luas areal yang lebih baik bagi perkembangan dan
tanaman kelapa sawit mencapai 31.594 Ha, aktivitas mikroorganisme tanah (Setiawan,
sedangkan untuk produksi CPO sebesar 2010).
102.113 ton dengan produktivitas Kapur dolomit sebagai bahan
3.232kg/ha/tahun (Statistik Perkebunan penyedia kalsium, pemberian kapur dolomit
Indonesia, 2015). Produktivitas CPO tidak hanya untuk menambah Ca, namun
tanaman kelapa sawit di Kabupeten Bungo juga berfungsi sebagai penyedia unsur hara
masih sangat rendah bila dibandingkan lainnya, di samping itu kapur dolomit juga
dengan produktivitas CPO di Malaysia yaitu dapat digunakan untuk meniadakan
sebesar 3900 kg/ha/tahun, sedangkan untuk keracunan Fe dan Mn. Tersedianya Ca dan
produktivitas TBS di Kabupaten Bungo unsur lainnya menyebabkan pertumbuhan
hampir sama dengan seluruh wilayah yang generatif menjadi lebih baik, sehingga
ada di Indonesia yaitu berkisar 2-3 ton/ha, mengakibatkan hasil panen menjadi lebih
hasil ini masih jauh jika dibandingkan tinggi (Handoyo, dkk., 2015).
dengan produktivitas TBS di Malaysia yang Berdasarkan hasil penelitian Sudrajat
mencapai 12 ton/ha (Saputra, 2014). dan Fitria (2015) bahwa pemberian dosis
Penyebab rendahnya produktivitas pupuk dolomit dapat memberikan pengaruh
diantaranya mutu bibit dan teknik budidaya nyata terhadap tinggi tanaman, lingkaran
yang belum optimal. Teknik budidaya yang batang, jumlah daun dan kandungan klorofil
perlu mendapat perhatian yaitu pemberian daun pada tanaman kelapa sawit. Menurut
kapur dolomit untuk meningkatkan Ardian (2017), bahwa dosis kapur dolomit
kesuburan tanah. untuk tanaman kelapa sawit yang berumur
Hampir sebagian besar dari tanaman 15- 25 tahun yaitu 0,75 kg/pokok/aplikasi.
kelapa sawit dapat dijadikan sebagai bahan
baku industri baik industri pangan maupun
industri non pangan. Untuk keperluan METODOLOGI PENELITIAN
industri pangan daging buah kelapa sawit
dapat dijadikan sebagai minyak goreng, Penelitian ini dilaksanakan di Desa
mentega, biscuit sedangkan industri non Rantau Keloyang Kecamatan Pelepat
pangan dapat dimanfaatkan untuk penghasil Kabupaten Bungo, yaitu pada ketinggian
biodiesel untuk keperluan bahan bakar tempat ± 125 m di atas permukaan laut, pada
minyak dan pembangkit listrik. Cangkang Ultisol dengan pH 5,0. Percobaan ini
dan sabut kelapa juga dapat digunakan dilaksanakan dari tanggal 30 September
sebagai pengganti solar untuk pembangkit 2017 s/d 28 April 2018.
listrik tenaga uap. Sedangkan limbah TKKS Bahan-bahan yang digunakan dalam
sebagai pupuk organik, pulp kertas, batang penelitian ini adalah tanaman kelapa sawit
untuk perabot dan partikel board serta varietas tenera TM 15, kapur dolomit, pupuk
buatan (Urea, SP 36 dan KCl), herbisida
JURNAL SAINS AGRO E-ISSN : 2580-0744
Volume 4, Nomor 1, April 2019 http://ojs.umb-bungo.ac.id/index.php/saingro/index

Round-up, Ally 20 WDG, Sportox dan air Sebelum melakukan penelitian


bersih. Adapun alat-alat yang digunakan tanaman percobaan harus di bersihkan
dalam penelitian ini yaitu cangkul, ember, terlebih dahulu dari gangguan gulma dan
galon, krapsek sprayer, gelas ukur, meteran, tumbuhan pengganggu lainnya yang tumbuh
timbangan, tangga, papan merk, gerobak, dipokok tanaman baik secara manual
dodos, eggrek, toyak, tali rapia, cutter, alat maupun secara mekanis, setelah bersih
dokumentasi serta alat tulis dan alat seluruh tanaman percobaan di pruning
penunjang lainya. dengan sistem songgo dua kemudian
Rancangan yang digunakan adalah diberikan pupuk sesuai dosis yang telah
Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan ditentukan.
