Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

MATEMATIKA BABILONIA DAN MATEMATIKA MESIR

DISUSUN OLEH :

AJI IBNU KHAIR (4203121071)

ANINDA SUHAILA (4202121004)

NOVA AULIA PUTRI (4201121016 )

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

OKTOBER 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik dan inayahnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya
yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam memahami pengertiandan langkah-langkah
dalam uji statistik.
Makalah ini berjudul “MATEMATIKA BABILONIA dan MESIR” yang digunakan
sebagai tugas mata kuliah MATEMATIKA DASAR. Harapan saya semoga makalah ini
membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat
memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang positif untuk kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan banyak manfaat bagi pembaca, khususnya
bagi mahasiswa program studi Bahasa dan Sastra Indonesia. Mohon maaf apabila terdapat
kesalahan baik dalam penyampaian maupun penulisannya. Akhir kata penulis ucapkan terima
kasih.

Medan, oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
BAB IIISI
A. Sejarah Matematika Babilonia
1. Munculnya Matematika di Babilonia
2. Peninggalan Matematika Babilonia
3. Perkembangan Matematika di Babilonia Kuno
4. Sistem Bilangan Bangsa Babilonia
5. Teori Bilangan Pada Suku BabiloniaPenggunaan Tulisan Paku
6. Sistem Bilangan Babylon
7. Teorema Phytagoras Dalam Matematika Babilonia
8. Kekurangan dan Kelebihan
B. Sejarah Matematika Mesir
1. Perkembangan bilangan di Mesir
2. Perkembangan Matematika di Mesir

2.2.1operasi penjumlahan dan pengurangan

2.2.2. operasi perkalian

2.2.3. operasi pembagian


2.2.4. volume limas
2.2.5. perhitungan waktu pada bangsa mesir
2.2.6. geometri
2.2.7. Dasar Segitiga Phytagoras

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada mulanya di Zaman purbakala banyak bangsa bangsa yang bermukim sepanjang sungai
-sungai besar. Bangsa Mesir sepanjang sungai Nil di Afrika, bangsa Babilonia sepanjang
sungai Tigris dan Eufrat, bangsa hindu sepanjang sungai Indus dan Gangga, bangsa Cina
sepanjang sungai Huang Ho dan Yang Tze. Bangsa-bangsa itu memerlukan keterampilan
untuk mengendalikan banjir, mengeringkan rawa-rawa, membuat irigasi untuk mengolah
tanah sepanjang sungai menjadi daerah pertanian untuk itu diperlukan pengetahuan
praktis, yaitu pengetahuan teknik dan matematika bersama sama.

Sejarah menunjukkan bahwa permulaan Matematika berasal dari bangsa yang bermukim
sepanjang aliran sungai tersebut. Mereka memerlukan perhitungan, penanggalan yang bisa
dipakai sesuai dengan perubahan musim. Diperlukan alat alat pengukur untuk mengukur
persil persil tanah yang dimiliki. Peningkatan peradaban memerlukan cara menilai kegiatan
perdagangan, keuangan dan pemungutan pajak. Untuk keperluan praktis itu diperlukan
bilangan-bilangan.

Dua suku b angsa yang telah mengembangkan matematika sejak zaman dahulu kala ialah
bangsa Babilonia dan Mesir Kuno. Bangsa Babilonia memiliki keunggulan pengembangan
matematika dengan sistem bilangan seksagesimal (basis-60). Sejak tahun 2500 SM, bangsa
Mesir Kuno telah membangun dan menciptakan berbagai macam Sistem  perhitungan
hingga mengembangkan geometri. Pemikiran mereka lah yang dikembangkan hingga saat
ini kita mengenal bilangan dengan pemakaian sederhana dan mudah dipahami.

1.2 Rumusan Masalah :

1. Bagaimana perkembangan sejarah matematika di Babilonia ?


2. Bagaimana sistem bilangan Babilonia ?
3. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari sistem bilangan Babilonia?
4. Apa saja penemuan yang berkaiatan dengan matematika Babilonia ?
5. Apa saja peninggalan sejarah matematika Babilonia ?
6. Bagaimana perkembangan sejarah matematika di Mesir  ?
7. Bagaimana sistem bilangan bilangan Mesir ?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah

 Untuk mengetahui perkembangan sejarah matematika Babilonia


 Untuk memaparkan sistem bilangan Babilonia
 Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan sistem bilangan Babilonia
 Mengetahui penemuan yang berkaitan dengan matematika Babilonia
 Mengetahui peninggalan sejarah matematika Babilonia
 Untuk mengetahui perkembangan sejarah matematika Mesir
BAB II

PEMBAHASAN

A. SEJARAH MATEMATIKA DI BABILONIA

Matematika babilonia adalah matematika yang ditemukan di Metoposamia 2500


tahun SM pada peradaban Babylonia.Matematika Babylonia merujuk pada seluruh
matematika yang dikembangkan oleh bangsa Mesopotamia yang sekarang menjadi
Irak.Penduduk babylonia merupakan orang yang pertama kali menulis bilangan dari kiri ke
kanan. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya tablet yang ditemukan ditulis dari kiri ke
kanan.Sistem babylonia adalah seksagemisal atau bilangan berbasis 60.Angka 60 memiliki
banyak pembagi yaitu 2,3,4,5,6,10,12,15,20, dan 30, yang membuat perhitungan jadi lebih
mudah.

