SISTEM NUMERASI
Disusun oleh:
1. Regal Galiansyah 2225210093
2. Sri Malisa 2225210011
3. Siti Mashurul Aini 2225210083
KELAS B
PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2021
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesempatan kepada
kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Sistem Numerasi”.
Kami juga menyampaikan banyak terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah
sejarah matematika atas kepercayaannya kepada kelompok kami, juga terhadap bantuan dari
pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya.
Kami juga berharap supaya makalah ini mampu berguna serta bermanfaat dalam
meningkatkan pengetahuan sekaligus wawasan terkait sejarah sistem numerasi, serta
perkembangan sistem numerasi.
Selain itu, kami juga sadar bahwa pada makalah kami ini dapat ditemukan banyak
kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami benar-benar menanti kritik dan
saran untuk kemudian dapat kami revisi dan kami tulis di masa yang selanjutnya. Di akhir, kami
berharap makalah sederhana ini dapat dimengerti oleh setiap pihak yang membaca. Kami pun
memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam makalah ini terdapat perkataan yang
tidak berkenan di hati.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................................................1
1.2 Tujuan....................................................................................................................................1
1.3 Manfaat..................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................................3
2.1 Sistem Numerasi....................................................................................................................3
2.1.1 Konsep-Konsep Sistem Numerasi...................................................................................4
2.2 Sistem Numerasi Ijir (Tally)....................................................................................................4
2.3 Sistem Numerasi Babilonia....................................................................................................5
2.4 Sistem Numerasi Mesir..........................................................................................................6
2.5 Sistem Numerasi Yunani........................................................................................................8
2.6 Sistem Numerasi Maya..........................................................................................................9
2.7 Sistem Numerasi Cina-Jepang..............................................................................................11
2.8 Sistem Numerasi Romawi....................................................................................................13
2.9 Sistem Numerasi Hindu-Arab...............................................................................................16
BAB III KESIMPULAN .....................................................................................................................20
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Matematika adalah bahasa alam semesta. Sejak keberadaan kita sebagai makhluk hidup
di dunia, matematika telah berhasil menarik perhatian orang untuk penelitian. Tidak heran jika
matematika sering disebut sebagai disiplin ilmu yang terus berkembang secara mandiri dari
waktu ke waktu.
Salah satu cabang matematika adalah teori bilangan. Teori bilangan berisi beberapa
pertanyaan terbuka dalam kehidupan, sehingga mudah dipahami oleh orang awam. Menurut
catatan sejarah, asal muasal penggunaan teori bilangan tidak pasti, karena konsep ini sudah
dikemukakan sebelum catatan sejarah. Dengan kata lain, pada peradaban primitif, angka hanya
digunakan untuk mengingat angka, tetapi dalam proses perkembangannya, mereka mulai
menggunakan gambar dan huruf tertentu untuk melambangkan angka. Rangkaian simbol ini
disebut sistem penomoran.
Pengembangan kapasitas dalam teori bilangan bervariasi dari satu negara ke negara
lain. Terkadang, konsep digital suatu bangsa merupakan hasil adopsi dan adaptasi, sehingga
perkembangannya bergantung pada kemajuan peradaban bangsa dan interaksinya dengan
bangsa lain. Selanjutnya saya akan memaparkan perkembangan teori bilangan dari peradaban
Babilonia, Mesir, Cina kuno, Maya, Yunani, Romawi, Hindu- Arab (Kusaeri, 2017: 1736).
1.2 Tujuan
1
2
1.3 Manfaat
a. Bagi Penyusun
Hasil pembahasan makalah ini diharapkan dapat memberikan tambahan ilmu dan
pengetahuan baru mengenai sejarah sistem numerasi diberbagai negara.
b. Bagi Pembaca
Dapat mengetahui pengertian, sejarah, dan perkembangan sistem numerasi di berbagai
negara.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sistem Numerasi
Menurut cerita, ketika orang mulai mengenal kata atau zaman sejarah dan melakukan
kegiatan berhitung dan mencacah, mereka bingung bagaimana memberi tanda angka, sehingga
mereka membuat sistem numerasi, yaitu sistem yang terdiri dari numerial (angka /tanda angka)
dan number (bilangan/penomoran). Sistem numerasi adalah seperangkat simbol dan aturan
pohon untuk menulis angka. Meskipun bilangan itu sendiri adalah konsep yang absurd dan
tidak terdefinisi.
