Anda di halaman 1dari 23

NUMERASI DAN LAMBANGNYA

(MAKALAH BILANGAN DAN PENGOLAHAN DATA)

Dosen Pengampu:

1. Frida Destini, S.Pd., M.Pd


2. Jody Setya Hermawan, M.Pd.

Disusun Oleh:

1. Kurnia Ayu Saputri (2313053136)


2. Filsa Amanda (2313053150)
3. Salshabilla Dias K. (2313053151)
4. Rahma Dwi Lestari (2313053153)
5. Siti Nurjannah (2313053154)
6. Ratna Dwi Lestari (2353053010)

UNIVERSITAS LAMPUNG

FAKULTAS ILMU DAN PENDIDIKAN

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

2023/2024
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji Syukur atas kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan Rahmat dan nikmat
kepada kami sehingga dalam pembuatan dan penyusunan makalah yang berjudul
“Numerasi dan Lambangnya” dapat diselesaikan dengan baik.

Tujuan yang mendorong kami Menyusun makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
kelompok dari mata kuliah Bilangan dan Pengolahan Data dan dapat mencapai nilai
yang memenuhi syarat perkuliahan.

Pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan ucapan terimakasih, serta rasa
hormat kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan
makalah ini terutama kepada:

1. Dosen mata kuliah bilangan dan pengolahan data ibu Frida Destini
2. Rekan-rekan kelompok 2 yang telah bekerjasama dengan baik sebagai tim
sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kami
harapkan adanya kritik dan saran dari pihak manapun demi kesempurnaan makalah
ini.

Metro, September 2023

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii


DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
BAB I
PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 1
1.3 Tujuan ................................................................................................... 2
BAB II
PEMBAHASAN ................................................................................................. 3
2.1 Pengertian Numerasi .............................................................................. 3
2.2 Numerasi dan lambangnya ..................................................................... 4
A. Sistem numerasi ijir ............................................................................... 4
B. Numerasi Mesir Kuno ............................................................................ 6
C. Numerasi Babilonia ............................................................................... 8
D. Sistem numerasi Yunani ....................................................................... 10
E. Sistem Numerasi Maya (±300 SM) ...................................................... 13
F. Sistem Numerasi Cina-Jepang (±200 SM) ............................................ 14
G. Sistem Numerisasi Romawi (±100 SM) ............................................... 16
H. Sistem Numerisasi Hindu-Arab (±300 SM-750 M) .............................. 17
BAB ΙΙΙ
PENUTUP ........................................................................................................ 19
3.1 Kesimpulan.......................................................................................... 19
3.2 Saran ................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 20

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada zaman purbakala, pengetahuan matematika diperlukan dalam segi ilmu


teknik oleh bangsa-bangsa yang bermukim di sepanjang sungai untuk keperluan
pengendalian banjir, pengeringan rawa-rawa, pembuatan irigasi, penghitungan
hasil pertanian dan peternakan.

Bangsa Mesir hidup disepanjang Sungai Nil, Bangsa Babilonia hidup


disepanjang Sungai Efrat-Tigris, bangsa-bangsa Cina disepanjang Sungai Huang
Yo dan Yang Tse. Mereka memerlukan matematika untuk perhitungan
sederhana. Untuk keperluan tersebut diperlukanlah bilangan-bilangan.
Kebutuhan terhadap bilangan pada awalnya cukup sederhana tetapi semakin
lama terus meningkat, sehingga manusia perlu mengembangkan sistem
numerasi. Sejak zaman dahulu kala, manusia berkepentingan dengan bilangan
untuk menghitung banyak ternaknya, mengukur luas sawahnya, untuk
berkomunikasi dengan sesama nya.

Sistem numerasi selalu berkembang selama ber abad-abad dari masa ke masa
hingga saat ini, kita tidak dapat pungkiri bahwa Pendidikan matematika sangat
diperlukan dan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap kehidupan manusia dan
Masyarakat umum, manusia membutuhkan matematika dalam perhitungan
sederhana, yaitu khususnya dalam bidang perdagangan, menjual dan membeli
suatu barang, dan semakin lama akan terus meningkat sehingga manusia perlu
mengembangkan sistem numerasi.