1.Munculnya Matematika Babilonia

2500 tahun SM ‘Fara periode’ merupakan periode pada saat peradaban Sumeria
yang digunakan oleh penduduk babylonia untuk menulis fonetis. 2340 tahun SM ‘Dinasti
Akkadia’ menulis matematika dalam bahsa Akkadia dan mengembangkan system bilangan
secara lebih lanjut.Selain itu,bangsa ini adalah penemu sempoa 2100 tahun SM ‘Ur III’
merpauakan pembentukan kembali Ur. Kota Sumeria Kuno, sebagai modal yang sekarang
populasinya dicampur dengan Akkadians serta titik tinggi birokrasinya dibawah Raja Sulgi
1800 tahun SM ‘Old Babel’ atau OB merupakan supremasi kota utara Babel bawah (Akkadia)
dan memiliki terks - teks matematika yang paling canggih.

2.Peninggalan Matematika Babilonia

a. Bidang Geometri

Geometri digunakan oleh bangsa Babylonia sejak tahun 2000 sampai 1600 SM.Mereka
menghitung keliling suatu lingkara n dengan menggunakan tiga kali diameternya,luas
lingkaran digunakan seperduabelas dari kuadrat kelilingnya dengan = 3,14.Volume silinder
tegak dihitung dengan perkalian luas alas dengan tinggi.

b. Bidang Aljabar

Sekitar 2000 tahun SM perkembangan aljabar tidak hanya mampu menyelesaikan


persamaan kuadrat,tetapi juga tidak hanya mampu menyelesaikan persamaan pangkat tiga
dan empat.Hal ini terlihat adanya penggalan berupa tablet yang isinya berupa tablet kuadrat
dan pangkat tiga bilangan s/d 30 dan kombinasi n3 dan n2.

c. Bilangan Seksagemisal( basis-60)

Matematika Babylonia ditulis menggunakan sistem bilangan seksagesimal (basis-60)


karena keunggulanya pada bidang astronomi.Sistem perhitungan berbasis 60 masih ada
sampai sekarang, yakni dengan diturunkannya penggunaan bilangan 60 detik untuk satu
menit dan 60 menit untuk satu jam.Kelemahan sistem ini adalah tidak adanya lambang nol.
Simbol 1 dan 60 sama, dalam hal ini tanda spasi juga tidak akan mampu membantu
menjelaskan apakah lambang tersebut adalah 1 atau 60.

d. Plimpton 322

Sistem ini pertama kali muncul sekitar 3100 tahun SM yang dikenal sebagai sistem angka
posisional, dimana nilai digit tertentu tergantung pada angka itu sendiri dan posisinya dalam
nomor tersebut. Maksud dari tablet peninggalan bangsa Babylonia yang memuat tabel
analis yang dikenal dengan Plimpton 322 adalah sebagai kumpulan dari G.A Plimpton di
Universitas Columbia dengan katalog no.322.

3.Perkembangan Matematika di Babilonia Kuno

Babilonia adalah sebuah peradababan kuno yang terletak di kawasan tengah-selatan


Mesopotamia.Kawasan Mesopotamia termasuk Sumeria, Akkad, dan Assyria.Kawasan ini
sangat penting karena menjadi salah satu dari tempat awal manusia hidup bersama-sama
dalam satu peradababan. Penduduk Bablonia, atau yang sering disebut Babilon, memiliki
satu bahasa penulisan yang mereka gunakan untuk mempelajari perkara-perkara yang
berkaitan dunia di sekeliling mereka. Sejarah mengatakan bahwa orang-orang babilon
merupakan orang yang pertama kali menulis dari kiri ke kanan, dan banyak membuat
banyak dokumen-dokumen bertulis.

Matematika Babilonia merujuk pada seluruh matematika yang dikembangkan oleh bangsa
Mesopotamia (kini Iraq) sejak permulaan Sumeria hingga permulaan peradaban
helenistik.Dinamai “Matematika Babilonia” karena peran utama kawasan Babilonia sebagai
tempat untuk belajar.Pada zaman peradaban helenistik, Matematika Babilonia berpadu
dengan Matematika Yunani dan Mesir untuk membangkitkan Matematika Yunani.Kemudian
di bawah Kekhalifahan Islam, Mesopotamia, terkhusus Baghdad, sekali lagi menjadi pusat
penting pengkajian Matematika Islam. Bertentangan dengan langkanya sumber pada
Matematika Mesir, pengetahuan Matematika Babilonia diturunkan dari lebih daripada 400
lempengan tanah liat yang digali sejak 1850-an. Lempengan ditulis dalam tulisan paku ketika
tanah liat masih basah, dan dibakar di dalam tungku atau dijemur di bawah terik matahari.

