Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH ARITMATIKA

(SISTEM NUMERASI)

Disusun Oleh :
KELOMPOK 1

Alya Cristina (06131382126083)


Dini Angraini (06131382126082)
Elza Putri Purnamasari (06131382126061)
MeiReza Andevan Roesly (06131382126084)
Rizki Putriana (06131382126056)

Dosen Pengampu :
SOMAKIM, DR. M.PD.
VINA AMILIA SUGANDA M, M.PD.

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)
Universitas Sriwijaya
2022

1 | Page
Daftar Isi

Cover……………………………………………………………………....1
Daftar Isi…………………………………………………………………..2
BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang………………………………………………..…....3


1.2 Rumusan Masalah………………………………………..………...4
1.3 Tujuan………………………………..………………………....….4
BAB II Pembahasan

2.1 Sistem Numerasi Hindu Arab……………………………..……...5


2.2 Sistem Numerasi Mesir Kuno………………………..………….7
2.3 Sistem Numerasi Romawi…………………………………………….
2.4 Sistem Numerasi Cina…………………………………………………
2.5 Sistem Numerasi Maya……………………………………..
2.6 Sistem Numerasi Yunani………………………….…………………….
2.6.1 Abjad Numerasi Yunani…………………………………….
2.6.2 Bilangan Attic……………………………………………..
2.6.3 Sistem Ionik………………………………………………..
BAB III Penutup

3.1 Kesimpulan……………………………………………………….…….

Daftar Pustaka

2 | Page
Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sejarah dan bilangan Yunani?
2. Bagaimana cara membaca bilangan Yunani?
3. Bagaimana Sejarah system numerasi Maya?

1.3 Tujuan
1. Untuk memahami sejarah dan bilangan Yunani
2. Untuk mengetahui cara membaca bilangan Yunani
3. Untuk Mengetahui sejarah numerasi Maya

BAB II Pembahasan

2.1 Sistem Numerasi Hindu Arab


Sistem Numerasi Hindu-Arab merupakan sistem numerasi yang paling banyak
dipakai sekarang.
Sistem ini mempunyai 10 lambang yang disebut angka (digit) yaitu
0,1,2,3,4,5,6,7,8 dan 9.
Sistem Hindu-Arab dirasakan lebih efisien, sehingga sekitar 1500M mulai
digunakan secara umum.

Beberapa sifat yang dimiliki oleh sistem Hindu-Arab:


● Menggunakan 10 lambang disebut angka, yaitu 0,1,2,3,4,5,6,7,8 dan 9.
● Menggunakan nilai tempat
● Menggunakan sistem aditif

3 | Page
● Bilangan-bilangan yag lebih besar dari 9 dinyatakan sebagai bentuk suku-
suku yang merupakan kelipatan dari perpangkatan 10.

2.2 Sistem Numerasi Mesir Kuno


Bangsa Mesir Kuno telah mengenal alat tulis sederhana menyerupai kertas yang
disebut papyrus. Mereka membuat tulisan berbentuk gambar-gambar dengan
menggunakan pena dengantinta berwarna merah ataupun hitam. Tulisan mesir
kuno sering disebut sebagai Hieroglif, dantulisan ini ditemukan dalam bentuk
gambar dalam papyrus ataupun guratan-guratan pada batuataupun potongan
kayu.
Numerasi Mesir Kuno bersifat aditif, dimana nilai suatu bilangan merupakan
hasil penjumlahan nilai-nilai lambang-lambangnya.

Lambang Sistem Numerasi Mesir Kuno:

2.3 Sistem Numerasi Romawi

2.4 Sistem Numerasi Cina

2.5 Sistem Numerasi Maya


Sejak zaman purbakala, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa pendidikan
matematika sangat diperlukan dan telah menyatu dalam kehidupan manusia dan
merupakan kebutuhan dasar dari setiap lapisan masyarakat, dalam pergaulan
hidup sehari-hari. Mereka membutuhkan matematika untuk perhitungan
sederhana. Untuk keperluan tersebut diperlukan bilangan-bilangan. Keperluan
bilangan mula-mula sederhana tetapi makin lama makin meningkat, sehingga
manusia perlu mengembangkan sistem numerasi. Sistem numerasi pun
berkembang selama berabad-abad dari masa ke masa hingga saat ini.
Sistem numerasi merupakan sekumpulan lambang dan aturan pokok untuk
menuliskan bilangan. Lambang yang menyatakan suatu bilangan disebut numeral.
Karena banyaknya suku bangsa di dunia sejak zaman purba, maka berkembang
pula sistem numerasi yang berbeda sehingga saat ini dapat diketahui bahwa suatu
bilangan dapat dinyatakan dengan bermacam-macam lambang, tetapi suatu
lambang tentu hanya menunjuk pada satu bilangan. Beda antara bilangan dan
4 | Page
lambang bilangan (numeral) serupa dengan beda antara seseorang dengan
namanya, beda antara benda dengan nama yang diberikan kepada benda itu, atau
beda antara binatang dengan nama binatang yang ditunjuk.
Maya diyakini telah mengembangkan negara mereka dan peradabanmereka di
jempol raksasa utara dari Teluk Meksiko, yang di antara Amerika Utara dan
Selatan, yang disebut Semenanjung Yucatan. Suku Indiana Maya dan Inca di
Amerika Selatan zaman dahulu kala telah terkenal memiliki peradaban yang
tinggi, antara lain mereka telah mempunyai sistem angka atau numerasi.
Keistimewaan sistem ini dibandingkan dengan sistem-sistem lain adalah telah
adanya lambang nol. Tulisan atau angka yang dikembangkan bangsa Maya
bentuknya sangat aneh, berupa bulatan lingkaran kecil dan garis-garis. Hal ini
tentu dipengaruhi oleh alat tulis yang dipakai, yaitu tongkat yang penampangnya
lindris (bulat), sehingga dengan cara manusukkan tongkat ke tanah liat akan
berbekas lingkaran atau dengan meletakkan tingkat mereka sehingga berbekas
garis (Muliati, 2020).
Penulisan bilangan Maya ini ditemukan oleh Francisco de Cordoba pada tahun
1517 M di kota peninggalan mereka di Mexico, tepatnya di Jazirah Jucatan.
Lambang-lambang dari sistem numerasi ini adalah gabungan antara garis dan
noktah. Untuk bilangan- bilangan yang lebih besar dari 19 dipakai bilangan dasar
20 (Muliati,2020).
Dalam sistem numerasi ini, penulisan dimulai dari atas kebawah, mulai dari
pangkat tertinggi sampai pangkat terendah. Simbol-simbol dasar yang dipakai
dalam sistem angka

Gambar 2. 1 Simbol-simbol dasar yang dipakai dalam sistem angka

Sistem Maya menarik karena mereka dikembangkan tanpa ada kontak dengan
sistem lain. Hal ini mirip dengan Babilonia tetapi orang Maya memilih nomor
yang berbeda sebagai basis mereka. Mereka menggunakan titik-titik untuk
mewakili angka satu, jadi angka empat adalah empat titik. Angka lima diwakili
oleh garis. Angka-angka bisa ditulis dari bawah ke atas atau dari kanan ke kiri.
Sebagian besar waktu mereka dikombinasikan dengan simbol kepala mereka. Jadi
angka enam adalah garis dan titik, dan tujuh adalah garis dan dua titik, dan tiga

5 | Page
belas adalah dua baris dan tiga titik. Ini adalah sistem unary, tetapi menggunakan
lima sebagai dasar daripada sepuluh lebih umum (Muliati, 2020).

2.6 Sistem Numerasi Yunani


Numerisasi atau sistem numerisasi  ialah sistem memberi nama bilangan. Sistem ini
mempunyai simbol-simbol pokok atau simbol dasar. Simbol-simbol dasar ini dengan aturan
penggabungan lambang bilangan dipakai untuk menulis lambang bilangan yang merupakan
nama dari bilangan itu. Jadi dalam sistem numerisasi ini ada dua hal yang perlu diperhatikan.
Pertama, simbol-simbol pokok yang dipakai dan kedua aturan yang menyatukan simbol-
simbol pokok itu untuk menulis semua bilangan.
Sedangkan bilangan adalah suatu konsep matematika yang digunakan
untuk pencacahan dan pengukuran. Konsep bilangan pada awalnya hanyalah untuk
kepentingan mereka menghitung dan mengingat jumlah. Lambat laun, setelah para ahli
matematika menambah perbendaharaan simbol dan kata-kata yang tepat untuk
mendefinisikan bilangan.
Bahasa matematika menjadi sesuatu yang penting dalam setiap perubahan kehidupan. Tak
heran lagi, bilangan senantiasa hadir dan dibutuhkan dalam sains, teknologi, dan ekonomi
bahkan dalam dunia musik, dll. Dahulu di Yunani, ketika orang primitif hidup di gua-gua
dengan mengandalikan makanannya dari tanaman dan pepohonan di sekitar gua atau berburu
untuk sekali makan, kehadiran bilangan, hitung menghitung, atau matematika tidaklah terlalu
dibutuhkan. Tetapi, tatkala mereka mulai hidup untuk persediaan makanan, mereka harus
menghitung berapa banyak ternak miliknya dan milik tetangganya atau berapa banyak 
persediaan makanan saat ini. Dengan demikian, mulailah mereka membutuhkan dan
menggunakan hitung menghitung.