Di dalam kehidupan sehari hari kita akan selalu bertemu yang Namanya bilangan
karena bilangan selalu dibutuhkan baik dalam teknologi, sains, ekonomi, atau
pun dalam dunia musik, filosofi dan hiburan serta aspek kehidupan lainnya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian dari Numerasi?

1
2. Apa saja sistem-sistem Numerasi?
3. Apa sajakah lambang-lambang Numerasi?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian Numerasi


2. Mengetahui sistem-sistem Numerasi
3. Mengetahui lambang-lambang Numerasi

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Numerasi

Menurut Geiger, Good dan Forgasz, numerasi merupakan istilah yang biasa
digunakan untuk mengidentifikasi pengetahuan dan kemampuan yang
dibutuhkan untuk mengakomodasi tuntutan matematika dalam kehidupan
berkontribusi pribadi dan sosial juga untuk berkontribusi berpartisipasi dalam
kehidupan masyarakat sebagai warga negara yang terinformasi, reflektif,
dan berkontribusi.

Menurut Qasim, Kadir dan Awaludin pengertian numerasi adalah kemampuan


siswa yang ditunjukkan dalam bentuk terampil menganalisis, memecahkan
masalah, memberikan alasan, menyampaikan ide secara efektif serta
merumuskan dan menginterpretasikan masalah matematika dalam berbagai
situasi dan bentuk.

Pengertian numerasi oleh Cockroft merupakan kemampuan seseorang dalam


menggunakan angka yang ditujukan untuk memecahkan permasalahan dalam
kehidupan sehari-hari.

Menurut Forbes dan Eicholz (1997), Sistem numerasi adalah sekumpulan


lambang dan aturan pokok untuk menuliskan bilangan.

Menurut Ruseffendi (1984), Sistem pemberian nama bilangan disebut dengan


numerasi.

Maka dapat disimpulkan, bahwa numerasi adalah kemampuan untuk


memahami serta menggunakan angka dan melakukan operasi
matematika dasar. Numerasi melibatkan pemahaman dan penerapan angka serta
kemampuan untuk melakukan operasi matematika

3
Adapun pengertian numerasi adalah sekumpulan lambang dan aturan pokok
untuk menuliskan bilangan. Lambang yang menyatakan suatu bilangan disebut
numeral. Numerasi dibuat berawal dari kebingungan manusia yang mulai
mengenal tulisan namun sulit dalam membilang. Sehingga dibuatlah suatu
sistem numerasi yang terdiri dari numerial (lambang bilangan / angka) dan
number (bilangan).

Bilangan adalah ide abstrak yang tidak didefinisikan. Setiap bilangan


mempunyai banyak lambang bilangan. Setiap bilangan mempunyai banyak
nama. Contohnya bilangan 250 mempunyai nama bilangan dua ratus lima puluh
ribu. Terdiri dari lambang bilangan 2, 5 dan 0.

Bayangkan saja jika tidak ada lambang bilangan, maka proses perhitungan tentu
akan sulit di realisasikan. Yang demikian ini akan menghambat sistem
Pendidikan, ekonomi, pertanian dan lainnya. Akibatnya negara akan sulit
berkembang dan maju.

2.2 Numerasi dan lambangnya

A. Sistem numerasi ijir


Ijir adalah sistem angka yang berlambangkan tongkat tegak. Prinsip yang
dipergunakan adalah dengan memakai sistem korespondensi 1-1. Misalnya
dalam menghitung ternak, mereka memakai satu coretan (garis) untuk satu
ekor. Mereka juga biasanya memakai jari-jari tangan atau kaki, tetapi karena
jumlah jari-jarinya terbatas maka untuk jumlah yang lebih besar mereka
memakai bebatuan kerikil atau potongan kayu. Caranya dengan membuat
goresan-goresan di dinding atau dengan membuat simpul-simpul pada seutas
tali.

Akan tetapi, meskipun sistem numerasi ijir telah lama digunakan ternyata
masih terdapat kekurangan di dalamnya, yaitu keterbatasan menghitung. Maka
dari itu, dikembangkan lah lambang-lambang yang beragam untuk
menyederhanakan nominal angka yang lebih besar. Untuk setiap pengulangan

4
angka yang sama kurang dari sama dengan lima diberi satu goresan miring (\),
dan dua goresan miring (\\) untuk angka yang mengandung unsur sepuluh.