Beberapa di antaranya adalah karya rumahan.Bukti terdini matematika tertulis adalah karya
bangsa Sumeria, yang membangun peradaban kuno di Mesopotamia. Mereka
mengembangkan sistem rumit metrologi sejak tahun 3000 SM. Dari kira-kira 2500 SM ke
muka, bangsa Sumeria menuliskan tabel perkalian pada lempengan tanah liat dan berurusan
dengan latihan-latihan geometri dan soal-soal pembagian. Jejak terdini sistem bilangan
Babilonia juga merujuk pada periode ini. Sebagian besar lempengan tanah liat yang sudah
diketahui berasal dari tahun 1800 sampai 1600 SM, dan meliputi topik-topik pecahan,
aljabar, persamaan kuadrat dan kubik, dan perhitungan bilangan regular, invers perkalian,
dan bilangan prima kembar. Lempengan itu juga meliputi tabel perkalian dan metode
penyelesaian persamaan linear dan persamaan kuadrat. Lempengan Babilonia 7289 SM
memberikan hampiran bagi √2 yang akurat sampai lima tempat desimal.

Matematika Babilonia ditulis menggunakan sistem bilangan seksagesimal (basis-60). Dari


sinilah diturunkannya penggunaan bilangan 60 detik untuk semenit, 60 menit untuk satu
jam, dan 360 (60 x 6) derajat untuk satu putaran lingkaran, juga penggunaan detik dan
menit pada busur lingkaran yang melambangkan pecahan derajat. Juga, tidak seperti orang
Mesir, Yunani, dan Romawi, orang Babilonia memiliki sistem nilai-tempat yang sejati, di
mana angka-angka yang dituliskan di lajur lebih kiri menyatakan nilai yang lebih besar,
seperti di dalam sistem desimal

Para ahli matematika telah mengembangkan langkah langkah algoritma seperti cara
mencari akar pangkat dua suatu bilangan. Beberapa operasi dasar matematika seperti
penjumlahan, pengurangan dan perkalian tidak berbeda dengan yang telah kita gunakan
zaman sekarang.Hanya satu perbedaan yang unik ketika melakukan operasi
pembagian.Pembagian dilakukan dengan menggunakan sebuah tabel khusus. Seperti jika
ingin membagi 14 dengan 5, maka akan dicari dengan mengalikan angka 14 dengan 2,
kemudian ditaruh satu koma di satu angka belakang. 14 x 2 =28 ditaruh koma, 2,8. Tabel
tabel pembagian tersebut telah dirancang khusus oleh ahli matematika kala itu.Sementara
untuk pembagi dengan jumlah besar maka dilakukan secara berulang.

Bangsa Babilonia juga sudah sangat familiar dengan aturan umum untuk mengukur suatu
area. Mereka mengukur keliling lingkaran sebanyak 3 kali diameter dan luasnya sebagai satu
per duabelas kuadrat dari lingkaran, dan jika hitungannya benar, maka nilai π akan bernilai
3. Volume silinder diambil sebagai produk dari alas dan tinggi, namun, volume frustum
sebuah kerucut atau piramida persegi dihitung dengan tidak benar sebagai produk dari
ketinggian dan setengah jumlah dari basis. Juga, ada penemuan terbaru dalam sebuah
catatan kuno mencantumkan bahwa nilai π adalah 3 dan .

4. Sistem Bilangan Bangsa Babilonia

Tulisan dan angka bangsa Babilonia sering juga disebut sabagai tulisan paku karena
bentuknya seperti paku. Orang Babilonia menulisakan huruf paku menggunakan tongkat
yang berbentuk segitiga yang memanjang (prisma segitiga) dengan cara menekannya pada
lempeng tanah liat yang masih basah sehingga menghasilkan cekungan segitiga yang
meruncing menyerupai gambar paku.
Gambar 1.1 59 simbol yang dibuat dari dua system simbol

Babilonia menggunakan satu untuk mewakili satu, dua untuk mewakili dua,
tiga untuk tiga, dan seterusnya, sampai sembilan.Namun, mereka cenderung untuk
mengatur simbol-simbol ke dalam tumpukan rapi.Setelah mereka sampai kesepuluh,
ada terlalu banyak simbol, sehingga mereka berpaling untuk membuat simbol yang
berbeda.Sebelas itu sepuluh dan satu, dua belas itu sepuluh dan dua, dua puluh itu
sepuluh dan sepuluh. Untuk simbol enam puluh tampaknya persis sama dengan yang
satu. Enam puluh satu adalah enam puluh dan satu, yang karenanya terlihat seperti
satu dan satu, dan seterusnya.

5. Teori Bilangan Pada Suku Babilonia

Matematika Babilonia merujuk pada seluruh matematika yang dikembangkan oleh


bangsa Mesopotamia (kini Iraq) sejak permulaan Sumeria hingga permulaan peradaban
helenistik.Dinamai "Matematika Babilonia" karena peran utama kawasan Babilonia sebagai
tempat untuk belajar.Pada zaman peradaban helenistik, Matematika Babilonia berpadu
dengan Matematika Yunani dan Mesir untuk membangkitkan Matematika Yunani.Kemudian
di bawah Kekhalifahan Islam, Mesopotamia, terkhusus Baghdad, sekali lagi menjadi pusat
penting pengkajian Matematika Islam. Bertentangan dengan langkanya sumber pada
Matematika Mesir, pengetahuan Matematika Babilonia diturunkan dari lebih daripada 400
lempengan tanah liat yang digali sejak 1850-an. Lempengan ditulis dalam tulisan paku ketika
tanah liat masih basah, dan dibakar di dalam tungku atau dijemur di bawah terik matahari.
Beberapa di antaranya adalah karya rumahan.Bukti terdini matematika tertulis adalah karya
bangsa Sumeria, yang membangun peradaban kuno di Mesopotamia. Mereka
mengembangkan sistem rumit metrologi sejak tahun 3000 SM. Dari kira-kira 2500 SM ke
muka, bangsa Sumeria menuliskan tabel perkalian pada lempengan tanah liat dan berurusan
dengan latihan-latihan geometri dan soal-soal pembagian.

