OLEH :
KELOMPOK 7
1. Derma Harianja (2001070018)
2. Vivi Retno Ardila Putri (2001070021)
3. Elida Sinaga (2001070024)
4. Erlinda Wati (2001070026)
5. Monica Trisna (2001070029)
6. Santa Lusia Marpaung (2001070046)
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya. Penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Bilangan Bulat Dan Logika
Matematika” dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Matematika Diskrit. Selain
itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Theresia Monika Siahaan
S.Pd.,M.Pd, selaku dosen mata kuliah matematika diskrit. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,saran
dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ......................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................................2
1.3. Tujuan Masalah .....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Bilangan Bulat .......................................................................................................3
A. Pengertian dan Sifat Dasar Bilangan Bulat .......................................................3
1. Pengertian Bilangan Bulat ............................................................................3
2. Sifat Dasar Bilangan Bulat ...........................................................................3
B. Operasi Bilangan Bulat ....................................................................................4
1. Penjumlahan Bilangan Bulat ........................................................................4
2. Pengurangan Bilangan Bulat ........................................................................5
3. Perkalian Bilangan Bulat ..............................................................................7
4. Pembagian Bilangan Bulat ...........................................................................9
C. Urutan-Urutan Pada Bilangan Bulat ............................................................... 10
D. Pembuktian Operasi Pada Bilangan Bulat ...................................................... 11
ii
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan .........................................................................................................19
3.2. Saran ................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Matematika adalah salah satu ilmu yang memiliki peranan penting dalam kehidupan.
Matematika berperan sebagai salah satu cara untuk menyelesaikan berbagai permasalahan
yang terjadi di kehidupan. Selain itu, matematika juga termasuk salah satu mata pelajaran
yang dicantumkan dalam semua kurikulum yang pernah berlaku di Indonesia misalnya:
Bilangan Bulat dan Logika Matematika.
Bilangan pada awalnya hanya dipergunakan untuk mengingat jumlah, namun dalam
perkembangannya setelah para pakar matematika menambahkan perbendaharaan simbol dan
kata-kata yang tepat untuk mendefenisikan bilangan maka matematika menjadi hal yang
sangat penting bagi kehidupan dan tak bias kita pungkiri bahwa dalam kehidupan keseharian
kita akan selalu bertemu dengan yang namanya bilangan, karena bilangan selalu dibutuhkan
baik dalam teknologi, sains, ekonomi ataupun dalam dunia musik, filosofi dan hiburan serta
banyak aspek kehidupan lainnya. Bilangan dahulunya digunakan sebagai symbol untuk
menggantikan suatu benda misalnya kerikil, ranting yang masing-masing suku atau bangsa
memiliki cara tersendiri untuk menggambarkan bilangan dalam bentuk simbol. Bilangan
bulat merupakan salah satu pokok bahasan di dalam pelajaran matematika jenjang SMP/M.Ts
kelas VII. Bilangan bulat terdiri dari bilangan bulat positif, bilangan nol, dan bilangan bulat
negatif.
Matematika adalah salah satu ilmu dasar yang mempunyai pengaruh sangat
penting dalam kehidupan, karena matematika dapat mempersiapkan dan mengembangkan
kemampuan siswa dalam berpikir logis, luwes, dan tepat untuk menyelesaikan sebuah
permasalahan. Pendidikan matematika disekolah ditujukan agar siswa memiliki daya nalar
yang baik terutama ketika menyelesaikan masalah dalam matapelajaran matematika. Logika
matematika merupakan pokok bahasan yang sangat penting karena berhubungan dengan
kemampuan berpikir secara logis. Melalui logika kita dapat mengetahui kebenaran suatu
pernyataan dari suatu kalimat dan mengetahui apakah pernyataan pertama sama maknanya
dengan pernyataan kedua. Misalkan, apakah pernyataan “Jika sekarang adalah hari Minggu
maka sekolah libur.” Sama artinya dengan “Jika sekolah libur maka sekarang adalah hari
Minggu.”? Untuk menjawab pertanyaan ini tentu kita perlu mengetahui aturan-aturan dalam
logika.
1
1.2 Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
2. Sifat Komutatif
Sifat komutatif penjumlahan yaitu untuk setiap a dan b di dalam Z berlaku a + b =
b + a.
Sifat komutatif perkalian yaitu untuk setiap bilangan bulat a dan b berlaku a x b
= b x a.