5 taraf perlakuan yaitu: 3. Pemasangan Label
D0 : Tanpa kapur dolomit Pemasangan label pada unit
D1 : Dosis 0,5 kg /pokok percobaan dilakukan secara random dengan
D2 : Dosis 1,0 kg /pokok sistem acak untuk tiap kelompok,
D3 : Dosis 1,5 kg /pokok selanjutnya dilakukan pengacakan pada
D4 : Dosis 2,0 kg /pokok kelompok yang lain, setelah dilakukan
pengacakan kemudian label di pasang di
Penelitian ini dilaksanakan dalam setiap pokok tanaman kelapa sawit yang
beberapa tahap yaitu : sudah terpilih secara acak.
1. Persiapan Lahan 4. Pemberian Perlakuan Kapur Dolomit
Penyiapan lahan pada prinsipnya Pemberian perlakuan sesuai dengan
membebaskan lahan dari tumbuhan dosis yang diteliti yaitu mulai dari tanpa
pengganggu atau komponen lain seperti kapur dolomit hingga dosis 2,0 kg/pokok.
contohnya gulma, pengendalian gulma pada Sebelum di lakukan pengapuran piringan
gawangan dan piringan dikendalikan dengan harus di bersihkan terlebih dahulu dari
menggunakan herbisida Roundup + Ally 20 gulma dan tumbuhan pengganggu lainnya,
WDG untuk gulma anak kayu dan ilalang setelah bersih maka diberikan kapur dolomit
dengan dosis 100 cc/liter air. Roundup yang dengan cara menabur secara merata pada
digunakan terlebih dahulu dicampur Ally 20 piringan mulai dari pangkal pokok hingga
WDG 30 g per liter Roundup. Untuk gulma berjarak 2,0 meter dari pokok tanaman.
jenis lain dikendalikan dengan herbisida 5. Pemberian Pupuk Tunggal
sportok dengan dosis 150 cc/ liter air. Seminggu setelah dilakukan
Agar lebih efektik dalam merawat pengapuran minggu selanjutnya maka
kelapa sawit,perlu di buatkan piringan di diberikan pupuk tunggal berupa pupuk SP
sekitar batang tanaman dengan diameter 36 dengan dosis 1,5 kg/pokok. Seminggu
tertentu. Piringan berfungsi sebagai tempat kemudian menyusul pupuk tunggal Urea dan
menaburkan pupuk sehingga dapat diserap KCl dengan dosis yang sama yaitu masing-
oleh tanaman secara maksimal. masing 2 kg/pokok pupuk di berikan secara
Gulma yang tumbuh dipiringan merata mulai dari pangkal pokok hingga
tanaman kelapa sawit dikendalikan secara berjarak 2,0 meter dari pokok tanaman.
manual dengan menggunakan cangkul
dengan lebar priringan 2,0 meter dari pokok. 6. Pemeliharaan
Rotasi pembersihan gulma dilakukan 2 Pemeliharan meliputi pembersihan
bulan sekali. piringan, gawangan, dan pasar pikul dari
2. Persiapan Tanaman Percobaan gangguan gulma dan tumbuhan pengganggu
lainnya, pengendalian gulma dilakukan
dengan interval 2 bulan sekali baik secara
manual maupun secara mekanis. Tabel 1. Rataan Jumlah Pelepah, Jumlah
7. Pengamatan Tandan, Berat Buah Per Janjang
Pengamatan sebelum perlakuan, Dan Lingkar Buah.
