Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

BILANGAN CACAH

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Matematika di SD


Dosen Pengampu Dr. Sumaji, S. Pd M. Pd

Di susun Oleh :

1. Laila Noor Malitasari NIM 202003030


2. Puspita Ratna Andiani NIM 202003050

MAGISTER PENDIDIKAN DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Bilangan Cacah ini tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Dr. Sumaji, M.
Pd pada mata kuliah Pengembangan Matematika di SD. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang penerapan pembelajaran matematika materi bilangan
cacah bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Sumaji, M. Pd selaku dosen pembimbing


mata kuliah pengembangan Matematika di SD yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Kudus, Maret 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER……………………………………………………………………………. i
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….. ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………. iii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………… 1
A.       Latar Belakang …………………………………………………………….. 1
B.       Rumusan Masalah…………………………………………………………. 1
C.       Tujuan Pembahasan……………………………………………………….. 1

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………. 2
A.      Sejarah Bilangan Cacah……………………………………………………. 2
B.       Pengertian Bilangan Cacah………………………………………………… 3
C.       Operasi Hitung Bilangan Cacah………………………………………….... 4

BAB III PENUTUP………………………………………………………………. 12


A.       Kesimpulan…………………………………………………………….….. 12
B.       Saran………………………………………………………………………. 12

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………. 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Bilangan cacah merupakan bilangan yang dimulai dari nol, satu, dua, tiga, dan
seterusnya. . Bilangan cacah di dalam matematika dapat kita definisikan sebagai sebuah himpunan
bilangan dimana didalamnya terdiri dari bilangan bulat yang dimulai dari nol dan bukan merupakan

bilangan negatif. Bilangan cacah bisa digunakan dalam perhitungan praktis


matematis. Apabila bilangan cacah dihubungkan dengan operasi bilangan, maka akan
ditemukan adanya operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Selain
itu, akan pula ditemukan hitungan campuran dari operasi pada bilangan cacah.
Pada hakikatnya, secara intuitif siswa telah mengenal bilangan cacah sebelum mereka
masuk sekolah dasar. Misalnya, ketika seorang anak duduk di taman kanak-kanak, anak
tersebut cenderung sudah memahami makna bilangan. Hal itu dapat kita lihat dari aktivitas
mental yang mereka tunjukkan. Misalnya ketika dibagikan permen, dimana masing-masing
dari mereka mendapatkan satu permen, anak akan menerima hal itu. Namun jika ada satu
siswa yang mendapatkan dua permen sedangkan yang lain satu permen, maka akan timbul
suatu pertanyaan ataupun protes dari siswa siswa yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa
siswa sudah memiliki sense of number (kepekaan terhadap bilangan baik terminologi, sifat,
prinsip, maupun operasinya). Kepekaan inilah yang nantinya, akan mempermudah mereka
dalam mempelajari materi bilangan cacah pada tahap berikutnya. Jadi, sebenarnya disini kita
hanya tinggal mengaplikasikan apa yang telah para siswa alami di dalam kehidupan sehari-
hari ke dalam wadah yang bisa dikatakan lebih formal, yakni di institusi pendidikan tepatnya
mata pelajaran matematika bab bilangan cacah.

B.       Rumusan Masalah
1.      Bagaimana sejarah bilangan cacah?
2.      Bagaimana pengertian bilangan cacah?
3.      Bagaimana operasi hitung bilangan cacah?
C.      Tujuan Pembahasan
1.      Untuk menjelaskan sejarah bilangan cacah.
2.      Untuk menjelaskan pengertian bilangan cacah.
3.      Untuk menjelaskan operasi hitung bilangan cacah.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A.      Sejarah dan Bilangan Cacah


Sebenarnya sejak awal peradaban, manusia telah mengenal ilmu matematika. Hanya saja
pada waktu itu matematika tidak memakai angka-angka seperti pada zaman sekarang. Pada
zaman dahulu untuk menunjukkan bilangan, manusia hanya menggunakan simbol-simbol
seperti potongan kayu, simpul-simpul pada kayu atau anggota badan, seperti tangan.

