MATEMATIKA
Matematika Babilonia dan Mesir
KELOMPOK 2
1. Nurmalis (200710014)
2. Devia Dwi Anjelina TRG (200710020)
3. Minta Ito (200710052)
4. Riza Nurakmalia (200710017)
Puji syukur senantiasa kita ucapkan kepada Allah SWT yang mana atas berkah dan rahmat-
Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ MATEMATIKA BABILONIA
DAN MESIR ” ini .
Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan – kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang dimiliki penulis. untuk itu
kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini.akhir kata, penulis ucapkan terimakasih semoga makalah ini dapat di beri berkah
oleh allah swt sehingga dapat memberikan manfaat.
Penulis
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan .................................................................................................... 7
B.Saran ................................................................................................................... 7
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Sejak zaman purbakala, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa pendidikan matematika sangat
diperlukan dan telah menyatu dalam kehidupan manusia dan merupakan kebutuhan dasar dari
setiap lapisan masyarakat, dalam pergaulan hidup sehari-hari. mereka membutuhkan matematika
untuk perhitungan sederhana. untuk keperluan tersebut diperlukan bilangan-bilangan. keperluan
bilangan mula-mula sederhana tetapi makin lama makin meningkat. sehingga manusia perlu
mengembangkan sistem bilangan. sistem bilangan pun berkembang selama berabad-abad dari
masa ke masa hingga saat ini.
Adanya bilangan membantu manusia untuk melakukan banyak perhitungan, mulai dari
perhitungan yang sederhana sampai perhitungan yang rumit. masing-masing bangsa memiliki
cara tersendiri untuk menggambarkan bilangan dalam bentuk symbol yang ditemukan oleh
orang-orang pada zamannya. dalam makalah ini akan dibahas mengenai sebuah system bilangan
yang digunakan oleh bangsa babilonia dan mesir dan para penemu pada zaman itu.
PEMBAHASAN
Bukti terdini matematika tertulis adalah karya bangsa sumeria, yang membangun
peradaban kuno di mesopotamia. mereka mengembangkan sistem rumit metrologi sejak tahun
3000 sm. dari kira-kira 2500 sm ke muka, bangsa sumeria menuliskan tabel perkalian pada
lempengan tanah liat dan berurusan dengan latihan-latihan geometri dan soal-soal pembagian.
jejak terdini sistem bilangan babilonia juga merujuk pada periode ini. sebagian besar lempengan
tanah liat yang sudah diketahui berasal dari tahun 1800 sampai 1600 sm, dan meliputi topik-
topik pecahan, aljabar, persamaan kuadrat dan kubik, dan perhitungan bilangan regular, invers
perkalian, dan bilangan prima kembar.
Lempengan itu juga meliputi tabel perkalian dan metode penyelesaian persamaan linear
dan persamaan kuadrat. lempengan babilonia 7289 sm memberikan hampiran bagi √2 yang
akurat sampai lima tempat desimal.matematika babilonia ditulis menggunakan sistem bilangan
seksagesimal (basis-60). melalui keunggulan orang babylonia pada bidang astronomi, sistem
perhitungan berbasis 60 mereka masih ada sampai sekarang, yakni dengan diturunkannya
penggunaan bilangan 60 detik untuk semenit, 60 menit untuk 1 jam.
Matematika mesir merujuk pada matematika yang ditulis di dalam bahasa mesir. sejak
peradaban helenistik matematika mesir melebur dengan matematika yunani dan babilonia yang
membangkitkan matematika helenistik. pengkajian matematika di mesir berlanjut di bawah
khilafah islam sebagai bagian dari matematika islam, ketika bahasa arab menjadi bahasa tertulis
bagi kaum terpelajar mesir.
