Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH SEJARAH MATEMATIKA

Tentang

PERKEMBANGAN MATEMATIKA ZAMAN MESIR KUNO

Oleh kelompok III:


1. Rahmatul Wahid : 1914040001
2. Lolyta Sonia : 1914040017
3. Nadia Ilmi Lubis : 1914040018
4. Ashabul Maimanah : 1914040030
5. Ira Syafitri Harahap : 1914040033

Dosen pembimbing:
Christina Khaidir, M. Pd

PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA-A


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN IMAM BONJOL PADANG
1443 H/ 2021 M
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah AWT atas segala nikmat-Nya


sehingga makalah ini dapat tersusun dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapakan terimakasih terhadap bantuan dari pihak-pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambahkan


pengetahuan dan pengelaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh
lagi agar makalah bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Tujuan menulis makalah ini untuk melengkapi tugas Sejarah Matematika.


Penulis sangat berterimakasih kepada ibu Christina Khaidir, M.pd selaku
pembimbing makalah ini.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengelaman
kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, 13 September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata pengantar...............................................................................................i

Daftar Isi..........................................................................................................ii

BAB I Pendahuluan

A. Latar belakang masalah.........................................................................1


B. Rumusan masalah.................................................................................1
C. Tujuan penulisan...................................................................................1

BAB II Pembahasan

A. Sejarah Matematika Zaman Mesir Kuno..............................................2


B. Cabang Matematika yang Berkembang pada Zaman Mesir Kuno ......11
C. Ilmuwan Matematika pada Zaman Mesir Kuno...................................15

BAB III Penutup

A. Kesimpulan ..........................................................................................19
B. Saran.....................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Cabang pengkajian yang dikenal sebagai sejarah matematika
adalah penyelidikan terhadap asal mula penemuan di dalam matematika dan
sedikit perluasannya, penyelidikan terhadap metode dan notasi matematika
pada masa silam.
Sebelum zaman modern dan penyebaran ilmu pengetahuan ke
seluruh dunia, contoh-contoh tertulis dari pengembangan matematika telah
mengalami kemilau hanya di beberapa tempat. Lembaran Matematika
Moskwa (matematika Mesir sekitar 1890 SM) merupakan tulisan yang
membahas teorema yang umum dikenal sebagai teorema Pythagoras, yang
tampaknya menjadi pengembangan matematika tertua dan paling tersebar
luas setelah aritmetika dasar dan geometri.
Dari zaman kuno melalui Zaman Pertengahan, ledakan kreativitas
matematika seringkali diikuti oleh abad-abad kemandekan. Bermula pada
abad Renaisans Italia pada abad ke-16, pengembangan matematika baru,
berinteraksi dengan penemuan ilmiah baru, dibuat pada pertumbuhan
eksponensial yang berlanjut hingga kini.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan matematika pada zaman Mesir Kuno?
2. Apa saja cabang matematika yang berkembang pada zaman Mesir
Kuno?
3. Siapa saja ilmuwan matematika pada zaman Mesir Kuno?

C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan perkembangan matematika pada zaman Mesir Kuno.
2. Untuk mengetahui cabang matematika pada zaman Mesir Kuno.
3. Untuk mengetahui ilmuwan yang termasuk pada zaman Mesir Kuno.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Matematika Zaman Mesir Kuno


Awal munculnya salah satu budaya di dunia pada dasarnya adalah perilaku
politik. Antara 3500 hingga 3100 SM, komunitas pertanian di Mesir secara
mandiri berpegang teguh pada bidang yang berbatasan dengan sungai Nil,
secara bertahap bidang tanah bergabung menjadi kesatuan yang semakin
besar, hingga di bidang tersebut berdirilah dua kerajaan yaitu kerajaan
Mesir Hulu dan Mesir Bawah. Peradaban bangsa Mesir sangat
bergantung pada kesuburan sungai Nil. Bangsa Mesir telah menetap di
lembah Nil dikarenakan melimpahnya air di sungai ini dan karena mereka
bisa mengolah tanah dengan persediaan air yang telah diberikan oleh
sungai yang tidak tergantung kepada musim hujan.1
Dari peradaban di sekitar sungai Nil inilah salah satu cabang
matematika lahir. Pada waktu para pendeta Mesir melakukan pengukuran
terhadap pasang surutnya sungai Nil dan meramalkan timbulnya banjir.
Melalui pengamatan inilah ahli matematika mulai mengembangkan
geometri. Aristoteles menyatakan bahwa tempat kelahiran matematika
adalah Mesir, sebab pada waktu itu Mesir digunakan sebagai tempat untuk
mempelajari matematika oleh kelas pemuka keagamaan (orang yang
kerjanya menyembah dewa-dewa). Raja Mesir yang bernama Sesostris
membagi tanah kepada orang-orang Mesir yang sama luasnya dan
berbentuk persegi panjang.2 Dari sini bangsa Mesir menggunakan geometri
dalam membagi tanah kepada masyarakat Mesir.
Ilmuwan Yunani bersepakat bahwa bangsa Mesir adalah bangsa
pertama yang menemukan ilmu matematika. Iflaton, salah satu ilmuwan
Yunani mengatakan bahwa dewa Mesir yang bernama Tut telah
menemukan banyak ilmu diantaranya ilmu hitung, geometri, dan astronomi.