3. Sifat Asosiatif
Sifat asosiatif terhadap penjumlahan yaitu untuk sebarang bilangan bulat a, b, dan
c berlaku sifat (a+b) + c = a + (b+c)
Sifat asosiatif terhadap perkalian yaitu untuk sebarang bilangan bulat a, b, dan c
berlaku (a x b) x c = a x (b x c)
4. Sifat Distributif
Sifat distributive kiri perkalian terrhadap penjumlahan, yaitu untuk sebarang
bilangan bulat a, b dan c berlaku sifat a x (b + c) = (a x b) +(a x c)
3
Sifat distributive kanan perkalian terhadap penjumlahan yaitu untuk sebarang
bilangan u;at a, b, dan c berlaku sifat (a + b) x c = (a x c) + (b x c)
4
a=b (diberikan)
(a + c ) = (b + c) (substitusi, 3 ke 2)
5
cacah. Pengurangan bilangan cacah (a - b) menghasilkan bilangan cacah hanya jika a b.
Tetapi, pengurangan bilangan bulat memiliki sifat tertutup. Secara lengkap sifat-sifat
pengurangan bilangan bulat adalah sebagai berikut :
1. Untuk sembarang bilangan bulat berlaku :
a – b = a + (-b)
a – (-b) = a + b
Contoh:
8 – 5 = 8 + (-5) = 3
7 – (-4) = 7 + 4 = 11
2. Sifat Komutatif dan asosiatif tidak berlaku
a–b≠b–a
(a – b ) – c ≠ a – ( b – c )
Contoh :
7 – 3 ≠ 3 -7 4 ≠ - 4
(9 – 4) – 3 ≠ 9 – (4-3) 2 ≠ 8
3. Pengurangan bilangan nol mempunyai sifat :
a – 0 = a dan 0 – a = -a
4. Bersifat tertutup, yaitu bila dua buah bilangan bulat dikurangkan hasilnya adalah
bilangan bulat juga : a dan b ∈ bilangan bulat maka a - b = c ; c ∈ bilangan bulat.
Contoh :
7 - 8 = -1 à 7, 8, -1 ∈ bilangan bulat
6
3. Perkalian Bilangan Bulat
7
2. (a + b) x c = c x (a + b)
3. c x (a + b) = (c x a) + (c x b)
4. (c x a) = (a x c) dan ((c x b) = (b x c)
5. (a + b) x c = (a x c) + (b x c)
Berikut akan diperlihatkan bagaimana member makna perkalian dua bilangan bulat
yang satu negatif dan lainnya positif. Misalkan a dan b adalah bilangan cacah, maka
a bilangan bulat positif dan (-b) bilangan bulat negatif. Akan diperlihatkan bahwa
a x (-b) = -(a x b).
Bukti :
1. a x (b + (-b)) = a x 0
2. (a x b) + (a x (-b)) = 0
3. (a x (-b)) + (a x b) = 0
4. ((a x (-b)) + (a x b)) + (-(a x b)) = 0 + (- (a x b))
5. (a x (-b)) + ((a x b) + (-a(a x b))) = - (a x b)
6. a x (-b) + 0 = - (a x b)
7. a x (-b) = - (a x b)
Mengingat sifat komutatif pada perkalian bilangan bulat, maka :
8. (-a) x b = b x (-a)
9. = – (b x a)
10. = -(a x b)
8
= (-(ab)) + ac perkalian bilangan bulat (-a) x b = -ab dan (-a) x (-c) = ac
= ac + (-(ab)) sifat komutatif perkalian
= ac – ab penjumlahan 2 bilangan bulat (misal : a + (-b) = a – b)
Jadi terbukti bahwa (-a)(b + (-c)) = ac – ab.
9
5. ab ÷ (-a) = (-b)
6. ab ÷ (-b) = (-a)
Urutan bilangan-bilangan bulat ini akan tampak jelas pada garis bilangan berikut.
Pada garis bilangan, a < b ditunjukkan bahwa titik yang menyatakan a berada di
sebelah kiri titik yang menyatakan b. Misalkan (-4) < (-1), terlihat pada garis bilangan itu
bahwa titik yang menyatakan (-4) berada di sebelah kiri dari titik yang rnenyatakan (-1). Kita
telah mempelajari bahwa jika a dan b bilangan-bilangan cacah, maka berlaku tepat satu relasi
di antara a <b, a = b dan a > b yang terkenal sebagai sifat trikotomi.
Apakah sifat trikotomi berlaku pada bilangan-bilangan bulat? Coba selidiki pula
bahwa relasi "lebih kecil dari" pada bilangan-bilangan bulat berlaku sifat-sifat irrefleksif,
asimetris dan transitif! Demikian pula, Anda dengan mudah dapat membuktikan kebenaran
pernyataan-pernyataan berikut.
