Anda di halaman 1dari 11

SEJARAH BILANGAN PADA ABAD 1-10

NUMERASI PADA BILANGAN ROMAWI, ARAB, DAN HINDU

DOSEN PENGAMPU
Dr. Somakim, M.Pd
Zuli Nuraeni, M.Pd
Ruth Helen Simarmata, S.Pd., M.Pd., M.Pmat

DISUSUN OLEH
Hapsari Maharani (06081182328054)
Maghfiroh Azzahra (06081182328010)
Nanda Aliyatuzzahrah (06081182328004)
Rendi Kurniawan (06081182328016)
Siti Nayla Fanisha (06081282328045)
Yudha Mahendra (06081382328073)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2023/2024
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .............................................................................................................................. 1


BAB I ......................................................................................................................................... 2
1. Bilangan Romawi............................................................................................................ 2
1.1. Sejarah Matematika Romawi................................................................................... 2
1.2. Sistem Bilangan Romawi ........................................................................................ 2
1.3. Penemuan Matematika Romawi .............................................................................. 3
2. Bilangan Hindu ............................................................................................................... 3
2.1. Sejarah Bilangan Hindu ........................................................................................... 3
2.2. Sistem Bilangan Hindu ............................................................................................ 4
2.3. Penemuan Matematika Hindu ................................................................................. 5
3. Bilangan Arab ................................................................................................................. 6
3.1. Sejarah Bilangan Arab ............................................................................................. 6
3.2. Sistem Bilangan Arab .............................................................................................. 6
3.3. Penemuan Matematika Arab .................................................................................... 7
BAB II........................................................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 10
BAB I
PEMBAHASAN
1. Bilangan Romawi
1.1. Sejarah Matematika Romawi
Bilangan Romawi adalah sistem penomoran yang berasal dari bahasa Romawi kuno
dan menggunakan huruf latin untuk menunjukkan angka. Angka numerik romawi yang saat
ini umum digunakan, antara lain digunakan untuk menandai bab buku, jam, dan lainnya.
Menurut sejarah, Bilangan Romawi kuno ada sejak zaman Romawi kuno. Sistem
penomoran yang digunakan orang Romawi kuno sangat berbeda dengan sistem penomoran
yang digunakan orang saat ini. Angka Romawi mulai digunakan sekitar tahun 100 M.
Beberapa lambang dasar, I, V, X, L, C, D, dan M, digunakan untuk menunjukkan bilangan
1, 5, 10, 50, 100, 500, dan 1000. Angka Romawi hanya terdiri dari tujuh huruf yang masing-
masing mewakili angka tertentu. Setiap huruf mewakili atau memiliki arti unik. Angka
romawi ditulis dengan simbol angka yang tersedia, yang kemudian dapat ditambahkan atau
dikurangi. Sementara simbol dengan perkalian seribu ditampilkan di atas angka yang lebih
besar dari 5.000. Selain itu, ada yang menyebutkan penomoran angka. Ada pula anggapan
bilangan romawi di adaptasi dari perhitungan bangsa Eruscan yang di sederhanakan.
Awalnya sistem perhitungannya diadaptasi dari sistem
perhitungan milik bangsa Etruscan. Begitu juga dengan angka-
angkanya, mirip sekali dengan angka-angka milik bangsa
Etruscan (disimbolkan berdasarkan huruf dan gambar).
Namun berhubung angka-angka Etruscan susah untuk ditulis
maupundi baca, akhirnya pada abad pertengahan angka Romawi di sederhanakan.
Kelemahan dari sistem numerasi ini adalah tidak memiliki nilai tempat dan tidak memiliki
simbol nol.