1
Hermanto, Mesir Kuno dan Amerika Tengah, Jurnal Universitas Islam 45 Bekasi,
Vol. 1. No. 3. 2009, hal. 3.
2
Abdul Halim Fathani, Matematika Hakikat dan Logika, (JogJakarta: Ar-ruzz Media,
2009), hal. 28.

2
Aristoteles, seorang ilmuwan Yunani terkemuka menegaskan bahwa
matematika lahir di Mesir karena pada masa Fir‟aun para pendeta
diizinkan untuk mempelajari matematika secara mendalam. Disamping itu
ilmuwan Yunani Hirudut mengatakan bahwa geometri lahir di Mesir
pada awalnya kemudian pindah ke Yunani.3 Hal ini dikarenakan matematika
Mesir hanya terdiri dari metode-metode praktis untuk mengukur tanah
setelah meluapnya sungai Nil tanpa mengembangkan geometri ilmiah,
kemudian orang Yunani lah yang mengembangkan geometri secara ilmiah
dengan berpikir rasional.

Kemudian sekitar 3100 SM, wilayah-wilayah ini dipersatukan oleh


penakluk militer dari selatan untuk memimpin barisan panjang Firaun, untuk
melindungi dari serbuan luar. Mesir merupakan negeri yang paling
mampu berkembang secara seimbang dan kekal dari peradaban kuno. 4
Setelah penyatuan Mesir di bawah pemimpin tunggal, sistem administrasi
yang kuat dan luas mulai berkembang. Melakukan pengambilan sensus,
pajak dikenakan, pasukan dipertahankan, dan sebagainya yang mana semua
hal tersebu dibutuhkan perhitungan dengan jumlah yang cukup besar.
Pada awal tahun 3500 SM, orang Mesir sepenuhnya mengembangkan
sistem bilangan yang akan digunakan sebagai perhitungan dengan hanya
memperkenalkan simbol baru dari waktu ke waktu. Munculnya
pemerintahan dan administrasi Mesir yang menakjubkan di bawah kekuasaan
Firaun dari dua dinasti pertama tidak akan terjadi tanpa adanya metode
menulis. Ditemukan metode menulis orang Mesir baik berupa “tanda suci”
yang rumit, atau hieroglif, dan tulisan kursif dari tangan ahli tulis
administrasi.
Selanjutnya perkembangan sejarah matematika pada zaman Mesir Kuno
berdasarkan sistem penulisan yang berkembang ketika itu.

3
Alib Hashim Hasan, Perkembangan Sistem Bilangan Pada Masa Sebelum Islam,
Jurnal Kaunia, Vol. I. No. 2. 2005, hal. 126.
4
David M. Burton, The History of Mathematics: an Introduction, (New York: McGraw-
Hill Companies, Inc., 2011), hal. 1

3
1. Sistem Penulisan Angka Hieroglif
Pada 2700 S.M., bangsa Mesir Kuno telah mengembangkan sebuah
sistem tulisan yang menghiasi dinding-dinding batu pada kuil dan
bangunan-bangunan lainnya.5 Hieroglif adalah gambar kecil yang
mewakili kata-kata. Sangat mudah untuk melihat bagaimana mereka akan
menunjukkan kata “burung” oleh gambar burung kecil tetapi tanpa
pengembangan lebih lanjut, system tulisan ini tidak bisa mewakili
banyak kata. Masalah ini diadopsi oleh orang Mesir kuno adalah dengan
berbicara menggunakan kata-kata.Misalnya, untuk menggambarkan
Dengan kalimat “Aku mendengar anjing menggonggong” mungkin
diwakili oleh : ”Mata”, “telinga”, “kulit pohon” + “kepala mahkota”,
“anjing”. Simbol yang sama mungkin berarti sesuatu yang berbeda
dalam konteks yang berbeda, jadi “mata” mungkin berarti “melihat”
sementara “telinga” mungkin berarti “suara”.
Orang Mesir memiliki system bilangan basis 10 hieroglif. Dengan
ini berarti bahwa mereka memiliki symbol terpisah untuk satuan,
puluhan, ratusan, ribuan, puluhribuan, ratusribuan, dan jutaan.
Berikut ini adalah angka hieroglif :