yaitu yang diamati sebelum perlakuan Jumlah Jumlah Berat Buah Lingkar
antara lain kondisi lahan, kondisi tanaman Perlak Pelepah Tandan Per Janjang Buah
baik dari segi pertumbuhan tanaman uan (buah) (buah) (kg) (cm)
maupun dari hasil produksi tanaman. D0 40 3.75 14.65 113.70
Pengamatan sesudah perlakuan, D1 40 4.55 15.75 114.75
yang diamati sesudah perlakuan yaitu D2 40 5.10 15.90 114.85
melihat pengaruh kapur dolomit yang D3 40 4.20 14.90 113.95
diberikan ke setiap tanaman perlakuan D4 40 5.35 16.55 115.80
terhadap parameter yang diamati. Rataan 40 4.59 15.55 114.61
8. Panen
Penen dilakukan dengan rotasi 15 2. Jumlah Pelepah (Buah)
hari sekali. Kriteria umum yang banyak Hasil analisis ragam menunjukan
dipakai adalah berdasarkan jumlah bahwa pemberian kapur dolomit
brondolan, yaitu tanaman dengan umur berpengaruh nyata terhadap pertambahan
kurang dari 10 tahun, jumlah brondolan jumlah pelepah (buah) tanaman kelapa
sebanyak 10 butir dan tanaman dengan umur sawit. Rataan pertambahan jumlah pelepah
15 tahun, jumlah brondolan sebanyak 15-20 dan pengaruh dosis kapur dolomit dapat
butir. Namun, secara praktis digunakan dilihat pada Tabel 2.
kriteria yang umum yaitu pada setiap 1 kg Tabel 2. Rataan Jumlah Pelepah Tanaman
tandan buah segar (TBS) terdapat dua Kelapa Sawit Akibat Pemberian
brondolan Fauzi dkk., (2014). Dosis Kapur Dolomit
Sedangkan parameter yang diamati
Rataan Jumlah
dalam penelitian ini adalah : Jumlah Pelepah Perlakuan
Pelepah (Buah)
(Buah), Jumlah Tandan (Buah), Berat Buah
D0 7.66 b
Per Janjang (kg), dan Lingkar Buah (cm).
D1 9.55 a
Untuk melihat pengaruh perlakuan kapur
D2 9.66 a
dolomit terhadap parameter yang diamati,
D3 10.22 a
data dari hasil pengamatan di himpun
D4 9.89 a
selanjutnya diuji dengan analisis
KK = 7.45%
ragam,apabila hasil analisis menujukkan Keterangan : Angka-angka yang ikuti oleh huruf
pengaruh nyata maka dilanjutkan dengan uji kecil yang berbeda pada kolom yang sama
Duncan New Multiple Range Test menunjukkan berbada nyata menurut uji
(DNMRT) pada taraf 5 % (Steel and Torrie, DNMRT pada taraf 5 %
1994).
Tabel 2. menunjukkan bahwa
HASIL DAN PEMBAHASAN pemberian perlakuan dosis kapur dolomit
berpengaruh nyata terhadap jumlah pelepah
1. Pengamatan Pendahuluan tanaman kelapa sawit. Hasil penelitian
Sebelum perlakuan seluruh tanaman menunjukkan bahwa perlakuan DO (tanpa
sampel di lakukan pengamatan awal dengan kapur dolomit) berdeda dengan pemberian
rataan masing-masing parameter sesuai perlakuan dosis kapur dolomit ( D1, D2, D3
Tabel 1. dan D4).
JURNAL SAINS AGRO E-ISSN : 2580-0744
Volume 4, Nomor 1, April 2019 http://ojs.umb-bungo.ac.id/index.php/saingro/index

Perlakuan (D1, D2, D3 dan D4) tidak Hasil analisis ragam menunjukkan
menunjukkan perbedaan terhadap bahwa pemberian kapur dolomit
pertambahan jumlah pelepah. Perlakuan berpengaruh nyata terhadap produksi jumlah
terbaik adalah perlakuan D1 dengan jumlah tandan per pokok. Rataan produksi jumlah
pelepah 9.55 buah. Hal ini dikarenakan dosis tandan tanaman kelapa sawit per pokok
kapur dolomit yang diberikan lebih sedikit dapat dilihat pada Tabel 3.
