Anda di halaman 1dari 38

KONSEP DASAR MATEMATIKA

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Konsep Dasar Matematika
Yang dibina oleh Ibu Yuniawatika, S.Pd., M.Pd.

Oleh:
Muhammad Zidane Syahid 23015
Okky Veriskha Agda 230151
Nanda Putri Pratama 230151609461

OFFERING A5B

KELOMPOK 3

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
SEPTEMBER 2023

1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang
limbah dan manfaatnya untuk masyarakat. Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan
maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembautan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami meyadari
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah
tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakat ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul................................................................................................................... 01
Kata Pengantar.................................................................................................................. 02
Daftar Isi............................................................................................................................. 03
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................. 04
1.1 Latar Belakang................................................................................................... 04
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................. 05
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................... 05
1.4 Manfaat Penulisan.............................................................................................05
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................... 06
2.1 Bilangan dan Lambangnya................................................................................ 06
2.2 Bilangan Cacah.................................................................................................. 07
2.2.1 Sifat Bilangan Cacah................................................................................ 07
2.2.2 Contoh Bilangan Cacah............................................................................ 08
2.2.3 Algoritma dan Urutan Bilangan Cacah..................................................... 08
2.2.4 Operasi Hitung Bilangan Cacah............................................................... 19
2.3 Bilangan Bulat ................................................................................................. 20
2.3.1 Sejarah Singkat dan Pengertian Bilangan Bulat....................................... 20
2.3.2 Relasi Bilangan Bulat............................................................................... 22
2.3.3 Sifat Operasi Bilangan Bulat.................................................................... 23
2.3.4 Algoritma dan Urutan Bilangan Bulat...................................................... 24
2.4 Sejarah Bilangan : Sistem Numerasi................................................................. 25
BAB III PENUTUP........................................................................................................... 30
3.1 Kesimpulan........................................................................................................ 30
3.2 Saran.................................................................................................................. 30
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 31

3
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bilangan adalah suatu konsep matematika yang digunakan dalam pencacahan dan pengukuran.
Simbol ataupun lambang yang digunakan untuk mewakili suatu bilangan disebut sebagai angka. Dalam
matematika bilangan digunakan untuk mengetahui banyaknya satuan ukuran dari hal yang diukur.
Matematika memanfaatkan ketrampilan mengenai hubungan bilangan-bilangan untuk berbagai
keperluan. Kegiatan menggunakan garis bilangan untuk menemukan hubungan kuantitatif diantara data
dilakukan dalam operasi aritmatika. Dalam kehidupan sehari-hari bilangan memiliki nilai sosial yang
tinggi. Anakanak sering menggunakan bilangan saat menghitung jumlah mainan yang dibutuhkan oleh
teman-temannya. Manusia tidak akan lepas dari bilangan karena segalanya akan selalu berhubungan
dengan bilangan, seperti transaksi jual beli dan lain lain. Makan bilangan memiliki eran penting bagi
manusia. Bilangan adalah sesuatu alat pembantu yang mengandung suatu pengertian. Bilangan-bilangan
ini mewakili suatu jumlah yang diwujudkan dalam lambang bilangan.

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sejak zaman purbakala, tidak
dapat dipungkiri lagi bahwa
pendidikan matematika
sangat diperlukan dan telah
menyatu dalam kehidupan
manusia dan merupakan

4
kebutuhan dasar dari setiap
lapisan masyarakat, dalam
pergaulan hidup sehari-hari.
Mereka membutuhkan
matematika untuk
perhitungan sederhana.
Untuk keperluan
tersebut diperlukan bilangan-
bilangan. Keperluan bilangan
mula-mula sederhana tetapi
makin lama makin meningkat,
sehingga manusia perlu
mengembangkan sistem
numerasi.

5
Sistem numerasi pun
berkembang selama berabad-
abad dari masa ke masa hingga
saat
ini
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sejak zaman purbakala, tidak
dapat dipungkiri lagi bahwa
pendidikan matematika
sangat diperlukan dan telah
menyatu dalam kehidupan
manusia dan merupakan

6
kebutuhan dasar dari setiap
lapisan masyarakat, dalam
pergaulan hidup sehari-hari.
Mereka membutuhkan
matematika untuk
perhitungan sederhana.
Untuk keperluan
tersebut diperlukan bilangan-
bilangan. Keperluan bilangan
mula-mula sederhana tetapi
makin lama makin meningkat,
sehingga manusia perlu
mengembangkan sistem
numerasi.

7
Sistem numerasi pun
berkembang selama berabad-
abad dari masa ke masa hingga
saat
ini
Sejak zaman purbakala, tidak
dapat dipungkiri lagi bahwa
pendidikan matematika
sangat diperlukan dan telah
menyatu dalam kehidupan
manusia dan merupakan
kebutuhan dasar dari setiap
lapisan masyarakat, dalam
pergaulan hidup sehari-hari.

8
Mereka membutuhkan
matematika untuk
perhitungan sederhana.
Untuk keperluan
tersebut diperlukan bilangan-
bilangan. Keperluan bilangan
mula-mula sederhana tetapi
makin lama makin meningkat,
sehingga manusia perlu
mengembangkan sistem
numerasi.
Sistem numerasi pun
berkembang selama berabad-
abad dari masa ke masa hingga
saat
9
ini Sejak zaman purbakala, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa pendidikan matematikasangat diperlukan
dan telah menyatu dalam kehidupan manusia dan merupakankebutuhan dasar dari setiap
lapisan masyarakat, dalam pergaulan hidup sehari-hari.Mereka membutuhkan matematika
untuk perhitungan sederhana. Untuk keperluantersebut diperlukan bilangan-bilangan. Keperluan
bilangan mula-mula sederhana tetapimakin lama makin meningkat, sehingga manusia perlu
mengembangkan sistem numerasi.Sistem numerasi pun berkembang selama berabad-abad dari masa ke
masa hingga saat ini.
Bilangan cacah merupakan bilangan yang dimulai dari nol, satu, dua, tiga, dan seterusnya. Bilangan
cacah bisa digunakan dalam perhitungan praktis matematis. Apabila bilangan cacah dihubungkan dengan
operasi bilangan, maka akan ditemukan adanya operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan
pembagian. Selain itu, akan pula ditemukan hitungan campuran dari operas pada bilangan cacah. Pada
hakikatnya, secara intuitif siswa telah mengenal bilangan cacah sebelum mereka masuk sekolah dasar.
Misalnya, ketika seorang anak duduk di taman kanak-kanak, anak tersebut cenderung sudah memahami
makna bilangan. Hal itu dapat kita lihat dari aktivitas mental yang mereka tunjukkan. Misalnya ketika
dibagikan permen, dimana masing-masing dari mereka mendapatkan satu permen, anak akan menerima
hal itu. Namun jika ada satu siswa yang mendapatkan dua permen sedangkan yang lain satu permen,
maka akan timbul suatu pertanyaan ataupun protes dari siswa siswa yang lain. Hal ini menunjukkan
bahwa siswa sudah memiliki sense of number (kepekaan terhadap bilangan baik terminologi, sifat,
prinsip, maupun operasinya). Kepekaan inilah yang nantinya, akan mempermudah mereka dalam
mempelajari materi bilangan cacah pada tahap berikutnya. Jadi, sebenarnya disini kita hanya tinggal
mengaplikasikan apa yang telah para siswa alami di dalam kehidupan sehari-hari ke dalam wadah yang
bisa dikatakan lebih formal, yakni di institusi pendidikan tepatnya mata pelajaran matematika bab
bilangan cacah.