5
Wahyudin, Hakikat, Sejarah, dan Filsafat Islam, ( Bandung : Mandiri, 2013), Hal. 64

4
Berikut penjelasan simbol yang digunakan sebagai berikut :
1= batang lurus.
10=tulang rumit.
100=gulungan kertas.
1.000=bunga teratai.
10.000=telunjuk.
100.000= ikan burbot.
1.000.000= orang keheranan
Misalnya untuk membuat bilangan 276, ada lima belas simbol yang
diperlukan: dua simbol “ratusan”,tujuh simbol “puluhan”, dan enam
simbol “satuan”. Bilangan tersebut di perlihatkan sebagai berikut :
Misalnya untuk membuat bilangan 279 ada lima belas simbol yang
diperlukan yaitu dua simbol “ratusan”, tujuh simbol “ puluhan”  dan
enam simbol “satuan”. Bilangan tersebut si perhatikan sebagai berikut :

5
Contoh tulisan bilangan 276 dalam hieroglif terlihat pada batu
ukiran dari Karnak, berasal sekital 1500 SM dan sekarang berada di
pamerkan di Louvre, Paris. Dalam penulisan bilangan pecahan Mesir
kuno hanya berlaku pecahan tunggal dalam bentuk 1/n dimana 1
mewakili lambang “mulut” yang berarti “bagian” dan “n” adalah
bilangan bulat yang diwakili dalam angka hieroglif. Berikut beberapa
contoh :

Dari contoh diatas bisa diperhatikan bahwa ketika bilangan yang


banyak mengandung simbol “bagian” diletakkan di atas bilangan bulat,
seperti di dalam 1/249, maka simbol “bagian” diletakkan di atas bagian
pertama bilangan.Simbol diletakkan diatas bagian pertama karena
bilangan ini dibaca dari kanan ke kiri.

Dalam penulisan bilangan, susunan desimal terbesar ditulis lebih dahulu.


Bilangan ditulis dari kanan ke kiri: Contohnya dalam penulisan angka 46,
206.

= 46,206

Dalam sistem penulisan angka Hieroglif, ada beberapa sistem


pengoperasian matematika yakni sebagai berikut :
a. Penjumlahan

6
Penjumlahan pada sistem bilangan mesir pada dasarnya
sama saja dengan sistem penjumlahan pada masa kini, tetapi berbeda
simbolnya. Contohnya sebagai berikut :
456 +265 = 721
b. Perkalian
1) Perkalian Doubling
Perkalian dalam sistem doubling dikerjakan dari
pengulangan pelipat gandaan bilangan dengan unsur pengalinya
kemudian menjumlahkannya. Contohnya 13 x 12 = ?Buatlah garis
untuk memisahkan dua kolom.Isi kolom ke bawah di sebelah kiri,
dimulai dengan nomor 1.Gandakan dan tulis 2 dibawahnya, lalu
gandakan 2 itu sehingga mendapatkan angka 4, terus digandakan
sampai angkanya tidak melebihi yang dikalikan.Isilah kolom
kanan, tuliskan nomor yang ingin anda kalikan (dalam hal ini,
adalah 12). Dibawah 12, gandakan dan tulis 24. Gandakan lagi 24
dan tulis 48, Terus sampai sebanyak kolom kiri.

Sekarang cari angka di kolom kiri yang kalau ditambahkan


akan menghasilkan angka pertama yang ingin dikalikan (dalam
soal ini, 13). Angka 1 + 4 + 8= 13, lalu garis bawahi nomor
dikolom kanan diseberang nomor tersebut. Maka yang digaris
bawahi di kolom kanan adalah (12 + 48 + 96) dan kamu
jumlahkan akan mendapatkan 156, yang adalah jawaban tepat dari
13 x 12 = 156.

2) Perkalian Having

7
Perkalian dalam sistem halving berbeda dengan doubling
untuk mempermudah langsung saja pada contoh. Contohnya 13 x
12 = ?Buatlah garis untuk memisahkan dua kolom. Isi kolom di
sebelah kiri, dimulai dengan membagi angka yang dikali (dalam
hal ini 13) dibagi dengan 2 maka hasilnya 6 (untuk 0,5 tidak di
tulis). Isilah kolom kanan, tulislah nomor yang ingin anda kalikan
(dalam hal ini adalah 12). Dibawah 12, gandakan dan tulis 24.
Gandakan lagi 24 dan tulis 48.Terus sampai sebanyak kolom kiri.

