Anda di halaman 1dari 20

Makalah

SISTEM NUMERASI DAN PERKEMBANGANNYA

Dosen Pengampu :
Rini Sulastri, S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh Kelompok :

1. Cut Hayatun Nufus : 2311030019


2. Zahratul Jannah :2311030013
3. Rahmat Saleh : 2311030007

PROGRAM STUDI MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SERAMBI MEKAH
2024
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT.


Yang telah melimpahkan Rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok dengan judul “ SISTEM
NUMERASI DAN PERKEMBANGANNYA” .
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang penulis
miliki.Oleh sebab itu penulis mengharapkan segala kritik dan saran yang membangun
Penulis berharap semoga makalah um bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Banda Aceh, Maret 2024

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................i
DAFTAR ISI ....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
1.1 Latar Belakang ................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................2
BABII PEMBAHASAN....................................................................................3
2.1 Pengertian Sistem Numerasi...................................................................3
2.2 Konsep- Konsep Dalam Sistem Numerasi.............................................4
2.3 Perkembangan Sistem Numerasi............................................................4
BAB III PENUTUP.........................................................................................16
3.1 Kesimpulan...........................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................17
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak dahulu kala, masyarakat sudah tertarik dengan angka untuk menghitung
jumlah ternak, mengukur luas sawah dan berkomunikasi satu sama lain. Kebutuhan
akan bilangan pada awalnya sederhana namun semakin meningkat seiring berjalannya
waktu, sehingga masyarakat harus mengembangkan sistem bilangan. Perkembangan
sistem bilangan memakan waktu berabad-abad, dari masa ke masa hingga saat ini.
Dengan mempelajari sejarah terbentuknya sistem bilangan, notasi dan algoritma
operasi aritmatika, kita dapat lebih menghargai dan mengagumi para pendahulu kita.
Betapa hebat dan gigihnya para penemu yang hidup di abad-abad yang lalu. Betapa
indah dan mengagumkannya penemuan-penemuan di bidang matematika, sehingga
kita dapat mencintai dan lebih menyukai matematika yang ditakuti sebagian besar
siswa.

Kata "matematika" diturunkan dari kata Yunani Kuno, μ (mathema), yang berarti
"mata pelajaran". Pada mulanya sejarah perkembangan matematika berawal dari
beberapa bangsa di dunia. Seperti Cina Babilona, Mesir. Arab, India dan lain-lain.

Sejarah menunjukkan bahwa permulaan Matematika berasal dari bangsa yang


bermukim sepanjang aliran sungai tersebut. Mereka memerlukan perhitungan, penanggalan
yang bisa dipakai sesuai dengan perubahan musim. Diperlukan alat-alat pengukur untuk
mengukur persil persil tanah yang dimiliki. Peningkatan peradaban memerlukan cara menilai
kegiatan perdagangan, keuangan dan pemungutan pajak. Untuk keperluan praktis itu
diperlukan bilangan bilangan.

1
Sistem numerasi selalu berkembang selama berabad-abad-dari masa ke masa
hingga saat ini, kita tidak dapat pungkiri bahwa pendidikan matematika sangat diperlukan
dan telah merupakan kebutuhan dasar bagi setiap kehidupan manusia dan Masyarakat.
Manusia membutuhkan matematika dalam perhitungan sederhana, yaitu khususnya dalam
bidang perdagangan,menjual dan membeli suatu barang,dan semakin lama semakin
meningkat sehingga manusia perlu mengembangkan sistem numerasi.

Di dalam kehidupan sehari-hari kita aman selalu bertemu yang namanya bilangan
karena bilangan selalu dibutuhkan baik dalam teknologi,sains, ekonomi, ataupun dalam dunia
musik, filosofi,dan hiburan serta kehidupan lainnya.Adanya bilangan membantu manusia
untuk melakukan banyak perhitungan, termasuk perhitungan pertanian,dan perdagangan.Dan
kegiatan keuangan lainnya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian sistem numerasi?
2. Apa saja konsep- konsep dalam sistem numerasi ?
3. Bagaimana perkembangan sistem numerasi ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian sistem numerasi.