Pada awalnya cukuplah menggunakan konsep lebih sedikit dan lebih banyak untuk
melakukan perhitungan. Misalnya, untuk membandingkan dua kelompok kupu-kupu yang
berbeda banyaknya. Mereka hanya bisa membandingkan banyak sedikitnya kedua kelompok
kupu-kupu itu. Akan tetapi, kepastian jumlah tentang milik seseorang atau milik orang lain
mulai dibutuhkan, sehingga mulai mengenal dan belajar perhitungan sederhana. Mula-mula,
manusia menggunakan kerikil, menggunakan simpul pada tali, menggunakan jari jemarinya,
atau memakai ranting untuk menyatakan banyak hewan dan kawanannya atau anggota
keluarga yang tinggal bersamanya. Inilah dasar pemahaman tentang konsep bilangan. Ketika
seseorang berfikir tentang bilangan dua, maka dalam benaknya telah tertanam pengertian
terdapat benda sebanyak dua buah. Misalnya ada dua katak dan dua kepiting, dan selanjutnya
kata ”dua” dilambangkan dengan ”2”. Karena menyatakan bilangan dengan menggunakan
kerikil, ranting, atau jari dirasakan tidak cukup praktis, maka orang mulai berpikir untuk
menggambarkan bilangan itu dalam suatu lambang.

2.6.1 Abjad Numerasi Yunani

Abjad Yunani diambil sebanyak sembilan huruf untuk menyatakan angka dari satu hingga
sembilan, sembilan huruf untuk melambangan kelipatan sepuluh sampai seratus dan sembilan
huruf lagi dijadikan simbol bilangan dari 100 sampai 1000 dalam kelipatan 100. Jika dikenal
alfabet Yunani hanya mengenal 24 simbol saja, sementara dari pernyataan di atas terhitung

6 | Page
ada 27 simbol seharusnya. Nah untuk hal ini ditambahkan tiga simbol lainnya. Beberapa
contoh simbol Yunani yang digunakn seperti berikut.

1 = A (alpha) 10 = I (ioto) 100 = P (rho)

2 = B (beta) 20 = K (kappa) 200 = ∑ (sigma)

2.6.2 BilanganAttic (Yunani Kuno)

Sistem numerasi ini berkembang sekitar tahun 600 SM. Tulisan ini ditemukan didaerah
reruntuhan Yunani yang bernama Attic. System numerasi attic dilambangkan sederhana,
dimana angka satu sampai empat dilambangka dengan lambang tongkat (misalnya dua
dengan II).

Angka loteng digunakan oleh orang Yunani kuno , mungkin dari abad ke-7 SM. Mereka juga
dikenal sebagai angka Herodianic karena mereka pertama kali dijelaskan dalam sebuah
naskah abad ke-2 oleh Herodes . Mereka juga dikenal sebagai angka acrophonic karena
simbol-simbol berasal dari huruf pertama dari kata-kata yang mewakili simbol:, lima sepuluh,
seratus, ribu dan sepuluh ribu.Berikut merupakan bilangan attic :

Angka                         Lambang dasar

1                                  I

10                                ∆(deka)

100                              H(Hskaton)

1000                            X(Khilioi)

10000                          M(Myrlon)

Lambang Bilangan Attic :

1. Menyerupai penulisan lambang bilang Mesir Kuno


2. Ditulis menurut sistem pengelompokkan
3. Menggunakan dasar bilangan desimal
4. Menggunakan lambang bilangan pengganti psa detiap pertengahan kelipatan sepuluh

7 | Page
Penggunaan Η untuk 100 mencerminkan tanggal awal dari sistem penomoran: Η ( ETA )
dalam abjad Attic awal mewakili suara / h /. Di kemudian, “klasik” Yunani, dengan
penerapan alfabet ionik seluruh mayoritas Yunani, surat eta datang untuk mewakili suara e
panjang sementara aspirasi kasar tidak lagi ditandai. Itu bukan ‘ t sampai Aristophanes
Byzantium memperkenalkan tanda aksen berbagai selama periode Helenistik bahwa asper
spiritus mulai untuk mewakili / h /. Jadi kata untuk seratus awalnya akan pernah ditulis
ΗEΚΑΤΟΝ, dibandingkan dengan ἑκατόν ejaan sekarang lebih akrab.