Sekarang cari angka di kolom kiri yang ganjil, yaitu angka


13, 3, dan 1.Lalu garis bawahi nomor di kolom kanan diseberang
nomor tersebut. Maka yang digaris bawahi di kolom kanan adalah
(12 + 48 + 96) dan kamu jumlahkan akan mendapatkan 156, yang
adalah jawaban tepat dari 13 x 12 = 156.
3) Pembagian
Pembagian dalam sistem bilangan mesir dikerjakan dari
pengulangan pelipat gandaan bilangan dengan unsur pembaginya
kemudian menjumlahkannya. Contohnya 98 : 7 = ? Buatlah garis
untuk memisahkan dua kolom.Isi kolom ke bawah di sebelah kiri,
dimulai dengan nomor 1.Gandakan dan tulis 2 dibawahnya, lalu
gandakan 2 itu sehingga mendapatkan angka 4, terus digandakan
sampai angkanya tidak melebihi yang dibagi.Isilah kolom kanan,
tulislah nomor pembaginya (dalam hal ini, adalah 7).Di bawah 7,
gandakan dan tulis 14.Gandakan lagi 28 dan tulis 56, dan
seterusnya.

8
Sekarang cari angka dikolom kanan yang kalau
ditambahkan akan menghasilkan angka yang dibagi (dalam soal
ini, adalah 98). Maka angkanya 14 + 28 + 56 = 98, lalu garis
bawahi nomor di kolom kiri diseberang nomor ini. Maka yang di
garis bawahi di kolom kiri adalah (2 + 4 + 8) dan kamu dapat
mendapatkan 14, yang adalah jawaban tepat dari 98 : 7 = 14

2. Sistem Penulisan Angka Hieratic


Selama Kerajaan Baru (sekitar 1600 SM – 1000 SM) masalah
matematis disebutkan pada Papyrus Anastasi 1, dan Wilbour Papyrus dari
waktu Ramesses III mencatat pengukuran lahan. Angka hieroglif agak
berbeda dalam periode yang berbeda, namun secara umum mempunyai
style serupa. Sistem bilangan lain yang digunakan orang Mesir setelah
penemuan tulisan di papirus, terdiri dari angka hieratic.
Angka ini memungkinkan bilangan ditulis dalam bentuk yang jauh
lebih rapi dari sebelumnya saat menggunakan sistem yang membutuhkan
lebih banyak simbol yang harus dihafal. Ada simbol terpisah untuk :

1          2          3          4          5          6          7          8          9

10        20        30        40        50        60        70        80        90

100      200      300      400      500      600      700      800      900

1000    2000    3000    4000    5000    6000    7000    8000    9000

10000  20000  30000  40000  50000  60000  70000  80000  90000

Berikut adalah versi dari angka hieratic :

9
Sistem bilangan ini dapat dibentuk dari beberapa simbol.Angka
9999 hanya memiliki 4 simbol hieratic sebagai pengganti 36 simbor
heiroglif.Salah satu perbedaan utama antara angka keramat dan sistem
bilangan kita adalah angka keramat tidak membentuk sistem posisi
sehingga angka tertentu dapat ditulis dalam urutan apapun. Berikut ini
adalah salah satu contoh orang Mesir yang menulis 2765 dalam angka
hieratic.

Berikut ini cara kedua orang Mesir dalam menulis 2765 dalam angka
hieratic dengan urutan terbalik.

Seperti hieroglif, simbol hieratic berubah dari waktu ke waktu


tetapi mereka mengalami perubahan lagi dengan enam periode yang
berbeda.Awalnya simbol-simbol yang digunakan cukup dekat
hubungannya dengan tulisan hieroglif namun bentuknya menyimpang
dari waktu ke waktu. Versi yang diperlihatkan dari angka hieratic dari
sekitar 1800 SM. Kedua sistem berjalan secara parallel selama sekitar
2000 tahun dengan simbol hieratic yang digunakan dalam menulis di

10
papirus, seperti misalnya dalam papyrus Rhind dan papyrus Moskow,
sementara hieroglif terus digunakan ketika dipahat pada batu.