Berikut ini lambang-lambang yang digunakan sebagai alternatif


penyederhanaan sistem bilangan ijir.

Dalam penulisan sistem numerasi ijir diatas, lambang-lambang nya disusun


dalam suatu garis mendatar, dan digunakan dengan aturan bahwa setiap angka
yang sama hanya bisa dinyatakan paling banyak empat kali saja.

Contoh soal:

1. Bila seseorang melihat 8 ekor ikan, maka ia akan Menyusun goresan


sebanyak 8 buah, yaitu…
Pembahasan:

//////// //// ///

2. Ubahlah angka 43 dan 325 ke dalam bentuk sistem numerasi ijir!


Pembahasan:
- Untuk angka 43

5
 Karena 40 = 10 x 4, maka simbol angka sepuluh (////) dituliskan
berulang sebanyak empat kali.
 Karena 3 = 1 x 3, maka simbol angka satu (/) ditulis berulang sebanyak
tiga kali.
 Maka:

- Untuk angka 325

 Karena 300 = 100 x 3, maka simbol angka seratus ( ) dituliskan


berulang sebanyak tiga kali.
 Karena 20 = 10 x 2, maka simbol angka sepuluh (////) di tulis berulang
sebanyak dua kali.
 Karena 5 = 5 x 1, maka simbol angka lima (////) di tulis sebanyak satu
kali.
 Maka:

B. Numerasi Mesir Kuno


Sekitar 3400 SM bangsa Mesir telah mengenal tulisan Hieroglyphics, yaitu
tulisan Mesir kuno yang mewakili kata-kata. Tulisan ini mereka tulis pada batu,
papyrus, kayu, barang pecah belah dan lain sebagainya. Posisi atau tempat dari
setiap lambang tidak memengaruhi nilai dari suatu bilangan, karena nilainya
dapat dilihat dari angka yang paling besar terlebih dahulu.

Notasi matematika Mesir Kuno bersifat desimal (berbasis 10) dan didasarkan
pada simbol hieroglif untuk tiap nilai perpangkatan sepuluh sampai dengan
sejuta. Tiap-tiap simbol dapat ditulis sebanyak apapun sesuai dengan bilangan
yang diinginkan; sehingga untuk menuliskan delapan ratus atau delapan puluh,
simbol seratus atau sepuluh ditulis sebanyak delapan kali. Dengan ini berarti
mereka memiliki simbol terpisah untuk satuan, puluhan, ratusan, ribuan, puluh
ribu, ratus ribu dan jutaan.

6
Berikut ini lambang-lambang yang digunakan dalam sistem numerasi Mesir
Kuno:

Keterangan:
1 = 100 = Tongkat (Stroke)
10 = 101 = Tulang Tumit (Heel Bone)
100 = 102 = Gulungan Surat (Letter Roll)
1000 = 103 = Bunga Teratai (Lotus Flower)
10.000 = 104 = Jari Telunjuk (A Pointing Pinger)

7
100.000 = 105 = Ikan Burbot (Burbot Fish)
1.000.000 = 106 = Orang Astronis (Astronished Man)

Contoh Soal:

Ubahlah angka tersebut ke dalam bentuk sistem desimal!

Pembahasan

Pada sistem mesir kuno, pengurutan angkanya dapat dilihat dari simbol yang
memiliki nilai paling tinggi.

Dapat dilihat dari tabel, bahwa urutan simbol dari nilai yang paling tinggi
adalah simbol gulungan surat, tulang tumit, dan tongkat.

Maka:

Gulungan surat (3) + tulang tumit (4) + tongkat (2) = 100 (3) + 10 (4) + 1 (2)

= 342

Maka, dalam bentuk desimal, angkanya adalah 342.

