Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH FILSAFAT DAN SEJARAH MATEMATIKA

“Aljabar Babilonia yang dikenalkan oleh Diophantus”

Dosen Pengampu :

Dr. Nahor Murani Hutapea, M.Pd

Disusun Oleh:

Kelompok 4 (Kelas 1B)

1. Ramadhani Sukma Dwi Anjani (NIM : 2305112055)


2. Saniyah Tri Johani (NIM : 2305112064)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
segala rahmat, karunia, dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“Aljabar Babilonia yang dikembangkan oleh Diophantus” ini dengan baik sebagai
bukti bahwa kami telah menyelesaikan tugas Filsafat dan Sejarah Matematika pada
bab ini. Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran bagi
mahasiswa dan bagi pembaca pada umumnya.

Kami berterimakasih kepada Bapak Dr. Nahor Murani Hutapea, M.Pd selaku
dosen pengampu mata kuliah Filsafat dan Sejarah Matematika yang telah
memberikan tugas ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, karena pengetahuan dan pengalaman kami yang terbatas. Namun, kami
berusaha agar makalah ini bermanfaat bagi pembaca sekalian. Kami harapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca untuk penyempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya.

Pekanbaru, Desember 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii

BAB I ....................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 1

C. Tujuan Penulisan ............................................................................................ 1

BAB II ...................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN ....................................................................................................... 3

A. Biografi Diophantus ....................................................................................... 3

B. Sejarah aljabar babilonia ................................................................................ 4

C. Pengaruh Aljabar Babilonia pada Aljabar saat ini ........................................... 6

D. Perbedaan Aljabar Babilonia dan Aljabar saat ini ........................................... 9

BAB III................................................................................................................... 10

PENUTUP .............................................................................................................. 10

A. Kesimpulan .................................................................................................. 10

B. Saran ............................................................................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menjumpai berbagai problem atau
permasalahan yang berkaitan dengan aljabar. Berbagai bidag kehidupan telah
mengangkat permasalahan-permasalahan aljabar kedalam bidang mereka sendiri.
Baik bidang ekonomi maupun bidang-bidang lainnya, aljabar selalu diterapkan
untuk mencapai suatu keputusan dn hasil yang baik. Sehingga tak heran bila kita
akan mendapatkan materi pembelajaran aljabar.
Beragam hal dalam berbagai aspek kehidupan dihubungkan bisa
dihubungkan dengan matematika yang juga berkaitan langsung dengan aljabar.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai Aljabar yang dikenalkan oleh seorang
bapak Aljabar dari babilonia yaitu Diophantus.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada makalah ini ditujukan untuk merumuskan


permasalahan yang akan dibahas pada pembahasan dalam makalah. Adapun rumusan
masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, sebagai berikut :

1. Bagaimana biografi diophantus?


2. Bagaimana sejarah munculnya aljabar babilonia?
3. Bagaimana pengaruh aljabar babilonia pada aljabar saat ini?
4. Apakah perbedaan aljabar Babilonia dengan aljabar saat ini?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan dalam makalah ini ditujukan untuk mencari tujuan dari
dibahasnya pembahasan atas rumusan masalah dalam makalah. Adapun tujuan
penulisan makalah, sebagai berikut :

1
1. Untuk mengetahui biografi Diophantus.
2. Untuk mengetahui sejarah munculnya aljabar Babilonia.
3. Untuk mengetahui pengaruh aljabar Babilonia pada aljabar saat ini .
4. Untuk mengetahui perbedaan aljabar babilonia dan aljabar saat ini.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Diophantus
Diophantus adalah seorang matematikawan Yunani dari Alexandria.
Diophantus diyakini lahir di Alexandria, Mesir, antara tahun 201 dan 215 Masehi.
Diophantus meninggal pada usia 84 tahun, kemungkinan antara tahun 285 dan 299
M.Saat ini, Alexandria merupakan pusat pendidikan matematika.Diophantus juga
dikenal dengan julukan “bapak aljabar” yang kemudian julukan itu disandang oleh
Al-Khawarizmi.