1.2. Sistem Bilangan Romawi


Angka Romawi adalah sistem penomoran dari Roma kuno yang diturunkan dari
goresan penghitungan yang digunakan hingga abad ke-19 oleh para gembala Dalmatian
dan Italia dan yang menggunakan huruf Latin untuk menunjukkan jumlah numerik. Angka
Romawi, di sisi lain, telah jarang penggunaannya sejak penemuan angka modern karena
tidak ada yang namanya angka nol. Diperkirakan bahwa ini akan mempersulit sistem
matematika untuk dikembangkan. Tujuh simbol huruf I = 1 (unus), V = 5 (quinque), X =
10 (decem), L = 50 (quinquaginta), C = 100 (centum), D = 500 (quingenti), dan M = 1000
adalah dasar untuk angka Romawi yang saat ini digunakan (mille). Sebuah garis
ditambahkan di atas simbol indikator perkalian dengan 1.000 jika jumlahnya lebih dari atau
sama dengan 5.000.

2
1.3. Penemuan Matematika Romawi
1. Kalkulator Paling Tua
Berbentuk bongkah yang terbuat dari marmer dengan panjang 1,5 meter dari pulau
Salamis di Yunani. Peninggalan ini dipercaya telah dimanfaatkan oleh sebuah kuil
untuk melakukan penukaran uang.
2. Hamparan Ilmu
Suku lama di peradaban Romawi yaitu suku Nomaden Kuno yang tidak memiliki
sistem bilangan tertulis namun mereka menggunakan catatan kawanan ternak untuk
mengjitung. Pengembara Kuno menggunakan sebuah biji dan meletakkannya ke dalam
saku dalam hal perhitungan. Pengembara Kuno juga mempergunakan jari dalam
menerapkan simbol angka dari angka 10 ddan 20 untuk beberapa angka yang tidak
kecil. Bangsa Romawi biasa menyebut kerikil dengan kata calculus sehingga dari
sanalah asal kata Kalkulasi.
3. Sabak Perhitungan Romawi
Pada pemisah garis kolom sudut kanan dapat dianggap dengan satuan dan beberapa biji
diantara pemisah garis memiliki arti maupun nilai. Garis pemisah pada Sbak ini
ditunjukkan pada penulisan bilangan Romawi dari bentuk dan deretnya. Beberapa biji
yang digunakan dimuat diatas dan dibawah pada pemisah garis.

2. Bilangan Hindu
2.1.Sejarah Bilangan Hindu
Matematika India, juga dikenal sebagai Matematika Hindu, memiliki sejarah yang
panjang dan kaya. Matematika Hindu muncul pada sekitar abad ke-26 SM dan berakhir
pada abad ke-14 M. Matematika India berkembang setelah matematika China dan berakhir
tepat sebelum munculnya matematika Eropa pada Abad Pertengahan.
Awal perkembangannya di mulai Ketika munculnya peradaban yang terletak di
sekitaran aliran Sungai Indus, yang dikenal sebagai Peradaban Lembah Indus. Peradaban
sungai Indus, berlangsung sekitar 2800 SM hingga 1800 SM, terletak di sepanjang Sungai
Indus dan Sungai Ghaggar-Hakra, yang saat ini berada di wilayah Pakistan dan India barat.
Peradaban ini juga dikenal sebagai Peradaban Harappa Lembah Indus, karena kota Harappa
adalah salah satu dari kota-kota utamanya. Kadang juga disebut sebagai Peradaban Indus
Sarasvati karena kemungkinan Sungai Sarasvati, yang mungkin mengering pada akhir 1900

3
SM. Wilayah pusat dari Lembah Indus berada di timur Sungai Indus, dekat dengan wilayah
yang dahulu adalah aliran Sungai Sarasvati kuno.
India memiliki warisan matematika yang sangat kaya. Salah satu kontribusi terbesar
mereka adalah penemuan angka nol pada tahun 550, yang merupakan tonggak penting
dalam perkembangan matematika. Bermula pada satu tempat kosong yang ditujukan bagi
bilangan nol yang dapat india tapi simbolnya belum didapatkan. Salah satu matematikawan
India yaitu Aryabrata menggunakan angka nol dalam perhitungan dan memanggilnya
dengan "kha". Pemakaian angka ini dapat dilihat pada Gwalior Tablet Stone (876). Lalu,
matematikawan Muslim dan Arab mempelajari matematika Hindu. Al-Khawarizmi
merupakan salah satu matematikawan Muslim yang mempelajari sistem nilai tempat orang
India dan ia matematikawan pertama yang mengenalkan angka nol pada sistem nilai tempat
berbasis 10 yang kita kenal dengan sistem bilangan desimal.
Matematika India memiliki warisan yang kaya, dan salah satu kontribusi terbesarnya
adalah pengembangan sistem angka India, yang melibatkan penggunaan angka Brahmi dan
Gupta. Sistem ini kemudian menjadi dasar untuk perkembangan angka-angka yang lebih
modern.
Matematika Hindu, atau Matematika India, sering disebut sebagai "Sulwa Sutra" atau
"tali dari sloka" (cord of verses). Ini terkait dengan pembangunan altar untuk upacara
keagamaan dan korban. Formulanya bersifat empiris dan mungkin memiliki pengaruh pada
perkembangan geometri Yunani di masa depan.Dari semua kontribusi matematika India,
angka nol adalah yang paling terkenal dan penting. Angka nol, yang disebut "sunya" dalam
bahasa Sanskerta, memberikan dasar bagi sistem angka desimal yang digunakan luas di
seluruh dunia saat ini.

