Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

BILANGAN BULAT DAN LOGIKA MATEMATIKA

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah : Matematika Diskrit
Dosen Pengampu : Theresia Monika Siahaan.S.Pd.,M.Pd

OLEH :
KELOMPOK 7
1. Derma Harianja (2001070018)
2. Vivi Retno Ardila Putri (2001070021)
3. Elida Sinaga (2001070024)
4. Erlinda Wati (2001070026)
5. Monica Trisna (2001070029)
6. Santa Lusia Marpaung (2001070046)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN
PEMATANGSIANTAR
TA 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya. Penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Bilangan Bulat Dan Logika
Matematika” dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Matematika Diskrit. Selain
itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Theresia Monika Siahaan
S.Pd.,M.Pd, selaku dosen mata kuliah matematika diskrit. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,saran
dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Pematangsiantar, 3 Februari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ......................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................................2
1.3. Tujuan Masalah .....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Bilangan Bulat .......................................................................................................3
A. Pengertian dan Sifat Dasar Bilangan Bulat .......................................................3
1. Pengertian Bilangan Bulat ............................................................................3
2. Sifat Dasar Bilangan Bulat ...........................................................................3
B. Operasi Bilangan Bulat ....................................................................................4
1. Penjumlahan Bilangan Bulat ........................................................................4
2. Pengurangan Bilangan Bulat ........................................................................5
3. Perkalian Bilangan Bulat ..............................................................................7
4. Pembagian Bilangan Bulat ...........................................................................9
C. Urutan-Urutan Pada Bilangan Bulat ............................................................... 10
D. Pembuktian Operasi Pada Bilangan Bulat ...................................................... 11

2.2. Logika Matematika ............................................................................................. 12


A. Pengertian Logika Matematika.......................................................................12
1. Pernyataan ................................................................................................. 12
2. Kalimat Terbuka ........................................................................................ 13
B. Operasi Logika Matematika ........................................................................... 13
1. Negasi ........................................................................................................ 13
2. Konjungsi ..................................................................................................14
3. Disjungsi .................................................................................................... 15
4. Implikasi .................................................................................................... 15
5. Biimplikasi................................................................................................. 16
C. Konvers, Invers Dan Kontraposisi Suatu Implikasi.........................................16
D. Tautologi dan Kontradiksi.............................................................................. 17
E. Penarikan Kesimpulan .................................................................................... 17
1. Modus Ponens ............................................................................................ 18
2. Modus Tollens ........................................................................................... 18
3. Silogisme ................................................................................................... 18

ii
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan .........................................................................................................19
3.2. Saran ................................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Matematika adalah salah satu ilmu yang memiliki peranan penting dalam kehidupan.
Matematika berperan sebagai salah satu cara untuk menyelesaikan berbagai permasalahan
yang terjadi di kehidupan. Selain itu, matematika juga termasuk salah satu mata pelajaran
yang dicantumkan dalam semua kurikulum yang pernah berlaku di Indonesia misalnya:
Bilangan Bulat dan Logika Matematika.
Bilangan pada awalnya hanya dipergunakan untuk mengingat jumlah, namun dalam
perkembangannya setelah para pakar matematika menambahkan perbendaharaan simbol dan
kata-kata yang tepat untuk mendefenisikan bilangan maka matematika menjadi hal yang
sangat penting bagi kehidupan dan tak bias kita pungkiri bahwa dalam kehidupan keseharian
kita akan selalu bertemu dengan yang namanya bilangan, karena bilangan selalu dibutuhkan
baik dalam teknologi, sains, ekonomi ataupun dalam dunia musik, filosofi dan hiburan serta
banyak aspek kehidupan lainnya. Bilangan dahulunya digunakan sebagai symbol untuk
menggantikan suatu benda misalnya kerikil, ranting yang masing-masing suku atau bangsa
memiliki cara tersendiri untuk menggambarkan bilangan dalam bentuk simbol. Bilangan
bulat merupakan salah satu pokok bahasan di dalam pelajaran matematika jenjang SMP/M.Ts
kelas VII. Bilangan bulat terdiri dari bilangan bulat positif, bilangan nol, dan bilangan bulat
negatif.
Matematika adalah salah satu ilmu dasar yang mempunyai pengaruh sangat
penting dalam kehidupan, karena matematika dapat mempersiapkan dan mengembangkan
kemampuan siswa dalam berpikir logis, luwes, dan tepat untuk menyelesaikan sebuah
permasalahan. Pendidikan matematika disekolah ditujukan agar siswa memiliki daya nalar
yang baik terutama ketika menyelesaikan masalah dalam matapelajaran matematika. Logika
matematika merupakan pokok bahasan yang sangat penting karena berhubungan dengan
kemampuan berpikir secara logis. Melalui logika kita dapat mengetahui kebenaran suatu
pernyataan dari suatu kalimat dan mengetahui apakah pernyataan pertama sama maknanya
dengan pernyataan kedua. Misalkan, apakah pernyataan “Jika sekarang adalah hari Minggu
maka sekolah libur.” Sama artinya dengan “Jika sekolah libur maka sekarang adalah hari
Minggu.”? Untuk menjawab pertanyaan ini tentu kita perlu mengetahui aturan-aturan dalam
logika.

