Anda di halaman 1dari 6

Pemupukan Kelapa di Indonesia

Maliangkay, R.B. Yulianus R. Matana dan E. Manaroinsong


BALAI PENELITIAN TANAMAN KELAPA DAN PALMA LAIN

PENDAHULUAN

Tanaman kelapa merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki


keunggulan komperatif tinggi jika dibandingkan dengan tanaman perkebunan
lainnya. Namun hasil yang diperoleh dari tanaman kelapa tergolong rendah, yaitu
hanya sekitar 1 ton kopra/ha/tahun. Sedangkan produktivitas kelapa yang baik dapat
mencapai 3 – 4 ton/ha/tahun.
Rendahnya produktivitas tanaman kelapa disebabkan oleh beberapa faktor,
antara lain; 1) tanaman kelapa yang diusahakan telah berumur tua, 2). terbatasnya
penerapan teknologi yang dilaksanakan oleh petani, 3) aspek pemeliharaan yang
jarang dilaksanakan oleh petani seperti pemupukan. Pemupukan merupakan upaya
yang tepat untuk meningkatkan produksi dalam waktu yang tidak terlalu lama. Oleh
karena itu, untuk mengatasi kendala kesuburan tanah perlu diupayakan suatu
teknologi yang dapat digunakan untuk memperbaiki, meningkatkan ketersediaan
unsur hara sehingga kemampuan tanaman kelapa untuk meningkatkan produktivitas
dapat dicapai. Saat ini pemupukan kelapa petani belum merupakan kebiasaan atau
keharusan sehingga kekurangan unsur hara akan berlangsung secara terus menerus.
Akibatnya tingkat ketersediaan dan keseimbangan hara tidak lagi mampu
mendukung pertumbuhan dan produksi kelapa yang tinggi.
Pemupukan pada tanaman kelapa merupakan tindakan yang sangat penting
untuk dapat meningkatkan hasil produktivitas kelapa, memperbaiki dan
mempertahankan tingkat kesuburan tanah. Kehilangan akan unsur hara dari setiap ha
tanaman kelapa selama setahun adalah sebesar 148.2 Kg N, 59.2 Kg P 2O5, 222.4 Kg K2
O5, 51.4 Kg CaCO3 dan 84.7 Kg Mg (Thampan, 1981). Kekurangan akan unsur hara ini
apabila tidak diimbangi dengan penambahan unsur hara melalui pemupukan akan
terjadi ketidakseimbangan unsur hara dilahan tersebut. Tindakan pemupukan
dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan akan unsur hara bagi tanaman agar
tumbuh dan berproduksi secara optimal.
Beberapa hasil percobaan di luar dan di dalam negeri menunjukkan bahwa
pemupukan dapat meningkatkan produksi kelapa. Di Sri Lanka, pemupukan dapat
meningkatkan jumlah buah kelapa dari 7500 butir menjadi 12500 butir per ha per
tahun, sedangkan di Madampe India meningkat dari 6000 butir menjadi 14300 butir.
Di Indonesia pemupukan meningkatkan hasil 30%, di KP. Pandu Sulawesi Utara, di
Pangandaran Jawa Barat 91% dan di Ternate Maluku Utara 200% (Darwis et al., 1983).
Berapa banyak dan jenis pupuk yang akan digunakan pada tanaman kelapa dapat
diketahui melalui beberapa cara, yaitu analisa tanah, analisa tanaman, dalam pot dan
percobaan lapangan.