Jejak terdini sistem bilangan Babilonia juga merujuk pada periode ini. Sebagian besar
lempengan tanah liat yang sudah diketahui berasal dari tahun 1800 sampai 1600 SM, dan
meliputi topik-topik pecahan, aljabar, persamaan kuadrat dan kubik, dan perhitungan
bilangan regular, invers perkalian, dan bilangan prima kembar. Lempengan itu juga meliputi
tabel perkalian dan metode penyelesaian persamaan linear dan persamaan
kuadrat.Matematika Babilonia ditulis menggunakan sistem bilangan seksagesimal (basis-60).
Dari sinilah diturunkannya penggunaan bilangan 60 detik untuk semenit, 60 menit untuk
satu jam, dan 360 (60 x 6) derajat untuk satu putaran lingkaran, juga penggunaan detik dan
menit pada busur lingkaran yang melambangkan pecahan derajat. Juga, tidak seperti orang
Mesir, Yunani, dan Romawi, orang Babilonia memiliki sistem nilai-tempat yang sejati, di
mana angka-angka yang dituliskan di lajur lebih kiri menyatakan nilai yang lebih besar,
seperti di dalam sistem desimal. Sistem Numerasi Babylonia (±2000 SM), pertama kali orang
yang mengenal bilangan 0 (nol) adalah Babylonian.

6. Penggunaan Tulisan Paku

Tulisan paku digunakan pada pembuatan lampengan peninggalan bangsa


babilonia.Lempengan tersebut ditulis pada saat masih basah kemudian dijemur atau
dibakar. Ada empat papan bertulis yang ditemukan, yaitu:

A. Papan Yale YBC 7289

Terdiri dari sebuah papan yang digambari suatu diagram.Diagram tersebut


merupakan sebuah segi empat berukuran 30.

Gambar 1.2 Yale YBC 7289

B. Papan Plimpton 322

Papan ini adalah papan tanah dengan nomor 322 yang digunakan sebagai koleksi di
rumah GA Plimpton di Universitas Colombia.Papan ini memiliki 4 kolom dengan 15 baris.
Tiap baris terdapat c², didalam kolom 3 terdapat -b² dan pada kolom 2 merupakan kuadrat
sempurna, katakanlah c²-b²=h². Namun, pernyataan tersebut diragukan karena adanya
bagian yang tidak lengkap karena rusak dan hilang.Maka dari itu, terdapat empat kesalahan
penerjemahan yang menyebabkan pernyataan tersebut diragukan.

Gambar 1.3 Papan Plimpton 322

C. Papan Susa

Papan susa meneliti bagaimana cara menghitung radius sebuah lingkaran melalui
segitiga sama sisi.

Gambar 1.4 Papan Susa

D. Papan Tell Dhibayi

Papan tell dhibayi menampilkan permasalahan geometris yang meminta dimensi


sebuah bujur sangkar yang telah diketahui luas dan diagonalnya.

Gambar 1.5 Papan Tell Dhibayi


7.Sistem Bilangan Babylon

Penulisan Paku Ke Seksagesimal

 Penulisan Seksagesimal Ke Angka Modern


Contoh:
1.      2,15              = 2 x 60 + 15
                     = 120 + 15
                     = 135

2.      1, 2 ;30         = 1 x 60 + 2 +


                     = 62,5

3.      1, 2, 3 ;15     = 1 x 602 + 2 x 60 + 3 + 


                     = 3720,25
Penulisan Modern Ke Seksagesimal
Contoh:
1.      225            = 3 x 60 + 45
                  = 3,45

2.      7755          = 2 x 602 + 9 x 60 + 15
                  = 2 , 9 , 15

3.      61,25         = 1 x 60 + 1 + 
                  = 1 , 1 ; 15

8. Teorema Pythagoras Dalam Matematika Babilonia


        
Telah diuji empat papan tulis suku Babylon yang semuanya memiliki hubungan
dengan teorema pythagoras. Suku Babylon sangat mengenal teorema Pythagoras.Suku
Babylon menggunakan suatu metode yang ekuivalen dengan metode suku Heron. Analisinya
adalah bahwa mereka memulainya dengan suatu perkiraan, katakanlah x. Mereka kemudian
menemukan bahwa e = x2 - 2.
            Pada gambar 1.3 papan Plimpton 322.Papan ini memiliki empat kolom dengan 15
baris. Kolom terakhir paling sederhana untuk dipahami karena hanya mencatat nomor baris
sehingga hanya tertulis 1 , 2 , 3, … , 15. Hal yang menakjubkan adalah bahwa dalam tiap
baris, kuadrat angka c dalam kolom 3 minus kuadrat angka b dalam kolom 2 merupakan
bilangan kuadratsempurna, katakanlah h. c2 – b2 = h2
Pada gambar 1.4 papan susa terdapat segitiga A, B, C dan pusat lingkaran O. Garis AD
menghubungkan titik A dengan garis BC. Segitiga ABC merupakan segitiga di sebelah kanan
sehingga dengan menggunakan Pythagoras AD2 = AB2 + BD2.