2. Mengetahui konsep- konsep dalam sistem numerasi.

3. Mengetahui perkembangan system numerasi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Pengertian Sistem Numerasi

Sistem numerasi adalah sekumpulan lambang dan aturan pokok


untuk menuliskan bilangan. Lambang yang menyatakan suatu bilangan
disebut numeral/ lambang bilangan. Banyaknya suku bangsa di dunia
menyebabkan banyaknya sistem numerasi yang berbeda. Oleh karena itu
suatu bilangan dapat dinyatakan dengan bermacam-macam lambang, tetapi
suatu lambang menunjuk hanya pada satu bilangan.

Sepanjang sejarah, ketika manusia mengenal tulisan (waktu sejarah)


dan perhitungan atau operasi perhitungan, mereka bingung bagaimana sampai
kemudian menjadi sistem bilangan, yaitu suatu sistem yang terdiri dari
bilangan (simbol/bilangan kacau) dan anggota (bilangan). Sistem bilangan
adalah aturan untuk menyatakan/menulis bilangan dengan banyak simbol.

Angka itu sendiri merupakan gagasan abstrak yang tidak terdefinisi.


Ada banyak hal yang menjadi perhatian dalam setiap pertanyaan. Simbol
angka menggambarkan suatu angka. Setiap angka memiliki beberapa simbol
numerik. Misalnya nomor 125 mempunyai nomor seratus dua puluh lima.
terdiri dari simbol angka 1, 2 dan 5.

3
2.1 Konsep -Konsep Dalam Sistem Numerasi

Beberapa konsep yang umum digunakan dalam sistem bilangan adalah:

1. Basis: Ini adalah jumlah simbol yang digunakan dalam sistem (misalnya,
dalam sistem desimal, basisnya adalah 10 karena kita menggunakan angka 0
hingga 9).
2. Nilai Tempat : Nilai tempat adalah konsep bahwa nilai suatu angka dalam
suatu bilangan bergantung pada posisinya dalam suatu bilangan. Misalnya,
pada bilangan 123, 3 adalah 3, 2 adalah 20, dan 1 adalah 100.
3. Notasi: Notasi adalah cara kita menulis angka. Misalnya pada sistem desimal
kita menggunakan angka 0 hingga 9. Namun pada sistem biner, kita hanya
menggunakan angka 0 dan 1.
4. Operasi: Konsep operasi seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan
pembagian diterapkan. ke sistem bilangan. Namun, cara melakukan operasi
ini mungkin berbeda tergantung pada sistem bilangan yang digunakan.
5. Konversi: Ini adalah konversi suatu bilangan dari satu sistem bilangan ke
sistem bilangan lainnya. Misalnya saja mengubah suatu bilangan dari desimal
ke biner.

2.3 Perkembangan Sistem Numerasi

A. Sistem Numerasi Mesir Kuno (±3000 SM)

Bangsa Mesir kuno mempunyai tiga jenis sistem bilangan, yaitu hieroglif,
hieratik, dan demotik. Sistem hieroglif merupakan sistem kompleks yang
digunakan dalam kehidupan sehari-hari, biasanya ditulis pada batu. Sistem
hieroglif kemudian dikembangkan menjadi sistem yang lebih sederhana yang
dikenal dengan sistem hieratik. Sistem hierarki digunakan oleh para pendeta di
kuil-kuil dan ditulis pada lembaran papirus, sehingga dikenal juga dengan
sistem kuil. Sistem demotik dikembangkan dari sistem hierarki dan menjadi

4
sistem bilangan yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari
(Abdussakir, 2009:36).