C. Numerasi Babilonia
Pada masa lampau orang menulis angka-angka menggunakan sepotong kayu
pada tablet yang terbuat dari tanah liat tulisan atau angka Babilonia sering
disebut tulisan paku karena memiliki bentuk yang seperti paku. Pertama kali
orang yang mengenal bilangan 0 adalah Babilonia sistem angka Babilonia

8
sekitar 2400 SM disebut juga sistem Sexagesimal karena menggunakan basis
60 yang diambil dari Sumeria. Sexagesimal masih digunakan hingga saat ini
masih dalam bentuk derajat, menit dan detik di dalam trigonometri dan
pengukuran waktu yang merupakan warisan budaya Babilonia.

Sistem bilangan bangsa Babilonia:

 Sistem bilangan posisional, sistem seperti ini didasarkan pada gagasan nilai
tempat, dimana nilai sebuah simbol bergantung pada posisi yang
didudukinnya dalam representasi numerik.
 Sistem bilangan seksagesimal, skala bilangan Babilonia bukanlah desimal
tetapi seksagesimal atau sistem bilangan dengan dasar 60, sehingga untuk
setiap tempat suatu angka dipindahkan ke kiri maka nilai angka itu
meningkat nilai nya dengan factor dari 60. Saat bilangan bulat ditampilkan
dalam sistem seksagesimal, ruang atau tempat terakhir di khususkan untuk
bilangan-bilangan dari 1-59.

Misalnya bilangan Babilonia 3 25 4, ini artinya 3. 602 + 25.60 + 4 = 12.304


Dan bukan 3.103 + 25.10 + 4 = 3.254
Bentuk angka Babilonia

Notasi Numerik = Baji tegak Baji Tegak ▼ = Tulisan paku


= Baji Lebar Baji Lebar ◄ = Tulisan paku

9
Berikut ini lambang-lambang yang digunakan dalam sistem numerasi
babylonia:

Contoh soal:

76 = 1.60 + 16

= V|<VVVVVV

135 = 2.60 + 15

= VV|<VVVVV

D. Sistem numerasi Yunani


Sistem Numerasi Yunani diyakini di mulai oleh Thales dari Miletus
(diperkirakan 624 sampai 546 SM) dan Pythagoras dari Samos (diperkirakan
582 sampai 507 SM). Sistem Yunani Kuno pada awalnya disebut dengan sistem
attic dan muncul sekitar tahun 600 SM. Sistem attic cukup sederhana di mana
angka satu sampai empat dilambangkan dengan lambang tongkat,

misal: 2 =>11 kemudian berkembang menjadi sistem ionina (alfabetis) Yunani.

1. Sistem Attic (Yunani Kuno)

Sistem numerasi ini berkembang sekitar tahun 600 SM. tulisan ini ditemukan
di daerah reruntuhan Yunani yang bernama Attic.

‫=׀‬1 ℾ‫ = ׀‬6 ∆ = 10
‫ = ׀׀‬2 ℾ‫ =׀׀‬7
H = 100
‫ = ׀׀׀‬3 ℾ‫ = ׀׀׀‬8
X = 1000
‫ = ׀׀׀׀‬4 ℾ ‫ =׀׀׀׀‬9 10
ℾ =5 ∆ = 10 M = 10.000
Berikut ini lambang-lambang yang digunakan dalam sistem numerasi attic:

Angka Lambang Cara membaca


1 Ⅰ -
10 Δ Deka
100 Η Hekaton
1000 Χ Khilioi/Khilias
10000 M Myrion

Contoh penulisan multiplikatif:

11 = ΔⅠ

121 = ΗΔΔⅠ

10203 = MΗΗⅠⅠⅠ

2. Sistem Ionik (Alfabetis)

Sekitar tahun 450 SM Bangsa Lonia dari Yunani telah mengembangkan suatu
sistem angka, yaitu alphabet Yunani yang terdiri dari 27 huruf yaitu dari
lambang-lambang diatas jelas bahwa bilangan dasarnya 10.

Lambang untuk bilangan 0 belum ada pada masa itu. Selain lambang-lambang
diatas ada pola lambang lain yang dipergunakan sebagai penyingkat yaitu ᴨ,
yang berarti lima. Lambang ini dapat pula digabung dengan lambang-lambang
diatas, dengan demikian nilainya sama dengan lima kali nilai lambang dasar
yang tertulis.