80 PEMUPUKAN KELAPA DI INDONESIA


PEMUPUKAN KELAPA DI INDONESIA

JENIS PUPUK PADA TANAMAN KELAPA

Pupuk Anorganik

Pemupukan dengan menggunakan pupuk anorganik adalah tindakan


pemupukan yang dilaksanakan dengan menggunakan pupuk yang berasal dari bahan
kimia/pabrik. Jenis pupuk anorganik seperti urea, fosfat dan kalium. Tindakan
pemupukan anorganik merupakan tindakan yang biasa dilaksanakan oleh pemilik
kebun yang memiliki luasan areal perkebunan kelapa yang luas. Hal ini dimaksudkan
untuk menambah unsur hara kedalam lahan tersebut. Selama ini tindakan
pemupukan yang dilakukan dengan meletakan pupuk tersebut disekitar daerah
bobokor kelapa. Namun dengan cara ini tidak semua unsur hara langsung diserap
oleh tanaman kelapa, karena sebagian unsur hara mengalami penguapan dan
terbawa oleh air. Pemberian pupuk melalui batang kelapa dapat dilakukan yaitu
injeksi batang, namun hal ini belum dapat diterapkan karena masih perlu kajian atau
penelitian lebih lanjut (Kaat, 1991). Selain itu, pemberian pupuk melalui daun dapat
dilakukan apabila tanaman masih muda karena lebih muda dalam pelaksanaan.
Penelitian pemupukan yang dilakukan selama ini menggunakan pupuk anorganik
untuk memudahkan pelaksanaan dan respon yang diberikan tanaman kelapa lebih
cepat dibandingkan dengan pupuk organik. Beberapa hasil penelitian di luar dan di
dalam negeri yang dilaporkan oleh Nathanael (1967) dan Darwis (1983) ternyata
pemupukan di Sri Lanka dan India dapat meningkatkan produksi menjadi 12500 dan
14300 buah/ha/tahun, dan di Indonesia produksi kelapanya mengalami peningkatan
sebesar 23% di Pandu (Sulut), 91% di Pangandaran (Jawa Barat) dan 200% di Maluku.

Pupuk Organik

Pemupukan dengan menggunakan pupuk organik sudah lama dilakukan


petani sebelum mengenal istilah pupuk kimia. Kebiasan sebagian petani dengan cara
menempatkan abu hasil pembakaran sabut, daun dan sisa-sisa tanaman kelapa pada
daerah bobokor. Di Pantai Gading, daun kelapa yang jatuh di sekitar pohon dibiarkan
hingga mengalami proses pembusukan. Hal ini dimaksudkan supaya daun kelapa
yang mengalami proses pembusukan bisa dimanfaatkan oleh tanaman kelapa tersebut
sebagai pupuk organik. Berdasarkan hal tersebut sudah saatnya diperkenalkan
budidaya kelapa organik, karena produk-produk pertanian yang menggunakan label
organik memiliki nilai jual yang sangat tinggi dan memiliki pasar tersendiri. Apabila
bahan organik tersebut dikelola secara baik dan terus menerus, maka akan tercipta
usahatani kelapa dengan sistem budidaya berbasis organik (organic farming based) yang
memiliki efek ramah lingkungan. Dari rekomendasi pemupukan kelapa yang berlaku
di Indonesia juga dianjurkan untuk menggunakan pupuk organik sebanyak
40 kg/pohon/tahun. Kebutuhan pupuk semakin berkurang apabila dapat memanfaat-
kan sisa tanaman dari pengolahan tanaman sela yang ada disekitar tanaman kelapa.

MONOGRAF AGRONOMI KELAPA 81


Maliangkay, R.B. Yulianus R. Matana dan E. Manaroinsong

KRITERIA PEMUPUKAN KELAPA

Penentuan rekomendasi pemupukan tanaman kelapa sangat dipengaruhi oleh


faktor lingkungan tumbuh tanaman kelapa, karakterisasi tanaman kelapa, metode
yang akan digunakan, analisa laboratorium dan tingkat produksi tanaman kelapa
serta metoda diagnosa (Allorerung et al., 1990).
Ada beberapa cara yang dapat digunakan dalam menentukan kebutuhan unsur
hara bagi tanaman kelapa yaitu 1) analisa tanah, 2) analisa jaringan tanaman, 3) gejala
kekurangan unsur hara dan 4) percobaan lapangan . Metode yang digunakan dapat
ditentukan berdasarkan pada jenis unsur hara, jenis tanaman, kemudahan, biaya dan
waktu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan analisa.