1
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang makalah diatas, penulis merumuskan permasalahan yang


akan dibahas dalam makalah ini sebagai berikut :
1. Apa pengertian dan sifat dasar bilangan bulat?
2. Bagaimana operasi-operasi pada bilangan bulat?
3. Bagaimanakah urutan-urutan pada bilangan bulat?
4. Bagaimana pembuktian operasi pada bilangan bulat?
5. Apa yang dimaksud dengan logika matematika ?
6. Operasi-operasi apa saja yang terdapat dalam logika matematika?
7. Bagaimana bentuk symbol operasi dalam logika matematika?
8. Apa yang dimaksud dengan pernyataan majemuk bersusun?

1.3 Tujuan Masalah


1. Dapat mengetahui apa pengertian dan sifat dasar bilangan bulat.
2. Dapat mengetahui operasi-operasi pada bilangan bulat.
3. Dapat mengetahui urutan-urutan pada bilangan bulat.
4. Dapat mengetahui pembuktian operasi pada bilangan bulat.
5. Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan logika matematika.
6. Dapat mengetahui operas-operasi yang terda[at dalam logika matematika.
7. Dapat mengetahui bentuk symbol operasi dalam logika matematika.
8. Dapat mengetahui pernyataan majemuk bersusun.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 BILANGAN BULAT


A. Pengertian dan Sifat Dasar Bilangan Bulat

1. Pengertian Bilangan Bulat


Bilangan bulat merupakan himpunan bilangan yang termasuk didalamnya adalah
bilangan cacah, bilangan asli, bilangan prima, bilangan komposit, bilangan nol, bilangan satu,
bilangan negatif, bilangan ganjil dan bilangan genap. Bilangan bulat adalah bilangan yang
dapat dituliskan tanpa komponen decimal atau pecahan. Sebagai contoh, 21, 4, 0, dan -
2048 merupakan bilangan bulat, sedangkan 9,75, 5 1 2 bukan.

2. Sifat Dasar Bilangan Bulat


Menurut Muh. Arif Tiro dkk (Teori Bilangan, 2008:111) mengatakan bahwa Sifat
dasar bilangan bulat dimulai dengan definisi, karena definisi adalah cara formal untuk
menjelaskan suatu pengertian dalam matematika. Jika n bilangan bulat, maka – n
didefinisikan tunggal sehingga n + (n)= (-n) + n = 0.
Himpunan bilangan bulat adalah gabungan dari himpunan bilangan cacah dan
himpunan bilangan asli sehingga untuk setiap bilangan bulat n berlaku sifat
n + (n) = (-n) + n = 0.
Sifat yang berlaku dalam himpunan bilangan bulat akan dibicarakan lebih terperinci
sebagai berikut :
1. Sifat Tertutup
 Sifat tertutup terhadap penjumlahan ada dengan tunggal yakni untuk setiap a dan
b di dalam Z maka (a + b) juga di dalam Z
 Sifat tertutup terhadap perkalian ada dengan tunggal, yakni untuk setiap a dan
b di dalam Z maka a x b juga ada di dalam Z

2. Sifat Komutatif
 Sifat komutatif penjumlahan yaitu untuk setiap a dan b di dalam Z berlaku a + b =
b + a.
 Sifat komutatif perkalian yaitu untuk setiap bilangan bulat a dan b berlaku a x b
= b x a.

3. Sifat Asosiatif
 Sifat asosiatif terhadap penjumlahan yaitu untuk sebarang bilangan bulat a, b, dan
c berlaku sifat (a+b) + c = a + (b+c)
 Sifat asosiatif terhadap perkalian yaitu untuk sebarang bilangan bulat a, b, dan c
berlaku (a x b) x c = a x (b x c)

4. Sifat Distributif
 Sifat distributive kiri perkalian terrhadap penjumlahan, yaitu untuk sebarang
bilangan bulat a, b dan c berlaku sifat a x (b + c) = (a x b) +(a x c)

3
 Sifat distributive kanan perkalian terhadap penjumlahan yaitu untuk sebarang
bilangan u;at a, b, dan c berlaku sifat (a + b) x c = (a x c) + (b x c)

5. Unsur Identitas Penjumlahan


Untuk setiap bilangan bulat a, selalu berlaku a + 0 = 0 + a = a sehingga 0 disebut
unsure identitas penjumlahan

6. Unsur Identitas Perkalian


Untuk setiap bilangan bulat a, ada dengan tunggal bilangan bulat 1 sehingga a x 1 = 1
x a = 1 sehingga satu disebut unsure identitas perkalian.

Sifat kesamaan berikut penting untuk diketahui :

a. Refleksi yaitu setiap bilangan bulat a berlaku a = a


b. Simetris yaitu jika a = b maka b = a untuk sebarang bilangan bulat a dan b ;
c. Transitif yaitu jika a = b dan b = c maka a = c untuk sebarang bilangan bulat a, b, dan c.
d. Substitusi, yaitu jika a = b, maka dapat disubstitusi untuk a, dalam suatu persyataan
tanpa merubah nilai dari peryataan tersebut.

