Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
UNIVERSITAS LAMPUNG
2023/2024
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji Syukur atas kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan Rahmat dan nikmat
kepada kami sehingga dalam pembuatan dan penyusunan makalah yang berjudul
“Numerasi dan Lambangnya” dapat diselesaikan dengan baik.
Tujuan yang mendorong kami Menyusun makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
kelompok dari mata kuliah Bilangan dan Pengolahan Data dan dapat mencapai nilai
yang memenuhi syarat perkuliahan.
Pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan ucapan terimakasih, serta rasa
hormat kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan
makalah ini terutama kepada:
1. Dosen mata kuliah bilangan dan pengolahan data ibu Frida Destini
2. Rekan-rekan kelompok 2 yang telah bekerjasama dengan baik sebagai tim
sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kami
harapkan adanya kritik dan saran dari pihak manapun demi kesempurnaan makalah
ini.
Kelompok 2
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Sistem numerasi selalu berkembang selama ber abad-abad dari masa ke masa
hingga saat ini, kita tidak dapat pungkiri bahwa Pendidikan matematika sangat
diperlukan dan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap kehidupan manusia dan
Masyarakat umum, manusia membutuhkan matematika dalam perhitungan
sederhana, yaitu khususnya dalam bidang perdagangan, menjual dan membeli
suatu barang, dan semakin lama akan terus meningkat sehingga manusia perlu
mengembangkan sistem numerasi.
Di dalam kehidupan sehari hari kita akan selalu bertemu yang Namanya bilangan
karena bilangan selalu dibutuhkan baik dalam teknologi, sains, ekonomi, atau
pun dalam dunia musik, filosofi dan hiburan serta aspek kehidupan lainnya.
1
2. Apa saja sistem-sistem Numerasi?
3. Apa sajakah lambang-lambang Numerasi?
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Geiger, Good dan Forgasz, numerasi merupakan istilah yang biasa
digunakan untuk mengidentifikasi pengetahuan dan kemampuan yang
dibutuhkan untuk mengakomodasi tuntutan matematika dalam kehidupan
berkontribusi pribadi dan sosial juga untuk berkontribusi berpartisipasi dalam
kehidupan masyarakat sebagai warga negara yang terinformasi, reflektif,
dan berkontribusi.
3
Adapun pengertian numerasi adalah sekumpulan lambang dan aturan pokok
untuk menuliskan bilangan. Lambang yang menyatakan suatu bilangan disebut
numeral. Numerasi dibuat berawal dari kebingungan manusia yang mulai
mengenal tulisan namun sulit dalam membilang. Sehingga dibuatlah suatu
sistem numerasi yang terdiri dari numerial (lambang bilangan / angka) dan
number (bilangan).
Bayangkan saja jika tidak ada lambang bilangan, maka proses perhitungan tentu
akan sulit di realisasikan. Yang demikian ini akan menghambat sistem
Pendidikan, ekonomi, pertanian dan lainnya. Akibatnya negara akan sulit
berkembang dan maju.
Akan tetapi, meskipun sistem numerasi ijir telah lama digunakan ternyata
masih terdapat kekurangan di dalamnya, yaitu keterbatasan menghitung. Maka
dari itu, dikembangkan lah lambang-lambang yang beragam untuk
menyederhanakan nominal angka yang lebih besar. Untuk setiap pengulangan
4
angka yang sama kurang dari sama dengan lima diberi satu goresan miring (\),
dan dua goresan miring (\\) untuk angka yang mengandung unsur sepuluh.
Contoh soal:
5
Karena 40 = 10 x 4, maka simbol angka sepuluh (////) dituliskan
berulang sebanyak empat kali.
Karena 3 = 1 x 3, maka simbol angka satu (/) ditulis berulang sebanyak
tiga kali.
Maka:
Notasi matematika Mesir Kuno bersifat desimal (berbasis 10) dan didasarkan
pada simbol hieroglif untuk tiap nilai perpangkatan sepuluh sampai dengan
sejuta. Tiap-tiap simbol dapat ditulis sebanyak apapun sesuai dengan bilangan
yang diinginkan; sehingga untuk menuliskan delapan ratus atau delapan puluh,
simbol seratus atau sepuluh ditulis sebanyak delapan kali. Dengan ini berarti
mereka memiliki simbol terpisah untuk satuan, puluhan, ratusan, ribuan, puluh
ribu, ratus ribu dan jutaan.
