Anda di halaman 1dari 47

PERHITUNGAN DERET

Mata kuliah : Kajian Matematika SD


Kode Mata Kuliah : UNI 617109
Jumlah SKS : 3 SKS
Semester : 1D
Dosen Pengampu ; Drs.Muncarno.M.Pd.
Frida Destini,S.Pd, M.Pd

Disusun Oleh :
Kelompok 2

1. Baharudin Maib (1913053063)


2. Dhea Rosa Yolanda (1953053013)
3. Dinda Aprodhita (1913053124)
4. Dwi Safitri (1913053066)
5. Yunia Sapitri (1913053046)

S1 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat-Nya. Sehingga
makalah tentang Perhitungan Deret ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa penulis
juga mengucapkan trimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan masukan baik materi maupun fikirannya.

Dan harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi
pembaca, untuk kedepannya dapat membuat makalah ini menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, penulis yakin masih banyak


kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Metro, 16 September 2019

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................................1

1.1 Latar Belakang......................................................................................................1

1.2 Standar Kompetensi..............................................................................................1

1.3 Rumusan Masalah.................................................................................................1

BAB 2 PEMBAHASAN....................................................................................................2

2.1 Barisan dan Deret......................................................................................................2

A. Barisan Bilangan.....................................................................................................2

B. Deret Bilangan.........................................................................................................6

a. Suku Bilangan..........................................................................................................8

b. Beda Bilangan..........................................................................................................8

c. Karakteristik Deret Berdasarkan Suku Bilangan...................................................10

2.2 Barisan dan Deret Aritmatika..................................................................................12

A. Barisan Aritmatika................................................................................................12

B. Deret Aritmatika....................................................................................................15

2.3 Barisan dan Deret Geometri....................................................................................19

A. Barisan Geometri..................................................................................................19

B. Deret Geometri......................................................................................................22

2.4 Deret Geometri Tak Hingga.....................................................................................25

Latihan Formatif 1.........................................................................................................27

Tes Formatif 1................................................................................................................27

Latihan Formatif 2.........................................................................................................30

Tes formatif 2.................................................................................................................30

Tes Formatif 3...............................................................................................................33


2
Kunci Jawaban...............................................................................................................36

BAB 3 PENUTUP............................................................................................................40

3.1 Kesimpulan..............................................................................................................40

3.2 Saran........................................................................................................................41

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................42

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Matematika adalah salah satu ilmu dasar, yang semakin dirasakan


interaksinya dengan bidang-bidang ilmu lainnya seperti ekonomi dan teknologi.
Peran matematika dalam interaksi ini terletak pada struktur ilmu dan peralatan
yang digunakan. Ilmu matematika sekarang ini masih banyak digunakan dalam
berbagai bidang seperti bidang industri, asuransi, ekonomi, pertanian, dan
dibanyak bidang sosial.
Oleh karena itu pembuatan makalah yang berjudul perhitungan deret ini
dilatar belakangi untuk mempermudah proses belajar mengajar mata kuliah
Matematika Dasar berfikir dalam menentukan barisan dan perhitungan deret.

1.2 Standar Kompetensi

1.2.1 Untuk mengetahui pengertian dan penjelasan tentang Barisan


1.2.2 Untuk mengetahui pengertian dan penjelasan tentang Deret

1.3 Rumusan Masalah

1.3.1 Apakah yang dimaksud dengan Barisan?


1.3.2 Apakah yang dimaksud dengan Deret?
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Barisan dan Deret

A. Barisan Bilangan

Tentunya dalam kesempatan lain kita telah menjumpai sebarisan bilangan,


dan biasanya kita diminta untuk dapat menentukan suku-suku berikutnya.
Persoalan semacam ini kita jumpai ketika kita mengikuti tes psikologi, test
intelegency quetion (IQ), tes kemampuan umum (TKU), tes potensi akademik
(TPA), atau tes-tes psikologi untuk bidang-bidang keahlian tertentu, yaitu pada
bagian tes seri (Tes Barisan dan Deret).
Sebagai contoh dalam TKU, yaitu tes untuk para siswa SMA yang ingin
meneruskan ke perguruan tinggi diminta untuk menentukan dua suku berikutnya
yang mungkin dari setiap barisan di bawah ini, dan memberikan suatu aturan
yang dapat dipakai untuk menyusun barisan itu.
(a) 1, 3, 5, 7, ...
(b) 500, 400, 320, 256, ...
(c) 1, 2, 6, 24, 120, ...
(d) 2, 5, 10, 17, ...
Barisan-barisan semacam itu seringkali muncul dalam kehidupan seharihari.
Anda mungkin pernah menjumpai sebagian dari barisan seperti (a). Misalnya
ketika mencari rumah yang bernomor 11 mungkin Anda menerka bahwa rumah
yang dicari itu ada pada sisi lain dari jalan tersebut. Barisan yang (b) memberikan
gambaranhanya suatu speda motor dalam puluhan ribu rupiah yang disusutkan
20% per tahun.
3

Barisan semacam ini sering pula muncul dalam permasalahan matematika.


Pada hakekatnya unsur-unsur (u) atau suku-suku (s) barisan adalah nilai-nilai dari
suatu fungsi u (fungsi s) yang daerah asalnya (domain f-nya) adalah himpunan
bilangan asli A = { 1, 2, 3, ...}. Dalam hal ini kita mempunyai pemetaan (fungsi)
dari himpunan A = { 1, 2, 3, ...} ke himpunan unsur-unsur pada barisan.
Aturan yang menghubungkan daerah asal (domain f) ke daerah hasil (range f)
merupakan suatu rumus untuk barisan tersebut. Untuk fungsi u yang berkaitan
dengan barisan (a) yaitu rumus yang mungkin adalah u(n) = 2n – 1. Rumus atau
aturan fungsi ini menghasilkan suku ke-n dari barisan tersebut.
Rumus tersebut biasanya adalah un = 2n – 1 dengan n A = {1, 2, 3, ...}.
Barisan bilangan (a) 1, 3, 5, 7, ... mempunyai suku (urutan) pertama U 1 = 1, suku
kedua U2 = 3, suku ketiga U3 = 5, dan seterusnya sampai pada suku ke-n un = 2n
– 1. Dari contoh ini terlihat adanya korespondensi satu-satu antara bilangan asli n
ke suku ke-n atau un dari barisan tersebut.
Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa barisan bilangan
adalah bilangan-bilangan yang dituliskan berurutan menurut suatu aturan tertentu.
Bilangan-bilangan yang membentuk suatu barisan disebut suku-suku barisan.
Bilangan pertama atau suku pertama dilambangkan dengan U 1, suku kedua
dengan U2, suku ketiga dengan U3, demikian seterusnya sampai suku ke-n dengan
Un (n bilangan asli). Barisan bilangan dari suku ke-1 sampai dengan suku ke-n
dapat ditulis sebagai berikut.
U1, U2, U3, U4, …, Un