B. Operasi Bilangan Bulat


1. Penjumlahan Bilangan Bulat
a). Sifat-sifat Penjumlahan
1. Sifat Asosiatif : ( a + b ) + c = a + ( b + c )
Contoh : (5 + 3 ) + 4 = 5 + ( 3 + 4 ) = 12
2. Sifat Komutatif : a + b = b + a
Contoh : 7 + 2 = 2 + 7 = 9
3. Unsur Identitas terhadap penjumlahan
Bilangan Nol (0) disebut unsur identitas atau netral terhadap penjumlahan
a+0=0+a
Contoh : 6 + 0 = 0 + 6
4. Unsur invers terhadap penjumlahan
o Invers jumlah (lawan) dari a adalah –a
o Invers jumlah (lawan) dari – a adalah a
o a + (-a) = (-a) + a
Contoh : 5 + (-5) = (-5) + 5 = 0
5. Bersifat Tertutup
Apabila dua buah bilangan bulat ditambahkan maka hasilnya adalah bilangan bulat
juga. a dan b bilangan bulat maka a + b = c ; c bilangan bulat.
Contoh : 4 + 5 = 9 ; 4,5,9 bilangan bulat.

b). Teorema Penjumlahan Bilangan Bulat


 Jika a, b, dan c anggota himpunan bilangan bulat Z, dan a = b maka
a+c=b+c
Bukti :
Ambil a, b, dan c anggoata Z
(a + c) Z (sifat tertutup)
(a + c) = (a + c) (sifat refleksi)

4
a=b (diberikan)
(a + c ) = (b + c) (substitusi, 3 ke 2)

 Jika a, b, dan c anggota dari himpunan bilangan bulat Z, dan a + c = b + c maka


a=b
Bukti :
ambil a, b, dan c di Z
1). (a + c) (a + c) ∈ Z sifat tertutup
2). a + c = b + c diberikan
3). – c ∈ Z Invers tambahan
4). (a+c) + (-c) = b + (c + (-c))
5). a + (c + (-c)) = b + (c + (-c))
6). c + (-c) = 0
7). a + 0 = b + 0
8). a+0=a dan b+0=b
9). a = b
Teorema di atas biasanya dikenal dengan sifat penghapusan dari penjumlahan

 Bukti bahwa (-a) + (-b) = - (a + b)


Misalkan a dan b bilangan – bilangan cacah, maka (-a) + (-b) merupakan jumlah dua
bilangan negatif. Misal (-a) + (-b) = c maka c = (-a) + (-b).
c + b = ((-a) + (-b)) + b sifat kesamaan
c + b = (-a) + ((-b) + b) sifat asosiatif penjumlahan
c + b = (-a) + 0 invers penjumlahan
(c + b) + a = (-a) + a sifat kesamaan
(c + b) + a = 0 invers penjumlahan
c + (b + a) = 0 sifat asosiatif penjumlahan
c + (a + b) = 0 sifat komutatif penjumlahan
(c + (a + b)) + (-(a + b)) = – (a + b) sifat kesamaan
c +((a + b) + (-(a + b))) = – (a + b) sifat asosiatif
c + 0 = – (a + b) invers penjumlahan
Jadi kesimpulannya (-a) + (-b) = – (a + b)

2. Pengurangan Bilangan Bulat

a). Sifat-sifat Pengurangan Bilangan Bulat


Bilangan bulat a dikurangi bilangan bulat b sama artinya dengan bilangan bulat a
ditambahkan dari lawan bilangan bulat, atau dapat ditulis a - b = a + (-b)
Pengurangan bilangan cacah tidak bersifat tertutup, artinya bila suatu bilangan
cacah dikurungkan dengan bilangan cacah yang lain, hasilnya belum tentu bilangan

5
cacah. Pengurangan bilangan cacah (a - b) menghasilkan bilangan cacah hanya jika a b.
Tetapi, pengurangan bilangan bulat memiliki sifat tertutup. Secara lengkap sifat-sifat
pengurangan bilangan bulat adalah sebagai berikut :
1. Untuk sembarang bilangan bulat berlaku :
a – b = a + (-b)
a – (-b) = a + b
Contoh:
8 – 5 = 8 + (-5) = 3
7 – (-4) = 7 + 4 = 11
2. Sifat Komutatif dan asosiatif tidak berlaku
a–b≠b–a
(a – b ) – c ≠ a – ( b – c )
Contoh :
7 – 3 ≠ 3 -7 􀃆 4 ≠ - 4
(9 – 4) – 3 ≠ 9 – (4-3) 􀃆 2 ≠ 8
3. Pengurangan bilangan nol mempunyai sifat :
a – 0 = a dan 0 – a = -a
4. Bersifat tertutup, yaitu bila dua buah bilangan bulat dikurangkan hasilnya adalah
bilangan bulat juga : a dan b ∈ bilangan bulat maka a - b = c ; c ∈ bilangan bulat.
Contoh :
7 - 8 = -1 à 7, 8, -1 ∈ bilangan bulat

b). Teorema Pengurangan Bilangan Bulat


 a – (-b) = a + b untuk sebarang bilangan bulat a dan b
Bukti ;
ambil bilangan bulat a dan b
a – (-b) = a + (-(-b) defenisi pengurangan
=a+b teorema penjumlahan
 a - b = (a - c) - (b - c) untuk sebarang bilagan bulat a, b, dan c.
Bukti :
Ambil sebarang bilangan bulat a, b, dan c
a – b = a + (-b) Defenisi Pengurangan
= ((a + (-b)) + 0 Identitas Tambahan
= a + (- ) + c + (-c) Invers Tambahan
= (a + (-c)) + ((-b) + c) Asosiatif Tambah
= (a + (-c)) + ((-b) + (-(-c))) Teorema Dalam Penjumlahan
= (a + (-c)) + (-(b + (-c))) Teorema Dalam Penjumlahan
= (a-c) - (b + (-c)) Defenisi pengurangan
= (a-c) - (b-c) Defenisi pengurangan