Tetapi seiring perkembangan zaman, penggunaan simbol untuk menunjukan bilanganpun


mulai mulai berlomba-lomba dalam mengembangkan sistem bilangan. Pada Awalnya,
berhitung dengan bilangan hanya terdiri dari 1,2,3,4,5,6,7,8,dan 9. Dan baru kemudian pada
sekitar abad kedelapan, seorang matematikawan muslim dari negeri persia yang dikenal
dengan nama Al-Khawarizmi, menyempurnakan sistem ini dengan memperkenalkan
bilangan nol. Sehingga, terdapat suatu sistem bilangan 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9.... yang
kemudian disebut sebagai bilangan cacah.[1]
Penemuan bilangan nol ini dilatar belakangi oleh sebuah penjelasan di dalam al-qur’an
yang secara tersurat membahas tentang operasi pengurangan. Tepatnya pada surat al-Ankabut
ayat 14, Allah swt. berfirman:

Artinya: “Dan sesungguhnya kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di
antara mereka  seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka mereka ditimpa banjir besar,
dan mereka adalah orang-orang yang zalim.”[2]

Bila dikaji lebih mendalam, tanpa kita sadari ayat diatas sebenarnya menyuratkan tentang
operasi hitung pengurangan 1000-50. Hal inilah yang mendorong Al-Khawarizmi untuk mulai
mengembangkannya secara lebih lanjut. Ia berfikir bahwa di dalam kehidupan, kelak kita
tidak akan hanya berbicara tentang 1000-50, tetapi pengurangan-pengurangan yang lain
tentunya. Semisal 20-19, 24-6 dan lain sebagainya. Lalu bagaimana jika pada saatnya akan
ditemui 2-2, 5-5, ataupun 1000-1000?, maka pengurangan inilah yang menghasilkan bilangan
baru, yaitu 0 (nol atau nil atau null) dan 0 bukan bilangan asli.[3]
Jadi, bisa disimpulkan bahwa dari penemuan Al-Khawarizmi diatas diperlukan sebuah
himpunan bilangan baru yang dapat menampung semua bilangan asli yakni 1, 2, 3, 4,..... dan
bilangan 0. Gabungan dari 2 jenis bilangan tersebutlah yang kemudian menghasilkan sebuah

2
himpunan baru bernama himpunan bilangan cacah (whole numbers). Yang perlu diingat
dalam bilangan cacah, membilang dimulai dari yang tidak ada, yang dilambangkan dengan 0
(nol), 1, 2, 3,....
       Ada juga sumber lain yang menyebutkan bahwa bilangan cacah mempunyai satu nama
lain, yakni gugus bilangan asli. Karena, awal kegiatan manusia pada peristiwa membilang
dimulai ketika seorang anak mulai mengelompokkan benda-benda menjadi gugus-gugus.
Mungkin yang diamati mula-mula adalah jemari yang ada pada tangan mereka, maka
dilihatnya ada lima jari yang berbeda rupa tetapi mempunyai kemiripan. Maka “lima” adalah
sifat banyaknya   benda pada tangan. Kemudian, dari hal itulah manusia mulai menciptakan
lambang bagi masing-masing bilangan. Orang babilonia menciptakan lambang–lambang
khusus bagi enampuluh bilangan asli pertama, tetapi penemuan yang paling praktis untuk
penggunaan sehari-hari adalah penggunaan lambang hindu-arab 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 untuk
bilangan
“satu”, ”dua”, ”tiga”, ”empat”, ”lima”, ”enam”, ”tujuh”, ”delapan”, ”sembilan”. Kemudian, di
ciptakankan lambang 0 untuk bilangan “nol” yang merupakan bilangan kardinal gugus
kosong. [4]