Sistem penulisan bilangan yang dideskripsikan dengan lambang bilangan (angka) yang
didasarkan pada basis (b) atau dasar tertentu. Jika penulisan bilangan melebihi dari basis maka
penulisannya akan menggunakan gabungan dari simbol ‖.
4
5
Contoh 1.1
Pada “1.876” merupakan suatu bilangan yang terdapat tiga angka, yaitu angka 1, angka
8, angka 7 dan angka 6. 1 menempati nilai ribuan sehingga sama artinya dengan seribu atau
1.000, 8 menempati angka ratusan sehingga sama artinya dengan delapan ratus atau 800, 7
menempati angka puluhan sehingga sama artinya dengan tujuh puluh atau 70, dan 6
menempati angka satuan sehingga sama artinya dengan enam satuan atau 6.
Adapun beberapa konsep yang digunakan dalam system numerasi sebagai berikut:
a. Aturan Aditif
Aturan ini tidak menggunakan aturan penempatan, jadi simbol dan nilainya sama
dimanapun dia berada. Nilai suatu lambang diperoleh dengan menjumlahkan nilai
lambang utama. Aturan ini disebut juga aturan penjumlahan.
b. Aturan Pengelompokan Sederhana
Jika simbol yang digunakan memiliki nilai dan memiliki aturan tambahan, gunakan
aturan ini.
c. Aturan Tempat
Aturan posisi Jika simbolnya sama tetapi posisinya berbeda, mereka memiliki nilai
yang berbeda.
d. Hukum Multiplikatif
Hukum Multiplikatif juga dikenal sebagai hukum perkalian.
Proses perhitungannya sudah dikenal sejak zaman prasejarah, meski masih sangat
sederhana. Prinsip yang mereka gunakan adalah menggunakan sistem pencocokan l-l. Misalnya,
ketika menghitung sapi mereka, mereka menggunakan jejak (garis) sebagai ekor. Mereka
biasanya menggunakan jari tangan atau kaki, karena jumlah jarinya terbatas, jadi untuk jari
yang lebih banyak, mereka akan menggunakan batu, kerikil atau balok kayu, mengikis dinding
atau mengikat simpul dengan tali.
Contoh 1.2
a. Ani memiliki 3 ekor kucing, maka ani akan menyusun tongkat (goresan) sebanyak 3
buah, yaitu I I I.
b. Dalam pencarian kayu bakar Susi memperoleh 2 kayu bakar, Ahmad memperoleh 3
kayu bakar, dan Roni memperoleh 4 kayu bakar. Jika kayu bakar mereka disatukan
maka ada berapa kayu bakar yang mereka miliki: I I + I I I + I I I I = I I I I I I I I I .
Jika setiap lima goresan maka dikelompokan menjadi satu kelompok, yang ditulis
dengan I I i i dan disebut satu ikat. Jadi dalam contoh diatas adalah: Kayu bakar Susi
+ kayu bakar Ahmad + kayu bakar Roni = I I I I I I I I I = I I i i I I i I
c. Untuk menghitung buku, jika buku sebanyak 4, maka menyusun goresan sebanyak 4
(IIII) atau ingin menghitung 2 pensil dan 5 bolpoint maka menyusun goresan 2 (II)
dan menyusun goresan lagi 5 (IIIII) sehingga banyaknya goresan menjadi 7 (IIIIIII).
Di masa sekarang Sexagesimal ini sering kita jumpai dalam bentuk derajat, detik, dan
menit di dalam trigonometri dan pengaturan waktu yang merupakan warisan budaya
Babylonia. Dan dari sinilah diturunkannya penggunaan bilangan 60 detik dalam satu menit, 60
menit dalam satu jam, dan 360 derajat dalam putaran lingkaran penuh.
Sistem bilangan ini sudah mengenal tempat dan sudah mulai dipakai sekitar tahun 2000
SM (Sebelum Masehi), tetapi masih belum mengenal angka nol. Lantas sekitar abad ke-2 SM
bangsa Babilonia baru mulai mengenal angka nol yang dilambangkan dengan spasi.