2.2.Sistem Bilangan Hindu


1. Angka Brahmani (Angka Brahmi)
Angka Brahmi ada sejak abad 1 SM dan masih digunakan sampai sekarang. Ada
beberapa teori yang dikedepankan oleh para ahli sejarah, mengenai asal – usul angka
ini, yaitu:
a. Angka Brahmi berasal dari kebudayaan sungai indus sekitar 2000 SM
b. Angka Brahmi berasal dari angka Aramen
c. Angka Brahmi berasal dari abjad Karoshthi
d. Angka Brahmi berasal dari abjad Brahmi
e. Brahmi berasal dari sistem angka dari abjad yang pertama

4
2. Angka Gupta
Periode Gupta adalah selama dinasti Gupta memerintah sampai ke Magadha di
timur laut India yang dimulai sejak awal abad 4 M sampai abad 6 M. Angka Gupta
dibangun dari angka Brahmi yang tersebar luas oleh kerajaan Gupta.

3. Angka Nagari
Angka Nagari, yang sering juga disebut sebagai angka Devanagari, memiliki
sejarah penting dalam perkembangan sistem angka India. Angka-angka ini sering
disebut sebagai "kebanyakan bilangan" oleh Al-Biruni karena telah banyak disebarkan
ke dunia Arab. Perlu dicatat bahwa Angka Nagari juga merupakan asal usul angka India
modern yang kita kenal saat ini. Perkembangan sistem angka India dapat dilacak dari
angka Brahmi ke angka Gupta, dan kemudian ke angka Nagari. Di dunia Arab, angka-
angka India yang diterjemahkan dari Angka Nagari berperan besar dalam
perkembangan matematika dan ilmu pengetahuan. Mereka kemudian menjadi dasar
bagi perkembangan angka Arab atau angka Hindu-Arab yang saat ini kita gunakan
secara luas di seluruh dunia.Jadi, Angka Nagari atau angka Devanagari adalah bagian
penting dari sejarah perkembangan sistem angka India, yang selanjutnya memengaruhi
perkembangan matematika dan ilmu pengetahuan di seluruh dunia, termasuk
perkembangan angka modern yang digunakan saat ini.

2.3.Penemuan Matematika Hindu


1. The Siddhanta Surya
Warisan ini berisi aturan-aturan untuk menentukan benda-benda langit sejauh
menyangkut ilmu astronomi dan juga mencakup fungsi trigonometri, arcsinus, sinus
dan cosinus.
2. The Sulba Sutra
Surva Sutra memiliki lampiran teks-teks keagamaan dengan tampilan yang berbeda
seperti kotak, persegi panjang. Menanamkan Sutra Survha berisi pengetahuan tentang
cara membuat lingkaran dari persegi dengan luas yang sama. Dan jelaskan isi kata
pertama dari teorema Pythagoras.