Modern Yunani , di / h / fonem telah lenyap sama sekali, tetapi hal ini tidak berpengaruh
pada ejaan dasar. Berbeda dengan lebih akrab modern Angka Romawi, sistem Attic hanya
berisi bentuk aditif. Dengan demikian, jumlah 4 ditulis ΙΙΙΙ, tidak ΙΠ. Angka yang mewakili
50, 500, dan 5.000 adalah komposit dari pi (sering kali dalam bentuk lama, dengan kaki
kanan pendek) dan versi kecil dari kekuasaan yang berlaku sepuluh.

Contoh Penulisan Bilangan Attic :

5 = IIIII → Γ

50 =∆∆∆∆∆ → ΓΔ

5000 = XXXXX → ΓX

5000 = MMMMM →ΓM

2.6.3 Sistem Ionik (Alfabetis)

8 | Page
Kira-kira tahun 450 SM. bangsa Ionia dari Yunani telah mengembangkan suatu
sistem angka, yaitu alphabet Yunani sendiri yang terdiri dari 27 huruf. Sejarah
perkembangan ionik merupakan tulisan tertua dari masyarakat purba yang telah
melahirkan dua jalur proses perkembangan sistem penulisan.

Jalur penulisan Phonetis yang pada akhirnya menjadi tulisan alphabetis adalah


pilihan bagi sistem menulis yang dikembangkan oleh dua pusat peradaban tertua
di kawasan Asia Barat (timur Tengah), yakni Mesir dan Mesopotania.
Sedangkan bangsa Tionghoa di kawasan Timur Jauh tetap mempertahankan
sistem perlambangan gambar (pictografis-ideografis) dalam penulisan mereka,
bahkan sampai saat ini. Kira-kira tahun 450 SM. bangsa Ionia dari Yunani telah
mengembangkan suatu sistem angka, yaitu alphabet Yunani sendiri yang terdiri
dari 27 huruf. Bilangan dasar yang mereka pergunakan adalah 10. Adapun
sistem ionik sebagai berikut :

                                                                                         

Lambang bilangan ionik :

1. Tidak mengenal sistem penulisan berdasarkan letak bilangan


2. Menggunakan dasar bilangan desimal dan seksagesimal
3. Bilangan dasar seksagesimal terutama dipergunakan untuk besaran sudut
4. Lambang bilangan nol tidak dikenal tetapi lambang untuk menunjukkan
tempat kosong pada sistem bilangan dasar seksagesimal mereka lukiskan
dengan lingkaran.

Contoh-contoh:

1. 12 = 10 + 2 = ι β

9 | Page
2. 21 = 20 +1 = κ α
3. 247 = 200 +40 + 7 = σ μ ς

Sebagaimana kita lihat pada contoh-contoh di atas sampai ratusan, sistem angka
alphabet yunani ini mempunyai lambang tersendiri. Untuk menyatakan ribuan,
di atas sembilan angka dasar yang pertama (dari … sampai …) dibubuhi tanda
aksen (‘) sebagai contoh α’ = 1000, ε’ = 5000. Sedangkan kelipatan 10.000
dinyatakan dengan menaruh angka yang bersangkutan di atas tanda M.

Contoh.

1. 5000 = ε ‘
2. 3567 = 3000 + 500 +60 +7 = γ’ φ ξ ς

Dibandingkan dengan sistem angka Mesir Purba, maka penulisan dengan sistem
angka alphabet Yunani ini lebih singkat dan sistematis. Sebagai contoh untuk
penulisan bilangan 500 dalam sistem angka Mesir Purba lambang 9 ditulis
sampai 5 kali tetapi dalam sistem angka alphabet yunani telah mempunyai
lambang tersendiri yaitu φ.

BAB III Penutup


3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

Daftar Pustaka
https://lutfianaulfa7.wordpress.com/2015/04/14/sejarah-bilangan-yunani/

http://bambang1988.wordpress.com/matematika-yunani kuno.

Jannah, Miiftahul. 2011. Lambang Bilangan. matematika/LAMBANG


%20BILANGAN%20-%20Miftachul%20Jannah.ht

10 | Page
Pradinata, Hendra. 2013. Sistem Numerasi. BERBAGI%20ILMU
%20%20Sistem%20Numerasi.htm.

Tejowati. 2013. Sejarah matematika lambang bilangan (yunani kuno dan


romawi. /sejarah%20matematika/Sejarah%20matematika%20lambang
%20bilangan%20%28yunani%20kuno%20dan%20romawi%29.htm

Muliati Binti, 2020. Historisitas Matematika Sistem Penulisan Bilangan. el


MUBTADA: Journal Of Elementary Islamic Educatio. Vol. 02 No. 01 Mei
2020

11 | Page

Anda mungkin juga menyukai