6
3. Perkalian Bilangan Bulat

a). Sifat-sifat Perkalian Bilangan Bulat


1. Untuk sembarang bilangan bulat berlaku :
o a x b = ab → hasil perkalian dua bilangan bulat positif adalah bilangan bulat
positif.
Contoh: 7 x 6 = 6 x 7 = 42
o a x –b = -ab → hasil pekalian bilangan bulat positif dan negatif hasilnya adalah
bilangan bulat negatif.
Contoh : 3 x -4 = -12
o -a x -b = ab → hasil perkalian dua bilangan negatif adalah bilangan bulat positif.
Contoh : -4 x -5 = 20
2. Sifat Asosiatif : (a x b) x c = a x (b x c)
Contoh: (2 x 3) x 4 = 2 x (3 x 4) = 24
3. Sifat Komutatif : a x b = b x a
Contoh : 5 x 4 = 4 x 5 = 20
4. Sifat Distributif : a x (b+c) = (a x b ) + (a x c)
Contoh : 3 x ( 2 +6) = (3 x 2) + (3 x 6) = 24
5. Unsur Identitas Untuk Perkalian
o Hasil perkalian bilangan bulat dengan nol hasilnya adalah bilangan nol :
ax0=0
o Hasil perkalian bilangan bulat dengan 1 hasilnya adalah bilangan bulat itu juga :
ax1=1xa=a
6. Bersifat Tertutup
Jika dua bilangan bulat dikalikan maka hasilnya adalah bilangan bulat juga
a x b = c ; a, b, c ∈ bilangan bulat

b). Teorema Perkalian Bilangan Bulat


 Jika a, b, dan c angggota himpunan bilangan bulat Z dan a = b maka a x c = b x c
Bukti :
ambil a, b, dan c di Z
1. (a x c ) Z sifat tertutup
2. a x c = a x c sifat refleksi
3. a = b diberikan
4. a x c = b x c substitusi 3 ke 2

 Jika a, b, dan c anggotahimpunambilangabulat Z maka (a + b) x c = (a x c) + (b x c)


Bukti :
Ambil a, b, dan c di Z
1. (a + b) x c Z

7
2. (a + b) x c = c x (a + b)
3. c x (a + b) = (c x a) + (c x b)
4. (c x a) = (a x c) dan ((c x b) = (b x c)
5. (a + b) x c = (a x c) + (b x c)

 Jika a anggotabilanganbulat Z maka a x 0 = 0 dan 0 x a = 0


Bukti :
Ambil a, b, dan c di Z.
1). a = a
2). 0 = 0 + 0
3). a x 0 = a x (0 + 0)
4). a x 0 = (a x 0) + (a x 0)
5). 0 + (a x 0) = (a x 0)
6). 0 + (a x 0) = (a x 0) + (a x 0)
7). 0 = (a x 0)
8). (a x 0) = 0
9). (0 x a) = 0

 Berikut akan diperlihatkan bagaimana member makna perkalian dua bilangan bulat
yang satu negatif dan lainnya positif. Misalkan a dan b adalah bilangan cacah, maka
a bilangan bulat positif dan (-b) bilangan bulat negatif. Akan diperlihatkan bahwa
a x (-b) = -(a x b).
Bukti :
1. a x (b + (-b)) = a x 0
2. (a x b) + (a x (-b)) = 0
3. (a x (-b)) + (a x b) = 0
4. ((a x (-b)) + (a x b)) + (-(a x b)) = 0 + (- (a x b))
5. (a x (-b)) + ((a x b) + (-a(a x b))) = - (a x b)
6. a x (-b) + 0 = - (a x b)
7. a x (-b) = - (a x b)
Mengingat sifat komutatif pada perkalian bilangan bulat, maka :
8. (-a) x b = b x (-a)
9. = – (b x a)
10. = -(a x b)

 Buktikan bahwa (-a)(b + (-c)) = ac – ab.


Bukti :
(-a)(b + (-c))
= (-a)(b) + (-a)(-c) sifat distributive perkalian penjumlahan

8
= (-(ab)) + ac perkalian bilangan bulat (-a) x b = -ab dan (-a) x (-c) = ac
= ac + (-(ab)) sifat komutatif perkalian
= ac – ab penjumlahan 2 bilangan bulat (misal : a + (-b) = a – b)
Jadi terbukti bahwa (-a)(b + (-c)) = ac – ab.

4. Pembagian Bilangan Bulat


a). Sifat-sifat Pembagian Bilangan Bulat
Jika a, b, dan c bilangan bulat dengan b 0, maka a ÷ b = c jika dan hanya jika a = b x
c. Hasil bagi bilangan bulat (a ÷ b) merupakan suatu bilangan bulat jika dan hanya jika
a kelipatan dari b, sehingga untuk setiap bilangan bulat a dan b hasil bagi (a ÷ b) tidak
selalu merupakan bilangan bulat. Karena itu, pembagian bilangan bulat tidak bersifat
tertutup. Sifat-sifat pembagian bilangan bulat adalah sebagai berikut :
1. Hasil bagi dua bilangan bulat positif adalah bilangan positif
(+) ÷ (+) = (+)
Contoh : 8 ÷ 2 = 4
2. Hasil bagi dua bilangan bulat negatif adalah bilangan positif
(-) ÷ (-) = (+)
Contoh : -10 : -5 = 2
3. Hasil bagi dua bilangan bulat yang berbeda adalah bilangan negatif
(+) ÷ (-) = (-)
(-) ÷ (+) = (-)
Contoh : 6 ÷-2 = -3
-12 ÷ 3 = -4
4. Hasil bagi bilangan bulat dengan 0 (nol) adalah tidak terdefinisi
a ÷ 0 à tidak terdefinisi (~)
0 ÷ a à 0 (nol)
Contoh : = ~ (Tidak terdefinisi)
5. Tidak berlaku sifat komutatif dan asosiatif
a÷b≠b:a
(a ÷ b) ÷ c ≠ a ÷ (b ÷ c)
Contoh : 4 ÷ 2 ≠ 2 ÷ 4 à 2 ≠
(8 ÷ 2) ÷ 4 ≠ 8 ÷ (2 ÷ 4) à 1 ≠ 16