B. Cabang Matematika yang Berkembang pada Zaman Mesir Kuno

a. Cabang Biologi dan Aritmatika

Beberapa kajian geometri dari bangsa Babilonia dan Mesir kuno


ternyata mampu memberikan inspirasi kepada ilmuwan-ilmuwan yang
hidup pada masa berikutnya.6 Papyrusrhind adalah penemuan yang
berbentuk naskah/lembaran yang berisi instruksi untuk pelajaran
aritmatika dan geometri. Suatu contoh yang ditulis oleh Ahmes mengenai
deret aritmatika. Bagilah satu roti kepada lima orang, bagian dari yang
diperoleh oleh tiga orang pertama sama dengan yang diperoleh oleh dua
orang terakhir. Selain itu, juga memberikan rumus-rumus luas dan cara-
cara perkalian,pembagian, dan pengerjaan operasi hitung pada pecahan.
Ini juga menjadi bukti bagi pengetahuan matematika lainnya, termasuk
bilangan komposit dan prima. Selain itu, Papyrusrhind juga tertulis
mengenai tiga unsur geometri analitik, yaitu : (1) cara memperoleh
hampiran nilai phi yang akurat kurang dari satu persen; (2) upaya kuno
pengkuadratan lingkaran; (3) penggunaan cotangen.

Penemuan Papyrusrhind merupakan waktu berbunga untuk


perkembangan matematika Mesir, yang menyajikan penemuan dalam
bidang aritmatika dan geometri. Akan tetapi keterbatasan utama dari
perkembangan aritmatika pada saat itu adalah kurangnya notasi
sederhana dan komprehensif. Meskipun demikian, perkembangan
matematika saat itu menjadi hal yang menakjubkan ketika mereka masih
dalam peradaban yang masih kuno tetapi mampu mencapai kepandaian
yang begitu tinggi dalam bidang matematika. Naskah matematika
terkenal lainnya adalah Papyrus Moskow. Penemuan papyrus Moskow
menunjukkan perkembangan tulisan Mesir kuno yang ditemukan pada
6
Ishmatul Maula, dkk.,Perkembangan Matematika dalam Sejarah Peradaban Islam,
dalam Prosiding Konferensi Integrasi Interkoneksi Islam dan Sains 1, (2018): 117

11
tahun 1890 di Nekropolis oleh Goleischev, seorang ahli filologi di
Universitas Kairo.

Sepeninggal Goleischev papyrus ini dibawa ke Rusia dan disimpan


di museum Moskow. Naskah ini diperkirakan ditulis pada zaman Dinasti
ke-13 Mesir dan berdasarkan materi yang lebih tua kemungkinan berasal
dari Dinasti ke-12 Mesir, yakni sekitar tahun 1850 SM.

b. Perhitungan Volume Limas

Satu satunya sumber informasi dalam matematika Mesir Kuno


adalah matematika moskow Papyrus dan matematika Rhind papyrus,
Matematika moskow Papyrus telah tercatat sejak tahu 1850 SM,
Sewaktu Abraham V.S Golenishchev memperolehnya di tahun 1893 dan
membawanya ke Moskow.

Permasalahan yang paling menarik dari matematika Papirus


Moskow adalah masalah mengenai perhitungan volume dari sebuah
limas, dengan menggunakan rumus yang benar, limas adalah sebuah
piramida dengan potongan yang sama pada puncaknya. Jika limas
tersebut adalah limas dengan alas persegi dan sisi alasnya adalah a dan
garis yang menghubungkan alas dengan puncak limas adalah sisi b dan
jika tingginya adalah h, mereka orang orang mesir kuno menyatakan
volume dari limas adalah : h (a2+ ab + b2). Catatan, Jika b=0, kita akan

12
menyatakan rumus volume piramida dengan alas persegi yaitu a2x h.
Kita, tidak tahu bagaimana orang orang mesir menemukan rumus ini,
mungkin dengan hanya mencoba coba dan suatu kesalahan.

c. Perhitungan Waktu Bangsa Mesir

Pada sekitar tahun 1500 SM, orang-orang Mesir kuno menggunakan


sistem bilangan berbasis 12, dan mereka mengembangkan sebuah sistem
jam matahari berbentuk seperti huruf T yang diletakkan di atas tanah dan
membagi waktu antara matahari terbit dan tenggelam ke dalam 12
bagian. Para ahli sejarah berpendapat, orang-orang Mesir kuno
menggunakan sistem bilangan berbasis 12 didasarkan akan jumlah siklus
bulan dalam setahun atau bisa juga didasarkan akan banyaknya jumlah
sendi jari manusia (3 di tiap jari, tidak termasuk jempol) yang
memungkinkan mereka berhitung hingga 12 menggunakan jempol.