Algoritma adalah urutan Langkah


langkah logis penyelesaian
masalah yang disusun secara
sistematis. Sedangkan menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Algoritma adalah urutan logis
pengambilan putusan untuk
pemecahan masalah. Kata logis
10
merupakan kata kunci dalam
sebuah
algoritma. Langkah langkah di
dalama agoritma harus logis, ini
berarti hasil dari urutan Langkah
langkah tersebut harus dapat
ditentukan, benar atau salah.
Langkah langkah yang tidak benar
dapat memberikan hasil yang salah
Algoritma adalah urutan langkah langkah logis penyelesaian masalah yang disusun secarasistematis.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia. Algoritma adalah urutan logispengambilan putusan
untuk pemecahan masalah. Kata logis merupakan kata kunci dalam sebuah algoritma. Langkah langkah di
dalama agoritma harus logis, ini berarti hasil dari urutan langkah-langkah tersebut harus dapat ditentukan,
benar atau salah. Langkah langkah yang tidak benardapat memberikan hasil yang salah.
Bilangan Bulat merupakan salah satu pokok bahasan di dalam pelajaran matematika jenjang SMP/MTS
kelas VII. Bilangan bulat terdiri dari bilangan bulat positif, bilangan nol dan bilangan bulat negatif.
Bilangan bulat positif merupakan bilangan asli yang digunakan dalam menghitung anggota sebuah
himpunan. Bilangan-bilangan 1, 2,3,4,5,6,7,…juga disebut bilangan yang dibilang atau bilangan-bilangan
bulat positif. Dengan kata lain, bilangan asli itu bilangan yang dimulai dari bilangan 1, 2, 3 dan
seterusnya.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan Masalah dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian bilangan, sejarah bilangan system numerasi, bilangan cacah, algoritma?
2. Apa saja sifat sifat dan operasi bilangan cacah dan bilangan bulat
3. Bagaimana perkembangan sistem numerasi dari zaman prasejarah hingga sistem desimal yang
kita gunakan saat ini?
4. Apa yang dimaksud dengan urutan bilangan cacah dan bilangan bulat?
5. Apa yang membedakan bilangan bulat dan bilangan cacah,
6. Bagaimana algoritma bilangan cacah dan bilangan bulat?

11
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan Penulisan dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian bilangan, sejarah bilangan system numerasi, bilangan cacah,
algoritma
2. Untuk mengetahui apa saja sifat sifat dan operasi pada bilangan cacah dan juga bilangan bulat
3. Untuk mengetahui perkembangan system numerasi dari zaman prasejarah hingga system
decimal yang kita gunakan saat ini
4. Untuk mengetahui urutan bilangan cacah dan bilangan bulat
5. Untuk mengetahui perbedaan bilangan bulat dan cacah
6. Untuk mengetahui algoritma bilangan cacah dan bilangan bulat

1.4 Manfaat Penulisan


Dalam penyusunan makalah ini, kami kelompok yang membahas tentang Konsep Dasar Matematika
berharap dalam makalah ini bisa bermanfaat untuk jangka panjang maupun jangka pendeknya sebagai
informasi yang sangat berharga.

12
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Bilangan dan Lambangnya


Bilangan adalah konsep mendasar dalam matematika yang digunakan untuk mengukur,menghitung,
dan mengidentifikasi besaran. Bilangan digunakan untuk menggambarkan jumlah posisi, atau besaran
lainnya dalam berbagai konteks. Ada berbagai jenis bilangan, termasuk bilangan cacah, bilangan bulat,
bilangan rasional, bilangan irasional dan bilangan kompleks, masing-masing dengan sifat-sifat uniknya.
Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan dengan cara memisahkan tiap-tiap bagian kata.
 Bilangan utuh
Contoh : 23 = dua puluh tiga (benar)
duapuluh tiga (salah)
508= seratus tiga puluh empat
508 = lima ratus delapan
 Penulisan bilangan pecahan
Contoh: 1/2 = setengah
3/4 = tiga perempat
4/16 = empat perenam belas3
10% = sepuluh

Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf (tidak
dengan angka biasa), kecuali jika terdiri atas beberapalambang bilangan yang dirinci secara berurutan
sebagaimana halnya dalam bentuk paparan.
Contoh:
Dalam sehari ia makan dua kali. Usianya dua puluh tahun. Dari 50 peserta,15 orang ikut, dan 35
orang lainnya tidak ikut. 30 remaja putri, 15 remaja putra,dan 10 balita.

Lambang bilangan pada awal kalimat harus senantiasa ditulis dengan huruf. Harus diingat bahwa
angka biasa tidak dapat diletakkan pada awal kalimat. Oleh sebab itu harus diupayakan dengan
mengubah susunannya sehingga memungkinkan tidak adanya angka biasa pada awal kalimat.
Contoh:
1. Tujuh belas tahun yang lalu
2. Lima saudaranya perempuan semua
3. Empat ratus para calon mahasiswa di terima di PTN

2.2 Bilangan Cacah


Bilangan cacah adalah himpunan bilangan bulat yang tidak negatif, yaitu {0, 1, 2, 3 ...}. Dengan kata
lain himpunan bilangan asli ditambah 0. Jadi, bilangan cacah harus bertanda positif. Bilangan cacah juga
merupakan bilangan bulat positif digabung dengan nol.

13
Contoh: 0,1,2,3,4,5,6,7,…
Lambang bilangan cacah ini adalah W yang memiliki kepanjangan whole numbers dan artinya yaitu
himpunan bilangan cacah.

2.2.1 Sifat Bilangan Cacah


 Tertutup untuk Penjumlahan dan Perkalian
Yaitu tertutup untuk penjumlahan dan perkalian. Simpelnya, kalau ada dua bilangan bulat yang
ditambahkan, hasilnya akan tetap bulat atau cacah. Contohnya, 2+2 = 4. Nah, hasil dari penjumlahan
kedua bilangan cacah itu bakal tetap bulat. Sifat tertutupnya juga sama di operasi perkalian. Misalnya,
2×4 = 8. Hasil dari perkalian bilangan cacah bakal tetap bulat dan cacah juga.
 Asosiatif
Sifat asosiatif dalam operasi bilangan cacah ini maksudnya yaitu hasil dari penjumlahan dan perkalian
tiga bilangan bulat bakal tetap sama walaupun pengelompokannya berbeda-beda.

Contoh:
(2+3) + 4 = 9
2 + (3+4) = 9
Nah, setiap ada tiga bilangan cacah yang dijumlahkan, hasilnya sebenarnya bakal tetap sama walaupun
cara mengelompokkan bilangannya berbeda kayak di atas. Sifat ini juga berlaku buat perkalian.

Contoh:
(2×3) x 4 = 24
2 x (3×4) = 24
Walaupun ngelompokin angkanya berbeda, tapi hasilnya tetap sama. Nah, ini yang dinamakan sebagai
sifat asosiatif dalam operasi bilangan cacah.

 Distributif
Sifat dalam operasi bilangan cacah selanjutnya yaitu distributif atau penyebaran. Maksudnya, hasil
operasi hitung bilangan cacah dalam bentuk penjumlahan, pengurangan, perkalian, sampai pembagian ini
bisa disebarkan kelompoknya.
Rumusnya yaitu (a + b) x c = (a x c) + (b x c).
Contoh:
(2 + 3) x 2 = 10
Nah, sifat distributif dari operasi bilangan cacah bisa menghasilkan angka yang sama kalau masukin
rumus di atas. Jadinya, gini:
(2 x 2) + (3 x 2) = 4 + 6 = 10

2.2.2 Contoh Bilangan Cacah


.
 Bilangan Cacah Genap
Kalau bilangan cacah genap sendiri merupakan bilangan cacah kelipatan 2 atau habis kalau dibagi angka
2.
Contoh bilangan cacah genap ini mulai dari 2, 4, 6, 8, 9, 10, 12, 14, 16, 18, 20, sampai seterusnya.