Untuk menyatakan ribuan diatas Sembilan dasar angka pertama (dari α sampai
θ) dibubuhi tanda aksen (`), sebagai contoh α` = 1000, ɛ`= 5000. Sedangkan

11
kelipatan 10000 dinyatakan dengan menaruh angka yang bersangkutan di atas
tanda M.

Berikut ini lambang-lambang yang digunakan dalam sistem numerasi lonia:

Angka Lambang Cara


membaca
1 α Alpha
2 β Beta
3 γ Gamma
4 δ Delta
5 ε Epsilon
6 ς Stigma
7 ζ Zeta
8 η Eta
9 θ Theta
10 ι Iota
20 κ Kappa
30 λ Lambda
40 μ Mu
50 ν Nu
60 ξ Xi
70 ο Omicron
80 π Pi
90 ά Koppa
100 ρ Rho
200 σ Sigma
300 τ Taw
400 υ Upsilon
500 φ Phi
600 χ Chi

12
700 ψ Psi
800 ω Omega
900 ϡ Sampi

Contoh soal:

1. Tulis angka 879 dalam sistem numerasi Yunani.


Pembahasan:
Untuk menuliskan angka 879 dalam sistem numerasi Yunani, kita
menggunakan lambang-lambang yang sesuai dengan bentuk angka tersebut.
Misalnya, lambang bagi 800 adalah ω, 70 adalah ο, dan 9 adalah θ.
Sehingga, angka 879 ditulis sebagai ωοθ
2. Ubah angka Yunani ωοε menjadi angka desimal.
Pembahasan:
Untuk mengubah angka Yunani ΠΘΕ menjadi angka desimal, kita harus
mengalikan masing-masing lambang dengan nilai numerik yang sesuai dan
menjumlahkannya. Misalnya, ω memiliki nilai 800, ο memiliki nilai 70, dan
ε memiliki nilai 5. Sehingga, angka desimal yang sesuai adalah 800 + 70 +
5 = 875.

E. Sistem Numerasi Maya (±300 SM)


Suku Indiana Maya dan Inca di Amerika Selatan zaman dahulu kala telah
terkenal memiliki peradaban yang tinggi, karena mereka telah mempunyai
sistem angka atau numerasi. Keistimewaan sistem ini dibandingkan dengan
sistem-sistem lain adalah telah adanya lambang nol. Tulisan atau angka yang
dikembangkan bangsa Maya bentuknya sangat aneh, berupa bulatan lingkaran
kecil dan garis-garis. Hal tersebut dipengaruhi oleh alat tulis yang digunakan
yaitu tongkat yang penampangnya lindris (bulat), sehingga dengan cara
menusukkan tongkat ke tanah liat akan berbekas lingkaran atau dengan
meletakkan tingkat mereka sehingga berbekas garis.

13
Penulisan bilangan Maya ini ditemukan oleh Francisco de Cordoba pada tahun
1517 M di kota Mexico, tepatnya di Jazirah Jucatan. Lambang- lambang dari
sistem numerasi ini adalah gabungan antara garis dan noktah. Untuk bilangan-
bilangan yang lebih besar dari 19 dipakai bilangan dasar 20. Untuk bilangan-
bilangan yang lebih besar lagi, dipakai bilangan dasar 18.20, 18.202, 18.203,
…, 18.20n. Dalam sistem numerasi ini, penulisan dimulai dari atas ke bawah,
mulai dari pangkat tertinggi sampai pangkat terendah. Simbol-simbol yang
dipakai dalam sistem Maya sebagai berikut.

Seperti uraian di atas, tulisan Maya ini adalah gabungan antara


noktah dan garis. Setiap satu noktah mempunyai nilai satu dan tiap satu garis
mempunyai nilai lima. Penulisan lambang suatu bilangan pada sistem angka
maya ini dari atas ke bawah. dimulai dari koefisien pangkat tertinggi sampai
koefisien pangkat terendah.

Berikut ini lambang-lambang yang digunakan dalam sistem numerasi maya:

F. Sistem Numerasi Cina-Jepang (±200 SM)


Sistem numerasi ini telah ada sejak tahun 200 SM, Bangsa Cina menuliskan
angka-angkanya menggunakan alat tulis yang dinamakan pit di mana
bentuknya menyerupai kuas. Tulisannya berbentuk gambar atau piktografi

14
yang mempunyai nilai seni tinggi. Sistem angka Cina Jepang disebut dengan
sistem "batang", dan mempunyai nilai tempat, berkembang sekitar 213 SM.