6
Berikut ini lambang-lambang yang digunakan dalam sistem numerasi Mesir
Kuno:
Keterangan:
1 = 100 = Tongkat (Stroke)
10 = 101 = Tulang Tumit (Heel Bone)
100 = 102 = Gulungan Surat (Letter Roll)
1000 = 103 = Bunga Teratai (Lotus Flower)
10.000 = 104 = Jari Telunjuk (A Pointing Pinger)
7
100.000 = 105 = Ikan Burbot (Burbot Fish)
1.000.000 = 106 = Orang Astronis (Astronished Man)
Contoh Soal:
Pembahasan
Pada sistem mesir kuno, pengurutan angkanya dapat dilihat dari simbol yang
memiliki nilai paling tinggi.
Dapat dilihat dari tabel, bahwa urutan simbol dari nilai yang paling tinggi
adalah simbol gulungan surat, tulang tumit, dan tongkat.
Maka:
Gulungan surat (3) + tulang tumit (4) + tongkat (2) = 100 (3) + 10 (4) + 1 (2)
= 342
C. Numerasi Babilonia
Pada masa lampau orang menulis angka-angka menggunakan sepotong kayu
pada tablet yang terbuat dari tanah liat tulisan atau angka Babilonia sering
disebut tulisan paku karena memiliki bentuk yang seperti paku. Pertama kali
orang yang mengenal bilangan 0 adalah Babilonia sistem angka Babilonia
8
sekitar 2400 SM disebut juga sistem Sexagesimal karena menggunakan basis
60 yang diambil dari Sumeria. Sexagesimal masih digunakan hingga saat ini
masih dalam bentuk derajat, menit dan detik di dalam trigonometri dan
pengukuran waktu yang merupakan warisan budaya Babilonia.
Sistem bilangan posisional, sistem seperti ini didasarkan pada gagasan nilai
tempat, dimana nilai sebuah simbol bergantung pada posisi yang
didudukinnya dalam representasi numerik.
Sistem bilangan seksagesimal, skala bilangan Babilonia bukanlah desimal
tetapi seksagesimal atau sistem bilangan dengan dasar 60, sehingga untuk
setiap tempat suatu angka dipindahkan ke kiri maka nilai angka itu
meningkat nilai nya dengan factor dari 60. Saat bilangan bulat ditampilkan
dalam sistem seksagesimal, ruang atau tempat terakhir di khususkan untuk
bilangan-bilangan dari 1-59.
9
Berikut ini lambang-lambang yang digunakan dalam sistem numerasi
babylonia:
Contoh soal:
76 = 1.60 + 16
= V|<VVVVVV
135 = 2.60 + 15
= VV|<VVVVV
Sistem numerasi ini berkembang sekitar tahun 600 SM. tulisan ini ditemukan
di daerah reruntuhan Yunani yang bernama Attic.
=׀1 ℾ = ׀6 ∆ = 10
= ׀׀2 ℾ =׀׀7
H = 100
= ׀׀׀3 ℾ = ׀׀׀8
X = 1000
= ׀׀׀׀4 ℾ =׀׀׀׀9 10
ℾ =5 ∆ = 10 M = 10.000
Berikut ini lambang-lambang yang digunakan dalam sistem numerasi attic:
11 = ΔⅠ
121 = ΗΔΔⅠ
10203 = MΗΗⅠⅠⅠ
Sekitar tahun 450 SM Bangsa Lonia dari Yunani telah mengembangkan suatu
sistem angka, yaitu alphabet Yunani yang terdiri dari 27 huruf yaitu dari
lambang-lambang diatas jelas bahwa bilangan dasarnya 10.
Lambang untuk bilangan 0 belum ada pada masa itu. Selain lambang-lambang
diatas ada pola lambang lain yang dipergunakan sebagai penyingkat yaitu ᴨ,
yang berarti lima. Lambang ini dapat pula digabung dengan lambang-lambang
diatas, dengan demikian nilainya sama dengan lima kali nilai lambang dasar
yang tertulis.