14
 Bilangan Cacah Ganjil
Sedangkan bilangan cacah ganjil ini kebalikannya dari yang genap. Angka di bilangan ganjil ini bukan
kelipatan 2 dan nggak bakal habis kalau dibagi 2.
Contoh bilangan cacah ganjil mulai dari 1, 3, 5, 7, 9, 11, 13, 15, 17, 19, sampai seterusnya.

2.2.3 Algoritma dan Urutan Bilangan Cacah

 Algortima Penjumlahan Bilangan Cacah


Algoritma adalah prosedur sistematis, langkah demi langkah yang digunakan untuk menemukan
jawaban, biasanya untuk perhitungan. Perlu diperhatikan bahwa siswa di kelas tinggi dapat
mengembangkan strategi untuk penjumlahan dan pengurangan cepat, tetapi siswa yang lebih muda (kelas
rendah) membutuhkan penjelasan yang cermat untuk mendukung menemukan strategi cepat tersebut
(Torbeyns, De Smedt, Ghesquiere, &Vershaffel, 2009). Untuk menulis penjumlahan Algoritma umumnya
melibatkan dua prosedur utama:
(1) menambahkan satu digit (dengan menggunakan fakta dasar)
(2) membawa (menyusun kembali atau menukar).

Pengembangan algoritma penjumlahan standar kita gunakan pada contoh berikut untuk menemukan
jumlah 134 +325.

(1) Sepuluh keping dasar, ratusan, puluhan, dan yang dapat dibedakankarena ukuran dan jumlah
masing-masing jenis keping.
(2) Dalam chip sempoa, semua chip terlihat sama. Namun, representasidibedakan dengan jumlah
chip di setiap kolom dan oleh kolom yang berisi chip (yaitu, nilai tempat).
(3) Dalam representasi nilai tempat, angka-angka dibedakan oleh angkadan nilai tempat kolom
masing-masing.
(4) Representasi adalah algoritma “kolom jumlah” yang umum. Metode nilai tempat dapat
dibenarkan menggunakan formulir dan properti penjumlahan bilangan bulat sebagai berikut.

15
Perhatikan bahwa 134 + 325 dapat ditemukan jawabannya dari kiri kekanan (tambahkan ratusan
dulu, dll.) Atau dari kanan ke kiri (tambahkanyang satuan, dll.). Masalah penjumlahan ketika
pengelompokan ulang diperlukan ilustrasikan pada Gambar dibawah ini untuk menemukan jumlah 37+
46. Perhatikan bahwa pengelompokan 10 unit bersama-samadan menukarnya dengan basis 10 buah tidak
seabstrak pertukaran 10 oranguntuk 10 di chip sempoa.

Abstraksi terjadi karena ukuran fisik 10 unit dipertahankan dengan satu panjang basis 10 buah tetapi tidak
dipertahankan ketika kita menukar 10titik dalam kolom yang hanya satu titik dalam puluhan kolom
chipsempoa.

Algoritma perantara sebelumnya lebih mudah dipahami daripadaalgoritma standar. Namun,


mereka kurang efisien dan umumnya membutuhkan lebih banyak waktu dan ruang. Sepanjang
sejarah banyak algoritma lain telah digunakan sebagai tambahan. Salah satunya, metode jeruji untuk
penjumlahan, diilustrasikan sebagai berikut:

16
Algoritma metode jeruji sangat mirip dengan algoritma menengah 2

 Algoritma Pengurangan Bilangan Cacah

Algoritma umum untuk pengurangan melibatkan dua prosedur utama:


(1) Mengurangi angka yang ditentukan oleh tabel fakta tambahan
(2) Pertukaran atau pengelompokan ulang (kebalikan dari proses pembawa untuk penjumlahan.
Meskipun prosedur pertukaran ini biasa disebut "pinjaman," namun lebih baik memilih untuk
menghindari istilah ini karena jumlah yang dipinjamtidak dibayar kembali. Oleh karena itu kata
meminjam tidak mewakili untuk proses mendasar anak-anak berpikir, dan yang sebenarnya yaitu
pertukaran.Pengembangan algoritma pengurangan standar yang digunakan padaGambar 4.6 untuk
menemukan perbedaan 357 -123.
Model Konkrit

Perhatikan bahwa dalam contoh pada Gambar 4.6, jawabannya akan sama apakah kita
mengurangi dari kiri ke kanan atau dari kanan ke kiri. Dalam kedua kasus, basis 10 blok digunakan
dengan terlebih dahulu mewakili 357 dan kemudian mengambil 123. Karena ada 7 unit dari mana 3 dapat
diambil dan ada 5 panjang dari mana 2 dapat dihilangkan, penggunaan blok mudah. Masalah 423 - 157

17
dilakukan secara berbeda karena kita tidak dapat mengambil 7 unit dari 3 unit secara langsung. Dalam
masalah ini, blok dipecah menjadi 10 unit untuk membuat 13 unit dan flat ditukar dari 10 blok dan
dikombinasikan dengan sisa panjang untuk membuat 11 panjang (lihat Gambar 4.7). Setelah pertukaran
ini dilakukan, 157 dapat diambil untuk meninggalkan 266.
Pada Gambar 4.7, representasi dari basis 10 blok, chip sempoa, dan model nilai-tempat menjadi semakin
abstrak. Prosedur nilai tempat akhirnya disingkat untuk menghasilkan algoritma pengurangan standar.

Salah satu algoritma nontradisional yang sangat efektif dalam basis apa pun disebut algoritma
pengurangan-dari-dasar. Algoritma ini diilustrasikan pada Gambar 4.8 menggunakan basis sepuluh buah
untuk menemukan 323- 64.

Dalam (1), amati bahwa 4 dikurangkan dari 10 (supaya menemukan 13 - 4,seperti pada algoritma
standar). Perbedaannya, 10 - 4 = 6 unit, kemudian digabungkan dengan 3 unit
Dalam (2) untuk membentuk 9 unit. Kemudian 6 panjang dikurangi dari 1flat (bukannya menemukan 11 -
6). Perbedaannya, 10 - 6 = 4 panjang,kemudian dikombinasikan dengan 1 panjang.

18
di (3) untuk mendapatkan 5 panjang (atau 50). Jadi, karena dua flat tetap,323 - 64 = 259.Berikut ini
menggambarkan proses ini secara simbolis.

Sebaiknya setiap siswa diberikan latihan algoritma komputasi penjumlahan dan pengrangan dengan
menggunakan angka yang besar agar mereka lebih memahami dan bermanfaat. (Cobb, Yackel, & Wood,
1988).

 Algoritma Perkalian Bilangan Cacah

Algoritma perkalian standar melibatkan fakta-fakta perkalian, distribusi, dan pemahaman menyeluruh
tentang nilai tempat. Pengembangan algoritma perkalian standar ini digunakan pada Gambar 4.9 untuk
menemukan produk3 x 213.

Selanjutnya, produk dari angka dua digit dikali angka dua digit ditemukan.Hitung 34 x 12.