Jam matahari generasi berikutnya sudah sedikit banyak


merepresentasikan apa yang sekarang kita sebut dengan “jam”.
Sedangkan pembagian malam menjadi 12 bagian, didasarkan atas
pengamatan para ahli astronomi Mesir kuno akan adanya 12 bintang di
langit pada saat malam hari. Dengan membagi satu hari dan satu malam
menjadi masing-masing 12 jam, maka dengan tidak langsung konsep 24
jam diperkenalkan. Namun demikian panjang hari dan panjang malam
tidaklah sama, tergantung musimnya (contoh: saat musim panas hari
lebih panjang dibandingkan malam).

d. Perhitungan Luas Bangun Datar

Pada tahun 2450 SM, orang-orang Mesir kuno telah memulai


perhitungan tentang unsur-unsur segitiga dan menemukan segitiga
keramat dengan sisi-sisi 3, 4 dan 5. Dalam perancangan Piramida
Cherpen, orang-orang Mesir Kuno menggunakan konsep Segitiga Suci
Mesir (Sacred Triangle) dengan perbandingan sisi-sisinya 3:4:5 yang
dengan nama lain disebut sebagai segitiga Phytagorean dan pada

13
Piramida Khufu disebut Segitiga Emas (The Golden Triangle). Dengan
mengukur batang menurut garis dari jaringan geometri
diheptagonal.Proyek Piramida Cherpen dan Khufu menggunakan metode
pengukuran dan nilai esoteric yang berbeda.

Penyelidikan-penyelidikan yang baru agaknya menunjukkan


bahwa orang Mesir Kuno mengetahui bahwa luas setiap segitiga
ditentukan oleh hasil kali alas dan tinggi.Beberapa soal nampaknya
membahas cotangent dari sudut dihedral antara alas dari sebuah
permukaan piramida, dan beberapa lagi menunjukkan perbandingan.
Pada Masa Mesir Kuno penggunaan Matematika khususnya Geometri
hanya digunakan secara praktis.Pada saat itu geometri hanya digunakan
untuk keperluan yang sangat mendasar yaitu pemantauan ukuran tanah
milik penduduk untuk keperluan pemungutan pajak.Hal ini dilakukan
karena setiap tahunnya terjadi luapan dari Sungai Nil, sehingga
kepemilikan tanah oleh penduduk perlu dipantau, atau diukur ulang.

Pada saat itu pe ukuran hanya menggunakan tali yang


direntangkan.Selain itu, untuk menentukan luas-luas dan volume-volume
dari berbagai bangun datar dan bangun ruang merupakan hasil dari trial
and error, mereka ng mendasari perhitungannya dari sebuah fakta tanpa
harus membuktikan secara deduktif.Rumusan yang diperoleh hanya
mempunyai nilai pendekatan dan pada saat itu telah mencukupi dan
diterima untuk keperluan praktis pada kehidupan masa itu.Sehingga pada
Mesir Kuno Geometri berkembang tidak jauh dari tingkatan intuitif
belaka, dimana pengukuran-pengukuran objek nyata adalah sasaran
utama dari penggunaannya.

Tahun 1650 SM, orang-orang Mesir Kuno menemukan


nilai phi yaitu 3,16. Sumber informasi matematika Mesir Kuno
adalah Papyrus Moskow danPapyrus Rhind. Papyrus Moskow berukuran
tinggi 8 cm dan lebar 540 cm sedangkan Papyrus Rhind memiliki tinggi
33 cm dan lebar 565 cm. Dari 100 soal-soal dalam lembaran Papyrus

14
Moskow dan Rhind terdapat 26 soal bersifat geometris. sebagian besar
dari soal-soal tersebut berasal dari rumus-rumus pengukuran yang
diperlukan untuk menghitung luas tanah dan isi lumbung padi-padian.
Luas sebuah lingkaran dipandang sama dengan kuadrat 8/9 kali garis
tengahnya.Orang Mesir Kuno telah menemukan nilai phi yaitu 3,16.

e. Dasar Segitiga Phytagoras

Phytagoras sudah tahu tentang luas sisi miring ini sejak 2500 tahun
yang lalu. Tapi tahukah anda bahwa ia memperoleh pengetahuan itu dari
orang Mesir Kuno? Saat masih muda, Pythagoras berguru kepada Thales
(salah satu orang paling bijaksana di Athena), dan sang guru
menyarankan Phytagoras muda pergi ke Mesir untuk belajar matematika.

Dari pengamatan Pythagoras melihat orang-orang Mesir


menggunakan mistar dan tali pembanding untuk menghitung tinggi
bangunan – maka ia terinspirasi untuk membuat hukum matematika
untuk menghitung tinggi dan sisi miring segitiga siku-siku. Dari
kunjungan ke Mesir itulah Pythagoras lalu memperkenalkan prinsip yang
kita kenal dengan hukum Pythagoras.