Apabila a, b, c, dan b bilangan-bilangan bulat pernyataan berikut bernilai benar :
1) a = b maka a + c = b + c
2) a = b maka a x c = b x c
3) a = b dan a = d maka a + c = b + d
10
4) a + c = b + c maka a = b
5) a x c = b x c dengan c ≠ 0 maka a = b.
Sifat 2.
Jika a dan b bilangan-bilangan bulat dan c bilangan bulat positif serta a < b maka a x c
< b x c.
Bukti:
Ambil bilangan bulat a dan b serta bilangan bulat positif c.
a < b berarti k Z+ a + k = b defenisi lebih kecil dari
(a + k) x c = b x c teorema 3.6
(a x c) + ( k x c) = b x c
a x c < b x c defenisi “lebih kecil dari “, karena ( k x c ) elemen z-+ konvers dari
sifat 2 juga benar, seperti di jelaskan pada sifat 3.
11
Sifat 3.
Jika a dan b bilangan-bilangan bulat dan c bilangan bulat positif serta a x c < b x c
maka a < b.
Bukti:
Ambil bilangan bulat a dan b serta bilangan bulat positif c.
Diberikan a x c < b x c
axc<bxc
(a x c) + (-(b x c)) < (b X c) + (-(b x c))
(a x c) + (-b)) x c < 0
(a + (-b)) + b< 0 + b
a + ((-b) + b) < b
a
Sifat 4
Jika a dan b bilangan bilangan bulat dan c bilangan bulat negative serta a < b maka
axb>bxc
Bukti:
a < b berarti ada bilangan bulat positif k sedemikian hingga a + k = b definisi
"lebih kecil dari"
(a + k) x c = b x c sifatperkalian pada kesamaan
(a x c)+ (k x c) = b x c sifat distributive perkalian terhadap penjumlahan
Karena k bilangan bulat positif dan c bilangan bulat negatif, maka (k x c) suatu
bilangan bulat negatif, sehingga (k x c) bilangan bulat positif.
{(a x c) + (k x c)} + ( -(k x c)) = (b x c) + (-(k x c)
Sifat penjumlahan pada kesamaan
(a x c) + {(k x c) + (-(k x c))} = (b x c) + (-(k x c))
Sifat asosiatif penjumlahan
(a x c) +0 = (b x c) + (-(k x c)= invers penjumlahan
(a x c) = (b x c) + (-(k x c)) Karena (-(k x c)) bilangan positif, maka
a x c > b x c Definisi “lebih kecil dari“
1. Pernyataan
Pernyataan adalah kalimat yang mempunyai nilai benar saja atau salah saja, tetapi tidak
sekaligus benar dan salah. Kebenaran atau kesalahan sebuah pernyataan dinamakan nilai
kebenaran dari pernyataan tersebut. Suatu pernyataan biasanya dilambangkan dengan huruf
12
kecil, misalnya p, q, r, dan seterusnya. Setiap pernyataan adalah kalimat, tetapi tidak semua
kalimat merupakan pernyataan.
Contoh :
a. Jakarta adalah ibukota Negara Republik Indonesia.
b. 5 adalah bilangan genap.
c. Kemana anda pergi?
Kalimat (a) merupakan pernyataan yang bernilai benar, kalimat (b) merupakan
pernyataan yang bernilai salah dan kalimat (c) bukan merupakan pernyataan, karena tidak
bernilai benar atau salah
Kalimat-kalimat yang tidak termasuk pernyataan, adalah:
Kalimat perintah
Kalimat pertanyaan
Kalimat keheranan
Kalimat harapan
Kalimat ……walaupun…..
2. Kalimat Terbuka
Kalimat terbuka adalah kalimat yang masih memuat peubah (variabel), sehingga belum
dapat ditentukan nilai benar atau salahnya. Variabel adalah simbol untuk menunjukkan suatu
anggota yang belum spesifik dalam semesta pembicaraan. Untuk memahami pengertian
kalimat terbuka, perhatikan contoh berikut.
a. 2 x + 3 = 11
b. y – 3 < 9
c. Kota itubersih, indah dan teratur.
Kalimat-kalimat di atas merupakan kalimat terbuka karena belum dapat ditentukan
benar atau salahnya. Pada kalimat (a), jika kita gantivariabel x dengan 3 maka kalimat
(a) tidak lagi berupa kalimat terbuka, sekarang (a) adalah suatu pernyataan yang bernilai
salah tetapi jika kita ganti variabel x dengan 4 maka (a) adalah suatu pernyataan yang bernilai
benar. Jika kita ganti variabel “itu” pada kalimat (c) dengan Jakarta, maka (c) belum menjadi
pernyataan karena tetap harus diselidiki nilai kebenarannya.