9. Kelebihan dan Kekurangan Sistem Bilangan Babilonia.


1. Kelebihan sistem bilangan babilonia.
Kelebihan sistem bilangan Babilonia sudah mengenal formula awal Pythagoras, di
bidang geometri sudah mengenal beberapa bangun ruangseperti segitiga dan kubus, dan
sudah mengenal nilai π.
2. Kekurangan Sistem Bilangan Babilonia.
Kekurangannya belum memngenal tanda koma untuk membuat bilangan desimal
tidak ada bilangan negatif.

B. SEJARAH MATEMATIKA MESIR

Berbicara tentang sejarah, Setidaknya ada 3 peradaban besar yang kita kenal
dalam sejarah yaitu: peradaban mesir kuno, Peradaban Sumeria babylonia, dan
Peradaban Yunani Kuno. Tiga peradaban itu adalah goresan sejarah dari perjalanan
peradaban manusia seiring perubahan waktu.Matematika adalah bagian darinya.

Bangsa Mesir Kuno telah mengenal alat tulis sederhana menyerupai kertas
yang disebut papyrus. Mereka membuat tulisan berbentuk gambar-gambar dengan
menggunakan sejenis pena dengan tinta berwarna hitam atau merah. Tulisan Mesir
Kuno sering diesebut tulisan Hieroglif, dan tulisan ini ditemukan dalam bentuk
gambar pada papyrus ataupun guratan pada batu atau potongan kayu.Tulisan Mesir
Kuno diperkirakan berkembang pada tahun 3400 S.M. Tulisan pada zaman mesir ini
ditulis dari kata papu yaitu semacam tanaman.Sistem Numerasi Mesir Mesir Kuno
bersifat aditif, dimana nilai suatu bilangan merupakan hasil penjumlahan nilai-nilai
lambang-lambangnya.

Papyrus Matematika Rhind (RMP) (juga ditunjuk sebagai: papirus British


Museum, 10057 dan 10058 PBM), diberi nama setelah Alexander Henry Rhind ,
seorang warga Skotlandia, yang membeli papirus pada tahun 1858 di Luxor, Mesir ,
itu rupanya yang ditemukan selama penggalian ilegal di atau dekat Ramesseum Ini
tanggal untuk sekitar 1650 SM. British Museum, di mana papirus ini sekarang
tersimpan, memperolehnya pada tahun 1864 bersama dengan gulungan Kulit Mesir
Matematika , juga dimiliki oleh Henry Rhind; ada fragmen kecil yang diselenggarakan
oleh Museum Brooklyn di New York. Ini adalah salah satu dari dua Papyri terkenal
Matematika bersama dengan Papirus Moskow matematika.Papyrus Rhind lebih
besar dari Papirus Moskow matematika, sedangkan yang kedua adalah lebih tua dari
yang pertama.

1. Perkembangan Bilangan di Mesir

Mesir adalah negara yang kaya akan peninggalan sejarah yang sungguh
mengagumkan. Tidak hanya piramida yang masih berdiri kokoh namun meraka
bangsa mesir dahulunya sudah mengenal matematika dan geometri sebagimana
yang kita pelajari sekarang.Asas-asas matematika yang terdapat dimesir itu dimulai
pada masa pemerintahan kerajaan beraja, Firaun yang Masyur pada sekitar 3100
SM.

Bangsa mesir kuno itu pada awalnya juga telah mengenal alat tulis sederhana
menyerupai kertas yang disebut papyrus, papyrus ini ada 2 yaitu papyrus rhind dan
papyrus moskow. Mereka membuat tulisan berbentuk gambar-gambar dengan
menggunakan sejenis pena dengan tinta berwarna hitam atau merah.

Tulisan mesir kuno sering disebut tulisan hieroglif, dan tulisan ini ditemukan
dalam bentuk gambar pada papyrus ataupun guratan pada batu atau potongan
kayu.Tulisan mesir kuno diperkirakan berkembang pada tahun 3400 SM. Bangsa
Mesir kuno telah menggunakan dalam perhitungannya sistem bilangan desimal
(puluhan atau dasaan) yang didasarkan pada jumlah jari di tangan manusia yaitu
sepuluh jari. Prinsip sistem desimal adalah manusia mempunyai sepuluh jari di
tangannya dan apabila ia ingin menghitung, maka kesepuluh jari itu akan digunakan
sebagai alat hitung, Sistem inilah yang digunakan kita dalam kehidupan sehari-hari
sekarang. Misalnya angka-angka 1, 2, 3, ditulis sebagai garis-garis vertikal yaitu I, II, III
berturut turut sedangkan angka 10 telah ditulis dalam bentuk punggung kuda yaitu
dan bilangan 1000 seperti bentuk bunga al-lutus yaitu dan seterusnya.
Misalnya angka-angka 1, 2, 3, ditulis sebagai garis-garis vertikal yaitu I, II, III
berturut turut sedangkan angka 10 telah ditulis dalam bentuk punggung kuda yaitu
dan bilangan 1000 seperti bentuk bunga al-lutus yaitu dan seterusnya.