bila dibandingkan dengan (D2, D3 dan D4). Tabel 3. Rataan Jumlah Tandan Tanaman
Perlakuan D0 merupakan perlakuan dengan Kelapa Sawit Akibat Pemberian
jumlah pelepah yang paling sedikit bila Dosis Kapur Dolomit
dibandingkan dengan yang lainnya yaitu Rataan Jumlah
7.66 buah. Rendahnya jumlah yang Perlakuan
Tandan (Buah)
dihasilkan pada perlakuan D0 dikarenakan D0 4.88 c
unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman D1 6.55 ab
sedikit bila dibandingkan dengan perlakuan D2 7.11 ab
yang lainnya. Perlakuan D1 merupakan D3 7.33 a
merupakan dosis optimum terhadap jumlah D4 6.33 b
pelepah. Perlakuan (D2, D3 dan D4) terjadi
peningkatan hasil yang menurun sehingga KK = 3,73%
tidak efesien (konsumsi mewah). Kelebihan Keterangan : Angka-angka yang ikuti oleh huruf
kecil yang berbeda pada kolom yang sama
pupuk dapat menyebabkan konsumsi menunjukkan berbada nyata menurut uji
berlebih/mewah dan dapat menggangu DNMRT pada taraf 5 %
metabolisme tanaman. Pelakuan D1 dengan
dosis 0.5 kg/pokok telah mampu memacu Tabel 3. menunjukkan bahwa
pertambahan jumlah pelepah tanaman pemberian perlakuan dosis kapur dolomit
kelapa sawit. Jumlah pelepah meningkat berpengaruh nyata terhadap jumlah tandan
dengan meningkatnya pemberian dosis tanaman kelapa sawit. Hasil penelitian
kapur dolomit hal ini dikarenakan unsur P menunjukkan bahwa perlakuan DO (tanpa
yang terkandung dalam kapur dolomit dapat kapur dolomit) berbeda dengan perlakuan
meningkatkan pertumbuhan vegetatif pada pemberian dosis kapur dolomit (D1, D2, D3
tanaman kelapa sawit. dan D4). Perlakuan D1 merupakan
Menurut Handoyo, dkk, (2015), perlakuan terbaik dengan jumlah tandan
bahwa unsur P yang terdapat dalam kapur yaitu 6.55 buah.
dolomit dapat merangsang pertumbuhan Perlakuan D4 berbeda dengan
akar tanaman sebagai bahan untuk perlakuan (D0, D1,D2 dan D3). Pelakuan
pembentukan protein dan selain itu unsur P (D1, D2 dan D3) tidak menunjukkan
juga berfungsi sebagai pengangkut energi. perbedaan terhadap jumlah tandan.
Menurut Sutedjo (2010), bahwa Perlakuan terbaik adalah perlakuan D1
salah satu unsur hara yang berperan untuk dengan jumlah tandan yaitu 6.55 buah.
pertambahan jumlah pelepah pada tanaman Hal ini dikarenakan dosis kapur
kelapa sawit yaitu Nitrogen, disini nitrogen dolomit yang diberikan lebih sedikit bila
berperan dalam pembentukan organ dibandingkan dengan perlakuan (D2 dan
vegetatif. Organ vegetatif yang terbentuk D3). Menurut Sutedjo (2010), bahwa
yaitu jumlah pelepah pada tanaman kelapa kelebihan pupuk menyababkan konsumsi
sawit. berlebih/mewah dan dapat mengganggu
metabolisme tanaman. Perlakuan D1 dengan
3. Jumlah Tandan (Buah) dosis 0.5 kg/pokok telah mampu memacu
terbentuknya buah maupun tandan kelapa Tabel 4. Rataan Berat Buah Per Janjang
sawit, dan pada perlakuan D4 terjadi Tanaman Kelapa Sawit Akibat