Contoh 1 :
Tentukan tiga suku pertama pada barisan berikut ini, jika suku ke-n dirumuskan
sebagai Un = 3n + 1

Jawab :
Suku ke-n, Un = 3n + 1
Untuk n = 1, diperoleh U1 = 3(1) + 1 = 4
Untuk n = 2, diperoleh U2 = 3(2) + 1 = 7
Untuk n = 3, diperoleh U3 = 3(3) + 1 = 10
Jadi, tiga suku pertama barisan itu adalah U1 = 4, U2 = 7, dan U3 = 10.

Contoh 2 :
Diketahui barisan bilangan dengan suku ke-n berbentuk Un = n 2 – 2n. Tuliskan 5
suku pertama dari barisan tersebut.
Jawab :
Rumus suku ke-n adalah Un = n2 – 2n.
4

Suku pertama dapat dicari dengan menyubstitusikan n=1 dan diperoleh U1=12–
2(1)= -1. Suku kedua dicari dengan menyubstitusikan n=2 dan diperoleh U2 = 22 –
2(2) = 0.

Dengan cara yang sama, diperoleh sebagai berikut.


Suku ketiga = U3 = 32 – 2(3) = 3
Suku keempat = U4 = 42 – 2(4) = 8
Suku kelima = U5 = 52 – 2(5) = 15
Jadi, lima suku pertama barisan itu adalah -1, 0, 3, 8, 15.

Contoh 3 :
Tentukan suku ke-50 dari barisan bilangan 6, 8, 10, 12, …

Jawab :
Karena dilihat dari aturan pembentukan dari suku satu ke suku berikutnya di
tambah 2, maka rumus suku ke-n memuat 2n, yaitu :

U1 = 6 = 2 x 1 + 4
U2 = 8 = 2 x 2 + 4
Jadi, Un = 2 x n + 4
= 2n + 4

Sehingga U50 = 2 x 50 + 4
= 104

Contoh 4 :
Sebuah gedung bioskop, banyaknya kursi pada baris paling depan adalah 15
buah, banyaknya kursi pada baris di belakangnya selalu lebih 3 buah dari baris
didepannya. Berapa banyak kursi pada baris ke-12 dari depannya…
Jawab :
Barisan bilangan pada soal tersebut adalah barisan aritmatika 15, 18, 21, 24, …
dengan b = 3
U12 = a + (n – 1) b
= 15 + (12 – 1) 3
= 15 + (11) 3
= 15 + 33
= 48 kursi

Contoh 5 :
Rumus suku-n dari barisan bilangan ditentukan oleh Un = 8 – 2n.
Hasil dari U5 + U6 adalah…

Jawab :
U n = 8 – 2n
5

U5 = 8 – 2(5) = -2
U6 = 8 – 2(6) = -4
Jadi U5 + U6 = -2 + (-4) = -6

B. Deret Bilangan

Deret bilangan ialah rangkaian bilangan yang tersusun secara teratur dan
memenuhi kaidah-kaidah tertentu. Bilangan-bilangan yang merupakan unsur dan
pembentuk sebuah deret dinamakan suku atau yang biasa dilambangkan dengan
“U”.

Jika U1 , U2 , U3 , U4 , . . . .Disebut dengan barisan bilangan , maka bentuk


deret bilangan adalah U1 + U2 + U3 +…

Misalnya, diketahui barisan bilangan sebagai berikut.

2, 5, 8, 11, 14, 17, …, Un

Barisan bilangan tersebut jika dijumlahkan akan menjadi

2 + 5 + 8 + 11 + 14 + 17 + … + Un

Bentuk seperti ini disebut deret bilangan . Jadi, deret bilangan yaitu jumlah dari
suku – suku dari suatu barisan bilangan.
Deret bilangan penjumlahan dari suku-suku yang berurutan satu barisan.
Jumlah n suku pertama suatu barisan dilambangkan dengan Sn. Misalkan kita
mempunyai barisan bilangan U1, U2, U3, …, Un dan Sn adalah jumlah dari suku-
suku barisan itu.
6

Sn = U1+U2+U3+U4 + …+ Un disebut deret. Jadi, deret adalah jumlahan suku-suku


dari suatu barisan.

Dari rumus Sn tersebut diperoleh :


Sn = Sn – 1 + U n
Un = Sn - Sn – 1

Deret bisa juga dinyatakan dalam notasi sigma. Berikut adalah sifat-sifat dari
notasi sigma.

n
1. ∑ ak =a1 +a2 +a 3+ … an
k=1

n n
2. ∑ ak =∑ a j
k=1 j=1

3 . a . ∑ c=( n−m+1 ) c
k=m

n
b . ∑ c=nc
k=1

n n
4. ∑ ca k =c ∑ ak
k=m k=m

ak ± bk
n n
(¿)= ∑ ak ± ∑ bk
k=m k=m
n
5. ∑ ¿
k=m

n p n
6. ∑ a k = ∑ ak + ∑ ak
k=m k=m k= p+1

n n −1

7 . a . ∑ ak = ∑ a k +1
k=m k=m−1

n n−1
b . ∑ ak = ∑ ak +1
k=1 k=10
7

n n −1
c . ∑ ak = ∑ ak −1
k=m k=m+1

n n +1
d . ∑ ak =∑ ak −1
k =1 k=2

m
8. ∑ a k =a m
k=m

Dengan m = 1, 2, 3, …(m € bilangan asli).