Produk 34 x 12 juga dapat direpresentasikan secara gambar (Gambar 4.10).Penting untuk dicatat
bagaimana Algoritma Menengah 1 berhubungan erat dengan representasi blok dasar 34 x 12. Angka-

19
angka dalam algoritma telah diberi kode warna dengan daerah-daerah dalam susunan persegi panjang
pada Gambar 4.10 untuk membuat sambungan lebih jelas. Algoritma perantara membantu dalam transisi
dari blok konkret ke algoritma standar abstrak.
Refleksi dari Penelitian Guru harus membantu siswa untuk mengembangkan pemahaman konseptual
tentang bagaimana perkalian dan pembagian multidigit berhubungan dengan dan dibangun berdasarkan
nilai tempat dan kombinasi perkalian dasar( Fuson, 2003).
Penalaran Aljabar Pada Gambar 4.10, model susunan persegi panjang dapat digunakan untuk melipat
gandakan ekspresi seperti x + 2 dan x + 3. Ubin yang terlihat mirip dengan basis sepuluh blok
ditempatkan dengan x + 2 di samping dan x + 3 melintasi teratas. Ketika persegi panjang di isi, produk
dari (x + 2) (x + 3)terlihat x2 + 5x + 6.

Perhatikan kompleksitas yang terlibat dalam menjelaskan algoritma standar. Metode jeruji untuk
perkalian adalah contoh dari algoritma perkalian yang sangat sederhana yang tidak lagi digunakan,
mungkin karena kita tidak menggunakan kertas dengan tanda jeruji di atasnya dan terlalu memakan waktu
untuk menggambar garis-garis tersebut. Untuk menghitung 35 x 4967, mulailah dengan kisi kosong dan
temukan produk digit dalam garis dan kolom yang bersilangan. Angka 18 pada jeruji yang lengkap
diperoleh dengan mengalikan nilai barisnya, 3, dengan nilai kolomnya, 6 (Gambar4.11). Nilai-nilai
lainnya diisi dengan cara yang sama. Kemudian angka ditambahkan ke bawah diagonal seperti pada
penambahan kisi. Jawabannya, baca berlawanan arah jarum jam dari kiri ke kanan, adalah 173.845.

20
 Algoritma Untuk Pembagian Bilangan Cacah

Algoritma pembagian adalah prosedur panjang yang paling rumit dalam kurikulum matematika dasar.
Karena kalkulator, menulis pembagian yang panjang menggunakan nomor multidigit telah berkurang.
Namun, algoritma pembagian panjang yang melibatkan pembagi satu dan mungkin dua digitterus
memiliki aplikasi umum.Perlu diperhatikan bahwa pemahaman yang lemah tentang sistem nilai tempat
dan cara kerja algoritma yang berorientasi pada prosedur menyebabkan siswa sulit untuk memahami
algoritma pembagian panjang tradisional (Lee, 2007).
Gagasan utama di balik algoritma pembagian panjang adalah algoritma pembagian, yang diberikan
pada Bagian 3.2. Ini menyatakan bahwa jika adan b adalah semua bilangan cacah dengan b ≠ 0, ada
bilangan cacah unik q dan r sedemikian sehingga a = bq + r, di mana 0 ≤ r <b. Misalnya, jika a = 17 dan b
= 5, maka q = 3 dan r = 2 sejak 17 = 5 × 3 + 2. Tujuan dari algoritma pembagian panjang adalah untuk
menemukan hasil bagi, q, dansisanya, r, untuk setiap pembagi yang diberikan, b, dan hasil bagi, a.
Untuk mendapatkan pemahaman tentang algoritma pembagian, maka digunakan basis sepuluh blok
dan definisi dasar pembagian. Temukan hasil bagi dan sisanya dari 461 dibagi dengan 3. Ini dapat
dianggap sebagai 461dibagi menjadi kelompok-kelompok ukuran 3. Ketika Anda membaca contoh ini,
perhatikan bagaimana manipulasi basis sepuluh blok sejajar dengan algoritma tertulis. Berikut ini
menggambarkan pembagian panjang menggunakan basis sepuluh blok.

21
Pikirkan: Satu kelompok tiga Pikirkan: Konversi satu flat yang
flat, yang terdiri dari 100 tersisa menjadi 10 panjang dan
kelompok 3, menyisakan menambahkannya ke 6 panjang
satuflat tersisa. yang ada menjadi 16 panjang.

22
Pikirkan: Lima kelompok yang Pikirkan: Konversikan
terdiri dari 3 kelompok, yaitu yangtersisa menjadi 10 unit
50 kelompok yang terdiri dantambahkan ke 1 unit
dari3 kelompok, menyisakan yang adauntuk menghasilkan
1 kelompok yang tersisa. 11 unit

Pikirkan: Tiga kelompok yang terdiri dari 3 unit masing-masing menyisakan 2 unit yang tersisa. Karena
ada satu kelompok flat (ratusan), lima kelompok panjang (puluhan), dan tiga kelompok unit (satu) dengan
2 yang tersisa,hasil bagi adalah 153 dengan sisa 2.
Temukan hasil bagi dan sisanya untuk 5739 ÷ 31.Metode scaffold adalah yang baik untuk digunakan
terlebih dahulu.

23
Karena 4 <31, proses hitung berhenti dan menambahkan 100 + 50 + 30 + 5.Oleh karena itu, hasil bagi
adalah 185 dan sisanya adalah 4.Seperti yang baru saja ditunjukkan, berbagai kelipatan 31 dikurangi
berturut-turut dari 5739 (atau perbedaan yang dihasilkan) hingga sisanya kurang dari 31 ditemukan.
Kunci dari metode ini adalah seberapa baik seseorang dapat memperkirakan kelipatan yang sesuai dari
31. Dalam metode perancah, lebih baik untuk memperkirakan terlalu rendah daripa daterlalu tinggi,
seperti dalam kasus 50. Namun, 80 akan menjadi pilihan tebak pada saat itu.
31 x 185 + 4 = 5735 + 4 = 5739.

Contoh berikut menggambarkan bagaimana pembagian dengan satu digitdapat dilakukan dengan lebih
efisien.Temukan hasil bagi dan sisanya untuk 3159 ÷ 7

24
Amati bagaimana kami membulatkan pembagi hingga 60 dan hasil bagi turun menjadi 4200 pada langkah
pertama. Pembulatan atas / bawah ini meyakinkan kita bahwa hasil bagi pada setiap langkah tidak akan
terlalu besar.
Algoritma ini dapat disederhanakan lebih lanjut ke algoritma standar kamiuntuk divisi dengan
mengurangi langkah-langkah "berpikir" ke divisi dengan pembagi satu digit. Misalnya, sebagai pengganti
"Berapa banyak60an dalam 4200?" Orang dapat bertanya dengan setara, "Berapa banyak 6sdalam 420?"
Bahkan lebih mudah, "Berapa banyak 6s dalam 42?"Perhatikan juga bahwa secara umum, pembagi harus
dibulatkan ke atas. Dan dividen harus dibulatkan.
Penalaran Aljabar Memecahkan persamaan seperti x3 - 2x2 - 3x + 6 = 0 dapat dilakukan dengan
memfaktorkan. Salah satu cara untuk faktor adalah jenis pembagian panjang aljabar. Algoritma
pembagian standar menyediakan dasar untuk jenis penalaran aljabar ini

25
Hasil bagi dan sisa untuk 4238 ÷ 56 dapat ditemukan menggunakan kalkulator. TI-34 II melakukan
pembagian panjang dengan sisanya langsung menggunakan 4238 2nd INT ÷ 56 =. Hasil untuk masalah
ini ditunjukkan pada Gambar 4.12 seperti yang muncul di baris kedua layar kalkulator.Untuk menemukan
hasil bagi dan sisanya menggunakan kalkulator standar,tekan tombol-tombol ini: 4238 ÷ 56 =. Layar
Anda harus membaca75,678571 (mungkin dengan tempat desimal lebih sedikit atau lebih). Jadi hasil bagi
seluruh angka adalah 75.Dari hubungan a = bq + r, kita melihat bahwa r = a - bq adalah sisanya.Dalam hal
ini r = 4238 - 56 x 75, atau 38.