Tulisan matematika mesir yang paling panjang adalah lembaran rhind (kadang-kadang
disebut juga “lembaran ahmes” berdasarkan penulisnya), diperkirakan berasal dari tahun 1650
sm tetapi mungkin lembaran itu adalah salinan dari dokumen yang lebih tua dari kerajaan tengah
yaitu dari tahun 2000-1800 sm. lembaran itu adalah manual instruksi bagi pelajar aritmetika dan
geometri. selain memberikan rumus-rumus luas dan cara-cara perkalian, pembagian, dan
pengerjaan pecahan, lembaran itu juga menjadi bukti bagi pengetahuan matematika lainnya,
termasuk bilangan komposit dan prima; rata-rata aritmetika, geometri, dan harmonik; dan
pemahaman sederhana saringan eratosthenes dan teori bilangan sempurna (yaitu, bilangan 6).
lembaran itu juga berisi cara menyelesaikan persamaan linear orde satu juga barisan aritmetika
dan geometri.
Naskah matematika mesir penting lainnya adalah lembaran moskwa, juga dari zaman
kerajaan pertengahan, bertarikh kira-kira 1890 sm. naskah ini berisikan soal kata atau soal cerita,
yang barangkali ditujukan sebagai hiburan.
3. Sistem Bilangan Bangsa Babilonia
Untuk suatu sistem posisional tertentu diperlukan suatu konvensi tentang bilangan yang
menunjukkan keunikan suatu bilangan. misalnya desimal 12345 berarti:
Sistem posisional seksagesimal bablonia menganut cara penulisan seperti cara diatas,
yaitu bahwa posisi yang paling kanan adalah untuk unit samapai 59, satu sisi disebelah kirinya
adalah untuk 60 x n, dimana 1 kurang dari = n kurang dari = 59 dan seterusnya. sekarang kita
menggunakan notasi dimana bilangan dipisahkan dengan koma, misalnya, 1,57,46,40
menyatakan bilangan seksagesimal1x60 pangkat 3 tambah 57 kali 60 pangkat dua ditambah
46kali 60 tambah 40.yaitu, dalam notasi desimal bernilani 424000
Namun masih terdapat persoalan dengan sistem ini. karena dua dinyatakan dengan dua
karakter yang masing-masing menyatakan satu unit, dan 61 dinyatakan dengan satu karakter
untuk satu unit sebagai bilangan pertama dan sebagai bilangan kedua adalah karakter yang
identik untuk satu unit maka bilangan seksagesimal babiloniaia 1,1 dan 2 secara esensial
dinyatakan secara serupa. namun hal ini bukanlah persoalan sebenarnya karaena adanya spasi
diantara karakter-karakter tersebut menunjukkan perbedaan-perbedaannya. dalam simbol untuk 2
kedua karakter yang menyatakan unit saling berdempet dan menjadi simbol tunggal. dalam
bilangan 1,1 terdapat suatu spasi diantaranya.
Satu persoalan yg lebih serius adalah fakta bahwa tidak terdapat nol untuk menyatakan
posisi yang kosong. bilangan seksagesimal menyatakan bilangan 1 dan 1,0 untuk 1 dan 60
desimal, memiliki pernyataan yg sama persis dan spasi tidak membawa perbedaaan. barangkali
peradaban babilon selanjutnya telah menetapkan saebuah simbol untuk menyatakan kekosongan.
Berikut adalah contoh dari sebuah papan huruf paku dimana perhitungan untuk pangkat
dua 147 dinyatakan dalam bilangan seksagesimal 147=2,27 dan mengkuadratkannya
memberikan hasil 21609=6,0,9
Jikalau posisi untuk kosong menjadi masalah untuk bilangan bulat maka justru terdapat
persoalan yang lebih besar pada fraksi seksagesimal babilonia. bangsa babilonia menggunakan
suatu sistem fraksi seksagesimal yang serupa dengan fraksi desimal kita. misalnya jika kita
menulis 0,125 maka berarti 1/10 + 2/100 +5/1000 = 1/8. tentu saja fraksi dengan bentuk a/b,
dalam bentuknya yang paling rendah, dapat dinyatakan sebagai fraksi desimal finit jika dan
hanya jika b tidak dapat dibagi dengan bil. prima selain 2 atau 5. jadi 1/3 tidak memiliki fraksi
desimal yang finit. serupa halnya fraksi seksagesimalbabilonia 0;7,30 dinyatakan dengan 7/60
+30/3600 yang ditulis dengan notasi kita sebagai 1/8.