Berikut merupakan deret pangkat bilangan asli.

n
n ( n+1 )
∑ k=1+2+3+…+ n= 2
k=1

n
n ( n+1 ) (2n+1)
∑ k 2=12+ 22+ 32+ …+n2= 6
k=1

n 2

k=1
n(n+ 1)
∑ k =1 +2 +3 +…+n = 2
3 3 3 3 3
[ ]
3 2
6 n +9 n +n−1
¿
n ( n+1 ) ¿
n

∑ k 4=1 4 +24 +3 4 +…+n 4=¿


k=1

a. Suku Bilangan

Suku adalah tiap-tiap bilangan yang terdapat pada suatu barisan bilangan atau
deret.

Contohnya:

Pada deret 1+2+3+4+5+….,terdapat suku-suku berikut:

U1 (suku ke-1) = 1,

U2 (suku ke-2) =2, dst.


8

Pada deret 5+10+15+20+25+….

U1 = 5,

U2 = 10, dst.

b. Beda Bilangan

Adapun selisih antara dua suku berurutan pada suatu deret aritmetika disebut
dengan “beda” dan dilambangkan dengan “b”.

Contohnya:

1+2+3+4+5+6…

Pada deret tersebut, jika U2-U1 = 2-1 = 1

Maka, 1 disebut dengan beda.

Sedangkan, nilai perbandingan antara setiap suku ke-n dengan suku


sebelumnya disebut dengan “rasio” dan dilambangkan dengan “r”.

Rasio memiliki rumus sebagai berikut:

Un
r= , dengan n>1
U n−1

Keterangan :

r = rasio

Un = suku ke-n

Un-1 = suku sebelum suku ke-n

n = nomor suku (2,3,4,5…)

Contoh :

2,6,18,54,….tentukan rasionya!

Pembahasaan

Diketahui : U1 = 2
9

U2 = 6

U3 = 18

U4 = 54

Ditanya : r =….?

Jawab :

Berdasarkan rumus rasio diatas, diperoleh :

Un
r= U n−1

6 18 54
r= 2 = 6 = 18

r=3=3=3

r= 3

Dengan demikian, rasionya adalah 3.

c. Karakteristik Deret Berdasarkan Suku Bilangan

(1) Dilihat dari jumlah suku yang membentuknya, deret digolongkan atas
deret berhingga dan deret tak berhingga.
(a) Deret Berhingga
Deret berhingga adalah deret yang jumlah suku-sukunya tertentu.
(b) Deret tak berhingga
Deret tak berhingga adalah deret yang jumlah suku-sukunya tidak
terbatas.
(2) Dilihat dari segi pola perubahan bilangan pada suku-sukunya, deret bisa
dibeda-bedakan menjadi deret hitung, deret ukur, dan deret harmonik.
(a) Deret hitung
10

Deret hitung ialah deret yang perubahan suku-sukunya berdasarkan


penjumlahan terhadap sebuah bilangan tertentu. Bilangan yang
membedakan suku-suku dari deret hitung ini dinamakan pembeda,
yang tak lain merupakan selisih antara nilai-nilai dua suku yang
berurutan.

Contoh: 7, 12, 17, 22, 27, 32 (pembeda 5)

93, 83, 73, 63, 53, 43 (pembeda -10)

Deret hitung ini biasa disebut dengan deret aritmetika. Pembahasan


lebih lanjut mengenai deret aritmetika akan akan dijelaskan pada sub
bab berikutnya dalam makalah ini.

(b) Deret Ukur


Deret ukur ialah deret yang perubahan suku-sukunya berdasarkan
perkalian terhadap sebuah bilangan tertentu. Bilangan yang
membedakan suku-suku sebuah deret ukur dinamakan pengganda.

Contoh: 5, 10, 20, 40, 80, 160 (pengganda = 2)

512, 256, 128, 64, 32, 16 (pengganda = 0,5)

Deret ukur biasa disebut dengan deret geometri. Pembahasan lebih


lanjut mengenai deret geometri akan dijelaskan pada sub bab
berikutnya dalam makalah ini.

(c) Deret harmonik

Deret harmonik yaitu deret yang suku-sukunya berupa pecahan, dan

1
suku pertamanya adalah . Deret tersebut pembilangnya tetap
1
angka 1. Tetapi, penyebutnya berjalan dimulai dari 1,2,3,4,….dan
seterusnya. Seperti berikut ini :

1 1 1 1
1+ + + + +…..
2 3 4 5
11

Biasanya ditulis sebagai sigma dari n=1 menuju tak hingga untuk

1
fungsi .
n

Jumlah deret ini adalah tak hingga, karena jumlahnya meningkat tak

1 1
terbatas. Perhatikan beberapa suku pada deret tersebut. + .
3 4

7
Jika dijumlahkan akan menghasilkan .
12

7 1
Kita tahu bahwa > . Jelas bahwa jumlahnya akan semakin
12 2
meningkat. Jumlahnya pun tak bisa ditentukan. Sehingga deret
harmonik ini adalah deret yang devergen.

2.2 Barisan dan Deret Aritmatika

A. Barisan Aritmatika

Barisan aritmatika adalah barisan bilangan dengan hasil pengurangan setiap


suku dengan suku sebelumnya selalu sama. Hasil pengurangan tersebut disebut
beda (b). Perhatikan barisan-barisan bilangan berikut ini.
a. 1, 4, 7, 10, 13, …
b. 2, 8, 14, 20, …
c. 30, 25, 20, 15, …
Barisan-barisan tersebut merupakan contoh dari barisan aritmatika. Mari kita
tinjau satu per satu.

a. 1, 4, 7, 10, 13, ...


+3 +3 +3 +3

Pada barisan ini, suku berikutnya diperoleh dari suku sebelumnya ditambah 3.
Dapat dikatakan bahwa beda sukunya 3 atau b = 3.

b. 2, 8, 14, 20, ...


+6 +6 +6
12

Pada barisan ini, suku berikutnya diperoleh dari suku sebelumnya ditambah 6.
Dapat dikatakan bahwa beda sukunya 6 atau b = 6.

c. 15, 20, 25, 30, ...


+5 +5 +5

Pada barisan ini, suku berikutnya diperoleh dari suku sebelumnya ditambah 5.
Dapat dikatakan bahwa beda sukunya 5 atau b = 5.

Secara umum dapat dikatakan sebagai berikut.