peningkatan hasil yang menurun sehingga Pemberian Dosis Kapur Dolomit
tidak efesien (konsumsi mewah) Rataan Berat
Menurut Trisnawati, et al., (1994) Perlakuan Buah
dalam Saijo, (2011), bahwa pemberian Perjanjang (kg)
kapur dolomit berpengaruh nyata terhadap D0 14.16 c
jumlah buah kelapa sawit pertanaman. Pada D1 17.50 b
proses pelapukan dolomit akan terbentuk D2 21.75 a
asam-asam organik maupun anorganik yang D3 22.49 a
menyebabkan daya larut unsur-unsur lain D4 20.52 a
seperti P, K dan Ca menjadi lebih tinggi KK = 5.43%
sehingga lebih tersedia bagi tanaman. Hal Keterangan : Angka-angka yang ikuti oleh huruf
ini akan memberikan pengaruh terhadap kecil yang berbeda pada kolom yang sama
jumlah hara yang dapat di absorpsi oleh menunjukkan berbada nyata menurut uji
DNMRT pada taraf 5 %
tanaman. Unsur K mempengaruhi
pembentukan buah dan unsur P berperan
pandukung dalam pembentukan buah, Tabel 4. menunjukkan bahwa
proses fotosintesis, metabolisme karbohidrat pemberian perlakuan dosis kapur dolomit
dan pembentukan protein, karena berpengaruh nyata terhadap berat buah per
tersedianya unsur P merupakan jaminan bagi janjang tanaman kelapa sawit. Hasil
penyusunan karbohidrat dan protein yang penelitian menunjukkan bahwa perlakuan
disimpan dalam buah. DO (tanpa kapur dolomit) berbeda dengan
Banyaknya unsur hara yang diserap pemberian perlakuan dosis kapur dolomit
dapat dijadikan bahan dasar fotosintesis, (D1, D2, D3 dan D4). Perlakuan D0
dengan pemberian kapur dolomit diharapkan merupakan perlakuan dengan berat buah
dapat meningkatkan produksi pelepah, perjanjang yang paling rendah bila
jumlah pelepah yang banyak dapat dibandingkan dengan yang lainnya yaitu
meningkatkan serapan sinar matahari lebih 14.16 kg. Perlakuan D1 berbeda dengan
banyak serta mempermudah proses perlakuan (D0, D2, D3 dan D4).
melakukan fotosintesis. Menurut Haryoko Perlakuan (D2, D3 dan D4) tidak
(2003) mengatakan bahwa jumlah energi menunjukkan perbedaan terhadap berat buah
matahari yang ditangkap digunakan untuk per janjang. Perlakuan terbaik adalah
proses fotosintesis serta pembentuk asimilat perlakuan D2 dengan berat janjang yaitu
selanjutnya asimilat yang dihasilkan dapat di 21,75 kg. Hal ini dikarenakan dosis kapur
distribusikan untuk pembentukan buah. dolomit yang diberikan lebih sedikit bila
dibandingkan dengan perlakuan (D3 dan
4. Berat Buah Per Janjang (kg) D4). Perlakuan D2 dengan dosis 1.0
Berdasarkan analisis ragam bahwa kg/pokok telah mampu untuk meningkatkan
pemberian perlakuan dosis kapur dolomit berat buah per janjang pada tanaman kelapa
berpengaruh nyata terhadap berat buah per sawit, kelebihan pupuk menyebabkan
janjang . Rataan berat buah per janjang (kg) konsumsi berlebih/mewah dan dapat
tanaman kelapa sawit dan pengaruh mengganggu metabolisme tanaman.