Sistem hieroglyph telah digunakan oleh bangsa Mesir Kuno sejak


Stahun 2850 SM. Simbol-simbol yang dimiliki sistem ini sebagai berikut:

Angka satu dilambangkan dengan tongkat, sepuluh dengan tumit,


seratus gulungan, seribu bunga teratai, sepuluh ribu jari, seratus ribu ikan
pasangan atau palu, dan satu juta. Bangsa Mesir kuno pernah menggunakan
sistem hieroglif dan hieratik secara bersamaan selama 2000 tahun. Sistem
hieroglif digunakan pada ukiran batu, sedangkan sistem hieratik digunakan
pada daun papirus. Sistem penomoran Mesir kuno mempunyai dua sumber
utama yaitu Papirus Moskow yang ditulis sekitar tahun 1850 SM. dan Papirus
Rhind yang ditulis sekitar tahun 1650 (Abdussakir, 2009:39-40).
Ciri-ciri sistem penomoran Mesir kuno adalah angka-angkanya sama
dan ditulis berbeda. Dengan kata lain, sistem Mesir tidak mengenal tempat.
Peningkatan juga dapat dilakukan menggunakan sistem Mesir ini. Simbol
Mesir kuno dapat ditempatkan dalam urutan apa pun. Notasi matematika
Mesir kuno adalah desimal (basis 10) dan didasarkan pada simbol hieroglif
untuk setiap pangkat 10 (1, 10, 100, 1000, 10000, 100000, 1000000) hingga
satu juta. Masing-masing simbol tersebut dapat ditulis sebanyak yang
diinginkan, sehingga untuk menulis angka delapan puluh atau delapan ratus

5
maka simbol 10 atau 100 ditulis sebanyak delapan kali. Karena metode
perhitungan mereka tidak dapat menghitung pecahan dengan penyebut lebih
besar dari satu, pecahan Mesir kuno ditulis sebagai jumlah dari beberapa
pecahan. Misalnya pecahan dua pertiga (2/3) dibagi dengan jumlah 1/3 + 1/15;
proses ini dibantu oleh tabel standar nilai [pecahan]. Beberapa dialek ditulis
dengan pola khusus.

B.Sistem Numerasi Babylonia (± 2000 SM)

Matematika Babilonia merujuk pada semua perkembangan matematika yang


terjadi di Mesopotamia dari zaman Sumeria hingga peradaban Helenistik.
Matematika ini dikenal karena peran penting Babilonia sebagai pusat pembelajaran.
Sumber pengetahuan matematika Babilonia berasal dari lebih dari 400 tablet tanah
liat yang ditemukan, ditulis dalam huruf paku pada era Sumeria. Bangsa Sumeria
menciptakan sistem metrologi yang canggih sejak 3000 SM, termasuk tabel
perkalian, geometri, dan pembagian. Tablet Babilonia dari 1800-1600 SM mencakup
pecahan, persamaan kuadrat dan kubik, serta perhitungan matematika lainnya.
Matematika Babilonia juga menggunakan sistem heksadesimal dengan basis 60,
digunakan untuk pengukuran waktu dan sudut. Sistem penulisan angka Babilonia
dikenal sebagai "mata panah" dan menggunakan nilai tempat yang tepat, mirip
dengan sistem nilai tempat desimal modern. Matematika Babilonia memiliki
pengaruh yang kuat dalam perkembangan matematika di masa selanjutnya, termasuk
di zaman kekhalifahan Islam di Bagdad.

6
Berikut merupakan contoh dari penulisan simbol-simpol pada sistem
numerasi babylonia yaitu:

B. System Numerik Suku Maya (± 300 SM)

Peradaban Maya menetap di Amerika Tengah sekitar tahun 2000 SM, meskipun
apa yang disebut Periode Klasik berlangsung sekitar tahun 250 SM. hingga 900
SM Astronomi dan pentingnya perhitungan kalender Maya dalam matematika
masyarakat sangatlah penting, dan sejak awal bangsa Maya mengembangkan
sistem bilangan yang sangat kompleks, mungkin lebih maju daripada sistem
bilangan lain di dunia pada saat itu (walaupun pengembangannya cukup sulit).
7
Penulisan atau angka dikembangkan bangsa Maya terbentuk. Sangat aneh, berupa
lingkaran dan garis kecil. Hal ini tentunya dipengaruhi oleh pulpen yang
digunakan yaitu tongkat yang penampangnya berbentuk silindris (bulat), sehingga
apabila tongkat tersebut dimasukan ke dalam tanah liat akan menimbulkan tanda
berbentuk lingkaran, atau apabila ditaruh pada bidang datar sehingga
menimbulkan tanda yang melingkar. Sistem bilangan Maya didasarkan pada
angka 20 (terkecil) yang hanya menggunakan tiga simbol yaitu sistem sangkar,
batang, dan titik. Sebuah titik mewakili satu, sebuah bar mewakili lima, dan
sebuah shell mewakili nol. Seperti sistem bilangan saat ini, nilai tempat
digunakan untuk mengembangkan sistem bilangan virtual untuk bilangan yang
lebih besar. Namun sistem ini mempunyai dua perbedaan penting dengan sistem
yang ada saat ini, yaitu 1) nilai tempat disusun secara vertikal dan 2)
menggunakan basis 20 (secara tidak sengaja).