Sebagai contoh kalkulator yang digambarkan sebelumnya, kalkulator hampir menghilangkan


kegiatan untuk menjadi terampil dalam melakukan pembagian panjang yang terlibat dan perhitungan
yang membosankan lainnya. Pada bagian ini, masing-masing dari empat operasi dasar diilustrasikan oleh
algoritma yang berbeda. Algoritma komputasi adalah alat bantu untuk menyederhanakan perhitungan,
penting untuk memahami bahwa semua algoritma yang benar dapat diterima. Jelas, perhitungan di masa
depan akan semakin bergantung pada perhitungan tertulis dan semakin banyak pada perhitungan mental
danelektronik.

2.2.4 Operasi Hitung Bilangan Cacah

 Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Cacah


metode menurun

1
27
35
______+
62

87
63
______-
24

 Perkalian dan Pembagian Bilangan Cacah

1
25
3
______x
75

26
16
2√ 32
2
______
12

2.3 Bilangan Bulat


2.3.1 Sejarah Singkat dan Pengertian Bilangan Bulat
Bilangan bulat merupakan bilangan yang terdiri atas bilangan positif,bilangan nol dan bilangan
bulat negatif.Bilangan positif dan negatif ini mulai dikenal pada zaman Cina kuno .Pada masa itu,
bangsaCina mempunyai dua jenis warna untuk perhitungan bilangan-bilangan tersebut, yaitu merah untuk
bilangan – bilangan positif dan hitam untuk bilangan-bilangan negatif. Hingga abad ke-16, bilangan-
bilangan negatif jarang ditemukan diluar Cina.
Sejarah bilangan bulat dapat juga dimulai dari sejarah bilangan asli. Bilangan asli merupakan
bilangan pertama yang dikenal manusia. Hal ini karena secara alamiah manusia akan melihat berbagai
benda atau objek dan kemudian untuk keperluan tertentu mereka harus menghitungnya. Untuk
menghitung benda-benda tersebut bilangan yang digunakan adalah bilangan asli,walaupun mereka tidak
menyadari bahwa bilangan yang mereka gunakan untuk menghitung bilangan asli. Penamaan bilangan
asli dilakukan setelah jaman modern untuk keperluan ilmu pengetahuan. Notasi himpunan bilangan asli
adalah ℕ. Anggota bilangan asli adalah N = {1,2,3,…}. Karena untuk keperluan operasi hitung bilangan
asli diperluas dengan menyertakan 0 sebagai anggota. Perluasan ini dikenal sebagai bilangan cacah. Pada
perkembangan selanjutnya, bilangan cacah pun ternyata tidak dapat sepenuhnya merepresentasikan obyek
dalam dunia nyata. Dalam dunia nyata ada orang yang memiliki uang, ada orang yang tidak memiliki
uang, dan bahkan ada orang yang memiliki utang. Keadaan pertama dapat ditulis dengan bilangan asli,
sedangkan keadaan kedua bisa ditulis dengan bilangan 0. Bagaimana dengan keadan yang ketiga jika
yang menjadi kerangka acuan adalah keberadaan uang. Hal ini akan membawa pada perluasan sistem
bilangan cacah menjadi menjadi bilangan bulat.
Bilangan negatif untuk menyatakan hasil4 - 6. Dengan demikian, karena 4 – 6 merupakan
Perluasan bilangan bulat dapat juga dijelaskan dengan operasi pada dua bilangan cacah. Dengan operasi
pengurangan, ternyata diketahui bahwa jika dua bilangan cacah dikurangkan maka hasilnya belum tentu
bilangan cacah. Sebagai contoh, 6 – 4 – 2 dan 2 masih merupakan bilangan cacah, tetapi 4-6 tidak ada
interpretasinya dalam bilangan cacah. Selanjutnya digunakan kebalikan , maka 4 – 6 = -2 Gabungan
bilangan cacah dengan bilangan negatif ini yang kemudian membentuk bilangan bulat. Notasi himpunan
bilangan bulat adalah ℤ. Dan anggota bilangan bulat adalah Z = {…,-3, -2, -1,0 1, 2, 3,…} Jadi bilangan
bulat terdiri dari himpunan bilangan bulat negative {…,-3,-2,-1}, nol, dan himpunan bilangan bulat
positif{1,2,3,…}. Dan jika digambarkan dengan garis bilangan adalah sebagai berikut

27
Bilangan bulat positif berada di sebelah kanan titik nol dan bilangan bulat negatif berada
disebelah kiri nol. Dan dari garis bilangan diatas tampak bahwa semakin kekanan, nilai bilangan itu
semakin besar, sebaliknya, semakin ke kiri letak suatu bilangan, nilai bilangan itu semakin kecil. Pada
garis bilangan ini juga dapat diketahui lawan atau invers dari bilangan bulat. Misalnya 2 terletak
disebelah kanan titik 0, sedangkan titik -2 terletak disebelah kiri titik 0, maka -2 adalah lawan dari 2 dan
sebaliknya, 2 adalah lawan dari -2.
Bilangan bulat memiliki manfaat dalam kehidupan sehari-hari misalnya untuk mengukur
suhu,dalam dunia keuangan,pada saat uang ditransfer kedalam rekening bank pastilah dalam bentuk
bilangan positif dan negatif,bukan berupa lembaran atau koin,dalam bidang kelautan, bilangan negatif
digunakan untuk mengukur kedalaman laut, mengukur ketinggian dari permukaan tanah, pada system
koordinat cartesius dan masih banyak lagi masalah-masalah sehari-hari yang dapat dinyatakan dengan
menggunakan konsep bilangan bulat.
a). Pendapat disampaikan oleh Spiegel (1999:1-2) bahwa bilangan bulat terdiri dari bilangan bulat negatif,
nol, dan bilangan bulat positif. Bilangan asli itu sendiri adalah 1.2.3,….. Apabila terdapat dua bilangan
asli ditambahkan atau dikalikan,hasilnya selalu sebuah bilangan asli. Bilangan bulat dinyatakan dengan
symbol B. Kamsiyati (2012 : 81) memiliki pendapat yang sama mengenai bilangan bulat bahwa
Bilangan bulat diberi symbol B adalah {…,-3, -2,-1, 0, 1, 2, 3,…}
Bilangan bulat negative diberi symbol B- {…,-3, -2, -1,..}
Bilangan bulat positif diberi symbol B+ {1,2,3,…}
Bilangan nol diberi symbol 0
b). Sifat-sifat penjumlahan pada bilangan bulat:

 Sifat tertutup
Untuk setiap bilangan bulat a dan b, berlaku a + b = c dengan c juga bilangan bulat.

 Sifat komutatif
Untuk setiap bilangan bulat a dan b, selalu berlaku a + b = b + a.

 Sifat asosiatif
Untuk setiap bilangan bulat a, b, dan c selalu berlaku (a + b) + c = a + (b + c).