Angka tradisional Cina-Jepang menggunakan pengelompokan dengan


bilangan dasar 10. Di samping itu sistem angka ini juga mempunyai sistem
pengelompokan perkalian (multiplikatif), maksudnya adalah sebagai berikut:

Andaikan telah ditentukan lambang-lambang bilangan dasar dari 1 sampai 9.


sedangkan bilangan 10, 102, 103,… dimisalkan mempunyai lambang berturut-
turut a, b, e.... maka bilangan Cina-Jepang 5624 ditulis 5 c 6 b 2 a 4, jadi setiap
lambang a, b, c dan seterusnya dikalikan dengan koefisiennya dan tidak ditulis
berulang-ulang. Keunikannya angka yang ditulis dalam angka Cina-Jepang itu
ditulis dari atas ke bawah.

Berikut ini lambang-lambang yang digunakan dalam sistem numerasi cina-


jepang (dulu)

Contoh soal

1. Tulis angka 12 dalam sistem numerasi Cina/Jepang.


Pembahasan:
Karena 12 terdiri dari angka 10 + 2, maka bilangan numerasinya dituliskan
dengan lambang 10 dan 2
十二
2. Ubah angka Cina/Jepang 五百二十 menjadi angka desimal.
Pembahasan:

15
Dalam gambar yang telah disediakan, dapat dilihat bahwa setiap lambang
berarti,
五=5
百 = 100 (ratus)
二=2
十 = 10 (puluh)
三=3
Maka, dapat diartikan sebagai berikut,
5 (100) + 2 (10) + 3 = 500 + 20 + 3
= 523

G. Sistem Numerisasi Romawi (±100 SM)


Sistem numerisasi Romawi berkembang sekitar permulaan tahun 100 SM.
Sampai saat ini, lambang bilangan Romawi masih banyak digunakan dalam
kehidupan sehari- hari. Sistem numerisasi Romawi yang sekarang ini
merupakan modernisasi sistem adisi dari sistem yang lama. Sistem ini bukan
sistem yang mempunyai nilai tempat, kecuali pada hal-hal tertentu yang sangat
terbatas. Sistem ini juga tidak mempunyai nol.

Tetapi sistem romawi yang seperti sekarang ini belum lama dikembangkannya.
Lambang bilangan sistem Romawi sebagai berikut:

Sistem angka Romawi tidak mempunyai nilai tempat. Ketika beberapa


lambang dikombinasikan lambang-lambang tersebut dapat ditulis bagian demi
bagian. Ketika suatu angka memuat dua lambang dasar, satu bilangan yang
lebih kecil dari yang lain. Maka berlaku:

 Penjumlahan jika, lambang pada bagian kanan menyatakan bilangan yang


lebih kecil.
 Pengurangan jika, lambang pada bagian kiri menyatakan bilangan yang
lebih kecil.

16
Ketika dua atau lebih lambang merupakan bilangan yang sama yang ditulis
bersama sama, maka semua lambang menyatakan jumlah.

Adapun aturan resmi penggunaan huruf lain adalah sebagai berikut:

 Huruf pengulangan adalah pangkat sepuluh, seperti I, X, dan C.


 Kurangkan hanya satu huruf dari sebuah angka tunggal.
 Jangan mengurangkan huruf dari huruf yang besarnya lebih dari sepuluh
kali.
 Aturan yang berlaku di Mesir, empat ditulis IV bukan IIII.
 Selama tahun pertengahan, angka Romawi N digunakan sebagai lambang
"nullae" yang menyatakan nol.

Untuk menuliskan bilangan-bilangan besar dipakai sistem perkalian yang


ditunjukan dengan tanda-tanda tertentu. Umpamanya sebuah strip (ruas garis)
di atas lambang bilangan tertentu menunjukkan nilai yang sama dengan seribu
kali nilai bilangan itu. Dua strip di atas sebuah bilangan tertentu menunjukkan
nilai sejuta kali bilangan itu.