C. Ilmuwan Matematika Pada Zaman Mesir Kuno


1. Thales (624-546 SM)
Thales Lahir di kota Miletos. Thales adalah seorang saudagar yang
sering berlayar ke Mesir. Thales adalah seorang filsuf yang mengawali
sejarah filsafat Barat pada abad ke-6 SM. Ia juga dikenal sebagai ahli
geometri, astronomi, dan politik. Ia adalah orang yang pertama kali
memikirkan tentang asal mula terjadinya alam semesta.
Dalam urusan dagang Thales sering melakukan perjalanan hingga
daerah Mesir dan Babilonia. Hal ini memberikan kesempatan Thales
untuk menuntut ilmu sambil melakukan perjalanan. Di Mesir, Thales
dikenal belajar tentang geometri. Sementara ketika melakukan perjalanan
ke Babilonia, Thales lebih mendalami belajar astronomi. Karena

15
kecerdasannya dan ilmu yang dimilikinya, Thales telah mampu
mengukur tinggi piramida dengan prinsip kesebangunan. Sementara
untuk bidang astronomi Thales telah bisa meramalkan waktu peredaran
matahari.

2. Phytagoras (582 SM – 496 SM)


Phytagoras Lahir di pulau Samos, di daerah Ionia. Perjalanan
Phytagoras ke Mesir merupakan salah satu bentuk usahanya untuk
berguru, menimba ilmu, pada imam- imam di Mesir. Pythagoras dan
murid-muridnya percaya bahwa segala sesuatu di dunia ini berhubungan
dengan matematika.
Saat masih muda, Pythagoras berguru kepada Thales dan gurunya
tersebut menyarankan Pythagoras pergi ke Mesir untuk menuntut ilmu
belajar matematika. Pythagoras mengamati orang-orang Mesir
menggunakan mistar dan tali untuk menghitung tinggi bangunan, maka ia
terinspirasi membuat hukum matematika untuk menghitung tinggi dan
sisi miring segitiga siku-siku. Dari kunjunganya ke Mesir tersebut itulah
selanjutnya Pythagoras memperkenalkan prinsip yang kita kenal hukum
pythagoras yang berguna bukan hanya untuk mengukur tinggi piramid
atau obelisk, tetapi juga mengukur tinggi dan hampir semua yang ada di
bumi, termasuk ketika memodifikasi dari hukum Pythagoras ini
digunakan oleh Eratosthenes untuk mengukur lingkar bumi.

3. Eudoxus (408 – 355 SM)


Eudoxus adalah anak Arsghnes, dia lahir di Cnidus, Asia kecil
(sekarang Turki). Ia Pergi ke Tarentum, Italia untuk belajar pada
Archytas. Ia Pergi ke Sisilia, dan belajar obat-obatan pada Philiston. Dua
bulan di Athena untuk mengikuti kuliah Plato dan filsuf-filsuf lain pada
akademi Plato. Beberapa tahun di Mesir untuk belajar astronomi pada
pendeta-pendeta Heliopolis. Ia menciptakan teori tentang planet, yang
sangat terkenal dan diterbitkan dalam buku On Velocities. Membuat
definisi tentang prakiraan panjang suatu bilangan irrasional dengan

16
methode perkalian silang (crossmultiplying). Eudoxus adalah anak
Arsghnes, dia lahir di Cnidus, Asia kecil (sekarang Turki).
Eudoxus telah melakukan perjalanan untuk menuntut berbagai
ilmu dan dia pun sampai di Yunani. Rasa bosan yang dirasakan oleh
Eudoxus ketika di Yunani maka ia memutuskan meninggalkan Yunani
dan melakukan perjalanan ke Mesir. Di negara Mesir beberapa tahun
Eudoxus mempelajari ilmu astronomi dengan pendeta- pendeta Helipolis.
Setelah dirasa ilmu pengetahuan yang dimilikinya cukup lalu Eudoxus
kembali ke daerah Cnidus yang merupakan kampung halamannya.

4. Euclid (330 - 275 SM)


Theorema-theorema baru pada masa Euclid: kurva-kurva,
lingkaran-lingkaran dan bentuk- bentuk lain dipelajari sama halnya
seperti garis lurus dan bidang–bidang datar.Euclid belajar pada akademi
Plato. Pada masa tuanya, Euclid pindah untuk mengajar di Alexandria, ia
lebih suka matematika untuk dipelajari bukan untuk aplikasi danEuclid
meninggal di Alexandria.