Untuk menyatakan ribuan diatas Sembilan dasar angka pertama (dari α sampai
θ) dibubuhi tanda aksen (`), sebagai contoh α` = 1000, ɛ`= 5000. Sedangkan
11
kelipatan 10000 dinyatakan dengan menaruh angka yang bersangkutan di atas
tanda M.
12
700 ψ Psi
800 ω Omega
900 ϡ Sampi
Contoh soal:
13
Penulisan bilangan Maya ini ditemukan oleh Francisco de Cordoba pada tahun
1517 M di kota Mexico, tepatnya di Jazirah Jucatan. Lambang- lambang dari
sistem numerasi ini adalah gabungan antara garis dan noktah. Untuk bilangan-
bilangan yang lebih besar dari 19 dipakai bilangan dasar 20. Untuk bilangan-
bilangan yang lebih besar lagi, dipakai bilangan dasar 18.20, 18.202, 18.203,
…, 18.20n. Dalam sistem numerasi ini, penulisan dimulai dari atas ke bawah,
mulai dari pangkat tertinggi sampai pangkat terendah. Simbol-simbol yang
dipakai dalam sistem Maya sebagai berikut.
14
yang mempunyai nilai seni tinggi. Sistem angka Cina Jepang disebut dengan
sistem "batang", dan mempunyai nilai tempat, berkembang sekitar 213 SM.
Contoh soal
15
Dalam gambar yang telah disediakan, dapat dilihat bahwa setiap lambang
berarti,
五=5
百 = 100 (ratus)
二=2
十 = 10 (puluh)
三=3
Maka, dapat diartikan sebagai berikut,
5 (100) + 2 (10) + 3 = 500 + 20 + 3
= 523
Tetapi sistem romawi yang seperti sekarang ini belum lama dikembangkannya.
Lambang bilangan sistem Romawi sebagai berikut:
16
Ketika dua atau lebih lambang merupakan bilangan yang sama yang ditulis
bersama sama, maka semua lambang menyatakan jumlah.
Contoh:
X = 1000 x 10 = 10.000
Menurut sejarahnya, sistem ini belum menggunakan nilai tempat dan belum
mempunyai lambang nol. Mereka mulai menggunakan sistem nilai tempat
17
diperkirakan terjadi pada tahun 500 M. Sistem numerasi Hindu-Arab
menggunakan sistem nilai tempat dengan basis 10 yang dipengaruhi oleh
banyaknya jari tangan, yaitu 10. Berasal dari bahasa latin decem yang artinya
sepuluh, maka sistem numerasi ini sering disebut sebagai sistem desimal.
Tidak diketahui pastinya kapan dan di mana dimulainya lambang nol
digunakan, hanya ada beberapa dugaan bahwa lambang nol ini berasal dari
Babylonia lewat Yunani Sistem numerasi Hindu-Arab yang kita kenal
sekarang adalah berasal dari numerasi Arab Timur yang telah
berbeda dari asalnya.
Contoh Soal:
1) Tulis angka 2019 dalam sistem numerasi hindu-arab
= ۹۱۰۲
2) Ubah angka 1567 ke dalam numerasi hindu-arab
= ۷٦٥١
18
BAB ΙΙΙ
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sejarah mengenai bilangan perlu kita ketahui, karena dalam kehidupan sehari-
hari kita tidak bisa lepas dari sesuatu yang Namanya angka. Angka tersebut
merupakan salah satu kerabat dari bilangan. Selain menambah wawasan, kita
bisa sambal belajar Kembali. Sistem numerasi adalah sekumpulan lambang dan
aturan pokok untuk menuliskan bilangan. Lambang yang menyatakan suatu
bilangan disebut numeral atau lambang bilangan, Sejarah mengenai bilangan
perlu kita ketahui, karena dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa lepas dari
sesuatu yang Bernama angka.
Sistem numerasi yang pertama digunakan adalah sistem ijir yang didasarkan
pada perhitungan koresponden satu-satu. Kemudian seiring dengan
perkembangan peradaban manusia, kebutuhan akan bilangan dan angka yang
semakin kompleks menyebabkan manusia mengembangkan berbagai sistem
numerasi yang berlaku di berbagai belahan dunia, seperti Mesir, Babilonia,
Mayan (Amerika Tengah), Yunani, Cina-Jepang, dan Romawi.
3.2 Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
20