Jika Un adalah suku ke-n dari suatu barisan aritmatika maka berlaku b = Un - Un-1
Rumus umum suku ke-n barisan aritmatika dengan suku pertama (U1)
dilambangkan dengan a dan beda dilambangkan dengan b dapat ditentukan
seperti berikut.

U1 = a
U2 = U1 + b = a + b
U3 = U2 + b = (a + b) + b = a + 2b
U4 = U3 + b = (a + 2b) + b = a + 3b
U5 = U4 + b = (a + 3b) + b = a + 4b
.
.
Un = Un-1 + b = a + (n - 1) b

Jadi, rumus suku ke-n dari barisan aritmatika adalah


Un = a + (n -1) b
Keterangan : Un = suku ke-n
a = suku pertama
b = beda = Un – Un – 1
n = banyak suku

Contoh 1 :
Tentukan suku ke-8 dan ke-20 dari barisan -3, 2, 7, 12, …

Jawab :
Suku pertama adalah a = -3 dan bedanya b = 2 – (-3) = 5.
Dengan menyubstitusikan a dan b, diperoleh Un = -3 + (n - 1) 5.
Suku ke-8 : U8 = -3 + (8 - 1) 5 = 32
Suku ke-20 : U20 = -3 + (20 - 1) 5 = 92.
13

Contoh 2 :
Diketahui barisan aritmatika -2, 1, 4, 7,…, 40. Tentukan banyak suku barisan
tersebut.

Jawab :
Diketahui barisan aritmatika -2, 1, 4, 7,…, 40.
Dari barisan tersebut, diperoleh a = -2, b = 1 – (-2) = 3, dan Un = 40.
Rumus suku ke-n adalah Un = a + (n - 1) b sehingga :

40 = - 2 + (n - 1) 3
↔ 40 = 3n – 5

↔ 3n = 45

Karena 3n = 45, diperoleh n = 15. Jadi, banyaknya suku dari barisan di atas
adalah 15.

Contoh 3 :

Suku ke-10 dan suku ke-14 dari barisan aritmetika berturut- turut adalah 7 dan
15. Tentukan suku pertama, beda, dan suku ke-20 barisan tersebut.

Jawab :

Diketahui U10 = 7 dan U14= 15. Dari rumus suku ke-n barisan aritmetika Un= a+
(n –1)b, diperoleh 2 persamaan, yaitu:

U10 = 7 sehingga diperoleh a + 9b = 7 ............................ (1)


U14 = 15 sehingga diperoleh a + 13b = 15 ........................ (2)

Untuk menentukan nilai a dan b, kita gunakan metode campuran antara eliminasi
dan substitusi. Dari persamaan (1) dan (2), diperoleh :

a + 9b = 7
a + 13b = 15
14

–––––––––– –
–4b = –8
↔b =2

Dengan menyubstitusikan b = 2 ke persamaan (1), diperoleh :


a + 9 (2) = 7 ↔ a = –11
Dengan demikian, diperoleh suku ke-n adalah Un = –11 + (n – 1) 2.
Jadi, suku ke-20 adalah U20 = –11 + (20 – 1) 2 = 27.

B. Deret Aritmatika

Yang dimaksud dengan deret aritmatika adalah penjumlahan dari semua


anggota barisan aritmatika secara berurutan. Contoh dari deret aritmatika yaitu 7
+ 10 + 13 + 16 + 19 + …
Misalnya kita ambil n suku pertama, jika kita ingin menentukan hasil dari
deret aritmatika sebagai contoh untuk 5 suku pertama dari contoh deret diatas.
Bagaimana caranya?

7 + 10 + 13 + 16 + 19 = 65
Nah untuk 5 suku pertama, masih mungkin kita menghitung manual seperti
diatas. Seandainya kita akan menentukan jumlah dari 100 suku pertama, apakah
masih mungkin kita menghitung manual seperti itu. Walaupun bisa tetapi pastinya
akan memakan waktu yang cukup lama. Nah kali ini akan kita tunjukkan cara
menentukannya, sebagai contohnya untuk mennetukan jumlah 5 suku pertama
dari contoh diatas.

Misalkan S5=7 + 10 + 13 + 16 + 19, sehingga

Walaupun dengan cara yang berbeda tetapi menunjukkan hasil yang sama
yaitu 65. Perhatikan bahwa S5 tersebut dapat dicari dengan mengalikan hasil
15

penjumlahan suku pertama dan suku ke-5, dengan banyaknya suku pada barisan,
kemudian dibagi dengan 2. Analogi dengan hasil ini, jumlah n suku pertama dari
suatu barisan dapat dicari dengan rumus berikut:

n
Sn = [2a + (n – 1)b]
2

atau ;

n
Sn = (a – Un)
2

Dengan : Sn = jumlah n suku pertama


n = banyak suku
a = suku pertama
b = beda
Un = suku ke-n

Contoh 1 :
Tentukanlah nilai dari suku ke-35 dari barisan deret aritmatika seperti berikut ini :
2, 4 , 6, 8 , … ?

Jawab :

Diketahui : Deret aritmatika: 2, 4, 6, 8, …


a=2
b = 4-2 = 2
Un = a + (n-1) b
Un = 2 + (35-1) 2
Un = 2 + (34).2
Un = 2 + 68
Un = 70

Contoh 2 :
16

Diketahui pada suatu deret aritmatika : 3, 6, 12, 27, …., hitunglah beda dan suku
ke-8 dari contoh deret aritmatika tersebut…
Jawab :
b =6–3=3
Un = a + (n-1) b
Un = 3 + (8-1) 3
Un = 3 + (7).3
Un = 3 + 21
Un = 24

Contoh 3 :
Misalkan diketahui nilai dari suku ke-16 pada suatu deret arimatika adalah 34
dengan beda nya adalah 3, maka hitnglah U1 nya?
Jawab :
Diketahui :
U16 = 34
b =3
n = 16
Ditanya : Nilai U1 ?
Un = a + (n-1) b
U16 = a + (16-1) 3
34 = a + (15).3
34 = a + 30
a = 34 – 30
a=4