Karena 60 dapat dibagi dengan bilangan prima 2,3 dan 5 maka sebuah bilangan dengan
bentuk a/b, dan bentuknya yang paling rendah, dapat dinyatakan sebagai fraksi desimal finit jika
dan hanya jika b tidak dapat dibagi oleh bilangan selain 2,3,dan 5. fraksi yang laian oleh
karenanya dapat dinyatakan sebagai fraksi seksagesimal dan bukan sebagai fraksi desimal finit.
10 x 602 + 12 x 60 + 5 +1/60 +52/602 + 30/603 yang dalam notasi kita adalah 36725 1/32. hal
ini berlaku namun diatas telah dikemukakan notasi semikolon untuk menunjukkan dimana
bagian integernya berakhir dan bagian pecahannya dimulai. inilah “koma seksagesimal” dan
memainkan peranan yang analog pada koma desimal. namun bangsa babilonia tidak memiliki
notasi untuk menunjukkan dimana bagian integer berakhir dan bagian pecahan dimulai. jika kita
menulis 10,12,5,1,52,30 tanpa memiliki suatu notasi tentang “koma seksagesimal” maka
bilangan ini dapat memiliki beberapa arti sebagai berikut:
0;10,12,5,1,52,30
10;12,5,1,52,30
10,12;5,1,52,30
10,12,5;1,52,30
10,12,5,1;52,30
Bangsa mesir kuno telah mengenal alat tulis sederhana menyerupai kertas yang disebut
papyrus. mereka membuat tulisan berbentuk gambar-gambar dengan menggunakan sejenis pena
sengan tinta berwarna hitam atau merah. tulisan mesir kuno sering disebut tulisan hieroglif, dan
tulisan ini ditemukan dalam bentuk gambar pada papyrus ataupun guratan pada batu
atau potongan kayu. tulisan mesir kuno diperkirakan berkembang pada tahun 3400 s.m. tulisan
pada zaman mesir ini ditulis dari kata papu yaitu semacam tanaman. sistem numerasi mesir mesir
kuno bersifat aditif, dimana nilai suatu bilangan merupakan hasil penjumlahan nilai-nilai
lambang-lambangnya.
Notasi matematika mesir kuno bersifat desimal (berbasis 10) dan didasarkan pada
simbol-simbol hieroglif untuk tiap nilai perpangkatan 10 (1, 10, 100, 1000, 10000, 100000,
1000000) sampai dengan sejuta. tiap-tiap simbol ini dapat ditulis sebanyak apapun sesuai dengan
bilangan yang diinginkan, sehingga untuk menuliskan bilangan delapan puluh atau delapan ratus,
simbol 10 atau 100 ditulis sebanyak delapan kali. dengan ini berarti bahwa mereka memiliki
simbol terpisah untuk satuan, puluhan, ratusan, ribuan, puluh ribuan, ratus ribuan, dan jutaan.
a.Angka Hieroglif
Untuk satuan adalah sebuah garis lurus, lengkungan ke atas untuk puluhan, lengkungan
setengah lingkaran menyamping (seperti obat nyamuk) untuk ratusan, dan untuk jutaan
dilambangkan dengan simbol seorang laki-laki yang menaikkan tangan. penulisan hieroglif dapat
dimulai dari kanan ke kiri, kiri ke kanan, atau dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas, tetapi
biasanya dimulai dari kanan ke kiri (seperti dalam penulisan arab, walaupun dalam penulisan
formal zaman sekarang ini menggunakan kiri ke kanan).