5
3. Nilai π
Aryabhata mungkin telah sampai pada kesimpulan yang tidak rasional setelah mencapai
suatu perkiraan, yang dapat ia tingkatkan. Sansekerta dipakai di bagian kedua
Aryabhata (ganitapada 10), yang: “tambahkan 4 dan 100, kalikan dengan 8, dan
kemudian menambahkan 62.000. dengan aturan ini keliling lingkaran dengan diameter
20.000 dapat ditemui menjadi” π = 3.1416

3. Bilangan Arab
3.1.Sejarah Bilangan Arab
Pada abad pertengahan ke-8, matematika Arab mencapai puncak
keemasannya. Pada periode ini, peran penting Arab dalam kontribusi perkembangan
sejarah matematika sangatlah signifikan. Pada awal perkembangan agama Islam,
bangsa Arab masih tertinggal jauh dalam ilmu pengetahuan dibandingkan dengan
negara-negara di sekitarnya, seperti Yunani, Persia, dan India.Pada awalnya, bangsa
Arab lebih fokus pada masalah-masalah internal mereka.
Namun, sejak tahun 750, pada masa pemerintahan khalifah-khalifah
Bani Abbas, bangsa Arab mulai bangkit dari keterbelakangan mereka dalam bidang
ilmu pengetahuan. Mereka mulai mempelajari astronomi, konsep-konsep filsafat,
matematika, dan ilmu pengetahuan lainnya dari budaya-budaya kuno seperti
Yunani, India, Mesir, Babilonia, dan lainnya. Karya-karya ilmiah dari Yunani dan
India kemudian dibawa ke kota Baghdad, ibu kota Kekhalifaan Arab Timur, dan
diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Kota Baghdad kemudian menjadi pusat
pengembangan ilmu pengetahuan yang menggantikan peran kota Alexandria di
Yunani.Selama masa pemerintahan Bani Abbas, terdapat tiga khalifah terkenal,
yaitu Al-Mansur, Harun al-Rashid, dan al-Ma'mun.
Pada masa pemerintahan Al-Mansur, ahli matematika Hindu seperti
Brahmagupta dibawa ke kota Baghdad, dan mereka diperintahkan untuk
menerjemahkan karya-karya ilmiah tersebut ke dalam bahasa Arab. Pada masa
pemerintahan Harun al-Rashid (786-808), usaha penerjemahan karya-karya Yunani
kuno dilanjutkan, termasuk karya Euclid yang terkenal, "Elemen." Penerjemahan
ini juga berlanjut di bawah pemerintahan anaknya, yaitu al-Ma'mun, yang juga
memerintahkan penerjemahan karya-karya Ptolemy, termasuk "Almagest."

3.2.Sistem Bilangan Arab

6
Sistem bilangan Hindu-Arab adalah sistem angka dengan dasar sepuluh yang
pertama kali dirancang pada abad ke-9 oleh matematikawan India. Sistem ini kemudian
dikembangkan oleh matematikawan Persia, Al-Khwarizmi (dalam bukunya yang berjudul
"Tentang Pengiraan dengan Angka Hindu," yang ditulis sekitar tahun 825 M), dan
matematikawan Arab, Al-Kindi (dalam bukunya yang berjudul "Tentang Penggunaan
Angka India," yang keluar pada sekitar tahun 830 M).
Sistem ini kemudian menyebar ke dunia Barat pada masa Abad
Pertengahan.Sistem bilangan Arab, atau yang dikenal sebagai angka Arab (Arabic
Numerals), terdiri dari angka 0 hingga 9 (0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9). Sistem angka ini sangat
populer dan dominan digunakan di era modern ini. Saat ini, angka Arab Latin telah menjadi
standar internasional dan digunakan hampir di seluruh dunia.Dalam sistem bilangan Arab,
terdapat dua tipe dalam penulisan dan pembacaannya. Dua tipe tersebut adalah tipe Arab
tradisional dan Arab Latin. Arab tradisional saat ini jarang digunakan dan biasanya hanya
dapat ditemui dalam kitab-kitab suci Islam. Sementara Arab Latin lebih umum digunakan
karena lebih mudah dipahami dan lebih sederhana untuk dipelajari. Berikut ini adalah
tulisan dan cara membaca kedua tipe bilangan Arab:

Untuk arab latin, yaitu seperti bilangan sekarang pada umumnya :