Contoh 4 :
Misalkan diketahui nilai dari suku ke-17 pada suatu deret arimatika adalah 35 dengan
beda deret nya adalah 2, maka hitnglah U1 nya?
Jawab :
Diketahui :
U17 = 35
b=2
n = 17
Ditanya : Nilai U1 ?
Un = a + (n-1) b a = 35 – 32
U17 = a + (17-1) 2 a=3
17

35 = a + (16).2
35 = a + 32

Contoh 5 :
Tentukanlah nilai dari suku ke-38 dari barisan deret aritmatika berikut ini : 4,6 , 8,
10, … ?
Jawab :
Diketahui : Deret aritmatika: 4, 6, 8, 10, …
a=4
b = 6-4 = 2
Un = a + (n-1) b
Un = 4 + (38-1) 2
Un = 4 + (37).2
Un = 4 + 72
Un = 76

2.3 Barisan dan Deret Geometri

A. Barisan Geometri

Barisan geometri adalah barisan bilangan dengan perbandingan setiap suku


dengan suku sebelumnya selalu sama. Perbandingan setiap dua suku berurutan
tersebut disebut rasio (r).

Dari penjelasan di atas, dapatlah kita simpulkan, bahwa suatu barisan


dinamakan barisan geometri jika dan hanya jika hasil bagi tiap suku dengan suku
sebelumnya selalu tetap (definisi). Hasi bagi yang tetap ini disebut rasio dan
disingkat dengan r. Bentuk umum suku ke-n barisan geometri dituliskan sebagai
berikut.Un = arn-1

Dengan : Un = suku ke-n


a = suku pertama
r = rasio
n = banyak suku

Sekarang marilah kita perhatikan beberapa barisan dalam contoh berikut ini.
18

Contoh 42
(a) 1, 2, 4, 8, …
(b) 27, -9, 3, -1, …
(c) -1, 1, -1, 1, …
Untuk contoh (a) ternyata tiap suku-sukunya diperoleh dengan cara mengalikan
suku sebelumnya oleh 2. Ternyata pula bahwa hasil bagi tiap suku dengan suku
sebelumnya selalu tetap, yaitu sama dengan 2. Bagaimana dengan contoh (b) dan
contoh (c)? Barisan-barisan seperti contoh 42 ini disebut barisan geometri.
U1, u2, u3, …, un Dinamakan barisan geometri, apabila
U 2 U3 U
= =…= n =Konstanta
U 1 U2 U n−1

Konstanta ini dinamakan rasio, pembanding, nisbah atau pembagi dan


dinyatakan dengan huruf r atau p.

Untuk 1, 2, 4, 8, … rasionya
2 4 8
= = =…=2
1 2 4

Untuk 27, -9, 3, -1, … rasionya


−4 3 −1 −1
= = =…=
27 −9 3 3

Untuk -1, 1, -1, 1, … rasionya


1 −1 1
= = =…=−1
−1 1 −1

Dari penjelasan di atas, dapatlah kita simpulkan, bahwa suatu barisan dinamakan
barisan geometri jika dan hanya jika hasil bagi tiap suku dengan suku sebelumnya
selalu tetap (definisi). Hasi bagi yang tetap ini disebut rasio dan disingkat dengan r.

Bagaimanakah bentuk umum suku ke-n dari barisan geometri? Misal suku
pertama dari barisan geometri, yaitu u1 dinyatakan dengan a, maka kita dapatkan:
U2
=r u2 = u1r = ar,
U1
19

U3
=r u3 = u2r = ar . r = ar2,
U2

U4
=r u4 = u3r = ar2 . r = ar3,
U3

dan seterusnya, sehingga didapat barisan geometri dalam bentuk baku (standar),
yaitu:
a, ar, ar2, ar3, …, arn-1.
Perhatikan bahwa urutan ke-n merupakan bentuk umum rumus suku ke-n barisan
geometri, yaitu

Un = arn-1.

Contoh 43
Diketahui barisan geometri dengan u1 = 64 dan u4 = 1. Carilah rasionya dan
tentukan lima suku pertama dari barisan tersebut.

Penyelesaian:
Di sini a = u1 = 64,
Dan un = arn-1
U4 = 64 r3
1 = 64 r3
1
r3 =
64
1
Jadi, r =
4
1
Lima suku yang pertamanya adalah 64, 16, 4, 1, .
4

Contoh 44
Banyaknya penduduk kota Bandung pada tahun 2007 ada 3,2 juta orang. Setiap
20

10 tahun penduduk kota Bandung bertambah dua kali lipat dari jumlah semula.
Berapakah banyaknya penduduk kota Bandung pada tahun 1947?

Penyelesaian:
Karena penduduk kota bandung tiap 10 tahun bukanlah dua kali lipat dari jumlah
semula, berarti r = 2. Dari tahun 1947 ke tahun 2007 = 60 tahun, ini sama dengan
60 tahun
n= =6
10 tahun
Pend pada tahun 2007 = 3,2 juta orang; sehingga
U6 = 3,2 juta = 32 . 105.

Un = a rn-1
32 . 103 = a . 26 – 1

25 . 105 = a . 25

a = 105
Jadi penduduk kota Bandung pada tahun 1947 = 100.000 orang.

B. Deret Geometri

Deret geometri adalah penjumlahan dari suku-suku suatu barisan geometri.


Bentuk umum jumlah n suku pertama deret geometri dituliskan sebagai berikut.
a(1−r n)
Sn = untuk r <1
1−r
atau
n
a(r −1)
Sn = untuk r >1
r−1
Dengan : Sn = jumlah suku n pertama
a = suku pertama
Un
r = rasio =
U n−1
n = banyak suku

Seperti halnya deret aritmetika, bahwa suatu deret geometri adalah jumlah suku-
suku dari suatu barisan geometri (definisi). Jika barisan geometrinya dinyatakan
dalam bentuk baku, yaitu
a, ar, ar2, ar3, …, arn - 1
Maka deret geometrinya adalah
a + ar + ar2, ar3 + … + arn – 1
21

Misalkan Jn (Sn) adalah notasi yang kita pakai untuk menyatakan jumlah n suku
pertama suatu barisan geometri, maka

Jn = a + ar + ar2 + ar3 + … + arn – 1

r Jn = ar + ar2 + ar3 + … + arn – 1 + arn -


(1 – r) Jn = a - arn
Jn =aar n
1r

a(1r n )
1r = , (r 1)
Jn

a(r n1) , berlaku jika r > 1.