Penomoran hieroglif adalah versi tertulis dari sistem penghitungan beton


menggunakan benda-benda materi.Untuk mewakili angka, tanda untuk setiap order
desimal diulang sebanyak yang diperlukan. Lihatlah gambar dibawah ini:

Gambar 1.6 Penomoran Hieroglif

Contoh tulisan bilangan 276 dalam hieroglif terlihat pada batu ukiran dari
Karnak, berasal dari sekitar 1500 SM, dan sekarang berada dipamerkan di Louvre,
Paris

Pecahan untuk orang Mesir kuno terbatas pada pecahan tunggal (dengan
pengecualian dari yang sering kali digunakan 2/3 dan kurang sering digunakan 3/4).
Sebuah pecahan tunggal adalah bentuk 1/n dimana n adalah bilangan bulat dan ini
diwakili dalam angka hieroglif dengan menempatkan simbol yang mewakili sebuah
“mulut”, yang berarti “bagian”, di atas nomor tersebut.

Berikut adalah beberapa contoh:

Perhatikan bahwa ketika bilangan yang mengandung terlalu banyak simbol


“bagian”, ditempatkan di atas bilangan bulat, seperti dalam 1/249, maka simbol
“bagian” ditempatkan di atas “bagian pertama” bilangan. Symbol diletakkan di atas
bagian pertama karena bilangan ini dibaca dari kanan ke kiri.
Dalam menuliskan bilangan, susunan decimal terbesar ditulis lebih dahulu.
Bilangan ditulis dari kanan ke kiri.
Contohnya:

Penulisan ini melambangkan 46.206

Penulisan ini melambangkan 760.000

Kita harus menunjukkan bahwa hieroglif tidak tetap sama sepanjang dua ribu
tahun atau lebih dari peradaban Mesir kuno. Peradaban ini dipecah menjadi tiga
periode berbeda:
Kerajaan tua – sekitar 2700 SM sampai 2200 SM
Bukti dari penggunaan matematika di Kerajaan tua adalah langka, tapi dapat
disimpulkan dari contoh catatan pada satu tembok dekat mastaba di Meidum yang
memberikan petunjuk untuk kemiringan lereng dari mastaba. Garis pada diagram
diberi jarak satu cubit dan memperlihatkan penggunaan dari unit dari pengukuran.
Kerajaan Tengah – sekitar 2100 SM sampai 1700 SM
Dokumen matematis paling awal yang benar tertanggal antara dinasti ke-12.
Papirus Matematis Rhind yang tertanggal pada Periode Perantara (ca 1650 BC)
berdasarkan satu teks matematis tua dari dinasti ke-12. Papyrus Matematis Moscow
dan papyrus Matematis Rhind adalah teks masalah matematis. Terdiri dari satu
koleksi masalah dengan solusi. Teksini mungkin telah ditulis oleh seorang guru atau
satu murid yang terlibat dalam pemecahan masalah matematika.
Kerajaan Baru – sekitar 1600 SM sampai 1000 SM
Selama Kerajaan Baru masalah matematis disebutkan pada Papyrus Anastasi
1, dan Wilbour Papyrus dari waktu Ramesses III mencatat pengukuran lahan. Angka
hieroglif agak berbeda dalam periode yang berbeda, namun secara umum
mempunyai style serupa. Sistem bilangan lain yang digunakan orang Mesir setelah
penemuan tulisan di papirus, terdiri dari angka hieratic.

Berikut adalah versi dari angka hieratic:


Berikut ini adalah salah satu cara orang Mesir menulis 2765 dalam angka
hieratic.

Seperti hieroglif, simbol hieratic berubah dari waktu ke waktu tetapi mereka
mengalami perubahan lagi dengan enam periode yang berbeda. Awalnya simbol-
simbol yang digunakan cukup dekat hubungannya dengan tulisan hieroglif namun
bentuknya menyimpang dari waktu ke waktu. Versi yang diperlihatkan dari angka
hieratic dari sekitar 1800 SM. Kedua system berjalan secara parallel selama sekitar
2000 tahun dengan simbol hieratic yang digunakan dalam menulis di papirus, seperti
misalnya dalam papyrus Rhind dan papyrus Moskow, sementara hieroglif terus
digunakan ketika dipahat pada batu.

2. Perkembangan Matematika di Mesir


Di mesir matematika berkembang dengan pesat, orang-orang mesir
menemuka banyak penemuan-penemuan penggunaan bilangan dan geometri.
Penemuan-penemuan mereka diantaranya adalah:
2.2.1 Operasi Penjumlahan Dan Pengurangan
Teknik yang digunakan oleh orang Mesir untuk ini pada dasarnya sama
dengan yang digunakan oleh matematikawan modern sekarang. Orang Mesir
melakukan operasi penjumlahan dengan menggabungkan simbol.

2.2.2 Operasi Perkalian


Metode Mesir perkalian cukup pintar, tapi bisa memakan waktu lebih lama
daripada metode modern. Ini adalah bagaimana mereka mencari 5 x 9:
Metode Mesir perkalian cukup pintar, tapi bisa memakan waktu lebih lama daripada
metode modern. Ini adalah bagaimana mereka mencari 5 x 9:

*1 29
2 58
4 116

1+4=5 29 + 116 = 145

Ketika mengalikan mereka akan mulai dengan jumlah mereka mengalikan


dengan 29 dan dua kali lipat untuk setiap baris. Lalu mereka kembali dan memilih
angka di kolom pertama yang ditambahkan ke nomor pertama (5). Mereka
menggunakan pembagian harta perkalian atas penambahan.