B.       Pengertian Bilangan Cacah


Dari penjelasan sebelumnya, sebenarnya sudah dapat dipahami mengenai apa pengertian
bilangan cacah itu. Tetapi untuk lebih jelasnya disini kami akan memaparkan secara lebih
mendalam mengenai pengertian bilangan cacah. Bilangan cacah dapat didefinisikan sebagai :
1. Himpunan bilangan bulat yang tidak negatif, yaitu {0, 1, 2, 3 ...}.
2. Himpunan bilangan asli ditambah 0. Jadi, bilangan cacah harus bertanda positif. Himpunan
bilangan cacah : C = {0, 1, 2, 3, 4, ....}[5]
3. Bilangan yang digunakan untuk menyatakan cacah anggota atau kardinalitas suatu
himpunan. Maksudnya, jika suatu himpunan yang karena alasan tertentu tidak mempunyai
anggota sama sekali, maka cacah anggota himpunan itu “nol” dan dinyatakan dengan
lambang atau angka “0”. Jika anggota dari suatu himpunan hanya terdiri dari satu anggota
saja maka cacah anggota tersebut adalah “satu” dan dinyatakan dengan lambang atau
angka “1”, dan demikian seterusnya.[6]
Jadi, singkatnya bilangan cacah adalah bilangan yang dimulai dari angka nol. Bilangan
cacah biasanya disimbolkan dengan huruf “C” (cacah) ataupun “W” (whole). Sehingga
apabila kita ingin menuliskan himpunan bilangan cacah ataupun seluruh unsur bilangan cacah
kita bisa menuliskannya seperti ini C= (0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12,...dst.)

3
Himpunan bilangan cacah juga memuat beberapa himpunan bilangan lainnya, seperti:
1. Himpunan bilangan asli = {1, 2, 3, 4, ...}
2. Himpunan bilangan genap = {0, 2, 4, 6, ...}
3. Himpunan bilangan ganjil = {1, 3, 5, 7, ...}
4. Himpunan bilangan kuadrat = {0, 1, 4, 9, ...}
5. Himpunan bilangan prima = {2, 3, 5, 7, ...}
6. Himpunan bilangan tersusun (komposit) = {4, 6, 8, 12, ...}[7]

C.      Operasi Hitung Bilangan Cacah


1.        Penjumlahan

penjumlahan pada umumnya di kelas I SD. Jadi taraf berpikirnya masih kongkret.Oleh karena itu pengajaran
akan lebih dipahami apabila diberikan menggunakan benda-benda kongkret atau alat peraga dan dikaitkan dengan
kehidupan sehari- hari. Berikut ini alternative cara untuk menghitung penjumlahan :
a. Bagaimanakah membaca simbol + dan = ayo kita pelajari bersama
membaca dan menggunakan simbol + dan = contoh
Intan dan Farhan bermain kelereng, intan membawa 7 kelereng sedangkan farhan membawa 5
kelereng berapa jumlah kelereng tersebut…..
Jawab :

Ditamb ah sama
+ deng an
=

Tujuh kelereng lima kelere Dua belas


ng kelereng

a. Menuliskan bilangan dua angka dalam bentuk panjang perhatikan contoh berikut
16 = … + …
Agar hasilnya sama dengan 16 maka angka yang ditambahkan adalah 10 dan 6
16= 10 + 6
b. Penjumlahan dua bilangan tanpa teknik menyimpan
penjumlahan bilangan dua angka dengan dua angka

4
seperti contoh berikut 36 + 23 = …
Cara 1 cara 2 Bersusun
Bersusun panjang 36 = pendek 3 6
30 + 6 23
23 = 20 + 3 ––––– + 5
–––––––––– + 9
= 50 + 9
= 59
Jadi 36 + 23 = 59
Dari contoh tersebut kita simpulkan bahwa
penjumlahan dengan cara bersusun panjang dan pendek
mempunyai hasil yang sama

c. Penjumlahan dua bilangan dengan menyimpan satu kali teknik penjumlahan bilangan satu
angka dan dua angka

Sifat operasi pada penjumlahan bilangan cacah:


1. Bilangan cacah bersifat tertutup terhadap operasi penjumlahan. Makna dari sifat
tertutup operasi penjumlahan pada bilangan cacah adalah jika suatu bilangan cacah
dijumlahkan suatu bilangan cacah maka hasilnya merupakan bilangan cacah.[9]
2. Memiliki identitas penjumlahan yaitu nol. Identitas adalah jika suatu bilangan a
dioperasikan dengan bilangan lain misal b dan hasilnya bilangan itu sendiri (a) maka
dikatakan b sebagai identitas. Maka, b + 0 = 0 + b= b
3. Berlaku sifat asosiatif (pengelompokkan) pada operasi penjumlahan untuk sembarang
bilangan cacah a, b, c berlaku: a + (b + c) =(a + b) + c
4. Sifat komulatif pada penjumlahan a + b = b + a[10]

2.      Pengurangan
Pengurangan dapat dipahami sebagai pengambilan suatu obyek dari suatu kumpulan
obyek. Proses pengambilan atau pengurangan dapat dinyatakan sebagai kebalikan dari proses
penggabungan atau penjumlahan. Jika dalam penjumlahan, jumlahnya dan salah satu
penjumlahnya sudah diketahui,  maka proses penentuan unsur penjumlahan yang lainnya
menuntut operasi pengurangan. Oleh karena itu, dalam prakteknya jika sebuah bilangan cacah
a dikurangi dengan bilangan cacah b menghasilkan bilangan cacah c (dilambangkan a-b = c),
maka operasi bilangan yang terkait adalah b+c = a.