Diophantus memiliki banyak karya yang terkenal, salah satunya adalah


karyanya yang berjudul Arithmetica. Arithmetica adalah suatu pembahasan analitis
teori bilangan berisi tentang pengembangan aljabar yang dilakukan dengan membuat
persamaan. Persamaan-persamaan tersebut dikenal sebagai Diophantine Equation
(persamaan Diophantine).

3
Persamaan Diophantine adalah persamaan yang solusinya ditemukan dalam
bentuk bilangan bulat. Persamaan Diophantine tidak harus linier, tetapi bisa berupa
persamaan kuadrat, kubik, atau persamaan lainnya asalkan memiliki penyelesaian
bilangan bulat. Persamaan paling sederhana yang dia berikan berbentuk 𝑎𝗑 + 𝑏𝑦 = 𝑐.
Persamaan inilah yang menjadi acuan dalam pemecahan masalah “system persamaan
linier dua variable”. Prestasi dari Diophantus ini membuat ia seringkali disebut
dengan “ahli aljabar dari Babylonia”, dan karyanya sering disebut dengan “Aljabar
Babylonia”.

Hikmah yang dapat diambil dari biografi Diophantus ini adalah:

1. Dari karya yang dikemukakan oleh Diophantus, kita mengetahui bahwa


aljabar dapat diaplikasikan dalam pemecahan masalah sehari-hari.
2. Masalah sehari-hari yang berkaitan dengan aljabar, bisa diselesaikan
menggunakan konsep System Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV).

B. Sejarah aljabar babilonia


Asal usul aljabar dapat ditelusuri kembali ke zaman Babilonia kuno. Bangsa
Babilonia mengembangkan sistem perhitungan yang cukup rumit yang
memungkinkan orang-orang zaman dahulu menghitung dengan cara yang mirip
dengan aljabar masa kini. Sistem ini memungkinkan Anda untuk menerapkan rumus
matematika dan menghitung solusi terhadap nilai yang tidak diketahui untuk kelas
masalah yang biasa diselesaikan menggunakan persamaan linier linier, kuadrat, dan
tak tentu.
Kemudian Bangsa Mesir, dan kebanyakan bangsa India, Yunani, serta Cina
dalam milenium pertama sebelum masehi, Lebih sering menggunakan metode
geometri untuk memecahkan persamaan seperti ini, misalnya seperti yang disebutkan

4
dalam “the Rhind Mathematical Papyrus”, “Sulba Sutras”, “Euclid’s Elements”, dan
“The Nine Chapters on the Mathematical Art”.

Hasil karya bangsa Yunani dalam Geometri, yang tertulis dalam kitab
Elemen, menyediakan kerangka berpikir untuk menggeneralisasi formula matematika
di luar solusi khusus dari suatu permasalahan tertentu ke dalam sistem yang lebih
umum untuk menyatakan dan memecahkan persamaan, yaitu kerangka berpikir
logika Deduksi.

Istilah 'Aljabar berasal dan kata arab "al-jabr" yang berasal dari kitab Al-Kitab
al-Jabr wa-l-Muqabala' (yang berarti "The Compendious Book on Calculation by
Completion and Balancing"), yang ditulis oleh Matematikawan Persia Muhammad
ibn Musa al-Kwarizmi. Kata Al-Jabr sendiri sebenarnya berarti penggabungan
(reunion). Matematikawan Yunani di jaman Hellenisme. Diophantus, secara
tradisional dikenal sebagai 'Bapak Aljabar', walaupun sampai sekarang masih
diperdebatkan siapa sebenarnya yang berhak atas sebutan tersebut Al-Khwarizmi atau
Diophantus?. Mereka yang mendukung Al-Khwarizmi menunjukkan fakta bahwa
hasil karyanya pada prinsip reduksi masih digunakan sampai sekarang ini dan ia juga
memberikan penjelasan yang rinci mengenai pemecahan persamaan kuadratik.