 Mempunyai unsur identitas


Untuk sebarang bilangan bulat a, selalu berlaku a + 0 = 0 + a. Bilangan nol (0) merupakan unsur identitas
pada penjumlahan.

 Mempunyai invers
Untuk setiap bilangan bulat a, selalu berlaku a + (–a) = (–a) + a = 0. Invers dari a adalah –a, sedangkan
invers dari –a adalah a.
c). Jika a dan b bilangan bulat maka berlaku a – b = a + (–b).
d). Operasi pengurangan pada bilangan bulat berlaku sifat tertutup.

28
e). Pembagian merupakan operasi kebalikan dari perkalian.
f). Pada operasi pembagian bilangan bulat tidak bersifat tertutup.
g). Apabila dalam suatu operasi hitung campuran bilangan bulat tidak terdapat tanda kurung,
pengerjaannya berdasarkan sifat-sifat operasi hitung berikut.

 Operasi penjumlahan (+) dan pengurangan (–) sama kuat, artinya operasi yang terletak di sebelah
kiri dikerjakan terlebih dahulu.
 Operasi perkalian (x) dan pembagian (:) sama kuat, artinya operasi yang terletak di sebelah kiri
dikerjakan terlebih dahulu.
 Operasi perkalian (x) dan pembagian (:) lebih kuat daripada operasi penjumlahan (+) dan
pengurangan (–), artinya operasi perkalian (x) dan pembagian (:) dikerjakan terlebih dahulu
daripada operasi penjumlahan (+) dan pengurangan (–).
Jadi bilangan bulat adalah bilangan yang terdiri dari seluruh bilangan baik negatif, nol dan positif.
Contoh: -3,-2,-1,0,1,2,3,….

2.3.2 Relasi Bilangan Bulat


Relasi adalah hubungan antara elemen-elemen dari satu atau dua himpunan. Relasi bilangan bulat
mencakup berbagai tipe hubungan atau kriteria yang dapat diterapkan pada bilangan bulat. Beberapa
relasi bilangan bulat yang umum melibatkan perbandingan, operasi, atau sifat-sifat tertentu. Berikut
beberapa contoh relasi bilangan bulat:
1. Relasi Pembanding (>, <, ≥, ≤):
 a > b berarti a lebih besar dari b.
 a < b berarti a lebih kecil dari b.
 a ≥ b berarti a lebih besar dari atau sama dengan b.
 a ≤ b berarti a lebih kecil dari atau sama dengan b.
2. Relasi Kesetaraan (=):
 a = b berarti a sama dengan b.
3. Relasi Ketidaksamaan (≠):
 a ≠ b berarti a tidak sama dengan b.
4. Relasi Kongruen (≡):
 a ≡ b(mod m) berarti a kongruen dengan b modulo m. Artinya, jika a−b dapat dibagi oleh
m tanpa sisa.
5. Relasi Pembagian (∣):
 a ∣ b berarti a membagi b tanpa sisa. Misalnya, 2∣8 karena 2 adalah faktor dari 8.

29
6. Relasi Operasi Penjumlahan dan Pengurangan:
 a + b = c, a – b = c. Ini menunjukkan hubungan antara hasil penjumlahan atau
pengurangan dari dua bilangan bulat.
7. Relasi Operasi Perkalian dan Pembagian:
 a × b = c, a ÷ b = c. Ini menunjukkan hubungan antara hasil perkalian atau pembagian
dari dua bilangan bulat.
8. Relasi Kelipatan:
 a adalah kelipatan dari b jika b × k = a untuk suatu bilangan bulat k.
9. Relasi Urutan (≤, ≥):
 a ≤ b berarti a kurang dari atau sama dengan b.
 a ≥ b berarti a lebih besar dari atau sama dengan b.
10. Relasi Irasionalitas:

 a,b adalah bilangan bulat irasional jika a atau b adalah bilangan irasional.
Relasi bilangan bulat ini memiliki aplikasi luas dalam matematika dan ilmu terapan, seperti dalam
pengembangan algoritma, teori bilangan, dan ilmu komputer.

2.3.3 Sifat Operasi Bilangan Bulat

 Sifat tertutup
Sifat tertutup adalah saat bilangan bulat mengalami operasi penjumlahan, pengurangan, dan
perkalian, maka hasilnya akan selalu bilangan bulat. Baca juga: Mengenal Jenis-jenis Bilangan
Matematika Misalnya: 5 + 4 = 9
13 – 7 = 5
11 x 2 = 22
Namun, sifat tertutup bilangan bulat tidak berlaku pada operasi pembagian. Karena, pembagian bilangan
bulat dapat juga menghasilkan bilangan desimal dan pecahan.
 Sifat asosiatif
Sifat asosiatif aalah ketika bilangan bulat ditambahkan atau dikalikan hasilnya akan tetap sama
terlepas dari bagaimana mereka dikelompokkan.
Misalnya: (3 x 5) x 4 = 3 x (5 x 4)
7 + (11 + 2) + 6 = (7 + 11) + (2 + 6)
Namun, sifat asosiatif tidak berlaku pada pengurangan dan pembagian bilangan bulat.

30
 Sifat distributif
Sifat distributif bilangan bulat menyatakan bahwa operasi perkalian dapat didistribusikan melalui
penambahan dan pengurangan untuk mempermudah perhitungan. Misalnya operasi hitung
2 x (50 – 24) dapat diselesaikan dengan mendistribusikan angkanya sebagai berikut:
2 x (50 – 24) = (2 x 5) – (2 x 24) = 100 – 48 = 52 Sifat distributif dapat diterapkan saat operasi hitung
perkalian terhadap penjumlahan ataupun pengurangan.
 Sifat identitas
Sifat identitas menyatakan bahwa bilangan bulat apa pun yang dikalikan dengan 1 akan
menghasilkan bilangan bulat itu sendiri (identik).
Misalnya: 2 x 1 = 2
-5 x 1 = -5
27 x 1 = 27
74 x 1 = 74

2.3.4 Algoritma dan Urutan dan Bilangan Bulat


Alogaritma adalah serangkaian langkah terstruktur yang dirancang untuk menyelesaikan masalah
atau tugas tertentu.Alogaritma adalah panduan sistematis tentang cara melakukan tugas atau mencapai
tujuan tertentu dengan urutan langkah-langkah yang terdefinisi dengan baik.Alogaritma digunakan di
berbagai bidang,termasuk matematika,komputer,ilmu pengetahuan,dan bahkan kehidupan sehari-hari
untuk menyelesaikan berbagai masalah.
 Urutan Bilangan Bulat
Urutan bilangan bulat adalah himpunan bilangan yang diatur dalam urutan tertentu,biasanya
dari yang terkecil hingga yang terbesar (urutan menaik) atau sebaliknya (urutan
menurun).Urutan bilanganbulat dapat digunakan dalam berbagai konteks,termasuk
matematika,statistik,komputer,dan masih banyak lainnya.

Contoh urutan bilangan bulat dalam urutan menaik :


1,2,3,4,5,…
Contoh urutan bilangan bulat dalam urutan menurun :
10,9,8,7,6,…

Penting untuk dipahami bahwa urutan bilangan bulat dapat diurutkan menggunakan alogaritma
pengurutan.Alogaritma pengurutan digunakan untuk mengatur urutan bilangan bulat dalam
urutan yang diinginkan,seperti urutan menaik atau menurun,sehingga lebih mudah dianalisis
atau digunakan dalam berbagai aplikasi.