5
Pada operasi pengurangan tidak memenuhi sifat- sifat yang dimiliki oleh  operasi
penjumlahan, kecuali sifat tertutup.
Sifat–sifat pengurangan antara lain seperti berikut:
1. Operasi pengurangan tidak memenuhi sifat tertutup, sebab tidak setiap a dan b
bilangan cacah menghasilkan a-b bilangan cacah pula.
2. Operasi pengurangan tidak memenuhi sifat pertukaran, sebab tidak untuk setiap a dan
b akan berlaku a – b = b -  a. Pengurangan a – b = b – a hanya akan dipenuhi oleh
bilangan-bilangan yang sama, yakni a = b.
3. Operasi pengurangan juga tidak memenuhi sifat identitas, sebab kita dapat
menentukan sembarang bilangan cacah a sehinga a – 0 ≠ 0 – a. Misalnya a = 2, maka 2
– 0 ≠ 0 – 2.
4. Begitu juga operasi pengurangan juga tidak memenuhi sifat pengelompokkan. Sebab
bisa diperoleh bilangan-bilangan cacah a,b dan c sehingga menghasilkan
ketidaksamaan (a - b) - c ≠ a - (b - c). Contohnya jika a = 8, b = 4, c = 2, maka nilai
untuk pengurangan (a - b) - c =  (8 - 4) - 2 = 4 -2 = 2, sedangkan nilai untuk
pengurangan 8 - (4 - 2)= 8 – 2 = 6. Sehingga jelas, 2 ≠ 6.[13]

Ada juga beberapa macam konsep pengurangan pada bilangan cacah, di antaranya :


a. Konsep mengambil
Contoh: Ada 9 telur di dalam kulkas. Jika 3 telur diambil oleh ibu, berapa banyak telur
yang tersisa?
9 – 3 = 6 Jadi, ada 6 telur yang tersisa di dalam kulkas.
b. Konsep membandingkan
Contoh: Zahrok memiliki 12 sosis, sedangkan Alik memiliki 5 sosis. Berapa lebihnya
sosis Zahrok dari sosis Alik?
12 – 5 = 7 Jadi, Zahrok mempunyai 7 sosis lebih banyak dari Alik.
c. Konsep menambahkan bilangan yang sesuai
Di dalam keranjang sudah ada 5 buah apel. Jika Vivi ingin mengisi keranjang tersebut dengan
10 buah apel, maka berapa banyak apel yang harus ditambahkan Vivi ke dalam keranjang
tersebut?
5 +...= 10  jadi 10 - 5 = 5 Jadi, apel yang harus ditambahkan pada keranjang tersebut adalah 5
buah.

6
Pengurangan bilangan cacah meliputi pengurangan bilangan satu digit, pengurangan
bilangan dua digit dengan bilangan satu digit, dan pengurangan multidigit.
a. Pengurangan bilangan satu digit dengan bilangan satu digit dapat digunakan bantuan
tongkat, lidi, sedotan, ataupun jari tangan.
b. Pengurangan bilangan dua digit oleh bilangan satu digit dapat digunakan hitung
mundur atau melengkapkan sampai dengan bilangan yang dimaksud. Sebagai
contohnya 13 – 5, dapat diselesaikan dengan cara berhitung mulai dari angka 5 dan
berhenti pada angka 13. Setiap kali berhitung satu, jari ditekuk satu dan banyaknya
jari yang ditekuk merupakan hasil dari pengurangan yang dimaksud.
c. Pengurangan multi digit
d. Untuk mengilustrasikan pengurangan dapat digunakan benda konkrit sebagaimana
pada penjumlahan. Model untuk pengurangan bilangan dua digit dikurangi bilangan
dua digit dapat  digunakan tongkat ataupun pengurangan bersusun yang dapat
dilakukan berdasarkan nilai tempatnya.[15]