Jn =
r 1

Bentuk terakhir ini sering pula disebut rumus untuk jumlah n suku pertama deret
geometri.

Contoh 45
Carilah jumlah tujuh buah suku dari deret geometri 4 + 2 + 1 + 0,5 + …
Penyelesaian :
2 1
Di sini , a = 4, r = = dan n = 7
4 2
a(1−r n)
Jn =
1−r

7
1
4( 1 - )
2
J7 =
1
1-
2

J7 = 7,94 (dibulatkan sampai 3 angka signifikan)

Contoh 46
Seutas tali dibagi menjadi 6 bagian dengan ukuran panjang membentuk deret
22

geometri; jika bagian yang paling pendek 3 cm dan yang terpanjang 96 cm,
tentukanlah ukuran panjang tali tersebut.

Penyelesaian:
Di sini, Un = 96, a = 3 dan n = 6
Sehingga kita dapatkan

Un = arn - 1
96 = 3 r5
r5 = 32
r=2

Karena r > 1, maka berlaku


a(r n1)
Jn = r1

J6 = 3(26 1)
2 1

J6 3(64 - 1)
= 1
J6 = 189

Jadi ukuran panjang tali tersebut adalah 189 cm.


23

2.4 Deret Geometri Tak Hingga

Deret geometri tak hingga adalah salah satu bentuk istimewa dari deret geometri
yang baru saja kita diskusikan. Keistimewaannya terletak pada banyak unsur-
unsurnya yaitu banyaknya tak terhingga. Karenanya didefinisikan bahwa deret
geometri tak hingga adalah suatu deret geometri yang banyak unsur-unsur atau suku-
sukunya tak hingga. Sebagai akibatnya tentu saja rumus umum jumlah n suku
barisan geometri tak hingga berbeda dengan rumus umum jumlah n suku deret
geometri. Adapun bentuk umum deret geometri tak hingga dapat ditulis dalam
bentuk berikut (akibat dari bentuk baku deret geometri)

a + ar + ar2 + ar3 + …
Sekarang kita akan menentukan rumus umum jumlah n suku geometri tak
hingga tersebut. Sebelumnya kita perhatikan kembali rumus umum jumlah n suku
deret geometri
Jn = a(1r n )
1r

, a(1r n )
Jika n maka J = lim Jn lim 1r
n
n

a rn
lim 1r lim 1r
n n
J = lim J n
n

n
(i) Untuk r < 1 atau -1 , r < 1, maka lim r
n = 0.
a a
Jadi, J = lim 0 1r (konvergen)
n 1 r
n
(ii) Untuk r > 1, maka lim r =
n

a
Jadi, J = lim (divergen)
n→∞ 1-r
Jadi, rumus umum jumlah n suku deret geometri adalah

a
1r
24

Jn = untuk r < 1 atau -1 < r < 1.


Contoh 47
Hitunglah jumlah sampai tak hingga dari deret geometri 4 – 2 + 1 - …
Penyelesaian:
Dari deret geometri yang diketahui, tampak bahwa
2 1
a = 4 dan r = , sehingga kita dapatkan
4 2
a
1r
J =

4
J=
1
1 ( )
2
8
J=
3

Contoh 48
Sebuah bola dijatuhkan dari ketinggian 1 meter. Setiap kali sesudah jatuh

3
dari tinggi
mengenai lantai, bola itu dipantulkan lagi dan mencapai ketinggian 4

sebelumnya. Tentukan panjang seluruh jalan yang dilalui bola itu sampai berhenti.

Penyelesaian:

1m
3 1
3 =4 Lantai

4
2 3
3 3 1 4
J1 = 1 + 4 4
1

2 3
3 3 3
4 4 4
J2 = … =3
1 3
4

J = J1 + J2 = 4 + 3 = 7
Jadi, panjang seluruh jalan yang dilalui bola itu sampai berhenti adalah 7 meter.
Latihan Formatif 1

1. Suku ke-25 dari barisan aritmetika 2,5,8,11....


2. Deiketahui suku ke-3 dan ke-8 suatu barisan arimetika berturut-turut adalah 7 dan
27. Suku ke-20 barisan tersebut adalah....
3. Suku ke-4 suatu barisan aritmetika adalah 26 sedangakan suku ke-9 adalah 56,
beda barisan tersebut adalah....
4. Diketahui barisan geometri U2 = 14 dan U4 = 56. Tentukan rasionya....
5. Rasio suatu barisan geometri adalah 3 dan suku ke-8 adalah 8.748. Suku ke-5
adalah.....

Tes Formatif 1

1. Suku ke-5 dan suku ke-13 barisan aritmatika berturut-turut adalah 14 dan -18.
Suku ke-9 barisan itu adalah...

a. -54
b. -50
c. -4
d. -2
e. 30
2. Rasio suatu barisan geometri adalah 3 dan suku ke-5 adalah ....

a. 320

b. 328

c. 324

d. 332

e. 405

3. Suku pertama barisan geometri adalah 4 dan suku ke-4 adalah 32. Suku ke-7
adalah.....

a. 128
b. 186
c. 196
d. 256
e. 392
4. Diketahui 5 orang bersaudara dengan selisih umur yang sama. Anak termuda.
berusia 13 tahun dan yang tertua 33 tahun. Selisih usia anak petama dan ketiga
adalah....

a. 5
b. 8
c. 10
d. 15
e. 20
5. Budi sedang menumpuk galon, tinggi setiap galon 32 cm,tinggi tumpuka 2 galon
36 cm, tinggi tumpukan 3 galon 40 cm, dst. Maka tinggi tumpukan 12 galon
adalah....

a. 48
b. 56
c. 72
d. 76
e. 80
6. Suku - suku barisan geometri tak hingga adalah positif. Jumlah suku U1 + U2 = 45
dan U3 +U 4 = 20. Maka berapa jumlah suku-suku dalam barisan tersebut.....

a. 65
b. 81
c. 90
d. 135
e. 150
7 Dari barisan aritmatika diketahui Suku ke-10 adalah 41 Dan Suki ke-5 adalah 21.
Make bear Suki ke 50. Adalah.....