Contoh Soal Bubble Sort :


Urutkan urutan bilangan bulat berikut ini menggunakan alogaritma Bubble Sort
Urutan bilangan bulat awal : 5,2,9,3,6

Solusi :
Langkah 1:Bandingkan 5 dan 2 (5>2),tukar posisi.
Hasil setelah langkah 1: 2,5,9,3,6

31
Langkah 2:Bandingkan 5 dan 9 (5<9),biarkan seperti itu.
Hasil setelah langkah 2: 2,5,9,3,6

Langkah 3:Bandingkan 9 dan 3 (9>3),tukar posisi.


Hasil setelah langkah 3: 2,5,3,9,6

Langkah 4:Bandingkan 9 dan 6 (9>6),tukar posisi.


Hasil setelah langkah 4: 2,5,3,6,9

Langkah 5: Ini adalah iterasi kedua.Ulangi langkah 1-4.


Hasil akhir setelah iterasi kedua: 2,3,5,6,9

Hasil akhir setelah iterasi ketiga:2,3,5,6,9


Urutan bilangan bulat yang diurutkan: 2,3,5,6,9

2.4 Sejarah Bilangan : Sistem Numerasi


Sistem numerasi adalah sekumpulan lambang dan aturan pokok untuk menuliskan bilangan.
Lambang yang menyatakan suatu bilangan disebut numeral. Karena banyaknya suku bangsa di dunia
sejak zaman purba, maka berkembang pula sistem numerasi yang berbeda sehingga saat ini dapat
diketahui bahwa suatu bilangan dapat dinyatakan dengan bermacam-macam lambang, tetapi suatu
lambang tentu hanya menunjuk pada satu bilangan. Beda antara bilangan dan lambang bilangan (numeral)
serupa dengan beda antara seseorang dengan namanya, beda antara benda dengan nama yang diberikan
kepada benda itu, atau beda antara binatang dengan nama binatang yang ditunjuk.
A. Sistem Numerasi Ijir/Tally
Perhitungan yang paling terdahulu dan paling sederhana adalah perhitungan dengan memakai
korespondensi 1-1, sistem ini disebut sistem ijir atau tally, caranya ialah dengan memakai goresan atau
tongkat untuk satu objek yang dihitung.
Contoh :
1). Bila seseorang mempunyai empat ekor kambing, maka ia akan menyusun (goresan)sebanyak 4 buah,
yaitu : ////
2). Ayam kepunyaan ayah 3 ekor digabungkan dengan ayam anaknya 4 ekor, jadi jumlahnya : /// + ////
= ///////
Untuk memudahkan perhitungan maka setiap lima goresan dikelompokan menjadi satukelompok, yang
ditulis dengan //// dan disebut satu ikat. Jadi dalam contoh diatas : Ayam ayah + ayam anak = ///////
= //// //Walaupun cara ini primitif dan sederhana, namun sampai sekarang masih banyak dipergunakan
umpamanya pada penyusunan data untuk pembuatan tabel distribusifrekuensi dalam statistika.

32
B. Sistem Numerasi Yunani (±600 SM)
Matematika Yunani diyakini dimulakan oleh Thales dari Miletus (kira-kira 624sampai 546 SM) dan
Pythagoras dari Samos (kira-kira 582 sampai 507 SM). Meskipun perluasan pengaruh mereka
dipersengketakan, mereka mungkin di ilhami oleh MatematikaMesir dan Babilonia.Yunani
mengembangkan sistem numerasinya sendiri. Sistem Yunani kuno pada mulanya disebut dengan system
attic, muncul sekitar tahun 600 SM, yakni dilambangkan sederhana, dimana angka satu sampai empat
dilambangkan dengan lambang tongkat,misal: 2 →ll, kemudian berkembang menjadi system ionia
(alfabetis) Yunani.
1. Sistem Attic (Yunani Kuno)Sistem numerasi ini berkembang sekitar tahun 600 SM. Tulisan ini
ditemukandidaerah reruntuhan Yunani yang bernama Attic.
Lambang-lambang dasar dari sistem ini adalah :

Desimal Simbol Yunani Angka


1 I -5
5 Π πέντε
10 Δ δέκα
100 H ἑκατόν
1000 X χίλιοι / χιλιάς
10000 M μύριον

Dari lambang-lambang diatas jelas bahwa bilangan dasarnya adalah 10. Lambang untuk bilangan nol
belum ada. Selain lambang-lambang diatas ada pula lambang lain yang dipergunakan sebagai
“penyingkat”, yaitu “Π” yang berarti lima. Lambang ini dapat pula digabung dengan lambang-lambang
diatas, dengan demikian nilainya sama dengan lima kali nilai lambang dasar yang tertulis.
2. Sistem Ionia (Alfabetis) Kira-kira tahun 450 SM. bangsa Ionia dari Yunani telah mengembangkan
suatu system angka, yaitu alphabet Yunani sendiri yang terdiri dari 27 huruf. Huruf-huruf itu mempunyai
nilai Sebagai berikut:

Untuk menyatakan ribuan diatas sembilan angka dasar pertama (dari α sampai θ) dibubuhi tanda aksen
(„), sebagai contoh α‟ = 1000, ε‟ = 5000. Sedangkan kelipatan 10000 dinyatakan dengan menaruh angka
yang bersangkutan diatas tanda М.

33
C. Sistem Numerasi Maya (±300 SM)
Suku Indiana Maya dan Inca di Amerika Selatan zaman dahulu kala telah terkenal memiliki
peradaban yang tinggi, antara lain mereka telah mempunyai sistem angka atau numerasi. Keistimewaan
sistem ini dibandingkan dengan sistem-sistem lain adalah telah adanya lambang nol. Tulisan atau angka
yang dikembangkan bangsa Maya bentuknya sangat aneh, berupa bulatan lingkaran kecil dan garis-garis.
Hal ini tentu dipengaruhi oleh alat tulis yang dipakai, yaitu tongkat yang penampangnya lindris (bulat),
sehingga dengan cara manusukkan tongkat ke tanah liat akan berbekas lingkaran atau dengan meletakkan
tingkat mereka sehingga berbekas garis.
Penulisan bilangan Maya ini ditemukan oleh Francisco de Cordoba pada tahun 1517M di kota
peninggalan mereka di Mexico, tepatnya di Jazirah Jucatan. Lambang-lambang dari sistem numerasi ini
adalah gabungan antara garis dan noktah. Untuk bilangan-bilangan yang lebih besar dari 19 dipakai
bilangan dasar 20. Untuk bilangan-bilangan yang lebih besar lagi, dipakai bilangan dasar
18.20,18.202,18.203,...18.20n. Dalam sistem numerasi ini, penulisan dimulai dari atas kebawah, mulai
dari pangkat tertinggi sampai pangkat terendah. Simbol-simbol dasar yang dipakai dalam sistem angka.

Maya ini adalah :


Seperti diuraikan diatas, tulisan Maya ini adalah gabungan antara noktah dan garis,setiap satu noktah
mempunyai nilai satu dan tiap satu garis mempunyai nilai lima.Penulisan lambang suatu bilangan pada
sistem angka maya ini dari atas kebawah, dimulaidari koefisien pangkat tertinggi sampai koefisien
pangkat terendah. Dalam sistem numerasi ini, penulisan dimulai dari atas kebawah, mulai dari pangkat
tertinggi sampai pangkat terendah. Simbol-simbol dasar yang dipakai dalam sistem angka.