3.        Perkalian
Untuk bilangan cacah r dan s, hasil dari r dan s adalah jumlah s sebanyak r kali. Hal ini
ditulis sebagai :
r x s = s + s + s + s......+ s            sebanyak r
Alogaritma (urutan langkah-langkah logis penyelesaian masalah yang disusun secara
logis dan sistematis) menggunakan perkalian bersusun untuk perkalian 3 x 145 dapat
dijelaskan sebagai berikut: pertama  kalikan lima 5 dengan 3. Tuliskan 5 pada digit satuan dan
1 puluhan pada digit puluhan seperti tampak pada gambar dibawah ini. Selanjutnya 4
dikalikan 3 sehingga diperoleh 12. Sisa 1 puluhan pada pengerjaan sebelumnya ditambahkan
pada 12 sehingga diperoleh 13 dan ditulis 3 pada digit puluhan dan menyimpan 1 pada digit
ratusan . Pola itu dilanjutkan sehingga diperoleh hasil 435. Proses tersebut dapat diamati
dibawah ini:
11
1 4  5
    3 x
4  3  5[17]

7
Cara Mengajar Fakta Perkalian:

Soal Cara Penyelesaian


2x3= Menggunakan susunan 2x3=6
Misalnya menggunakan kertas yang berbentuk bintang yang
susunannya diputar tidak akan merubah banyaknya bintang
dalam susunan.
3x2= Menggunakan himpunan 3x2=6

2x4= Menggunakan garis bilangan 2x4=8

0 1 2 3 4 5 6 7 8
7x5= Menggunakan sifat komutatif 7 x 5 = 35
Sebab 5 x 7 = 35
7x1= Menggunakan sifat identitas 7x1=7
n x 1 = n sebab 1 x n = n
8x9= Menggunakan sifat distributif perkalian terhadap penjumlahan 8 x 9 = 72
8 x (4 + 5) = (8 x 4) + (8 x 5) = 32 + 40 = 72

8
9x5= Menggunakan pola perkalian 9 x 5 = 45
9 x 1 = 9, 9 x 2 = 18, 9 x 3 = 27, 9 x 4 = 36
3x5= Menggunakan penambahan berulang 3 x 5 =15
5 + 5 + 5 = 15

Adapun sifat-sifat operasi perkalian bilangan cacah adalah sebagai berikut:


1. Operasi perkalian pada bilangan cacah bersifat tertutub
2. Ada unsur identitas pada perkalian
3. Berlaku sifat komutatif pada operasi perkalian seperti: a x b = b x a
4. Berlaku sifat asosiatif pada operasi perkalian seperti: a x (b x c) = (a x b) x c[18]

4.        Pembagian
Operasi pembagian pada dasarnya merupakan kebalikan dari operasi perkalian. Jika sebuah
bilangan cacah a dibagi bilangan cacah b menghasilkan bilangan cacah c (dilambangkan dengan
a : b = c), maka konsep perkalian yang bersangkutan adalah c x b = a. operasi pembagian pada
dasarnya juga merupakan suatu proses pencarian tentang bilangan yang belum diketahui. Karena
bentuk pembagian dapat dipandang sebagai suatu bentuk operasi perkalian dengan salah satu
faktornya belum diketahui.

B.1 Cara mengajar fakta pembagian :


Soal Cara Penyelesaian
6:2= Menggunakan himpunan yang 6:2=3
disebut

4:2= Menggunakan susunan 4:2=2

36 : 6 = Menggunakan sifat distributif 36 : 6 = 6


pembagian terhadap penjumlahan

9
12 : 3 = Menggunakan pengurangan 12 : 3 = 4
berulang
12 – 3 = 9
9–3=6
6–3=3
3–3 =0