Berikut ini adalah angka hieroglifmisalnya untuk membuat bilangan 276, ada lima belas
simbol yang diperlukan: dua simbol “ratusan”, tujuh simbol “puluhan”, dan enam simbol
“satuan”. contoh tulisan bilangan 276 dalam hieroglif terlihat pada batu ukiran dari karnak,
berasal dari sekitar 1500 sm, dan sekarang berada dipamerkan di louvre, paris.
Dalam menuliskan bilangan, susunan desimal terbesar ditulis lebih dahulu. bilangan
ditulis dari kanan ke kiri, berikut contoh penulisan angka 46,206
untuk penulisan tanda koma, lihat simbol hiroglif yang tandanya berbalik arah. misalnya pada
penulisan angka 46,206 simbol yang berbalik arah adalah 40000 dan 6000. sedangkan penulisan
simbol 200 dan 6 tidak berbalik arah. penulisan tanda koma ditulis setelah angka yang berbalik
arah yakni pada angka 46.000.
Pecahan untuk orang mesir kuno terbatas pada pecahan tunggal (dengan pengecualian dari
yang sering kali digunakan 2/3 dan kurang sering digunakan 3/4). sebuah pecahan tunggal adalah
bentuk 1/n dimana n adalah bilangan bulat dan ini diwakili dalam angka hieroglif dengan
menempatkan simbol yang mewakili sebuah “mulut”, yang berarti “bagian”, di atas nomor
tersebut.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Matematika Babilonia merujuk pada seluruh matematika yang dikembangkan oleh bangsa
Mesopotamia (kini Iraq) sejak permulaan Sumeria hingga permulaan peradaban helenistik.
Dinamai “Matematika Babilonia” karena peran utama kawasan Babilonia sebagai tempat untuk
belajar. Pada zaman peradaban helenistik, Matematika Babilonia berpadu dengan Matematika
Yunani dan Mesir untuk membangkitkan Matematika Yunani.
Tulisan matematika Mesir yang paling panjang adalah Lembaran Rhind (kadang-kadang
disebut juga “Lembaran Ahmes” berdasarkan penulisnya), diperkirakan berasal dari tahun 1650
SM tetapi mungkin lembaran itu adalah salinan dari dokumen yang lebih tua dari Kerajaan
Tengah yaitu dari tahun 2000-1800 SM. Lembaran itu adalah manual instruksi bagi pelajar
aritmetika dan geometri. Selain memberikan rumus-rumus luas dan cara-cara perkalian,
pembagian, dan pengerjaan pecahan, lembaran itu juga menjadi bukti bagi pengetahuan
matematika lainnya, termasuk bilangan komposit dan prima; rata-rata aritmetika, geometri, dan
harmonik; dan pemahaman sederhana Saringan Eratosthenes dan teori bilangan sempurna (yaitu,
bilangan 6).
B. Saran
Dengan selesainya makalah ini penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah
dan memenuhi kebutuhan materi bacaan, terutama bagi mahasiswa . Selain itu penulis berharap
bagi semua orang yang membaca makalah ini dapat menambah ilmu dan wawasannya mengenai
perkembangan sejarah matematika di Babilonia dan Mesir.
DAFTAR PUSTAKA
http://myevi21.blogspot.co.id/2015/07/sistem-numerasi-mesir-kuno_66.html
http://isookamanah.blogspot.co.id/2013/02/fsm-group-task-perkembangan-
matematika_514.html
https://sciencemathematicseducation.wordpress.com/2014/01/28/sejarah-matematika-babylonia/
https:/reduxtion.blogspot.co.id/2016/02/sejarah-matematika-babilonia-dan-mesir.html?m=1
http://ovitrisnawati-sajara-matematika.blogspot.com/2016/02/-tentang perkembangan-
matematika-pada.html?m=1
http://fian34.blogspot.co.id/2011/04/sistem-bilangan-zaman-mesir-kuno.html
https://www.scribd.com/doc/87451826/Print-Sejamat-Matematika-Bangsa-Mesir