b). Teorema Pembagian Bilangan Bulat


 Mengingat bahwa (-a) x (b)= (a) x (-b) = -(ab) dan berdasarkan defnisi pembagian,
kita dapat mengemukakan sifat berikut :
1. –(ab) ÷ a = (-b)
2. –(ab) ÷ b = (-a)
3. -(ab) ÷ (-a) = b
4. -(ab) ÷ (-b) = a
Demikian pula karena (-a) x (-b) = a x b maka:

9
5. ab ÷ (-a) = (-b)
6. ab ÷ (-b) = (-a)

 Buktikan bahwa (-a)(b + (-c)) = ac – ab.


Bukti :
(-a)(b + (-c))
= (-a)(b) + (-a)(-c) sifat distributif perkalian penjumlahan
= (-(ab)) + ac perkalian bilangan bulat (-a) x b = -ab dan (-a) x (-c) = ac
= ac + (-(ab)) sifat komutatif perkalian
= ac – ab penjumlahan 2 bilangan bulat (misal : a + (-b) = a – b)
Jadi terbukti bahwa (-a)(b + (-c)) = ac – ab.

C. Urutan-Urutan Pada Bilangan Bulat


Bilangan bulat positif diurutkan mulai dari angka kecil ke angka besar. Contohnya
bilangan bulat 4, 5, 2, 7, 3, 9, 1, 8, 6. Cara mengurutkan contoh bilangan bulat tersebut
dimulai dari angka terkecil. Sehingga urutan bilangan bulat dari contoh tersebut adalah 1, 2,
3, 4, 5, 6, 7, 8, 9.
Jadi, urutan bilangan bulat dari yang terkecil adalah. Bilangan bulat terdiri
dari bilangan bulat negatif, nol dan bilangan bulat positif. Bilangan bulat positif nilainya
selalu lebih besar dari bilangan bulat negatif. Pada bilangan bulat negatif, semakin besar
bilangannya, berarti akan semakin kecil nilainya.
Berikut ini, kita akan mempelajari relasi urutan bilangan-bilangan bulat. Ada
beberapa definisi yaitu :
1. Jika a dan b bilangan-bilangan bulat, a lebih kecil dari b (dinyatakan dengan a < b) jika
dan hanya jika ada bilangan bulat positif c sedemikian hingga a + c = b
2. Jika a dan b bilangan-bilangan bulat, a lebih besar dari b (dinyatakan dengan a > b) jika
dan hanya jika b < a atau b + c = a untuk suatu bilangan positif c.

Urutan bilangan-bilangan bulat ini akan tampak jelas pada garis bilangan berikut.
Pada garis bilangan, a < b ditunjukkan bahwa titik yang menyatakan a berada di
sebelah kiri titik yang menyatakan b. Misalkan (-4) < (-1), terlihat pada garis bilangan itu
bahwa titik yang menyatakan (-4) berada di sebelah kiri dari titik yang rnenyatakan (-1). Kita
telah mempelajari bahwa jika a dan b bilangan-bilangan cacah, maka berlaku tepat satu relasi
di antara a <b, a = b dan a > b yang terkenal sebagai sifat trikotomi.
Apakah sifat trikotomi berlaku pada bilangan-bilangan bulat? Coba selidiki pula
bahwa relasi "lebih kecil dari" pada bilangan-bilangan bulat berlaku sifat-sifat irrefleksif,
asimetris dan transitif! Demikian pula, Anda dengan mudah dapat membuktikan kebenaran
pernyataan-pernyataan berikut.
Apabila a, b, c, dan b bilangan-bilangan bulat pernyataan berikut bernilai benar :
1) a = b maka a + c = b + c
2) a = b maka a x c = b x c
3) a = b dan a = d maka a + c = b + d

10
4) a + c = b + c maka a = b
5) a x c = b x c dengan c ≠ 0 maka a = b.