pemberian dosis kapur dolomit dapat dilihat Menurut Soepardi, (1993) dalam
pada Tabel 4. Saijo, (2011), bahwa pemberian kapur
dolomit sangat berpengaruh nyata terhadap
berat buah. Hal ini di duga karena dolomit
JURNAL SAINS AGRO E-ISSN : 2580-0744
Volume 4, Nomor 1, April 2019 http://ojs.umb-bungo.ac.id/index.php/saingro/index

dapat meningkatkan kandungan unsur N, P, menunjukkan berbada nyata menurut uji


dan K tersedia di dalam tanah. Peningkatan DNMRT pada taraf 5 %
konsentrasi unsur-unsur tersebut dalam
larutan tanah diikuti pula oleh peningkatan Tabel 5. menunjukkan bahwa
serapan unsur Ca dan Mg yang ada dalam pemberian perlakuan dosis kapur dolomit
kapur dolomit oleh tanaman. Sebagian besar berpengaruh nyata terhadap lingkar buah
unsur N,P, K, Ca, Mg diserap melalui difusi tanaman kelapa sawit. Hasil penelitian
yang berlangsung dari permukaan tanah, menunjukkan bahwa perlakuan DO (tanpa
mamasuki jaringan tanaman dan menembus kapur dolomit) tidak berbeda dengan
selaput sel, terus memasuki perakaran, dan perlakuan D1 tetapi berbeda dengan
semakin tinggi kepekatan N, P, dan K di perlakuan (D2, D3 dan D4). Perlakuan D0
dalam tanah, semakin memudahkan tanaman merupakan perlakuan dengan lingkar buah
menyerapnya. yang paling rendah bila dibandingkan
Menurut Sarief, (2000) dalam Saijo, dengan yang lainnya. Sedangkan perlakuan
(2011), bahwa berat buah erat kaitannya (D3 dan D4) tidak menunjukkan perbedaan
dengan ketersediaan unsur P yang terdapat terhadap lingkar buah. Perlakuan terbaik
dalam kapur dolomit, unsur P yang terdapat adalah perlakuan D3 dengan lingkar buah
dalam kapur dolomit juga sangat berguna yaitu 138,11 cm. Hal ini dikarenakan dosis
dalam pembentukan buah karena dalam kapur dolomit yang diberikan lebih sedikit
proses pembentukan buah diperlukan unsur bila dibandingkan dengan perlakuan D4.
P yang cukup tersedia, selain unsur P unsur Perlakuan D3 dengan dosis 1.5 kg/pokok
hara Ca dan Mg yang terdapat dalam kapur telah mampu untuk memacu pertambahan
dolomit juga sangat berguna antara lain lingkar buah pada tanaman kelapa sawit.
untuk memperbaiki kesuburan tanah serta Menurut Trisnawati, et al., (1994)
untuk meningkatkan produksi tanaman. dalam Saijo, (2011), bahwa pengaruh kapur
dolomit sangat nyata terhadap diameter
5. Lingkar Buah (cm) buah. Hal ini di duga karena pemberian
Hasil analisis ragam menunjukkan kapur dolomit dapat memperbaiki struktur
bahwa pemberian dosis kapur dolomit tanah dan daya menahan air sehingga lebih
berpengaruh nyata terhadap lingkar buah mampu menahan air dan memudahkan
(cm). Rataan lingkar buah tanaman kelapa penyerapan unsur hara oleh akar tanaman.
sawit dapat di lihat pada Tabel 5. Tanaman mengabsorbsi unsur hara dalam
bentuk ion P dan kation P diabsorbsi dalam
Tabel 5. Rataan Lingkar Buah Tanaman bentuk H2PO4- dan H2PO4-2. Kapur dolomit
Kelapa Sawit Akibat Pemberian dapat meningkatkan pH tanah dan
Dosis Kapur Dolomit penambahan unsur hara Ca dan Mg pada
Rataan Lingkar tanah sehingga kandungan unsur hara yang
Perlakuan terdapat didalam bokashi yang diberikan
Buah (cm)
semakin tersedia dan mudah diserap oleh
D0 114.77 c
tanaman, dan tersedianya hara yang
D1 117.44 c
diabsorbsi dalam bentuk kation antara lain
D2 129.33 b
tergantung pada bahan organik.
D3 138.11 a
Selain unsur hara Ca dan Mg yang
D4 134.22 ab
terkandung didalam kapur dolomit terdapat
KK = 2.59%
Keterangan : Angka-angka yang ikuti oleh huruf
juga unsur P yang terkandung di dalamnya,
kecil yang berbeda pada kolom yang sama unsur P sangat berpengaruh langsung pada
pertumbuhan vegetatif dan generatif pada
suatu tanaman terutama untuk pembesaran
buah. Menurut Agustina, (1990) dalam Haryoko, W, 2003, Pertumbuhan dan Hasil
Saijo, (2011), menyatakan bahwa unsur P Tanaman Bengkuang dengan
diperlukan tanaman dalam pemindahan Pemberian Kompos. Jurnal
energi yang berguna pula dalam Akademika Kopertis x, Vol 7 No. 1.
pembentukan membran sel sehingga
pembentukan buah semakin besar, jika Lakitan, Benyamin. 2013. Dasar-dasar
ukuran buah semakin besar tentu diameter Fisiologi Tumbuhan. Rajawali Press.
buah juga semakin besar. Jakarta.