a. 200
b. 201
c. 202
d. 203
e. 204
8. Barisan aritmatika dengam Un suku ke - n. Jika U2 +U15 +U40 = 165 mama U 19
adalah....

a. 10
b. 16
c. 28.5
d. 55
e. 82.5
9. Diketahui suatu barisan arimetika adalah 4,8,12.. Tentukan seku ke-4 Dari Barisan
tersebut.....

a. 15
b. 16
c. 22
d. 20
e. 10
10. Diketahui suatu barisan geometri 2,6,18,54.... Tentukan rasionya...

a. 4
b. 5
c. 3
d. 7
e. 13
Latihan Formatif 2

1. Suki ke-2 deret geometri dengan rasio positive adalah 10 Dan Suki ke-6 adalah
160. Jumlah 10 Suki pertama sweet tersebut adalah.....
2. Jumlah n Suku pertama sweet aritmatika dinyatakan demean Sn = n2 + 5n. Suki
ke-20 Dari deret tersebut adalah.....
3. Suki pertama Dan Suku kedua suatu deret geometry berturut-turut adalah a-4 Dan
ax. Jika Suku ke-8 adalah a52, make versa nilai x....
4. Diketahui rumus suku ke-n deret aritmatika in = 6n + 10. Jumlah 20 Suku
pertama deret tersebut adalah.....
5. Dari barisan aritmatika diketahui Suku ke-5 adalah 17 Dan Suku ke-9 adalah 29.
Jumlah 25 suku pertama adalah.......

Tes formatif 2

1. Diketahui deret aritmatika,suku ke-7 adalah 16, Suku ke-5 adalah 10. Jumlah 6
Suku pertama dari deret tersebut adalah...

a. 33
b. 12
c. 54
d. 10
e. 17
2. Suku ke-2 deret aritmatika adalah 6 Dan U 10 adalah 22. Jumlah 20 suku pertama
adalah....

a. 420
b. 440
c. 460
d. 480
e. 920
3. Jumlah deret geometri tak hingga 8+4+2+.... Adalah

a. 15
b. 16
c. 20
d. 32
e. Tak hingga ()
4. Diketahui deret geometri demean Suku ke-4 adalah 24 dan rasionya 2. Jumlah 8
Suku pertama deret tersebut adalah....

a. 381
b. 765
c. 1.530
d. 2.187
e. 6.561
5. Dari barisan aritmatika diketahui U5 = 17 Dan U9 = 29. Jumlah 25 suku pertama
adalah.....

a. 925
b. 950
c. 975
d. 1.025
e. 1.125
6. Suatu tumpukan batu-batu terdiri atas 16 lapis. Banyak batu bata pada lapis
paling atas ada 10 buah tepat dibawahnya ada 13 Buah, dibawahnya lagi Ada 16
dan seterusnya. Jumlah batu-bata pada tumpukan tersebut Ada.... Bua

a. 480
b. 520
c. 544
d. 640
e. 1.040

7. Jumlah 6 suku pertama deret Geometri dengan U1 =4 Dan U2 = 12 adalah...

a. 584
b. 728
c. 927
d. 1.296
e. 1.456
8. Ria memotong pita miliknya menjadi 6 bagian. Panjang potongan pita tersebut
membentuk deret aritmatika. Potongan pita terpanjang adalah 58 CM dan
terpendek 38 CM. Panjang pita ria sebelum dipotong.... Cm

a. 234
b. 252
c. 256
d. 264
e. 288
9. Jika Un suku ke-n dari suatu deret geometri dengan U1 =3 dan U2 = 6. Maka
suku ke-6 dari deret tersebut adalah...

a. 48
b. 96
c. 85
d. 65
e. 74

Tes Formatif 3

1. Tiga buah bilangan yang membentuk barisan aritmetika yang jumlahnya 18 dan
hasil perkaliannya 192 adalah
A. 5, 7 dan 9 C. 2, 4 dan 6
B. 4, 6 dan 8 D. 7, 8 dan 9

2. Banyaknya suku dan jumlah bilangan bulat di antara 100 dan 1000 yang
merupakan kelipatan tujuh berturut-turut adalah
A. 128 dan 70.336 C. 182 dan 70368
B. 218 dan 73306 D. 812 dan 7336

3. Sebuah benda bergerak mulai dari keadaan diam dan melintasi 3 dm pada detik
pertama, 5 dm pada detik kedua, 7 dm pada detik ketiga dan seterusnya.
Panjangnya lintasan yang ditempuh benda tersebut setelah 10 detik adalah
A 90 dm C. 110 dm
B. 100 dm D. 120 dm

4. Jika suku ketiga suatu barisan geometri ialah 32 dan suku keenamnya adalah
2048, maka rasio dua suku pertamanya berturut-turut adalah
A. 4 dan 3 C. 4 dan 2
B. 2 dan 4 D. 2 dan 3

5. Misalkan banyaknya penduduk suatu desa pada tahun 2006 sebanyak 24 orang,
pada tahun 2008 sebanyak 96 orang dan seterusnya mengikuti barisan geometri,
maka banyaknya penduduk pada tahun 211 adalah
A. 384 C. 1536
B. 768 D. 1368

6. Bila = 45o dan proses penarikan garis tegak lurus pada kaki-kaki sudut
diteruskan, maka jumlah panjang garis T1T2 + T2T3 + T3T4 + … adalah
T3=45o
T1

T5
A. a(2 - )
2
B. a(-2 - )
2
T2 C. a(-2 + )
2
D. a(2 + )
T6 T4 2

7. 3(k2 – 1) =
k 2

A. 522 C. 552
B. 252 D.255

7 7 7
8. (2k 2 3) 2k2 3 = …….
k 2
K 2 K 2

A. 287 – 81 C. 287 - 18
B. 278 – 18 D. 278 - 81

9 Penulisan satu notasi sigma dari,


k 1 k 1
(3k 2) 2 Adalah …
n
n
(3k2)2
n n
A. k1 – ∑ 24 C. – ∑ 42
k=1 k=1
n n
B. ∑ 24 D. ∑ 42
k=1 k=1
10 Dalam membuktikan suatu rumus atau sifat dengan menggunakan metode induksi
matematika haruslah benar untuk n = 1, kemudian dianggap benar untuk n = k, dan
benar untuk n = k + 1 haruslah
A. dibuktikan C. diasumsikan
B. dimisalkan D. a, b dan c salah