D. Pembuktian Operasi Pada Bilangan Bulat


 Sifat 1
Jika a, b dan c bilangan-bilangan bulat, maka a < b Jika dan hanya jika a + c < b + c.
Bukti:
i. Dibuktikan jika a < b maka a + c < b + c.
Ambil bilanganbulat a, b, dan c,untuk penyederhanaan symbol Z+ menyatakan
himpunan bilangan bulat positif.
a < b berarti ada bilangan bulat positif k sedemikian hingga
a + k = b definisi "lebih kecil dari"
(a + k) + c = b + c sifat penjumlahan pada kesamaan
a + (k + c) = b + c sifat asosiatif penjumlahan
a + (c + k) = b + c sifat komutatif penjumlahan
(a + c) + k = b + c sifat asosiatif penjumlahan
ii. Dibuktikan, jika a + c < b + c maka a < b.
Ambil bilangan bulat a, b dan c.
a + c < b + c berarti ada bilangan bulat positif p sedemikian hingga
(a + c) + p = b + c definisi "lebih kecil dari"
a + (c + p) = b + c sifat asosiatif penjumlahan
a + (p + c) = b + c sifat komutatif penjumlahan
(a + p) + c = b + c sifat asosiatif penjumlahan
{(a + p) + c} + (-c) _ (b + c) + (-c) sifat penjumlahan pada kesamaan
(a + p) + (c + (-c)) = b + (c + (-c)) sifat asosiatif
(a + p) + 0 = b+ 0 invers penjumlahan
a + p = b.
a < b definisi "lebih kecil dari"
Dari (i) dan (ii) terbuktilah bahwa a< b jika dan hanya jika a + c < b + c
Perhatikan jika a + c < b + c maka a < b belum dapat dibuktikan apabila a, b dan c
bilangan-bilangan cacah (Mengapa?).

 Sifat 2.
Jika a dan b bilangan-bilangan bulat dan c bilangan bulat positif serta a < b maka a x c
< b x c.
Bukti:
Ambil bilangan bulat a dan b serta bilangan bulat positif c.
a < b berarti k Z+ a + k = b defenisi lebih kecil dari
(a + k) x c = b x c teorema 3.6
(a x c) + ( k x c) = b x c
a x c < b x c defenisi “lebih kecil dari “, karena ( k x c ) elemen z-+ konvers dari
sifat 2 juga benar, seperti di jelaskan pada sifat 3.

11
 Sifat 3.
Jika a dan b bilangan-bilangan bulat dan c bilangan bulat positif serta a x c < b x c
maka a < b.
Bukti:
Ambil bilangan bulat a dan b serta bilangan bulat positif c.
Diberikan a x c < b x c
axc<bxc
(a x c) + (-(b x c)) < (b X c) + (-(b x c))
(a x c) + (-b)) x c < 0
(a + (-b)) + b< 0 + b
a + ((-b) + b) < b
a

 Sifat 4
Jika a dan b bilangan bilangan bulat dan c bilangan bulat negative serta a < b maka
axb>bxc
Bukti:
a < b berarti ada bilangan bulat positif k sedemikian hingga a + k = b definisi
"lebih kecil dari"
(a + k) x c = b x c sifatperkalian pada kesamaan
(a x c)+ (k x c) = b x c sifat distributive perkalian terhadap penjumlahan
Karena k bilangan bulat positif dan c bilangan bulat negatif, maka (k x c) suatu
bilangan bulat negatif, sehingga (k x c) bilangan bulat positif.
{(a x c) + (k x c)} + ( -(k x c)) = (b x c) + (-(k x c)
Sifat penjumlahan pada kesamaan
(a x c) + {(k x c) + (-(k x c))} = (b x c) + (-(k x c))
Sifat asosiatif penjumlahan
(a x c) +0 = (b x c) + (-(k x c)= invers penjumlahan
(a x c) = (b x c) + (-(k x c)) Karena (-(k x c)) bilangan positif, maka
a x c > b x c Definisi “lebih kecil dari“

2.2 LOGIKA MATEMATIKA


A. Pengertian Logika Matematika
Logika matematika adalah sebuah cabang matematika dari gabungan ilmu logika.
Logika matematika akan memberikan landasan untuk berpikir secara lurus, tepat dan teratur,
terutama untuk mengambil kesimpulan suatu pernyataan benar atau salah. Logika matematika
digunakan untuk melakukan pembuktian.

1. Pernyataan
Pernyataan adalah kalimat yang mempunyai nilai benar saja atau salah saja, tetapi tidak
sekaligus benar dan salah. Kebenaran atau kesalahan sebuah pernyataan dinamakan nilai
kebenaran dari pernyataan tersebut. Suatu pernyataan biasanya dilambangkan dengan huruf

12
kecil, misalnya p, q, r, dan seterusnya. Setiap pernyataan adalah kalimat, tetapi tidak semua
kalimat merupakan pernyataan.
Contoh :
a. Jakarta adalah ibukota Negara Republik Indonesia.
b. 5 adalah bilangan genap.
c. Kemana anda pergi?
Kalimat (a) merupakan pernyataan yang bernilai benar, kalimat (b) merupakan
pernyataan yang bernilai salah dan kalimat (c) bukan merupakan pernyataan, karena tidak
bernilai benar atau salah
Kalimat-kalimat yang tidak termasuk pernyataan, adalah:
 Kalimat perintah
 Kalimat pertanyaan
 Kalimat keheranan
 Kalimat harapan
 Kalimat ……walaupun…..

2. Kalimat Terbuka
Kalimat terbuka adalah kalimat yang masih memuat peubah (variabel), sehingga belum
dapat ditentukan nilai benar atau salahnya. Variabel adalah simbol untuk menunjukkan suatu
anggota yang belum spesifik dalam semesta pembicaraan. Untuk memahami pengertian
kalimat terbuka, perhatikan contoh berikut.
a. 2 x + 3 = 11
b. y – 3 < 9
c. Kota itubersih, indah dan teratur.
Kalimat-kalimat di atas merupakan kalimat terbuka karena belum dapat ditentukan
benar atau salahnya. Pada kalimat (a), jika kita gantivariabel x dengan 3 maka kalimat
(a) tidak lagi berupa kalimat terbuka, sekarang (a) adalah suatu pernyataan yang bernilai
salah tetapi jika kita ganti variabel x dengan 4 maka (a) adalah suatu pernyataan yang bernilai
benar. Jika kita ganti variabel “itu” pada kalimat (c) dengan Jakarta, maka (c) belum menjadi
pernyataan karena tetap harus diselidiki nilai kebenarannya.