Contoh:

X = 1000 x 10 = 10.000

XXIII = 1000 x 23 = 23.000

XIV = 1.000.000 x 14 = 14.000.000

H. Sistem Numerisasi Hindu-Arab (±300 SM-750 M)


Sistem Hindu-Arab berasal dari India sekitar 300 SM dan mengalami banyak
perubahan yang dipengaruhi oleh penggunaannya di Babilonia dan Yunani.
Baru sekitar tahun 750 M sistem Hindu-Arab berkembang di Bagdad. Bukti
sejarah ini tertulis dalam buku karangan matematis arab yang bernama Al-
Khawarizmi yang berjudul Liber Algorisme De Numero Indorum.

Menurut sejarahnya, sistem ini belum menggunakan nilai tempat dan belum
mempunyai lambang nol. Mereka mulai menggunakan sistem nilai tempat

17
diperkirakan terjadi pada tahun 500 M. Sistem numerasi Hindu-Arab
menggunakan sistem nilai tempat dengan basis 10 yang dipengaruhi oleh
banyaknya jari tangan, yaitu 10. Berasal dari bahasa latin decem yang artinya
sepuluh, maka sistem numerasi ini sering disebut sebagai sistem desimal.
Tidak diketahui pastinya kapan dan di mana dimulainya lambang nol
digunakan, hanya ada beberapa dugaan bahwa lambang nol ini berasal dari
Babylonia lewat Yunani Sistem numerasi Hindu-Arab yang kita kenal
sekarang adalah berasal dari numerasi Arab Timur yang telah
berbeda dari asalnya.

Berikut ini lambang-lambang yang digunakan dalam sistem numerasi hindu-


arab

Contoh Soal:
1) Tulis angka 2019 dalam sistem numerasi hindu-arab
= ۹۱۰۲
2) Ubah angka 1567 ke dalam numerasi hindu-arab
= ۷٦٥١

18
BAB ΙΙΙ

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sejarah mengenai bilangan perlu kita ketahui, karena dalam kehidupan sehari-
hari kita tidak bisa lepas dari sesuatu yang Namanya angka. Angka tersebut
merupakan salah satu kerabat dari bilangan. Selain menambah wawasan, kita
bisa sambal belajar Kembali. Sistem numerasi adalah sekumpulan lambang dan
aturan pokok untuk menuliskan bilangan. Lambang yang menyatakan suatu
bilangan disebut numeral atau lambang bilangan, Sejarah mengenai bilangan
perlu kita ketahui, karena dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa lepas dari
sesuatu yang Bernama angka.

Sistem numerasi yang pertama digunakan adalah sistem ijir yang didasarkan
pada perhitungan koresponden satu-satu. Kemudian seiring dengan
perkembangan peradaban manusia, kebutuhan akan bilangan dan angka yang
semakin kompleks menyebabkan manusia mengembangkan berbagai sistem
numerasi yang berlaku di berbagai belahan dunia, seperti Mesir, Babilonia,
Mayan (Amerika Tengah), Yunani, Cina-Jepang, dan Romawi.

3.2 Saran

19
DAFTAR PUSTAKA

Abdhul, Yusuf. 2023. Apa Itu Numerasi? deepublishstore.com. [Online]


deepublishstore, 25 Juni 2023. [Dikutip: Jumat September 2023.]
https://deepublishstore.com/blog/numerasi/#:~:text=
Greg, Bang. 2020. Angka, Bilangan dan Sistem Numerasi. solusimatika sd.
[Online] Februari Senin, 2020. [Cited: September Jumat, 2023.]
https://solusimatikasd.blogspot.com/2020/02/angka-bilangan-dan-sistem-
numerasi.html?m=1 .
Profil Kemampuan Numerasi Siswa Sekolah Dasar Berkemampuan Tinggi dalam
Memecahkan Masalah Matematika. Maulidina, Ana Puspita dan Hartantik, Sri.
2019. Surabaya : Jurnal Bidang Pendidikan Dasar, 2019, Vol. 3.
Sistem Numerasi Ijir. Abdulah, Lutfi Maulana. 2018. s.l. : SCRIBD, 2018.

20

Anda mungkin juga menyukai