Kunci Jawaban

Latian Formatif 1

1. U25 =a+24b
=2+24.3 = 74

2. U3 =a+2b =7 a+2b = 7 U20 =a+19b


U8 =a=7b = 27 – a+2.4 = 7 =(-1)+19.4
5b = 20 a+ 8 = 7 =75
b =4 a =-1
3. U4 =a+3b = 26
U9 =a+8b = 56 _
5b = 30
b=6

4. U2 = ar = 14
U4 = ar3= 56
ar 3 56
r= = r2 = 4, r = 2
ar 14

5. r = 3, U8 = 8.748
U8 = ar7 = 8.748
a.37 = 8.748
a.37 = 4. 37
a =4
U5 = ar4
= 4.37 = 324

Tes Formatif 1

1D 6 A

2C 7 B

3D 8 D

4C 9 C

5D 10 C

Latian Formatif 2

1. Un = arn-1
U2 = 10 ar = 10
U6 = 160 ar5 = 160
ar 5 160
= r4 = 16
ar 10
r =2
Jumlah n suku pertama deret geometri :
a(r n −1)
Sn =
r−1
5 (210 −1) 5 (1.024−1)
S10 = =
2−1 1
= 5 . 1.023 = 5.115

2. Sn = n2 + 5n
= 2.n+5-1
S20= 2 . 20 + 4 = 44

3. U1 = a-4, U2 = ax maka
U2 ax
r= = = ax+4
U1 a−4
U8= ar7 a52 = a-4(ax+4)7
a52 = a-4.a7+28
a52 = a7x+24
a52 = 7x+24 => 7x = 28 => x = 4

4. Un = 6n+10
U1 = 6.1+10 = 16
U2 = 6.2+10 = 22
a = U1 = 16, b = U2-U1 = 22 – 16 = 6
20
S20= (2a+(20-1)b
2
=10 (2 . 16 + 19 . 6 )
=10 ( 32+ 114 )
=10 . 146
= 1.460

5. U5 = a+4b = 17
U9 = a+8b = 29 _
4b = 12
b=3
a+4b = 17 a+4.3 = 17 a+12 = 17, a = 5
25
S25 = (2.5 + (24.3)
2
25
= (10 + 72)
2
25
= . 82
2
= 1.025

Tes Formatif 2

1A 6 D

2C 7 B

3C 8 E

4B 9 E

5B

Tes Formatif 3

1B 6 D

2A 7 D

3D 8 B

4C 9 A

5B 10 A
BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, penulis dapat mengmbil kesimpulan sebagai berikut.

a) Deret bilangan ialah rangkaian bilangan yang tersusun secara teratur dan memenuhi
kaidah-kaidah tertentu. Bilangan-bilangan yang merupakan unsur dan pembentuk sebuah
deret dinamakan suku atau yang biasa dilambangkan dengan “U”.
b) Deret aritmetika atau deret hitung merupakan jumlah dari suku-suku barisan aritmetika.
Deret aritmetika adalah deret yang mempunyai beda yang selalu tetap.
Rumus deret aritmetika:

n
Sn = 2 (a + U n )

Atau,

n
Sn = 2 ( 2a + (n-1) b

c) Deret geometri merupakan jumlah banyaknya suku dalam barisan geometri seperti halnya
deret aritmetika. Deret geometri ialah deret bilangan yang mempunyai perbandingan dan
rasio yang tetap.
Rumus deret geometri :

1−r
Sn = a(¿¿ n)
untuk r < 11, r ≠ 1
1−r
¿

Atau,
r
Sn = a(¿¿ n−1)
untuk r > 1, r ≠
r −1
¿

d) Barisan geometri dengan rasio antara -1 dan 1 disebut barisan geometri yang konvergen.
Deret geometri dari barisan yang konvergen dan banyak suku tak berhingga dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut.
a
S∞ =
1−r

3.2 Saran

Penulis menyarankan agar pembaca tidak hanya mengetahui deret aritmetika dan geometri
pada makalah ini. Namun juga harus memperbanyak latihan mengerjakan soal dan dapat
membedakan antara deret aritmetika dengan deret geometri.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Kodir, dkk. (1979). Matematika untuk SMA. Jakarta: Depdikbud.

Andi Hakim Nasution, dkk. (1994). Matematika 2 untuk Sekolah Menengah Umum.

Jakarta: Balai Pustaka.

Bunarso Tanuatmodjo, dkk. (1977). Matematika Jilid 1. Bandung: BPG Tertulis.

Depdikbud.

Depdiknas. (2002). Contextual Teaching and Learning (CTL). Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar Menengah.

Irving M. Copi. (1973). Symbolik Logic. Fourth edition. New York: Macmilan Publishing Co.
Inc.

Karso. (2003). Pengantar Dasar Matematika, cetakan keempat. Jakarta: Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka Depdiknas

Lilik Hendrajaya dan Ismail (1975). Matematika untuk SLA & Sederajat. Bandung: Ganeca
Science Book Leries.

Oesman Arif. (1978). Logika Simbol (Logika Modern). Jakarta, Surabaya: PT. Bina Ilmu.

Ruseffendi, E.T. (1979). Dasar-dasar Matematika Modern untuk Guru, Edisi ketiga.

Bandung : Tarsito

Robert Sharvy. (1970). Logic on Outline. Totowa, New Jersey : Little field, Adam & Co.

Stephen, W. J. dan Gallagher, S. A. (2003). Problem Based Learning. [online].


Tersedia http://www. Score rims h. 12 Ca.vs/ problem html.

Wahyudin. (1984). Pengantar Sistem Matematika. Bandung : Epsilon Grup. Tim

(1979). Matematika Untuk SMA. Jakarta : Depdikbud.

http://wikimatematika.blogspot.com/2017/04/makalah-barisan-dan-deret.html

https://docplayer.info/47184273-Bab-barisan-dan-deret-di-unduh-dari-www-

bukupaket-com-sumber-buku-bse-kemdikbud-go-id.html

https://www.academia.edu/31321746/MODUL_BARISAN_DAN_DERET

Anda mungkin juga menyukai