5. Eratosthenes (276 SM – 194 SM)


Lahir di Kyrene (Libya modern), emasa muda, dia pindah ke
Aleksandria, Mesir. Pada tahun 23 SM, dia menjadi kepala perpustakaan
di Perpustakaan Besar Alexandria. Ia dicatat oleh Cleomedes dalam On
theCircularMotionsoftheCelestialBodies sebagai orang yang telah
menghitung keliling Bumi pada sekitar tahun 240 SM dan Karya lain dari
Eratosthenes adalah saringan Eratosthenes sebagai cara menemukan
bilangan prima.

6. Archimedes (287 - 212 SM)


Archimedes adalah seorang matematikawan, fisikawan, astronom
sekaligus filusuf, Archimedes dilahirkan di kota pelabuhan bernama
Syracuse, kota ini sekarang dikenal sebagai Sisilia, Archimedes dikenal
dengan teorinya tentang hubungan antara permukaan dan volume dari

17
sebuah bola terhadap silinder, teori dan rumus dari prinsip hydrostatic
dan peralatan untuk menaikkan air ‘Archimedes Screw’ atau Sekrup
Archimedes.
Nama Archimedes menjadi terkenal setelah ia melompat dari bak
mandinya dan berlari-lari telanjang setelah membuktikan bahwa mahkota
raja tidak terbuat dari emas murni, ia mendefinisikan perbandingan
antara keliling lingkaran dan jari-jari lingkaran yang dikenal sebagai pi
sebesar 3.1429, saat tewas Archimedes sedang mengerjakan persoalan
geometri dengan menggambarkan lingkaran-lingkaran di atas tanah.
Archimedes dari Syaracusa belajar di kota Alexandria, Mesir. Pada
waktu itu yang menjadi raja di Syaracusa adalah Hieron II, sahabat
Archimedes.Dia mengaplikasikan prinsip fisika dan matematika. Dan
juga menemukan perhitungan π (pi) dalam menghitung luas lingkaran. Ia
adalah ahli matematika terbesar sepanjang zaman dan di zaman kuno.
Tiga karya Archimedes membahas geometri bidang datar, yaitu
pengukuran lingkaran, kuadratur dari parabola dan spiral.

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Peradaban di sekitar sungai Nil adalah satu cabang matematika lahir. Pada
waktu para pendeta Mesir melakukan pengukuran terhadap pasang surutnya
sungai Nil dan meramalkan timbulnya banjir. Melalui pengamatan inilah ahli
matematika mulai mengembangkan geometri. Aristoteles menyatakan bahwa
tempat kelahiran matematika adalah Mesir
Sistem Bilangan Mesir Orang Mesir memiliki system penulisan yang
didasarkan pada hieroglif dari sekitar 3000 SM. Hieroglif adalah gambar kecil
yang mewakili kata-kata. Orang Mesir memiliki system bilangan basis 10
hieroglif. Dengan ini berarti bahwa mereka memiliki symbol terpisah untuk
satuan, puluhan, ratusan, ribuan, puluh ribuan, ratusribuan, dan jutaan.
Salah satu ilmuwan pada zaman mesir kuno adalah Thales. Yang mana
Thales telah mampu mengukur tinggi piramida dengan prinsip kesebangunan.
Sementara untuk bidang astronomi Thales telah bisa meramalkan waktu
peredaran matahari.

B. Saran
Daribeberapa penjelasan diatas pemakalah menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan seperti yang diharapkan. Oleh karena itu
Pemakalah mengharap kepada para pembaca saran dan kritikan yang sifatnya
membangun.

19
DAFTAR PUSTAKA

Burton, David M. 2011. The History of Mathematics: an Introduction. New York:


McGraw-Hill Companies, Inc.

Fathani, Abdul Halim. 2009. Matematika Hakikat dan Logika,. JogJakarta: Ar-
ruzz Media.

Hasan, Alib Hashim. 2005. Perkembangan Sistem Bilangan Pada Masa Sebelum
Islam, Jurnal Kaunia, Vol. I. No. 2.

Hermanto. 2009. Mesir Kuno dan Amerika Tengah, Jurnal Universitas Islam 45
Bekasi, Vol. 1. No. 3.

Maula, Ishmatul dkk. 2018. Perkembangan Matematika dalam Sejarah


Peradaban Islam,dalam Prosiding Konferensi Integrasi Interkoneksi Islam
dan Sains 1.

Wahyudin. 2013. Hakikat, Sejarah, dan Filsafat Islam. Bandung : Mandiri.

20

Anda mungkin juga menyukai