Sedangkan mereka yang mendukung Diophantus menunjukkan Aljabar


ditemukan dalam Al-Jabr adalah masih sangat elementer dibandingkan Aljabar yang
ditemukan dalam Arithmetica, karya Diophantus. Matematikawan Persia yang lain,
Omar Khayyam, membangun Aljabar Geometri dan menemukan bentuk umum
geometri dari persamaan kubik. Matematikawan India Mahavira dan Bhaskara, serta
Matematikawan Cina, Zhu Shijie, berhasil memecahkan berbagai macam persamaan
kubik, kuartik, kuintik dan polinom tingkat tinggi lainnya.

Sekitar tahun 300 S.M seorang sarjana Yunani kuno Euclid menulis buku
yang berjudul “Elements”. Dalam buku itu ia mencantumkan beberapa rumus aljabar

5
yang benar untuk semua bilangan yang ia kembangkan dengan mempelajari bentuk-
bentuk geometris. Perlu diketahui, orang-orang Yunani kuno menuliskan
permasalahan-permasalahan secara lengkap jika mareka tidak dapat memecahkan
permasalahan-permasalahan tersebut dengan menggunakan geometri. Metode inilah
yang kemudian menjadikan kemampuan mereka untuk memecahkan permasalahan-
permasalahan yang mendetail menjadi terbatasi.

Seiring dengan perkembangan zaman, Pada abad ke-3, Diophantus of


Alexandria (250 M) menulis sebuah buku berjudul Aritmetika, dimana ia
menggunakan simbol-simbol untuk bilangan-bilangan yang tidak diketahui dan untuk
operasi-operasi seperti penambahan dan pengurangan. Sistemnya tidak sepenuhnya
dalam bentuk simbol, tetapi berada diantara sistem Euclid dan apa yang digunakan
sekarang ini.

C. Pengaruh Aljabar Babilonia pada Aljabar saat ini


Sebagian besar pengetahuan mengenai matematika dikembangkan di wilayah
Mesopotamia yang pertama oleh orang Sumeria dan kemudian oleh orang-orang
Akkarin dan orang lain yang relatif baru. Hal inilah yang disebut matematika
Babilonia (Burton, 2011). Hal serupa juga terjadi pada perkembangan aljabar. Awal
perkembangan Aljabar berasal dari bangsa Babilonia Kuno, di mana mereka
mengembangkan sistem aritmatika yang cukup rumit. Jadi dengan ini, mereka dapat
menghitung dengan cara yang sama seperti aljabar sekarang ini. Hal ini dibuktikan
dengan adannya koleksi Babilonia yang besar di British Museum dan Louvre di luar
negeri dan di Yale, Columbia, dan University of Pennsylvania di Amerika Serikat
berisi beberapa lempengan runcing yang berisi daftar mengenai permasalahn aljabar
dan beberapa lempengan yang tidak terdefinisi dan jenis yang tidak biasa (Burton,
2011). Masalah yang muncul pada lempengan umumnya adalah masalah yang
berhubungan dengan numeric beserta dengan hitungan yang relevan dan jawabannya.

6
Terdapat sebuah lempengan tanah liat yang menunjukkan bahwa Babilonia familiar
dengan pemecahan masalah pada persamaan kuadrat.