Sebagaimana operasi pengurangan maka operasi pembagian juga tidak memenuhi sifat
komutatif (pertukaran), assosiatif (pengelompokan), identitas, dan juga tidak memenuhi sifat
distributif (penyebaran), akan tetapi memenuhi sifat tertutup.
Operasi` pembagian dalam bilangan cacah memiliki memiliki beberapa sifat, seperti yang
tertera di bawah ini:
Untuk semua bilangan bulat p, q, dan r berlaku sifat-sifat:
1)        Pembagian dengan bilangan 0
       0 ÷ p = 0
2)        Pembagian dengan bilangan 1
        p ÷ 1 = p
3)        Distributif perkalian terhadap penjumlahan (satu sisi)
        (q + r) ÷ p = (q ÷ p) + (r ÷ p)
4)        Distributif perkalian terhadap penjumlahan (satu sisi)
        (q - r) ÷ p = (q ÷ p) - (r ÷ p)

Untuk setiap a, b, c, p, q dan r bilangan cacah berlaku


1)        sifat bilangan 0 dalam pembagian
0 : a = 0 untuk a ≠ 0
a : 0 = tak didefinisika
0 : 0 = tidak tentu
2)        ( a:b ) : c = a : ( b: c)                   ; syarat : b faktor dari a dan c faktor dari b[20]
3)        ( abc) : ( pqr) = a/p x b/q x c/r    ; syarat  : a, b, c,p, q, r merupakan bilangan    asli.
p faktor dari a
q faktor dari b
r faktor dari c
4)        a : b = ( ca) : ( cb)                       ; syarat : c≠ 0 dan b faktor dari a
5)        a : b = [ a/c] : [b/c]                      ; syarat  b faktor dari a dan c faktor dari b

10
6)        ( a : b) : c = a : ( b: c)                  ; syarat : b dan c faktor-faktor dari a
7)        ( a : b) : c = ( a :c ) : b                 ; syarat : b dan c faktor-faktor dari a
8)        Sifat distributif pembagian terhadap penjumlahan:
( a + b) : c = [ a/c] + [b/c]           ; syarat : c faktor dari a dan b
9)        Sifat distributif pembagian terhadap pengurangan :
( a – b) : c = a/c – b/c                  ; syarat : a > b dan c faktor dari a dan b
10)    Jika a < b , c faktor dari a dan b maka a/c < b/c[21]

Dalam operasi bilangan cacah, pembagian juga memiliki dua konsep  yaitu yang pertama


adalah konsep partisi, dimana proses untuk menentukan hasil pembagian 22 : 2
diilustrasikan memiliki 2 puluhan dan 2 satuan, kemudian 2 puluhan tadi dipisahkan kedalam
2 tempat sehingga tiap-tiap tempat berisi 1 puluhan. Begitupun dengan 2 satuan dipisahkan
kedalam 2 tempat sehingga tiap-tiap tempat berisi 1 satuan. Sehingga pada akhirnya masing-
masing kelompok memiliki anggota 1 puluhan dan 1 satuan, jadi hasil dari 22 : 2 = 11 (1
puluhan + 1 satuan 10 + 1).  Dan yang kedua adalah konsep pengukuran atau juga biasa
disebut pengurangan berulang sehingga sisanya nol. Misalnya 10 : 2 = 10 – 2 – 2 – 2 – 2 –
2. Hasil dari pembagian tersebut adalah jumlah pengulangan angka yang dikurangkan, pada
contoh diatas hasilnya adalah 5. Seperti halnya di dalam operasi pengurangan bilangan cacah,
di dalam operasi pembagian ini juga tidak berlaku sifat-sifat pertukaran, identitas,
pengelompokan, dan distributif.

11
BAB III

PENUTUP

A.      Kesimpulan
1. Sejarah bilangan cacah berawal ketika seorang matematikawan muslim dari negeri persia
yang dikenal dengan nama Al-Khawarizmi, menyempurnakan sistem bilangan dengan
memperkenalkan bilangan nol. Penemuan ini dilatar belakangi oleh sebuah penjelasan di
dalam al-qur’an yang secara tersurat membahas tentang operasi pengurangan, yakni pada
surat al-Ankabut ayat 14.
2. Bilangan cacah merupakan bilangan yang dimulai dari angka nol. Bilangan cacah biasanya
disimbolkan dengan huruf “C” (cacah) ataupun “W” (whole).
3. Operasi hitung pada bilangan cacah terdiri dari operasi penjumlahan, pengurangan,
perkalian, dan pembagian. Dan masing-masing dari operasi tersebut mempunyai sifatnya
tersendiri.