Ciri-ciri dan sistem Babilonia :
a. Menggunakan bilangan dasar (basis) 60.
b. Menggunakan nilai tempat (setiap posisi dipisahkan oleh sebuah jarak)
c. Simbol-simbol yang digunakan adalah V dan < (lihat gambar 1.1)
d. Tidak mengenal simbol 0 (nol).
Gambar 1.1
Pada masa itu orang menulis angka-angka dengan sepotong kayu pada tablet yang
terbuat dan tanah hat (clay tablets). Simbol baji “V” digunakan untuk menyatakan 1 dan simbol
“<” untuk 10. Kedua simbol tersebut digunakan untuk menyatakan bilangan-bilangan 1 - 59,
yaitu dengan cara menuliskan kedua simbol itu secara berulang.
8
Gambar 1.2
Contoh 1.3
<<<VVVVV berarti 35
Selanjutnya untuk menyatakan 60 dan 1 ditulis dengan symbol yang sama, yaitu “V”.
Beda antara 60 dan 1 ditunjukkan dengan adanya jarak yang agak jauh di antara simbol-simbol
itu.
Contoh 1.4
V <V berarti 1.60+11 = 71
VV VV berarti 2.60+2 = 122
V< <<V berarti 11.60+21 = 681
Sistem numerasi ini merupakan salah satu pelopor dan sistem penjumlahan yang
tercatat dalam sejarah yakni ± 3000 S.M (Glenn, John and Litter, Graham dalam A Dictionary of
Mathematics, 1984, p.58). Tulisan pada zaman Mesir (± 650 S.M) ditulis pada papyrus (dari kata
papu, yaitu semacam tanaman) atau pada perkamen (kulit kambing).
9
Gambar 1.3
Simbol-simbol pada system numerasi Mesir dapat diletakkan dengan urutan sembarang,
sehingga untuk menyatakan suatu bilangan yang sama bisa ditulis dengan beberapa cara.
Dengan kata lain, sistem Mesir tidak mengenal nilai tempat (sedangkan dalam sistem yang kita
gunakan, 43 nilainya berbeda dengan 34).
Contoh 1.54
c. Menggunakan sistem aditif, yaitu nilai dari bilangan sama dengan jumlah nilai dari
setiap lambang yang digunakan dan nilai dari lambang yang sama adalah sama
meskipun letaknya berbeda.
d. Menggunakan sistem pengelompokkan sederhana, yaitu jika lambang-lambang yang
digunakan mempunyai nilai-nilai 1,n,n2 ,n3 ,….dan bersifat aditif. Sistem Mesir Kuno
mempunyai nilai-nilai 1,10,102 ,103 ,..dan bersifat aditif.
1 Ι -
5 Π πέντε
10 Δ δέκα
100 Η ἑκατόν
10000 Μ μύριον
Dari lambang-lambang di atas terlihat jelas bahwa bilangan dasarnya adalah 10.
Sedangkan untuk lambang untuk bilangan nol belum ada. Selain lambang-lambang di
atas terdapat juga lambang lain yang dipergunakan sebagai “penyingkat”, yaitu “Π” yang
berarti lima. Lambang ini dapat juga digabung dengan lambang-lambang diatas. Dengan
demikian, nilainya akan sama dengan lima kali nilai lambang dasar yang tertulis.
Gambar 1.4
Contoh 1.5
Untuk menyatakan ribuan diatas sembilan angka dasar pertama (dari α sampai θ) dibubuhi
tanda aksen (‘), sebagai contoh α’ = 1000, ε’ = 5000. Sedangkan kelipatan 10000 dinyatakan
dengan menaruh angka yang bersangkutan diatas tanda М.
12
Suku Indiana Maya dan Inca di Amerika Selatan zaman dahulu kala telah terkenal memiliki
peradaban yang tinggi, antara lain mereka telah mempunyai sistem angka atau numerasi.