13
Nilai kebenaran negasi suatu pernyataan memenuhi sifat berikut ini: Jika p benar, maka
~p salah; jika p salah maka ~p benar. Jadi, nilai kebenaran negasi suatu pernyataan selalu
berlawanan dengan nilai kebenaran pernyataan semula. Sifat tersebut dapat dituliskan dalam
bentuk table berikut ini.
p ~p
B S
S B
Contoh:
p : Semua bilangan prima adalah ganjil.
~p : Tidak benar bahwa semua bilangan prima adalah ganjil.
~p : Ada bilangan prima yang tidak ganjil.
q :2+2=5
~q : Tidak benar 2 + 2 = 5
~q : 2 + 2 5
2. Konjungsi
Konjungsi adalah pernyataan gabungan dari dua pernyataan dengan menggunakan kata
hubung “dan”. Konjungsi dari pernyataan p dan q dinotasikan oleh “p q”.
Nilai kebenaran konjungsi p q memenuhi sifat berikutini: jika p benar dan q benar,
maka p q benar; sebaliknya, jika salah satu p atau q salah serta p salah dan q salah, maka
p q salah. Dengan perkataan lain, konjungsi dua pernyataan akan bernilai benar hanya bila
setiap pernyataan bagiannya bernilai benar. Untuk lebih jelasnya perhatikan table berikut.
Contoh :
p : 2 + 3 = 5 (benar)
q : 5 adalah bilangan prima (benar)
pq: 2 + 3 = 5 dan 5 adalah bilangan prima (benar)
p : 12 habis dibagi 3 (benar)
q : 15 habis dibagi 2 (salah)
pq: 12 habis dibagi 3 dan 15 habis dibagi 2 (salah)
14
3. Disjungsi
Disjungsi adalah pernyataan gabungan dari dua pernyataan dengan menggunakan kata
hubung “atau”. Disjungsi dari pernyataan p dan q dinotasikan oleh “p q”.
Nilai kebenaran disjungsi p q memenuhi sifat berikut ini: jika p benar dan q benar
serta salah satu diantara p dan q benar, maka p q benar. Jika p dan q dua-duanya salah
maka p q salah. Untuk lebih jelasnya perhatikan table berikut.
Contoh :
p : 5 + 3 = 8 (benar)
q : 8 adalah bilangan genap (benar)
p q : 5 + 3 = 8 atau 8 adalah bilangan genap (benar)
p : 5 + 3 8 (salah)
q : 8 bukan bilangan genap (salah)
p q : 5 + 3 8 atau 8 bukan bilangan genap (salah)
4. Implikasi
Implikasi (pernyataan bersyarat/kondisional) adalah pernyataan majemuk yang disusun
dari dua buah pernyataan dengan menggunakan kata hubung logika “jika . . . maka . . .”.
Disjungsi dari pernyataan p dan q dinotasikan oleh “p q”, dapat dibaca “jika p maka q”.
Nilai kebenaran implikasi p q memenuhi sifat berikut: jika p benar dan q salah,
maka p q dinyatakan salah. Dalam kemungkinan yang lainnya p q dinyatakan benar.
Untuk lebih jelasnya perhatikan table berikut.
Contoh :
p : 5 + 3 = 8 (benar)
q : 8 adalah bilangan genap (benar)
p q : jika 5 + 3 = 8 maka 8 adalah bilangan genap (benar)
15
p : 5 + 3 ≠ 8 (salah)
q : 8 adalah bilangan genap (benar)
p q : jika 5 + 3 ≠ 8 maka 8 adalah bilangan genap (benar)
5. Biimplikasi
Jika dua pernyataan p dan q dirangkai dengan menggunakan dengan kata hubung
“… jika dan hanya jika …”, maka diperoleh pernyataan baru yang berbentuk “p jika dan
hanya jika q” yang disebut biimplikasi. Biimplikasi dari pernyataan p dan q dinotasikan oleh
“p q”.
Nilai kebenaran biimplikasi p q memenuhi sifat berikut: p q dinyatakan benar
jika p dan q mempunyai nilai kebenaran yang sama. p q dinyatakan salah jika mempunyai
nilai kebenaran yang tidak sama. Untuk lebih jelasnya perhatikan table berikut.