B.       Saran
Saran sehubungan dengan materi yang dibahas yakni bilangan cacah, menurut kelompok
kami hendaknya sebagai calon pendidik, dalam mengajarkan materi mengenai bilangan cacah
kepada siswa-siswi MI/SD kelak kita hendaknya mengaitkan materi yang kita ajarkan
kedalam kehidupan sehari-hari agar siswa-siswi bisa lebih mudah mengerti. Dan saran
sehubungan dengan makalah ini, tiada gading yang tak retak dengan kata lain makalah ini tak
luput dari kekurangan. Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik dari berbagai pihak demi
lebih baiknya makalah ini.

12
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim Fathani, Matematika Hakikat dan Logika, (Yogyakarta: Arruz Media, 2009), hal.
26.
Abdussakir, Matematika 1: Kajian Integratif Matematika dan Al-Qur’an, (Malang: UIN-Malang
Press, 2009), hal. 88-89.
Abdussakir. 2009. Matematika 1: Kajian Integratif Matematika dan Al-Qur’an. Malang: UIN-
Malang Press.
Al-Qur’an dan Terjemahnya, Surah Al-Ankabut ayat 14, hal. 630.
Al-Qur’an dan Terjemahnya. Surah Al-Ankabut ayat 14.
Andi Hakim Nasoetion, Landasan Matematika, ( Jakarta : Bhratara Karya Aksara, 2001), hal. 43.
 Endang Setyo Winarni, Matematika Untuk PGSD, (Bandung: Rosda, 2011), hal. 75.
Endang Setyo Winarni, Matematika untuk PGSD..., hal. 77.
Fathani, Abdul Halim. 2009. Matematika Hakikat dan Logika. Yogyakarta: Arruz Media.
Hutahuruk, Naipopos. 2004. Kamus Matematika. Jakarta: Erlangga.
 Musrikah, Matematika untuk Guru MI/SD , (Tulungagung : IAIN Tulungagung Press, 2014), hal.
13.
Musrikah, Matematika untuk Guru MI/SD..., hal. 13.
Musrikah, Matematika untuk Guru MI/SD..., hal. 16.
 Musrikah, Matematika untuk Guru MI/SD..., hal. 16.
Musrikah. 2014.  Matematika untuk Guru MI/SD. Tulungagung: IAIN Tulungagung Press.
 Mutijah dan Ifada Novitasari, Bilangan dan Aritmatika, (Yogyakarta: Grafindo Literamedia,
2009), hal. 44.
Mutijah dan Ifada Novitasari. 2009. Bilangan dan Aritmatika. Yogyakarta: Grafindo Literamedia.
 Naipopos Hutahuruk, Kamus Matematika, (Jakarta: Erlangga, 2004), hal. 38.
Nasoetion, Andi Hakim. 2001.  Landasan Matematika.  Jakarta:  Bhratara Karya Aksara.
Nurhayati Rahayu, Matematika itu Gampang, (Jakarta: Transmedia, 2009), hal. 56.
Rahayu, Nurhayati. 2009. Matematika itu Gampang. Jakarta: Transmedia.
Setyo Winarni, Endang. 2011. Matematika Untuk PGSD. Bandung: Remaja Rosdakarya
Soewito, Pendidikan Matematika 1, (Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti P2TK, 2002), hal. 91.
Soewito. 2002. Pendidikan Matematika 1. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti P2TK.
Teguh, Pembelajaran Konsep Nilai Tempat Bilangan Cacah di Kelas Rendah Sekolah Dasar,
(Yogyakarta: Edukasi Press, 2005), hal. 71-73.

13
Teguh. 2005. Pembelajaran Konsep Nilai Tempat Bilangan Cacah di Kelas Rendah Sekolah
Dasar. Yogyakarta: Edukasi Press.
Wahyu Purnomo, Yoppy. 2015. Pembelajaran Matematika untuk PGSD. Jakarta: Erlangga.
 Yoppy Wahyu Purnomo, Pembelajaran Matematika untuk PGSD, (Jakarta: Erlangga, 2015), hal.
64.
https://id.scribd.com/doc/45567946/Kajian-Dan-Strategi-Mengajarkan-Bilangan-Cacah-Di-Sd
http://www.jurnal.staiba.ac.id/index.php/el-Mubtada/article/view/001/165

14

Anda mungkin juga menyukai