Terdapat banyak hal yang dapat kita perhatikan dari sejarah aljabar Babilonia
salah satunya penggunaan aljabar dalam kehidupan sehari-hari bangsa Babilonia
yang tercantum dalam lempengan-lempengan batu. Berbagai penyelesaian masalah
dilakukan dengan cara observasi dan bersifat empiris maka hasil yang didapatkan
tidaklah bersifat abstrak. Sehingga perkembangan matematika Babilonia terutama
aljabar sangat berpengaruh terhadap perkembangan aljabar masa selanjutnya
terutama pada aljabar saat ini. Melalui sejarah mengenai aljabar Babilonia ini maka
ada metode penyelesaian yang digunakan pada aljabar Babilonia juga dapat
diaplikasikan dalam permasalahan saat ini. salah satu contoh permasalahan aljabar
saat ini yang dapat diselesaikan dengan metode aljabar Babilonia yaitu:

Selembar kertas karton yang berbentuk empat persegi panjang akan dibikin
menjadi sebuah kotak tanpa penutup dengan cara memotong persegi seluas 2 ×
2 𝑐𝑚2 pada setiap sudut persegi panjang tersebut. Panjang bidang alas kotak
4 𝑐𝑚 yang lebih besar lebarnya dan volume kotak itu 90 𝑐𝑚3 Maka tentukanlah
panjang dan lebar alas kotak tersebut?.

Maka penyelesaiannya sebagai berikut:

Misalkan panjang alas diatas adalah 𝑥 dan lebar alas adalah 𝑦 maka 𝑥 =
𝑦 + 4 atau 𝑦 = 𝑥 − 4. Karena volume kotaknya diketahui 90 𝑐𝑚3 maka
diperoleh 𝑝 × 𝑙 × 𝑡 = 9.

Sehingga menghasilkan persamaan sebagai berikut:

𝑥 × 𝑦 × 2 = 90

𝑥 × 𝑦 = 45

7
(𝑥 − 4) = 45

𝑥2 − 4𝑥 = 45

Persamaan tersebut serupa dengan persamaan 𝑥2 + 𝑎𝑥 = 𝑏, sehingga dapat


diselesaikan dengan rumus:

Kemudian subtitusikan:

Maka diperoleh 𝑥 = 9 dan nilai 𝑦 = 5

Dengan demikian panjang alas kotak 9 𝑐𝑚 dan lebarnya adalah 5 𝑐𝑚

Teknik pemecahan masalah yang dilakukan oleh bangsa Babilonia dengan


menggunakan data empiris dapat di implementasikan dalam pengajaran matematika
saat ini sehingga pengetahuan peserta didik mengenai aljabar tidaklah bersifat
abstrak dan peserta didik mempu mengaplikasikan aljabar ini dalam kehidupan
sehari-hari. Melalui teknik seperti ini peserta didik dilatih untuk dapat menganalisis
pola permasalahan sehingga peserta didik dapat menggali hubunganhubungan antar
variabel dalam permasalahan tersebut dan menyelesaikannya secara matematis.
Warren (2000) memaparkan bahwa ketika berpikir aljabar di kelas dasar mengacu
pada transisi antara berpikir aritmatika dan berpikir aljabar yang melibatkan beberapa
aspek diantaranya sebagai berikut:

a) Mencari, mengenali, menjelaskan, generalisasi, memperluas dan


menciptakan pola
b) Mencari, mengenali dan merepresentasikan hubungan

8
c) Pemahaman sistem bilangan, bekerja dengan sifat operasi
d) Menggunakan variabel dan struktur terbuka untuk merepresentasikan
kuantitas dan mengungkapkan hubungan
e) Aspek-aspek umum lain seperti membenarkan generalisasi atau kesimpulan,
pengujian dugaan, menggunakan berbagai representasi, dan beroperasi pada
kuantitas yang tidak diketahui (Sukmawati, 2015).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa Aljabar Babilonia sangat berpengaruh


terhadap Aljabar saat ini, hal ini dibuktikan melalui penelitian dan penemuan-
penemuan pada masa aljabar Babilonia yang masih diterapkan hingga saat ini yaitu
temuan sebuah lempengan tanah liat yang menunjukkan kaitan antara Babilonia
dengan pemecahan masalah pada persamaan kuadrat.