Contoh:
p : 2 + 6 = 8 (benar)
q : 2 < 8 (benar)
p q : 2 + 6 = 8 jika dan hanya jika 2 < 8 (benar)
p : 2 + 6 8 (salah)
q : 2 > 8 (salah)
p q : 2 + 6 8 jika dan hanya jika 2 > 8 (benar)
16
Dari tabel kebenaran terlihat bahwa nilai kebenaran p q sama dengan nilai
kebenaran ~q ~p. Begitu pula nilai kebenaran q p sama dengan nilai kebenaran
~p ~q.
Suatu proposisi yang hanya memuat B pada kolom terakhir table kebenarannya, yaitu
benar untuk setiap nilai kebenaran dari peubahnya, disebut tautologi. Sebaliknya proposisi
disebut kontradiksi, jika kolom terakhir pada table kebenarannya hanya memuat S untuk
setiap nilai kebenaran dari peubahnya.
E. Penarikan Kesimpulan
Modus ponens, modus tollens dan silogisme adalah metode atau cara yang digunakan
dalam penarikan kesimpulan. Proses penarikan kesimpulan terdiri atas beberapa pernyataan
yang diketahui nilai kebenarannya (disebut premis). Kemudian dengan menggunakan prinsip-
prinsip logika dapat diturunkan pernyataan baru (disebut kesimpulan/konklusi) yang
diturunkan dari premis-premis semula. Penarikan kesimpulan seperti itu sering juga disebut
argumentasi.
Suatu argumentasi disusun dengan cara menuliskan premis-premisnya baris demi
baris dari atas ke bawah, kemudian dibuat garis mendatar sebagai batas antara premis-premis
17
dengan konklusi. Misalkan pernyataan-pernyataan yang diketahui (premis-premis)
adalah a dan b, konklusinya c, maka argumentasi tersebut dapat disajikan dalam susunan
berikut.
a ……. premis 1
b ……. premis 2
c ……. kesimpulan/konklusi
Pernyataan a sebagai premis 1, pernyataan b sebagai premis 2, dan pernyataan c
sebagai kesimpulan/konklusi. Tanda dibaca “jadi” atau “oleh karena itu”.
1. Modus Ponens
Misalkan diketahui premis-premis p q dan p. Dari premis-premis itu dapat diambil
konklusi q. Pengambilan kesimpulan dengan cara seperti itu disebut modus ponens atau
kaidah pengasingan. Modus ponens disajikan dalam susunan sebagai berikut.
p q ……. premis 1
p ……. premis 2
q ……. kesimpulan/konklusi
2. Modus Tollens
Misalkan diketahui premis-premis p q dan ~q. Dari premis-premis itu dapat diambil
konklusi ~p. Pengambilan kesimpulan dengan cara seperti itu disebut modus tollens atau
kaidahpenolakan akibat. Modus tollens disajikan dalam susunan sebagai berikut.
p q ……. premis 1
~q ……. premis 2
~p ……. kesimpulan/konklusi
3. Silogisme
Misalkan diketahui premis-premis p q dan q r. Dari premis-premis itu dapat
diambil konklusi p r. Pengambilan kesimpulan dengan cara seperti itu disebut kaidah
silogisme. Silogisme disajikan dalam susunan sebagai berikut.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bilangan bulat adalah bilangan yang terdiri dari bilangan nol, bilangan asli, bilangan
positif dan bilangan negatif. Bilangan bulat di notasikan dengan Z.
Adapun macam macam bilangan bulat yaitu bilangan asli, bilangan nol, bilangan
negatif, bilangan cacah, bilangan positif, bilangan negatif, bilangan prima dan bilangan
komposit. Dan adapun sifat-sifat bilangan bulat adalah tertutup, komutatif, asosiatif dan
distributor.
Logika adalah suatu ilmu yang mengkaji penurunan penurunan yang sahih (tidak valid).
Dalam logika matematika ada dua kalimat yang penting, yaitu kalimat pernyataan dan
kalimat terbuka serta terdapat juga operasi logika, yaitu negasi (ingkaran), konjungsi,
disjungsi, implikasi dan biimplikasi. Dari suatu implikasi dapat dibentuk implikasi lain, yaitu
konvers, invers dan kontraposisi. Metode atau cara yang digunakan dalam penarikan
kesimpulan, yaitu modus ponens, modus tollens dan silogisme.
3.2 Saran
Kami sadar bahwa makalah kami masih banyak kekurangan, baik dari tulisan maupun
bahasan yang kami sajikan. Oleh karena itu mohon di berikan sarannya agar kami dapat
membuat makalah lebih baik lagi. Dan semoga makalah ini dapat menjadi pengetahuan dan
wawasan bagi kita dalam memahami materi Bilangan bulat dan Logika matematika.
19
DAFTAR PUSTAKA