Keistimewaan sistem ini dibandingkan dengan sistem-sistem lain adalah telah adanya lambang
nol. Tulisan angka yang dikembangkan oleh bangsa Maya bentuknya sangat aneh, yaitu berupa
bulatan lingkaran kecil dan garis-garis. Hal ini tentu saja dipengaruhi oleh alat tulis yang
dipakainya, yaitu tongkat yang potongannya lindris (bulat), sehingga dengan cara
menelusupkan tongkat ke tanah liat maka akan berbekas lingkaran atau dengan meletakkan
tingkat mereka sehingga berbekas garis. Penulisan bilangan Maya ini ditemukan oleh Francisco
de Cordoba pada tahun 1517 M di kota peninggalan mereka di Mexico, tepatnya di Jazirah
Jucatan.
Lambang-lambang dari sistem numerasi ini adalah campuran antara garis dan noktah.
Untuk bilangan-bilangan yang lebih besar dari 19 dipakai bilangan dasar 20. Untuk bilangan-
bilangan yang lebih besar lagi, dipakai bilangan dasar 18.20, 18.20² , 18.20³ , ... 18.20 .
Sejarah telah membuktikan bahwa orang-orang Indian Mayan dari Guatemala dan
Honduras mempunyai peradaban yang tinggi. Meskipun sampai sekarang tulisan glifos (tulisan
bangsa Maya) belum bisa diketahui arti atau maksudnya sepenuhnya. Namun, satu hal yang
pasti bahwasanya bangsa Maya ialah bangsa yang ahli dalam menghitung waktu. Walaupun
mereka tidak memiliki jam (sampai sekarang belum diketahui apakah mereka memiliki jam),
namun kemajuan mereka dalam perhitungan matematika dan ilmu astronomi membuat
mereka mampu –sejak ribuan abad yang lalu– membuat kalender yang hampir sempurna. Ahli
arkeologi mengklaim bahwa kalender Maya mulai menghitung waktu mulai dari tahun 3114
SM. Itu disebut sebagai tahun nol dan disamakan dengan tanggal 1 Januari.
Sistem numerasi mareka sangat tinggi, dimana mereka mengubah lambang gambar dengan
―titik (dot) dan ―garis mendatar serta simbol kerang-kerangan untuk mewakilkan nol yang
sudah cukup untuk menyatakan angka apa saja. Teori semacam ini digunakan ke dalam sistem
biner-nya kalkulator sekarang ini. Dan diprediksi sebagai bangsa pertama yang menggunakan
sistem nilai tempat juga angka nol.
13
Sistem ini menggunakan basis 20, tetapi bilangan kelompok kedua adalah (18)(20) sebagai
ganti dari (20)2, bilangan kelompok ketiga adalah (18)(20)2 sebagai ganti dari (20), dan
seterusnya (18)(2O)n . Bilangan-bilangan yang di bawah basis 20 akan ditulis secara sangat
sederhana dengan titik (kerikil) untuk satu dan tangkai (“__“) untuk lima.
θ ° ͟
0 1 5
Gambar 1.5
Contoh 1.6
Bagaimana cara menulis angka 258.458? Menulis 258.458 dalam bilangan Maya sebagai
berikut:
1(20)4 = 160.000
14
12(20)3= 96.000
6(20)2 = 2.400
2(20)1 = 40
18(20)0 = 18 +
258.458
Sistem Penomoran China-Jepang (200 SM) Sistem penomoran ini sudah ada sejak 200 SM.
Orang Cina menggunakan alat tulis seperti pena atau yang dinamakan untuk menulis angka.
Karakter muncul dalam bentuk gambar atau hieroglif dengan nilai seni tinggi. Sistem
penomoran Cina, yang disebut sistem " batang ‖", memiliki nilai tempat dan dikembangkan
sekitar tahun 213 SM. Orang Cina menggunakan tiga sistem penomoran, sistem India-Arab, dan
dua lainnya menggunakan nomor lokal (disebut Daxie) yang membedakan antara tujuan
komersial dan keuangan untuk menghindari pemalsuan.
Angka-angka memposisikan diri. Lambang bilangan lengkap ditulis pada dua garis untuk
menunjukkan nilai, urutan besaran, dan satuan ukuran.