B. Operasi Logika Matematika


1. Negasi
Negasi (ingkaran) adalah suatu pernyataan baru yang dapat dibentuk dari pernyataan
semula sehingga bernilai benar jika pernyataan semula salah dan bernilai salah jika
pernyataan semula benar.
Jika pada suatu pernyataan p, diberikan pernyataan lain yang disebut negasi p,
dilambangkan oleh ~p, maka dapat dibentuk dengan menuliskan “Tidak benar…” di depan
pernyataan p atau jika mungkin, dengan menyisipkan kata “tidak” atau “bukan” didalam
pernyataan p.

13
Nilai kebenaran negasi suatu pernyataan memenuhi sifat berikut ini: Jika p benar, maka
~p salah; jika p salah maka ~p benar. Jadi, nilai kebenaran negasi suatu pernyataan selalu
berlawanan dengan nilai kebenaran pernyataan semula. Sifat tersebut dapat dituliskan dalam
bentuk table berikut ini.

p ~p
B S
S B
Contoh:
 p : Semua bilangan prima adalah ganjil.
~p : Tidak benar bahwa semua bilangan prima adalah ganjil.
~p : Ada bilangan prima yang tidak ganjil.
 q :2+2=5
~q : Tidak benar 2 + 2 = 5
~q : 2 + 2  5

2. Konjungsi
Konjungsi adalah pernyataan gabungan dari dua pernyataan dengan menggunakan kata
hubung “dan”. Konjungsi dari pernyataan p dan q dinotasikan oleh “p  q”.
Nilai kebenaran konjungsi p  q memenuhi sifat berikutini: jika p benar dan q benar,
maka p  q benar; sebaliknya, jika salah satu p atau q salah serta p salah dan q salah, maka
p  q salah. Dengan perkataan lain, konjungsi dua pernyataan akan bernilai benar hanya bila
setiap pernyataan bagiannya bernilai benar. Untuk lebih jelasnya perhatikan table berikut.

Contoh :
 p : 2 + 3 = 5 (benar)
q : 5 adalah bilangan prima (benar)
pq: 2 + 3 = 5 dan 5 adalah bilangan prima (benar)
 p : 12 habis dibagi 3 (benar)
q : 15 habis dibagi 2 (salah)
pq: 12 habis dibagi 3 dan 15 habis dibagi 2 (salah)

14
3. Disjungsi
Disjungsi adalah pernyataan gabungan dari dua pernyataan dengan menggunakan kata
hubung “atau”. Disjungsi dari pernyataan p dan q dinotasikan oleh “p  q”.
Nilai kebenaran disjungsi p  q memenuhi sifat berikut ini: jika p benar dan q benar
serta salah satu diantara p dan q benar, maka p  q benar. Jika p dan q dua-duanya salah
maka p  q salah. Untuk lebih jelasnya perhatikan table berikut.

Contoh :
 p : 5 + 3 = 8 (benar)
 q : 8 adalah bilangan genap (benar)
 p  q : 5 + 3 = 8 atau 8 adalah bilangan genap (benar)
 p : 5 + 3  8 (salah)
 q : 8 bukan bilangan genap (salah)
 p  q : 5 + 3  8 atau 8 bukan bilangan genap (salah)

4. Implikasi
Implikasi (pernyataan bersyarat/kondisional) adalah pernyataan majemuk yang disusun
dari dua buah pernyataan dengan menggunakan kata hubung logika “jika . . . maka . . .”.
Disjungsi dari pernyataan p dan q dinotasikan oleh “p  q”, dapat dibaca “jika p maka q”.
Nilai kebenaran implikasi p  q memenuhi sifat berikut: jika p benar dan q salah,
maka p  q dinyatakan salah. Dalam kemungkinan yang lainnya p  q dinyatakan benar.
Untuk lebih jelasnya perhatikan table berikut.

Contoh :
 p : 5 + 3 = 8 (benar)
q : 8 adalah bilangan genap (benar)
p  q : jika 5 + 3 = 8 maka 8 adalah bilangan genap (benar)

15
 p : 5 + 3 ≠ 8 (salah)
q : 8 adalah bilangan genap (benar)
p  q : jika 5 + 3 ≠ 8 maka 8 adalah bilangan genap (benar)

5. Biimplikasi
Jika dua pernyataan p dan q dirangkai dengan menggunakan dengan kata hubung
“… jika dan hanya jika …”, maka diperoleh pernyataan baru yang berbentuk “p jika dan
hanya jika q” yang disebut biimplikasi. Biimplikasi dari pernyataan p dan q dinotasikan oleh
“p  q”.
Nilai kebenaran biimplikasi p  q memenuhi sifat berikut: p  q dinyatakan benar
jika p dan q mempunyai nilai kebenaran yang sama. p  q dinyatakan salah jika mempunyai
nilai kebenaran yang tidak sama. Untuk lebih jelasnya perhatikan table berikut.