Mangoensoekarjo dan Semangun. 2008.


KESIMPULAN Manajemen Agrobisnis Kelapa
Sawit. UGM Press. Yogyakarta
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan, maka dapat disimpulkan Nurhakim, Y.I. 2014. Perkebunan Kelapa
sebagai berikut : Sawit Cepat Panen. Penerbit Infra
1. Pemberian kapur dolomit berpengaruh Group. Jakarta.
nyata terhadap semua parameter yang
diamati antara lain yaitu : jumlah pelepah Nyakpa, M.Y., A.M Lubis., M.A. Pulung.,
(buah), jumlah tandan (buah), berat buah A.G. Amrah., Go Ban Hong dan
per janjang (kg) dan lingkar buah (cm). Nurhayati Hakim. 1988. Kesuburan
2. Pemberian kapur dolomit dengan dosis Tanah. Penebit Universitas
1.0 kg/pokok merupakan hasil yang Lampung.
terbaik terhadap pertumbuhan dan Pahan, I. 2007. Panduan Lengkap Kelapa
produksi tanaman kelapa sawit TM 15. Sawit. Penerbit Penebar Swadaya.
Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Pardamean, M. 2011. Sukses Membuka
Ardian,I.F.2017.Dosis dolomit. Kebun dan Pabrik Kelapa Sawit.
https://www.scribd.com/doc/254426 Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.
250/Dosis-dolomit. diakses 21
Febuari 2018. Saijo, 2011. Pengaruh Pemberian Kapur
Dolomit Terhadap Hasil Tomat Pada
Fauzi, Y., Yustina E. Widystuti., Iman Tanah Gambut. Fakultas Pertanian
Satyawibawa dan Rudi H. Paeru. dan Kehutan Universitas
2014. Kelapa Sawit. Penerbit Muhammadiyah Palangkaraya.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Saputra, W. 2014. Tata Kelola Industri
Handoyo, Y, R., Sigit Suparjono dan Irwan Kelapa Sawit dan Pembiayaan Kasus
Sadiman. 2015. Pengaruh Dosis Indonesia VS Malaysia. Diskusi
Dolomit dan Macam Bahan Organik OMS ICW, Bakoel Coffe 17 Januari
Terhadap Hasil dan Kualitas Benih 2014. Jakarta.
Kedelai (Glycine max (L.) Merr.)
Prodi Agroteknologin Universitas Sastrosayono,S. 2003. Budidaya Kelapa
Jember, Jurnal Berkala Ilmiah Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Pertanian.
JURNAL SAINS AGRO E-ISSN : 2580-0744
Volume 4, Nomor 1, April 2019 http://ojs.umb-bungo.ac.id/index.php/saingro/index

Setiawan, B. S. 2010. Membuat Pupuk Hortikultura. Institut Pertanian


Kandang Cepat. Penebar Swadaya. Bogor.
Jakarta.
Sutedjo, M. 2010. Pupuk Dan Cara
Statistik Perkebunan Indoseia. 2015. Kelapa Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.
Sawit (Palm Oil). Direktorat Jendral
Perkebuan Jakarta. Tim Bina Karya Tani. 2009. Pedoman
Bertanam Kelapa Sawit. Penerbit
Steel and Torrie, 1994. Prinsip dan C.V. Yrama Widya.Bandung Jawa
Prosedur. Statistika Suatu Barat.
Pendekatan Metrik. Penerbit PT
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Tim Pengembangan Materi LPP. 2004. Seri
Budidaya Tanaman Kelapa Sawit.
Sudrajat dan Fitria. 2015. Optimalisasi Lembaga Pendidikan Perkebunan.
Dosis Pupuk Dolomit Pada Tanaman Yokyakarta.
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis
Jacq) Jurnal Agrovigor No.8 Vol.1. Vidanarko. 2011. Buku Pintar Kelapa Sawit.
Depertemen Agronomi dan Agromedia Pustaka. Jakarta
.

Anda mungkin juga menyukai