15
拾元 拾〤
元〇
Baris pertama berisi nilai numerik. Dalam contoh ini, " 〤〇〢 " mewakili "4022". Baris kedua
berisi karakter Cina yang mewakili besaran dan satuan ukuran angka pertama dalam
representasi digital. Dalam hal ini, "Sepuluh Yuan" berarti "Sepuluh Yuan". Bersama-sama, itu
adalah "40,22 yuan".
Karakter yang mungkin untuk menunjukkan orde besaran di antaranya:
Gambar 1.6
Contoh 1.7
mirip dengan C, karena C adalah huruf pertama dari kata Latin centum (seratus).
Simbol 1000 menjadi M karena m adalah huruf pertama dari kata Latin Mille (seribu).
Kemudian D. lamambang mengumumkan 500, yang merupakan bagian dari 1000. Pada akhir
tahun 1715, 1000 dan 500 ditemukan. Sistem angka Romawi tidak memiliki nilai tempat. Ketika
beberapa simbol digabungkan, mereka dapat ditulis bagian demi bagian.
Gambar 1.7
Ketika suatu angka memuat dua lambang dasar, satu bilangan yang lebih kecil dari yang
lain, maka berlaku:
a. Penjumlahan, jika lambang pada bagian kanan menyatakan bilangan yang lebih kecil.
b. Pengurangan, jika lambang pada bagian kiri menyatakan bilangan yang lebih kecil.
Ketika dua atau lebih lambang merupakan bilangan yang sama yang ditulis bersama-sama,
maka semua lambang menyatakan jumlah.
Contoh 1.8
Adapun aturan resmi penggunaan huruf yang lain adalah sebagai berikut:
Jika mereka perlu menuliskan banyak bilangan besar, orang Romawi sering menggunakan
garis atau tanda tertentu di atas sebuah angka. Garis atas berarti perkalian seribu. Misalnya
ditulis untuk menyatakan bilangan 6000.
Dalam menulis bilangan Romawi ada beberapa sistem yang dipakai , yaitu sistem
pengulangan, penjumlahan, pengurangan dan gabungan.
a. Pengulangan
Penulisan lambang bilangan Romawi dengan sistem pengulangan ialah lambang
bilangan dasar yang ditulis berjajar maksimum 3 kali untuk lambang bilangan I, X,
C, dan lambang bilangan M bisa ditulis sampai 4 kali. Sedangkan lambang bilangan
Romawi seperti V, L dan D tidak boleh diulang.
19
Contoh 1.9
I =1 C = 100
II = 2 CC = 200
X = 10 M = 1000
XX = 20 MM = 2000
b. Penjumlahan
Penjumlahan dilakukan apabila bilangan ditulis dengan dua angka atau lebih,
sedangkan angka yang disebelah kanannya mewakili bilangan yang sama atau lebih.
Contoh 2.1 CXXXVII = C + X + X + X + V + I + I
= 100 + 10 + 10 + 10 + 5 + 1 + 1 = 137
c. Pengurangan
Pengurangan dilakukan apabila bilangan Romawi yang di kiri kurang dari sebelah
kanan. Pengurangan ini hanya bisa dilakukan sekali saja. Sistem pengurangan memiliki
prinsip yakni I hanya bisa dikurangkan dengan V dan X; X hanya bisa dikurangkan
dengan L dan C, sedangkan C hanya bisa dikurangkan dengan D dan M.
Contoh 2.2
20
d. Gabungan
Selain sistem penjumlahan dan pengurangan ada juga sistem gabungan, dimana
aturan penjumlahan dan pengurangan akan digabung, sehingga akan lebih jelas dalam
membaca lambang bilangan Romawi.
Contoh 2.3
CXLIV = C + (L - X) + (V - I)
= 100 + (50 - 10) + (5 - 1)
= 144
Angka Romawi masih sering digunakan, antara lain pada penulisan angka jam, penulisan
bab buku, penomoran sekuel film dan penomoran seri event olahraga seperti Pekan
Olahraga Nasional (PON) ke- XXVI.
a. Menggunakan basis 10
b. Menggunakan nilai tempat
c. Menggunakan angka : 1, 2, 3, 4, . . . , 9
d. Mengenal simbol “0” (nol).