Analisa Daun

Metode analisa daun untuk tanaman kelapa, dapat memungkinkan dalam


penentuan untuk rekomendasi pemupukan dan memberikan hasil yang lebih baik
jika dibandingkan dengan mengunakan analisa tanah (Magat dan Froilan, 1976).
Analisa jaringan tanaman kelapa telah umum digunakan didalam penentuan
rekomendasi pemupukan suatu wilayah dimana terdapat areal perkelapaan yang luas.
Namun apabila hasil analisa tanah dikombinasikan dengan analisa daun kelapa maka
rekomendasi pemupukan kelapa akan lebih sempurna. Menurut Magat (1988) kadar
unsur hara yang terdapat dalam daun kelapa dapat memberikan nilai tentang jumlah
unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman dan diagnostik mengenai keadaan unsur
hara tidak bergatung pada hasil reaksi yang terjadi didalam tanah. Dari hasil analisa
daun dapat ditentukan batas kritikal setiap unsur hara bagi tanaman kelapa. Nilai
kritikal adalah kandungan unsur hara yang terdapat didalam daun contoh (daun no
14) dan apabila dilakukan tindakan pemupukan pada tanaman kelapa tersebut, dapat
memberikan perbaikan dalam pertumbuhan atau terjadi peningkatan hasil (Magat
et al., 1988). Hasil analisis status hara daun dibandingkan dengan batas kritis unsur
hara tanaman kelapa sehingga dapat dihitung jenis dan jumlah pupuk yang
diperlukan. Beberapa peneliti melaporkan batas kritikal unsur hara didalam daun
kelapa untuk 3 jenis kelapa (Tabel 1).

Tabel 1. Batas kritikal unsur hara pada daun kelapa


N P K Ca Mg Cl S Mn Fe
No. Peneliti
. . . . . . . . . .. . . . . . . . . . % . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .ppm . . .. . . .
1. Fremond 1.8 0.12 0.8 0.5 - - - - -
2. Felizardo 1.8 0.12 0.8 0.3 0.2 0.5 0.15 0.6 0.6
3. Manciot 2.1 0.12 1.4 0.2 - - - - -
4. Thampan 1.9 0.12 0.75 0.5 - - - - -
Keterangan: 1-2 Untuk Kelapa Dalam
3. Untuk Kelapa Hibrida
4. Untuk Kelapa Genjah

82 PEMUPUKAN KELAPA DI INDONESIA


PEMUPUKAN KELAPA DI INDONESIA

Analisa Tanah
Kemampuan tanah menyediakan unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh
tanaman kelapa berbeda-beda setiap lahan yang diusahakan. Menurut Jayasekara
(1988) untuk analisis unsur hara yang berasal dari tanah, contoh tanah diambil di
sekitar daerah bobokor atau radius 1.7 meter dari pangkal batang kelapa. Pengambilan
contoh tanah dilakukan secara komposit. Hasil analisis contoh tanah dapat
memberikan gambaran tentang ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Menurut
Magat (1988) dalam Allorerung et al. (1990) dalam menggunakan metode analisis tanah
perlu diperhatikan : 1) hasil analisis tanah yang diperoleh baik sifat kimia dan sifat
fisik tanah, 2) batas kritikal unsur hara untuk tanaman kelapa, 3) pedoman kebutuhan
unsur hara dan pupuk yang didasarkan atas serapan unsur hara, percobaan
pemupukan dan penelitian unsur hara. Kriteria kesuburan tanah untuk tanaman
kelapa, dapat dilihat pada Tabel 2 (Magat, 1999).

Tabel 2. Kriteria kesuburan tanah untuk tanaman kelapa (Magat, 1999)


Tingkat
Unsur
Rendah Sedang Tinggi
pH (1:5) H2) <5 5 – 7.5 > 7.5
organik (%) <1 1–2 >2
N Total
Kapasitas Tukar Kation
K < 0.3 0.3 – 0.6 > 0.6
Ca < 10 10 – 20 > 20
Mg <5 5–8 >8
Na < 0.2 0.2 – 0.5 > 0.5
Total K < 200 200 – 300 > 300
Ketersediaan P (ppm) <5 5 – 20 > 20
Ketersediaan S (ppm) < 20 20 – 40 > 40
Ketersediaan Ce (ppm) < 20 20 – 40 > 40
Unsur Mikro (ppm)
Ketersediaan Mn < 15 100 > 100
Ketersediaan Fe <5 75 > 75
Ketersediaan Zn <2 4 >4
Ketersediaan Cu <4 4–8 >8
Ketersediaan B < 0.5 2 >2