D. Perbedaan Aljabar Babilonia dan Aljabar saat ini


Seperti telah disebutkan, asal usul aljabar dapat ditelusuri kembali ke
Babilonia kuno, yang mengembangkan sistem matematika yang cukup kompleks.
Sistem ini memungkinkan Anda menerapkan rumus matematika dan menghitung
solusi terhadap nilai yang tidak diketahui untuk kelas masalah yang biasanya
diselesaikan menggunakan persamaan kuadrat. Dari sejarah aljabar Babilonia hingga
saat ini, terdapat perbedaan antara aljabar Babilonia dan aljabar modern. Artinya,
aljabar modern jauh lebih baik dibandingkan aljabar Babilonia karena selalu
diselesaikan oleh para ahli penelitian. Oleh karena itu, terdapat perbedaan yang
signifikan dari prinsip reduksi yang digunakan dalam aljabar saat ini, sehingga
memungkinkan penjelasan persamaan kuadrat yang lebih detail dibandingkan dengan
aljabar Babilonia. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa persamaan kuadrat
ditemukan pada lempengan tanah liat pada masa aljabar Babilonia dan
dikembangkan lebih lanjut dalam aljabar masa kini.

9
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Diophantus adalah seorang matematikawan Yunani yang berasal dari


Alexandria. Diophantus lahir antara tahun 201 dan 215 M di Alexandria, Mesir. Dan
Diophantus meninggal pada usia 84 tahun, antara tahun 285 dan 299 M. Saat ini,
Alexandria merupakan pusat penelitian matematika. Diophantus juga dikenal sebagai
"bapak aljabar", yang kemudian diterapkan oleh Al-Khwarizmi. Ahli matematika
Yunani pada jaman Helenistik. Diophantus dikenal sebagai "Bapak Aljabar",
meskipun hingga saat ini masih diperdebatkan siapa sebenarnya yang menyandang
julukan tersebut Al-Khawarizmi atau Diophantus.

Teknik Pemecahan Masalah yang digunakan oleh bangsa Babilonia dengan


bantuan data empiris dapat diimplementasikan dalam ajaran matematika oleh siswa
zaman sekarang, pengetahuan aljabar tidak bersifat abstrak dan siswa dapat
menerapkan aljabar ini dalam kehidupan sehari-hari. Melalui teknik seperti tersebut,
siswa dilatih untuk mampu menganalisis model masalah sehingga dapat
mengeksplorasi hubungan antar variabel masalah dan menyelesaikannya secara
matematis.

B. Saran

Dengan apa yang telah dijelaskan, penulis berharap pembaca dapat memahami
lebih dalam mengenai perkembangan matematika Babilonia di masa depan, agar kita
semua dapat memahami sejarah matematika Babilonia dan sistem bilangannya.
Demikianlah makalah berjudul “Aljabar Babilonia yang dikenalkan oleh Diophantus”
ini penulis buat berdasarkan sumber-sumber yang ada. Penulis menyadari masih ada
banyak kekurangan di dalam penulisan makalah ini. Sehingga diperlukan dari
pembaca saran yang membantu dan menjadikan makalah ini lebih baik.

10
DAFTAR PUSTAKA

Analisa. (2021). Kontribusi Sejarah Aljabar Babilonia Terhadap Bepikir Aljabar.

Rahmat, B. (2016). Sejarah Aljabar Babilonia Sampai Sekarang.

Anonim. (2018, February 28). Sejarah Matematika Babilonia. Diambil kembali dari
nanopdf.com:https://nanopdf.com/download/bab-i-pendahuluan-a-latar-
belakang-38_pdf

Sri, M.(2018), Modul Sejarah Dan Filsafat Matematika., 21

Supu, S. (2012). Sejarah Matematika Babilonia. Diambil kembali dari


mathematiceducation:https://sciencemathematicseducation.wordpress.com/2014/01/2
8/sejarah-matematika-babylonia/

11

Anda mungkin juga menyukai