Contoh 2.4
Perlu diperhatikan bahwa meski pun angka 3 muncul dua kali, tetapi tempatnya berbeda,
maka nilainya juga berbeda. Nilai 3 yang pertama adalah 3000 sedangkan nilai 3 berikutnya 30.
Beberapa pengembangan bilangan yang menggunakan sistem angka Hindu-Arab dikemukakan
sebagai berikut:
sistem desimal, kecuali bahwa pangkat dari tujuh yang digunakan, bukan pangkat dari
sepuluh.
Angka nondesimal dapat dipahami dengan memperhatikan indeksnya (subscrip).
Sebagai contoh, 3457 adalah suatu angka septimal (basis tujuh).
Gambar 1.8
BAB III
SIMPULAN
Bangsa-bangsa di dunina (Mesir Kuno, Babylonia, Cina, Yunani, Romawi, dan India, dll) telah
memberi kontribusi besar bagi penemuan angka-angka dan bilangan-bilangan. Penemuan itu
terjadi karena kebutuhan masyarakat tersebut yang mendesak untuk suatu sistem bilangan
yang dapat digunakan untuk melakukan segala perhitungan berkaitan dengan aktivitas sehari-
hari dapat dikatakan bahwa kemudian telah menjadi dasar untuk membuat sistem bilangan
yang dikenal sekarang baik dengan sistem bilangan Arab maupun dengan sistem bilangan Arab
atau latin.
Peradaban dari bangsa-bangsa itu selain memiliki beragam simbol untuk mendefinisikan
suatu angka atau bilangan tertentu juga memiliki beragam cara penulisan bilangan, mulai dari
sistem yang peling sederhana yaitu sistem tally/ijar sampai dengan sistem penulisan modern
dengan sistem posisi yang kita gunakan sekarang ini. Sistem tally/ijar merupakan sistem
penulisan yang paling sederhana yang diketahui saat ini, sistem ini berkembang pada masa
prasejarah di mana mereka hanya menggunakan simbol garis tegak untuk menyimbolkan
bilanganmya.
Kemudian, ada sistem posisi, sistem ini banyak digunakan oleh bilangan bangsa
Babylonia di Mesopotamia, bilangan bangsa Maya di Amerika, dan bilangan Hindu-Arab yang
meupakan bilangan modern yang sedang kita gunakan dan hampir diseluruh dunia. Sistem
posisi ini melambangkan bahwa suatu simbol dapat menempati posisi satuan, puluhan, ribuan,
dan seterusnya. Sistem pengelompokan sederhana merupakan sistem penulisan dengan
mengelompokan simbol-simbol tertentu untuk menyatakan nilai satuan, puluhan, ratusan dan
ribuan. Sistem penulisan seperti ini banyak dipakai oleh bilangan Hieroglyphic di peradaban
Mesir kuno, bilangan Babylonia, bilangan Romawi, dan bilangan Yunani Attikan.
Kemudian, ada sistem pencirian, sistem penulisan ini mencirikan simbol-simbolnya menjadi
nilai satuan, puluhan, ratusan, dan ribuan, sistem penulisan ini banyak dipakai oleh bangsa
Ionia di Yunani. Lalu, ada sistem perkalian, sistem penulisan seperti ini mengalikan nilai (simbol)
tertentu dengan yang lainnya untuk menyatakan satuan, puluhan, ratusan dan ribuan.
24
25
DAFTAR PUSTAKA
Aritia, Fahni Desy. dkk (Kel.1 Pendidikan Matematika Universitas Lambung Mangkurat
Banjarmasin). 2011.
Umam, M. K. (2020). KECERDASAN SPIRITUAL DITINJAU DARI NILAI NILAI PROFETIK. SAMAWAT,
3(1). Umam, M. K. (2020). PARADIGMA SIMTOMA JIWA SEBAGAI METODE MEMAHAMI
KOGNISI PESERTA DIDIK. Aṭfᾱl: Scientific Journal of Early Childhood Education, 1(1).
26
Umam, M. K. (2020). PENERAPAN METODE ARTIKULASI EKONOMI (Studi Kasus Di MAN Kota
Blitar). ASSYARIAH, 1(1), 55-66. Wisnu. Sistem Bilangan basis Zakapedia. Sistem
Perkembangan Bilangan.
27