Untuk semua bilangan lainnya, bangsa Maya hanya menggunakan 20


simbol dari 0 sampai 19. Sistem basis 10 mempunyai nilai tempat sebagai berikut:
1, 101, 102, 103, dst. Jadi, sistem basis 20 mempunyai nilai tempat sebagai

8
berikut: 1, 201, 202, 203, dst. Namun, bangsa Maya punya satu. penyimpangan
dari basis 20. Nilai tempatnya adalah 1, 20, 20.18, 202.18, 203.18, dst.
Itulah mengapa suku Maya lebih tertarik menghitung hari dan kalender
tahunan memiliki 360 hari, karena lebih cocok. nilai angka ketiga terkecil yaitu
20,18 = 360 dan bukan 20,20 = 400. Suku Maya mengatur angka-angka mereka
untuk menunjukkan nilai tempat yang berbeda. Prinsipnya dapat dilihat pada
gambar berikut:

Jumlah 31.781.148 adalah nilai dalam basis 10. Angka yang ditulis
dengan ringkas dalam sistem Maya yaitu 11.0.14.0.17.8 dimana angka yang
ditulis adalah angka untuk nilai tempat.
Ada dua kelebihan dengan menggunakan sistem ini, yaitu:
a. Mudah menunjukkan angka yang lebih besar.

9
C. Sistem Numerik Yunani Kuno (300SM)

Sistem numerasi attic ini hanya bersifat adiktif, tidak memiliki nilai
tempat. Sistem penomoran ionik mungkin mulai digunakan di Yunani pada awal
abad ke-8 SM. setelah penggunaan sistem penomoran Attic.
Sistem bilangan Ionic jauh lebih maju dibandingkan sistem bilangan Attic.
Sistem ini menggunakan abjad Yunani sebagai lambang bilangan, yaitu sembilan
huruf melambangkan bilangan satu sampai sembilan, sembilan huruf
melambangkan kelipatan sepuluh kurang dari seratus, dan sembilan huruf
melambangkan kelipatan seratus kurang dari seribu. Awalnya alfabet Yunani hanya
terdiri dari 24 huruf, kemudian ditambahkan tiga huruf lagi. Seluruh sistem
penomoran ion adalah sebagai berikut:
1 = A (alpha) 10 = I (ioto) 100 = P
(rho)
2 = B (beta) 20 = K (kappa) 200 = ∑
(sigma)

Angka 1.000 hingga 10.000 diwakili oleh satu hingga sembilan aksen (') di
atasnya. Untuk pecahan, sistem bilangan Yunani tidak sebaik bilangan bulat.
Seperti halnya bangsa Mesir dan Fessopotamia, bangsa Yunani kuno hanya
membuat dialek-dialek yang sederhana dan tidak digunakan secara universal,
rupanya untuk menghindari penggunaan pecahan yang berlebihan. Hal ini
terkadang sangat dipertanyakan karena simbol 30¼ sama dengan simbol 1/34.

D. Sistem Numerasi Bangsa Cina


Sistem angka Jepang adalah sistem penamaan angka yang digunakan dalam
bahasa Jepang, angka tertulis Jepang seluruhnya didasarkan pada angka Cina,
dan pengelompokan bilangan besar mengikuti metode pengelompokan 10.000
10
Cina. Di Jepang, ada dua pengucapan untuk angka: satu berdasarkan
interpretasi Sino-Jepang (on'yomi) dari karakter Cina, dan yang lainnya
berdasarkan Kotoba Yamato dalam bahasa Jepang (kata asli, bentuk
kun'yomi) . Ada dua cara menulis angka dalam bahasa Jepang: angka Arab (1,
2, 3) atau angka Cina (一, 二, 三). Angka Arab lebih sering digunakan pada
tulisan horizontal dan angka Cina pada tulisan vertikal.