Contoh:
 p : 2 + 6 = 8 (benar)
q : 2 < 8 (benar)
p  q : 2 + 6 = 8 jika dan hanya jika 2 < 8 (benar)
 p : 2 + 6  8 (salah)
q : 2 > 8 (salah)
p  q : 2 + 6  8 jika dan hanya jika 2 > 8 (benar)

C. Konvers, Invers dan Kontraposisi suatu Implikasi


Dari suatu implikasi p  q dapat dibentuk implikasi lain, yaitu:
1. q  p, yang disebutkonversdari p  q.
2. ~p  ~q, yang disebut invers dari p  q.
3. ~q  ~p, yang disebutkontraposisidari p  q.
Tabel kebenaran hubungan antara implikasi-implikasi tersebut adalah:

16
Dari tabel kebenaran terlihat bahwa nilai kebenaran p  q sama dengan nilai
kebenaran ~q  ~p. Begitu pula nilai kebenaran q  p sama dengan nilai kebenaran
~p  ~q.

D. Tautologi dan Kontradiksi

Suatu proposisi yang hanya memuat B pada kolom terakhir table kebenarannya, yaitu
benar untuk setiap nilai kebenaran dari peubahnya, disebut tautologi. Sebaliknya proposisi
disebut kontradiksi, jika kolom terakhir pada table kebenarannya hanya memuat S untuk
setiap nilai kebenaran dari peubahnya.

E. Penarikan Kesimpulan

Modus ponens, modus tollens dan silogisme adalah metode atau cara yang digunakan
dalam penarikan kesimpulan. Proses penarikan kesimpulan terdiri atas beberapa pernyataan
yang diketahui nilai kebenarannya (disebut premis). Kemudian dengan menggunakan prinsip-
prinsip logika dapat diturunkan pernyataan baru (disebut kesimpulan/konklusi) yang
diturunkan dari premis-premis semula. Penarikan kesimpulan seperti itu sering juga disebut
argumentasi.
Suatu argumentasi disusun dengan cara menuliskan premis-premisnya baris demi
baris dari atas ke bawah, kemudian dibuat garis mendatar sebagai batas antara premis-premis

17
dengan konklusi. Misalkan pernyataan-pernyataan yang diketahui (premis-premis)
adalah a dan b, konklusinya c, maka argumentasi tersebut dapat disajikan dalam susunan
berikut.

a ……. premis 1
b ……. premis 2
c ……. kesimpulan/konklusi
Pernyataan a sebagai premis 1, pernyataan b sebagai premis 2, dan pernyataan c
sebagai kesimpulan/konklusi. Tanda  dibaca “jadi” atau “oleh karena itu”.

1. Modus Ponens
Misalkan diketahui premis-premis p  q dan p. Dari premis-premis itu dapat diambil
konklusi q. Pengambilan kesimpulan dengan cara seperti itu disebut modus ponens atau
kaidah pengasingan. Modus ponens disajikan dalam susunan sebagai berikut.

p  q ……. premis 1
p ……. premis 2
q ……. kesimpulan/konklusi

2. Modus Tollens
Misalkan diketahui premis-premis p  q dan ~q. Dari premis-premis itu dapat diambil
konklusi ~p. Pengambilan kesimpulan dengan cara seperti itu disebut modus tollens atau
kaidahpenolakan akibat. Modus tollens disajikan dalam susunan sebagai berikut.

p  q ……. premis 1
~q ……. premis 2
 ~p ……. kesimpulan/konklusi

3. Silogisme
Misalkan diketahui premis-premis p  q dan q  r. Dari premis-premis itu dapat
diambil konklusi p  r. Pengambilan kesimpulan dengan cara seperti itu disebut kaidah
silogisme. Silogisme disajikan dalam susunan sebagai berikut.

pq ……. premis 1


qr ……. premis 2
 p  r ……. kesimpulan/konklusi

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bilangan bulat adalah bilangan yang terdiri dari bilangan nol, bilangan asli, bilangan
positif dan bilangan negatif. Bilangan bulat di notasikan dengan Z.
Adapun macam macam bilangan bulat yaitu bilangan asli, bilangan nol, bilangan
negatif, bilangan cacah, bilangan positif, bilangan negatif, bilangan prima dan bilangan
komposit. Dan adapun sifat-sifat bilangan bulat adalah tertutup, komutatif, asosiatif dan
distributor.
Logika adalah suatu ilmu yang mengkaji penurunan penurunan yang sahih (tidak valid).
Dalam logika matematika ada dua kalimat yang penting, yaitu kalimat pernyataan dan
kalimat terbuka serta terdapat juga operasi logika, yaitu negasi (ingkaran), konjungsi,
disjungsi, implikasi dan biimplikasi. Dari suatu implikasi dapat dibentuk implikasi lain, yaitu
konvers, invers dan kontraposisi. Metode atau cara yang digunakan dalam penarikan
kesimpulan, yaitu modus ponens, modus tollens dan silogisme.

3.2 Saran
Kami sadar bahwa makalah kami masih banyak kekurangan, baik dari tulisan maupun
bahasan yang kami sajikan. Oleh karena itu mohon di berikan sarannya agar kami dapat
membuat makalah lebih baik lagi. Dan semoga makalah ini dapat menjadi pengetahuan dan
wawasan bagi kita dalam memahami materi Bilangan bulat dan Logika matematika.

19
DAFTAR PUSTAKA

AbdulraizRaish.com. (2015). Makalah Bilangan Bulat (Teori Bilangan).


http://abdulraiz-raish.blogspot.com/2015/01/bilangan-bulat-teori-bilangan.html?m=1

AchieveOurdreams.com. (2012). Makalah Logika Matematika.


https://achieve-ourdreams.blogspot.com/2012/05/makalah-logika-
matematika.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai