Oleh:
Kelompok 2
Kelompok 2
2
Daftar Isi
Kata Pengantar……………………………………………………………………...2
Daftar isi…………………………………………………………………………….. 3
Bab I Pendahuluan………………………………………………………………….4
1.1 Latar belakang………………………………………………………………….4
1.2 Tujuan…………………………………………………………………………..4
Bab II Pembahasan………………………………………………………………….5
A. MAKAM SULTAN MALIKUSSALEH………………………………….5
B. DIDIRIKANNYA MUSEUM SULTAN MELIKUSSALEH …..............7
Bab III Penutup…………………………………………………………………….10
Kesimpulan……………………………………………………………………….10
Daftar Pustaka…………………………………………………………………….11
3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Memotivasi para Generasi muda untuk tetap mengenal sejarah lebih tepatnya
sejarah makam Malikussaleh agar menambah wawasan tentang sejarah
4
BAB 2
PEMBAHASAN
BAB 3
5
Makam Sultan Malikussaleh terletak di Gampong Beuringin, Kecamatan Samudera,
Aceh Utara, merupakan situs bersejarah yang monumental di Nusantara, bahkan di
Asia Tenggara. Sebab, Sultan Malikussaleh adalah pendiri Kerajaan Islam Samudera
Pasai, Meurah Silu, yang bergelar Malik al-Saleh atau dikenal sebagai Malikussaleh.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Ziarah ke Makam Sultan
Malikussaleh, Pendiri Kerajaan Samudra Pasai.
Diceritakan dalam sejarah ketika Battutah mendarat di sebuah tempat yang sangat
subur. Perdagangan di daerah itu sangat maju, ditandai dengan penggunaan mata
uang emas. Ia semakin takjub karena ketika turun ke kota ia mendapati sebuah kota
besar yang sangat indah dengan dikelilingi dinding dan menara kayu. Kota
perdagangan di pesisir itu adalah ibu kota Kerajaan Samudera Pasai. Samudera Pasai
(atau Pase jika mengikuti sebutan masyarakat setempat) bukan hanya tercatat sebagai
kerajaan yang sangat berpengaruh dalam pengembangan Islam di Nusantara. Pada
masa pemerintahan Sultan Malikul Dhahir, Samudera Pasai berkembang menjadi
pusat perdagangan internasional. Pelabuhannya diramaikan oleh pedagang-pedagang
dari Asia, Afrika, Cina, dan Eropa.
Ibnu Bathutah juga menceritakan bahwa, ketika ia di Cina, ia melihat adanya kapal
Sultan Pasai di negeri Cina. Memang, sumber-sumber Cina ada menyebutkan bahwa
utusan Pasai secara rutin datang ke Cina untuk menyerahkan upeti. Informasi lain
6
juga menyebutkan bahwa, Sultan Pasai mengirimkan utusan ke Quilon, India Barat
pada tahun 1282 M. Ini membuktikan bahwa Pasai memiliki relasi yang cukup luas
dengan kerajaan luar.
Selama masa pemerintahan Sultan Malik As-Saleh. Sultan menikah dengan putri dari
Kerajaan Perlak yaitu Gangang Sari. Dari pernikahan tersebut lahirlah Sultan Malik
Az-Zahir I. Pada Masa Pemerintahan Sultan Malik Az-Zahir ini Kerajaan mengalami
masa keemasan. Sultan Malik Az-Zahir I memperkenalkan pertama kali penggunaan
emas di lingkungan kerajaan. Hal inilah yang mengakibatkan Kerajaan Samudera
Pasai menjadi pusat perdagangan terbesar di Sumatera pada saat itu. Kerajaan juga
menjadi terkenal sebagai tempat penyebaran agama Islam.
7
Peresmian museum tersebut ditandai dengan pengguntingan pita dan
penandatanganan prasasti oleh Bupati Aceh Utara H Muhammad Thaib didampingi
oleh Wakil Bupati Fauzi Yusuf, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Aceh
Utara Saifullah, MPd, dan Duta Museum Aceh Drs Mujiburrizal, SSn, MA.
Bupati H Muhammad Thaib dalam arahannya mengatakan pihaknya sangat
mengapresiasi kerja lintas sektor bidang kebudayaan yang telah membidani
berdirinya Museum Islam Samudera Pasai. Meskipun saat ini dengan prasarana yang
terbatas, tapi diyakini keberadaan museum ini akan menambah daya tarik bagi
masyarakat lokal, juga masyarakat luar, untuk berkunjung ke kawasan situs Kerajaan
Samudera Pasai di Aceh Utara.
Museum ini mengoleksi benda-benda bersejarah peninggalan abad VIII.
Museum yang terletak di tengah kota ini menyimpan 500 jenis benda tradisional dan
artefak sejarah. Benda tertua di museum ini adalah piring dan mangkok keramik yang
ditemukan di kawasan situs purbakala Kerajaan Samudera Pasai, kerajaan Islam
tertua di Nusantara. Selain itu, museum juga memiliki koleksi mata uang dirham:
mata uang dari emas yang berfungsi sebagai alat pembayaran masa kerajaan Aceh
Darussalam.
Museum yang dikelola Yayasan Malikussaleh ini pun mengoleksi 1.050 buku,
50 kitab, dan 20 hikayat perang Sabil. Kitab berhuruf Arab Jawou ditulis Tengku
Chik Awe Geutah, seorang ulama besar dari Beruen, juga menghiasi museum.
Sedangkan 20 hikayat yang terdapat di dalamnya sebagian besar berisi kisah yang
menggugah semangat jihad warga Serambi Mekah saat berperang melawan
kolonialisme Belanda.
8
Selain menjadi tempat simpan benda-benda bersejarah milik Samudera
Pasai, museum tersebut diharapkan bisa menjadi tempat belajar bagi
generasi bangsa agar tahu banyak tentang sejarah, terutama sejarah tentang
Islam di nusantara.
9
BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan
Dengan dilestarikannya makam dan museum malikussaleh kini
banyak orang yang berkunjung ke tempat tersebut untuk mengetahui
sejarah tentang kerajaan Samudra Pasai yang sangat berguna di era
modern ini agar para generasi muda dapat memahami situs sejarah.
10
Daftar Pustaka
Molana, Datuk Haris. "Kisah Juru Kunci Makam Raja Islam Pertama di
Nusantara". detikTravel. Diakses tanggal 2019-11-02.
11