D. Sistem Numerasi Cina-Jepang (±200 SM)

34
Sistem numerasi ini telah ada sejak tahun 200 SM. Bangsa Cina menuliskan angka-angkanya
menggunakan alat tulis yang dinamakan pit dimana bentuknya menyerupai kuas. Tulisannya berbentuk
gambar atau piktografi yang mempunyai nilai seni tinggi. Sistem angka Cina-Jepang disebut dengan
sistem “batang”, mempunyai nilai tempat, berkembang sekitar 213 SM. Angka tradisional Cina-Jepang
menggunakan pengelempokan dengan bilangan dasar 10. Disamping itu sistem angka ini juga mempunyai
sistem pengelompokan perkalian (multiplikatif), maksudnya adalah sebagai berikut:
Andaikan telah ditentukan lambang-lambang bilangan dasar dari 1 sampai 9, sedangkan bilangan 10, 102,
103, ... dimisalkan mempunyai lambang berturut-turut a, b, c, ... maka bilangan Cina-Jepang 5624 ditulis
5 c 6 b 2 a 4, jadi setiap lambang a, b, c dan seterusnya dikalikan dengan koefisiennya dan tidak ditulis
berulang-ulang. Keunikannya angka yang ditulis dalam angka Cina-Jepang itu ditulis dari atas kebawah.
Lambang-lambang bilangan Cina-Jepang itu adalah sebagai berikut:

E. Sistem Numerasi Romawi (±100 SM)


Sistem numerasi Romawi berkembang sekitar permulaan tahun 100 SM. Sampai saat ini, lambang
bilangan Romawi masih banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Sistem numerisasi Romawi
yang sekarang ini merupakan modernisasi sistem adisi dari sistemnya yang lama. Sistem ini bukan sistem
yang mempunyai nilai tempat, kecuali pada hal-hal tertentu yang sangat terbatas. Sistem ini juga tidak
mempunyai nol. Tetapi system Romawi yang seperti sekarang ini belum lama dikembangkannya.
Lambang bilangan yang digunakan dalam sistem Romawi sebagai berikut.

35
Sistem angka Romawi tidak mempunyai nilai tempat. Ketika beberapa lambing dikombinasikan,
lambang-lambang tersebut dapat ditulis bagian demi bagian. Ketika suatu angka memuat dua lambang
dasar, satu bilangan yang lebih kecil dari yang lain,maka berlaku:
• Penjumlahan, jika lambang pada bagian kanan menyatakan bilangan yang lebih kecil.
• Pengurangan, jika lambang pada bagian kiri menyatakan bilangan yang lebih kecil.
Ketika dua atau lebih lambang merupakan bilangan yang sama yang ditulis bersama-sama, maka semua
lambang menyatakan jumlah.
Contoh :
CX = 100 + 10 = 110 (dari kiri ke kanan nilainya menurun, jadi dijumlahkan)
XC = 100 - 10 = 90 (dari kiri ke kanan nilainya naik, jadi dikurangkan)
Adapun aturan resmi penggunaan huruf yang lain adalah sebagai berikut:
• Huruf pengurangan hanyalah pangkat sepuluh, seperti I, X, dan C.
• Kurangkan hanya satu huruf dari sebuah angka tunggal.
• Jangan mengurangkan huruf dari huruf yang besarnya lebih dari sepuluh kali.
• Aturan yang berlaku di Mesir, empat ditulis IV dan bukan IIII
• Selama tahun pertengahan, angka Romawi N digunakan sebagai lambang “nullae” yang
menyatakan nol.

F. Sistem Numerasi Hindu-Arab (±300 SM – 750 M)


Sistem Hindu-Arab berasal dari India sekitar 300 SM dan mengalami banyak perubahan yang
dipengaruhi oleh penggunaannya di Babilonia dan Yunani. Baru sekitartahun 750 M sistem Hindu-Arab
berkembang di Bagdad. Bukti sejarah hal ini tertulisdalam buku karangan matematisi arab yang bernama
Al-Khawarizmi yang berjudul Liber Algorismi De Numero Indorum.
Menurut sejarahnya, sistem ini belum menggunakan nilai tempat dan belum mempunyai lambang nol.
Mereka mulai menggunakan sistem nilai tempat diperkirakan terjadi pada tahun 500 M. Sistem numerasi
Hindu-Arab menggunakan sistem nilai tempat dengan basis 10 yang dipengaruhi oleh banyaknya jari
tangan, yaitu 10. Berasal dari bahasa latin decem yang artinya sepuluh, maka sistem numerasi ini sering
disebut sebagai sistem desimal. Tidak diketahui pastinya kapan dan di mana dimulainya lambang nol
digunakan, hanya ada beberapa dugaan bahwa lambang nol ini berasal dari Babylonialewat Yunani.
Sistem numerasi Hindu-Arab yang kita kenal sekarang adalah berasal dari numerasi Arab Timur yang
telah berbeda dari asalnya.

36
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
 Bilangan bulat mencakup bilangan positif, negatif, dan nol. Mereka dapat diurutkan pada garis
bilangan dan digunakan dalam operasi aritmetika dasar seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian,
dan pembagian. Bilangan bulat sangat relevan dalam berbagai konteks matematika dan memiliki
aplikasi yang luas dalam kehidupan sehari-hari.
 Bilangan cacah terdiri dari bilangan-bilangan positif, termasuk nol. Mereka digunakan untuk
mengukur kuantitas yang tidak dapat dibagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Bilangan cacah
sering digunakan dalam penghitungan dan pengukuran, dan mereka membentuk dasar untuk bilangan
bulat dan konsep matematika lebih lanjut.
 Sistem numerasi adalah cara kita mewakili dan menyusun angka. Sejarah sistem numerasi
mencakup evolusi dari metode sederhana, seperti menggunakan jari tangan, hingga pengembangan
sistem angka Hindu-Arab modern yang melibatkan digit dan posisi. Berbagai peradaban kuno,
seperti Mesir dan Romawi, memiliki sistem numerasi mereka sendiri. Sistem angka Hindu-Arab,
yang kita gunakan sekarang, berkembang di India kuno sebelum menyebar ke dunia melalui bangsa
Arab dan kemudian Eropa pada Abad Pertengahan. Sistem ini menyediakan dasar untuk matematika
modern dan aplikasi luas dalam ilmu pengetahuan, teknologi, dan kehidupan sehari-hari.
Saran
Bila ada kritikan dan saran bagi para pembaca kami mohon kritikan dan saran itu yang membangun agar
kami para penulis biasa memperbaikinya dan menjadikannya sebuah pedoman. Sekian Terima Kasih

37
DAFTAR PUSTAKA

https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-algoritma/
https://www.academia.edu/38548678/Komputasi_Bilangan_Cacah_mental_algoritma_el_docx

https://www.scribd.com/doc/281306450/Bilangan-Bulat

https://yova-yoverina.blogspot.com/2015/02/yova-yoverinamakalah-tentang-bilangan.html

https://www.academia.edu/8998904/Sistem_Numerasi

https://www.zenius.net/blog/pengertian-contoh-operasi-bilangan-cacah

https://www.kompas.com/skola/read/2022/08/18/130707069/sifat-sifat-operasi-bilangan-bulat?
page=all

https://digilib.uns.ac.id/dokumen/download/47002/MTc3NTkw/Peningkatan-Kemampuan-Menghitung-
Bilangan-Bulat-Menggunakan-Media-Papan-Berpasangan-Siswa-Kelas-IV-SD-Negeri-1-Cangkreplor-
Purworejo-Tahun-Ajaran-20142015-Bab-2.pdf

38

Anda mungkin juga menyukai