E. Sistem Numerasi Romawi (± 100 SM)

Sistem angka Romawi dikembangkan sekitar awal tahun 100 SM.


Hingga saat ini angka romawi banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Simbol bilangan yang digunakan dalam sistem Romawi adalah sebagai
berikut (Abdussakir, 2009:50-51).

Peradaban matematika Romawi merupakan kebalikan dari peradaban


matematika Yunani, yang berarti masa pemerintahan Yunani merupakan masa
berkembangnya matematika, sedangkan masa Romawi merupakan masa
kemunduran matematika. Akibatnya, geometri Archimedes dan Apollonius
yang lebih tinggi, serta elemen Euclidean, diabaikan. Dapat disimpulkan
bahwa notasi Romawi dipinjam dari sumber luar.
Peradaban Romawi mengutamakan pengetahuan praktis, terutama
aritmatika. Dalam hal ini ilmu matematika yang menjadi suatu peradaban
adalah matematika langsung dalam arti berupa karya atau penerapan
matematika itu sendiri. Misalnya menyelesaikan matematika tentang
pembayaran bunga dan masalah bunga (sewa), menyelesaikan pembagian
warisan, membuat kalender, dan sebagainya. Contoh penerapan geometri
adalah rumus menghitung segitiga, khususnya segitiga sama sisi, yang rumus
perkiraannya adalah ½ 3/5 luas persegi.

11
Orang Romawi kuno menggunakan batu tulis untuk perhitungannya.
Batu tulis digunakan dengan kerikil di sepanjang pilar di atas dan di bawah
garis pemisah yang ditandai dengan angka Romawi. Setiap batu di bawah
garis pada kolom paling kanan dihitung satu, dan setiap batu di atas garis
bernilai lima. Jika jumlahnya 10, maka batunya dibawa ke kiri. Tabel di
bawah menunjukkan jumlah domba sebanyak 256.317 ekor.
Sistem angka Romawi yang ada saat ini merupakan modernisasi dari
sistem lama. Sistem ini bukanlah sistem nilai tempat kecuali dalam hal-hal
tertentu yang sangat terbatas. Tidak ada angka nol dalam sistem ini juga.
Sistem Romawi sudah ada sejak 260 SM. Namun sistem Romawi saat ini
sudah lama tidak berkembang.
Misalnya, lambang bilangan untuk empat adalah "IV", yang dulunya
adalah "III". Simbol 50 = L berbentuk ^, û, dan ¯. Simbol 100 = C.
Pada zaman dahulu, bangsa Romawi kuno menggunakan sistem
bilangan mereka sendiri, yang sangat berbeda dengan sistem bilangan saat ini.
Angka romawi hanya terdiri dari 7 angka dengan lambang huruf
tertentu,dimana setiap huruf mempunyai arti tertentu dari angka tersebut,
yaitu:

Beberapa kekurangan atau kelemahan sistem angka romawi, yakni :

1. Tidak ada angka nol (0)


12
2. Terlalu panjang untuk menyebut bilangan tertentu
3. Terbatas untuk bilangan-bilangan kecil saja

Untuk menutupi kekurangan angka romawi pada keterbatasan angka


kecil, maka dibuat pengali seribu dari nilai biasa dengan simbol garis strip di
atas simbol angka Romawi, (kecuali I).

Dua buah coretan diatas V, X, C atau yang lainnya menunjukkan


perkalian dengan sejuta.