Contoh lainnya yaitu: 13 x 12

*1 12
2 24
*4 48
*8 96
16 192
1+4+8 =13 12+48+96 = 156

Caranya: Cari di tabel kiri yang di jumlahkan hasilnya 13 kemudian di tandai


dengan tanda *, kemudian jumlahkan bagian tabel kanan yang sudah ditandai * di
table sebelah kiri. sehingga hasil jumlah di table kanan itulah yang merupakan hasil
kali dari 13 x 12 = 156
2.2.3 Operasi Pembagian
Cara mereka melakukan pembagian sama dengan perkalian mereka.
Untuk masalah 98/7, mereka berpikir masalah ini sebagai 7 kali beberapa nomor
sama dengan 98. Sekali lagi masalah itu bekerja di kolom.
1 7
2 *14
4 *28
8 *56

2 + 4 + 8 = 14 14 + 28 + 56 = 98

Kali ini angka di kolom kanan ditandai jumlah yang ke 98 maka angka yang
sesuai di kolom kiri dijumlahkan untuk mendapatkan hasil bagi.
19 dibagi 8
Jadi hasil bagi dari 19 dibagi 8 adalah 19 : 8 = 2 + 4 + 8
Dimana bentuk bentuk 1/ n ditulis dengan n
2.2.4 Volume Limas
Satu satunya sumber informasi dalam matematika Mesir Kuno adalah
matematika moskow Papyrus dan matematika Rhind papyrus, Matematika moskow
Papyrus telah tercatat sejak tahu 1850 SM, Sewaktu Abraham V.S Golenishchev
memperolehnya di tahun 1893 dan membawanya ke Moskow.
Permasalahan yang paling menarik dari matematika Papirus Moskow adalah
masalah mengenai perhitungan volume dari sebuah limas, dengan menggunakan
rumus yang benar, limas adalah sebuah piramida dengan potongan yang sama pada
puncaknya. Jika limas tersebut adalah limas dengan alas persegi dan sisi alasnya
adalah a dan garis yang menghubungkan alas dengan puncak limas adalah sisi b dan
jika tingginya adalah h, mereka orang orang mesir kuno menyatakan volume dari
limas adalah: h (a2+ ab + b2).

2.2.5 Perhitungan Waktu Pada Bangsa Mesir


Pada sekitar tahun 1500 SM, orang-orang Mesir kuno menggunakan sistem
bilangan berbasis 12, dan mereka mengembangkan sebuah sistem jam matahari
berbentuk seperti huruf T yang diletakkan di atas tanah dan membagi waktu antara
matahari terbit dan tenggelam ke dalam 12 bagian.
Para ahli sejarah berpendapat, orang-orang Mesir kuno menggunakan sistem
bilangan berbasis 12 didasarkan akan jumlah siklus bulan dalam setahun atau bisa
juga didasarkan akan banyaknya jumlah sendi jari manusia (3 di tiap jari, tidak
termasuk jempol) yang memungkinkan mereka berhitung hingga 12 menggunakan
jempol.
Jam matahari generasi berikutnya sudah sedikit banyak merepresentasikan
apa yang sekarang kita sebut dengan “jam”. Sedangkan pembagian malam menjadi
12 bagian, didasarkan atas pengamatan para ahli astronomi Mesir kuno akan adanya
12 bintang di langit pada saat malam hari.
Dengan membagi satu hari dan satu malam menjadi masing-masing 12 jam,
maka dengan tidak langsung konsep 24 jam diperkenalkan. Namun demikian panjang
hari dan panjang malam tidaklah sama, tergantung musimnya (contoh: saat musim
panas hari lebih panjang dibandingkan malam).