0 = Nol 5= Lima 10 = Sepuluh
1 = Satu 6= Enam
2 = Dua 7= Tujuh
3 = Tiga 8= Delapan
4 = Empat 9= Sembilan

3.3.Penemuan Matematika Arab


1. Geometri

7
Geometri juga merupakan salah satu yang dikembangkan oleh Arab. Al-
Khuyandi ialah orang Arab yang mengembangkan penemuan dalam geometri
pada abad ke 9-M, ia mengarahkan pandangannya dalam berpangkat tiga atau
resolusi. Salah satu teori Al-Khuyandi merupakan salah satu inspirasi dalam
teori yang dikemukakan Piere de Fermat.
2. Aljabar
Penemuan pertama matematika Arab adalah Aljabar. Ini ditemukan oleh tokoh
Al-Khwarizmi yang memiliki nama asli Muhammad Ibn Musa al Khwarizmi
Pada tahun 830 M. Al-Khwarizmi memiliki banyak penemuan, tetapi penemuan
paling terkenalnya ialah sistem aljabar. Penemuan Al-Khwarizmi tentang simbol
angka 1 sampai 9,dan angka nol berhasil menyelesaikan masalah-masalah
simbolisasi yang hanya bisa menggunakan simbol romawi.
3. Angka Nol
Angka nol bukan penemuan orisinil dari Arab. Ini ditemukan oleh Matematika
India, kemudian dikembangkan di Arab. Al-Khwarizmi merupakan salah satu
pengembang angka nol pada tahun 830 M di Arab.

8
BAB II
PENUTUP
1. Kesimpulan
Selama abad 1-10, bilangan Romawi adalah sistem penomoran yang dominan
di dunia Romawi kuno begitu dengan Sistem bilangan Arab, dengan kontribusi
dari bilangan Hindu, mulai muncul pada periode ini dan menjadi dasar bagi
sistem penomoran modern yang kita gunakan saat ini danBilangan Hindu
(angka Arab) memperkenalkan konsep nol dan notasi tempat nilai, yang
mengubah cara matematika dan perhitungan dilakukan secara fundamental.

2. Saran
1. Memahami sejarah numerasi adalah penting untuk memahami asal usul sistem penomoran
yang kita gunakan sehari-hari.
2. Penting untuk memahami perbedaan antara sistem bilangan Romawi, Arab, dan Hindu, serta
kegunaan masing-masing dalam konteks sejarah dan matematika.
3. Studi lebih lanjut tentang perkembangan sistem penomoran dapat memberikan wawasan
lebih mendalam tentang pengaruh budaya dan peradaban dalam pengembangan matematika
dan ilmu pengetahuan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Adjie, N. d. (2006). Konsep Dasar Matematika. Bandung: UPI PRESS.


Silvinarosita. (2020, Oktober 20). Teori Bilangan MIPA UGM. Retrieved from Number Corner:
https://teoribilangan.mipa.ugm.ac.id/2020/10/20/sejarah-perkembangan-teori-bilangan/
wira3d. (2012, Desember 1). Perjalanan Sejarah Angka Romawi. Retrieved from ra3d. (2012).
Perjalanan
Shttps://www,google.com/amp/s/wiradimenssion.wordpress.com/2012/03/24/perjalanan-
sejarah-angka-romawi/amp/
Pananto, Nazar. "Matematika Hindu & Arab", https://id.scribd.com/doc/87451584/Matematika-
Hindu-Arab diakses pada 25 Oktober 2022 pukul 20.15
Plofker, Kim (2009), Mathematics in India: 500 BCE–1800 CE, Princeton, NJ: Princeton
University Press. Pp. 384., ISBN 0691120676
Ghani, Ahmad. “Bahasa Arab Pecahan”, 21 oktober 2022. https://rumusbilangan.com/bahasa-
arab-pecahan/
Aurellia, Anindyadevi. “Belajar Penuliisan Angka dalam Bahasa Arab 1-1000 yang Mudah”, 20
juli 2022. https://www.detik.com/jabar/berita/d-6189190/belajar-penulisan-angka-dalam-
bahasa-arab-1-100-yang-mudah.

10

Anda mungkin juga menyukai