Persamaannya dengan sistem numerasi hindu arab adalah sama-sama


menggunakan basis sepuluh. Perbedaan dengan sistem numerasi hindu arab
adalah:

1. Sistem numerasi hindu arab menggunakan sistem nilai tempat


2. Sistem numerasi romawi tidak menggunakan sistem nilai
tempat

13
F. Sistem Numerasi Bangsa Hindu Arab(300 SM – 750 M)

Peradaban Hindu diperkirakan lahir sekitar tahun 2500 SM. Masyarakat yang
tinggal di Lembah Sungai Indus sudah mempunyai sistem menulis, menghitung,
menimbang dan mengukur. Tentu saja, saluran yang digali untuk irigasi memerlukan
mesin dan matematika dasar. Sekitar tahun 1500 SM, bangsa Arya mengusir orang-orang
keluar dari Asia Tengah. Selama sekitar 1.000 tahun, bangsa Arya menyempurnakan
aksara Hindu dan bahasa Sansekerta. Beberapa penulis agama juga menulis sejarah
matematika, ketika tali direntangkan dalam pembangunan altar Buddha, yang
menunjukkan penggunaan triad Pythagoras.

Sekitar tahun 326 SM, Alexander Agung menduduki barat laut India dan
menjadikannya provinsi Makedonia di bawah seorang gubernur. Setelah kematian
Alexandria Agung, Chandragupta mengambil alih jabatan gubernur Maurya dan
mendirikan dinasti Maurya di mana Raja Asoka adalah dinasti yang paling terkenal. Raja
Asoka kemudian mendirikan pilar-pilar besar di kota-kota penting dan di atas pilar-pilar
tersebut tertulis beberapa simbol angka.

Sekitar tahun 300 SM, umat Hindu sudah mengenal angka dengan basis 10
menggunakan angka, namun masih belum mengenal angka. nol Bukti simbol angka dapat
ditemukan pada beberapa batu/prasasti yang didirikan oleh Raja Asoka di India sekitar
tahun 250 SM. Petunjuk lain, simbol numerik, ditemukan di dinding gua di sebuah bukit
dekat Poona dari tahun 100 SM. dan pada beberapa prasasti yang dipahat di gua Nasik
pada tahun 2000. Pembuktian ini tidak menggunakan angka nol atau substitusi. sistem
Dipercaya bahwa dari tahun 500 mereka menggunakan sistem tempat dan mengetahui
angka nol.

14
711. Tentara Arab menginvasi Spanyol dan mendudukinya selama beberapa ratus
tahun. Kerajaan Islam yang luas kemudian terbagi menjadi Kekhalifahan Barat yang
berpusat di Córdoba pada masa Dinasti Ummayah (775-1495) dan Kekhalifahan Timur
yang berpusat di Bagdad pada masa Dinasti Abbasiyah (749-1258). Salah satu khalifah
Dinasti Abbasiyah, Al-Mansyur (754-775), membawa karya-karya Brahmagupta dari
India ke Bagdad sekitar tahun 766 dan menerjemahkannya ke dalam bahasa Arab. Dari
karya inilah angka Hindu masuk ke dalam matematika Arab.

Pada tahun 825, ahli matematika Persia Al-Khawarizmi menulis buku tentang
aljabar, yang antara lain memuat sistem bilangan Hindu secara lengkap. Buku ini
kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada abad ke-12 dan buku tersebut
berpengaruh di Eropa. Terjemahan ini memperkenalkan sistem angka Hindu-Arab di
Eropa.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sistem numerasi adalah cara kita mewakili dan mengorganisir angka.


Perkembangannya mencakup evolusi dari sistem primitif seperti sistem angka
Romawi ke sistem modern seperti sistem desimal. Kesimpulannya, sistem numerasi
terus berkembang seiring waktu untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam
menghitung, mengukur, dan menganalisis data secara lebih efisien.

16
DAFTAR PUSAKA

Anonim.http://www.basicmathematics.com/
HinduArabic_Numeration_System.html. Diakses pada 13
September 2015
Anonim. 2015. http://streamzon3.web.id/stream-sistem-bilangan-maya.
Diakses pada 13 September 2015
Anonim. 2015. Angka_Romawi. Diakses pada 13 September 2015.
Bambang. 2010. http://bambang1988.wordpress.com/matematika-
yunani-kuno. Diakses pada 13 September 2015
Hanafiah, Siti. 2011. Sistem-Bilangan-Zaman-Mesir-Kuno. Diakses
pada 13 September 2015
Rants, Nihongo. http://anmsid.blogsome.com/Mengenal_angka.
Diakses pada 13 September 2015

17

Anda mungkin juga menyukai