2.2.6 Geometri
Pada tahun 2450 SM, orang-orang Mesir kuno telah memulai perhitungan
tentang unsur-unsur segitiga dan menemukan segitiga keramat dengan sisi-sisi 3, 4
dan 5. Dalam perancangan Piramida Cherpen, orang-orang Mesir Kuno
menggunakan konsep Segitiga Suci Mesir (Sacred Triangle) dengan perbandingan
sisi-sisinya 3:4:5 yang dengan nama lain disebut sebagai segitiga Phytagorean dan
pada Piramida Khufu disebut Segitiga Emas (The Golden Triangle). Dengan mengukur
batang menurut garis dari jaringan geometri diheptagonal. Proyek Piramida Cherpen
dan Khufu menggunakan metode pengukuran dan nilai esoteric yang berbeda.
Penyelidikan-penyelidikan yang baru agaknya menunjukkan bahwa orang
Mesir Kuno mengetahui bahwa luas setiap segitiga ditentukan oleh hasil kali alas dan
tinggi. Beberapa soal nampaknya membahas cotangent dari sudut dihedral antara
alas dari sebuah permukaan piramida, dan beberapa lagi menunjukkan
perbandingan.
Pada Masa Mesir Kuno penggunaan Matematika khususnya Geometri hanya
digunakan secara praktis. Pada saat itu geometri hanya digunakan untuk keperluan
yang sangat mendasar yaitu pemantauan ukuran tanah milik penduduk untuk
keperluan pemungutan pajak. Hal ini dilakukan karena setiap tahunnya terjadi
luapan dari Sungai Nil, sehingga kepemilikan tanah oleh penduduk perlu dipantau,
atau diukur ulang.
Pada saat itu pengukuran hanya menggunakan tali yang direntangkan. Selain
itu, untuk menentukan luas-luas dan volume-volume dari berbagai bangun datar dan
bangun ruang merupakan hasil dari trial and error, mereka mendasari
perhitungannya dari sebuah fakta tanpa harus membuktikan secara deduktif.
Rumusan yang diperoleh hanya mempunyai nilai pendekatan dan pada saat itu telah
mencukupi dan diterima untuk keperluan praktis pada kehidupan masa itu. Sehingga
pada Mesir Kuno Geometri berkembang tidak jauh dari tingkatan intuitif belaka,
dimana pengukuran-pengukuran objek nyata adalah sasaran utama dari
penggunaannya.
Tahun 1650 SM, orang-orang Mesir Kuno menemukan nilai phi yaitu 3,16.
Sumber informasi matematika Mesir Kuno adalah Papyrus Moskow dan Papyrus
Rhind. Papyrus Moskow berukuran tinggi 8 cm dan lebar 540 cm sedangkan Papyrus
Rhind memiliki tinggi 33 cm dan lebar 565 cm. Dari 100 soal-soal dalam lembaran
Papyrus Moskow dan Rhind terdapat 26 soal bersifat geometris. sebagian besar dari
soal-soal tersebut berasal dari rumus-rumus pengukuran yang diperlukan untuk
menghitung luas tanah dan isi lumbug padi-padian.
Luas sebuah lingkaran dipandang sama dengan kuadrat 8/9 kali garis
tengahnya. Orang Mesir Kuno telah menemukan nilai π yaitu 3,16.
2.2.7 Dasar Segitiga Phytagoras
Phytagoras sudah tahu tentang luas sisi miring ini sejak 2500 tahun yang lalu.
Tapi tahukah bahwa ia memperoleh pengetahuan itu dari orang Mesir Kuno? Saat
masih muda, Pythagoras berguru kepada Thales (salah satu orang paling bijaksana di
Athena), dan sang guru menyarankan Phytagoras muda pergi ke Mesir untuk belajar
matematika.
Dari pengamatan Pythagoras melihat orang-orang Mesir menggunakan mistar
dan tali pembanding untuk menghitung tinggi bangunan - maka ia terinspirasi untuk
membuat hukum matematika untuk menghitung tinggi dan sisi miring segitiga siku-
siku. Dari kunjungan ke Mesir itulah Pythagoras lalu memperkenalkan prinsip yang
kita kenal dengan hukum Pythagoras.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Matematika Babilonia merujuk pada seluruh matematika yang dikembangkan oleh bangsa
Mesopotamia (kini Iraq) sejak permulaan Sumeria hingga permulaan peradaban Helenistik.
Dinamai “Matematika Babilonia” karena peran utama kawasan Babilonia sebagai tempat
untuk belajar

Matematika Mesir merujuk pada matematika yang ditulis di dalam bahasa Mesir. Sejak
peradaban helenistik matematika Mesir melebur dengan matematika Yunani dan Babilonia
yang membangkitkan Matematika helenistik. Pengkajian matematika di Mesir berlanjut di
bawah Khilafah Islam sebagai bagian dari matematika Islam, ketika bahasa Arab menjadi
bahasa tertulis bagi kaum terpelajar Mesir.

B. Saran
Untuk sama-sama lebih menambah wawasan dalam mengupas sejarah-sejarah matematika
didunia ini
DAFTAR PUSTAKA

http://yunitamath.blogspot.co.id/2015/09/searah-matematika-
babilonia.html
http://ayangndutt.blogspot.co.id/2016/03/normal-0-false-false-false-in-x-
none-x.html
http://citra-dwi-anggreini.blogspot.co.id/2014/11/sejarah-matematika.html
file:///D:/sejarah%20matematika%20florin%20cajori.pdf
http://shigamega2507.blogspot.co.id/2016/09/perkembangan-dan-
perninggalan.html
http://symofmath.blogspot.co.id/2017/01/perkembangan-matematika-di-
zaman.html
https://reduxation.blogspot.co.id/2016/02/sejarah-matematika-babilonia-
dan-mesir.html
https://sciencemathematicseducation.wordpress.com/2014/01/28/sejarah-
matematika-babylonia/
http://ovitrisnawita-sejarah-matematika.blogspot.co.id/2016/02/tentang-
perkembangan-matematika-pada.html
http://adeliaayuuu.blogspot.co.id/2017/01/sejarah-matematika-babilonia-
kuno-dan.html
http://sejarahmatematika1.blogspot.co.id/2015/04/matematika-zaman-
mesir-kuno.html
http://gush-satya.blogspot.co.id/2010/02/sejarah-matematika.html

http://ullel.blogspot.co.id/2014/05/sejarah-matematika-mesir_6.html

                             

Anda mungkin juga menyukai