GEJALA KEKURANGAN UNSUR HARA

Gejala kekurangan unsur hara seperti terjadi perubahan pada bagian tanaman
dapat diamati secara visual. Hal ini terjadi karena ada unsur hara atau beberapa unsur
hara yang kurang tersedia bagi tanaman atau terdapat ketidakseimbangan antara
unsur hara didalam tanah dan jumlah yang dibutuhkan oleh tanaman. Dibawah
kondisi lapang, gejala kekurangan unsur hara tidak secara jelas pada daun kelapa
tetapi nanti terlihat dari komponen buah dan perakaran kelapa.
Untuk menghitung jumlah kebutuhan pupuk pada setiap lahan dapat
digunakan metode segitiga yang diperoleh dari hasil rakitan percobaan pemupukan.
Metode segitiga ini dirancang khusus untuk menghitung jumlah kebutuhan pupuk

MONOGRAF AGRONOMI KELAPA 83


Maliangkay, R.B. Yulianus R. Matana dan E. Manaroinsong

untuk kelapa Dalam berdasarkan hasil analisa daun kelapa (Rahman, 1990). Metode
segitiga tersebut merupakan gambaran hubungan antara kandungan unsur hara daun
dengan kebutuhan pupuk N, P, K untuk tanaman kelapa. Gambar 1 merupakan hasil
rakitan dari penelitian di daerah Pangandaran (Jawa Barat), Pandu (Sulut) dan Ternate
(Maluku).

Gambar 1. Kebutuhan hara Nitrogen (a), Phosphor (b) dan Kalium (c) kelapa Dalam
berdasarkan kadar hara daun.

84 PEMUPUKAN KELAPA DI INDONESIA


PEMUPUKAN KELAPA DI INDONESIA

Dari gambar diatas akan peroleh hubungan antara kadar unsur hara dengan
takaran pupuk dengan menggunakan persamaan linear sebagai berikut :
Y’N = 2.43 – 1.35. X n ; Y’P = 1.20 – 10.0 Xp ; Y’K = 1.80 – 2.00Xk dimana :

YN, YP, YK, merupakan hasil dugaan mengenai kebutuhan akan N, P2O5 dan K2O
(kg/pohon/tahun) sedangkan Xn, Xp, Xk merupakan persentase kandungan unsur
hara dalam daun kelapa. (Rahman, 1990).

PENUTUP

Kekurangan unsur hara bagi tanaman kelapa merupakan salah satu penyebab
rendahnya produktivitas. Rekomendasi pemupukan yang dilakukan selama ini masih
bersifat umum. Untuk memperoleh takaran dan jenis pupuk yang sesuai dengan
kebutuhan tanaman kelapa perlu dilakukan analisis kadar hara daun dan tanah pada
lokasi tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Allorerung, D., Z. Mahmud dan R. Rahman. 1990. Penyempurnaan rekomendasi


pemupukan kelapa di Indonesia. Prosiding symposium I hasil penelitian. Buku
II kelapa.
Darwis, S.N. 1983. Rekomendasi pemupukan kelapa di Sulut. Balitri. Manado.
Jayasekara. 1988 Status on nutritional deficiency of coconut in Sri langka. Coconut
Research Institue. Hummila Sri langka.
Kaat, H. 1991. Pemberian pupuk melalui injeksi batang kelapa. Buletin Balitka No.13.
Magat, S.S. 1999. Handbook on fertilizer recommendation for coconut and select cal
intercrops. APCC.
Magat, S.S. and Froilan. 1976. Collection and preparation of coconut leaf samples for
folian diagnosis. PCA - Agriculture Research, Davao Research Center, Bago-
oshiro Davao City, Philipines.
Magat, S.S, R.Z. Margate and L.M. Alforaja. 1988. Critical and optimum level of
nutrients. UNDP/FAO working group meeting on coconut nutrional. Philipines.
Nathanael, W.R.N. 1967. The application of fertilizer to adult coconut palm in relation
to the critical concept. Ceylon Coconut Quart 18(3,4).
Rahman, R. 1990. Penentuan rekomendasi pemupukan untuk kelapa Dalam dengan
model regresi linier. Buletin Balitka No.12. 1990. Balitka.
Thampan, P.K. 1981. Handbook on coconut Palm. Oxford and IBH Puslishing. Co New
Delhi. Bombay.

MONOGRAF AGRONOMI KELAPA 85

Anda mungkin juga menyukai