Anda di halaman 1dari 26

ANAILISIS PENGEMBANGAN KURIKULUM 2013

Disusun guna memenuhi Tugas Kelompok


Mata Kuliah : Pengembangan Kurikulum
Dosen Pengampu,
Dr. Sri Utaminingsih, M.Pd

Disusun Oleh :
1. Ani Rizana Nikmah
2. Arfah Sundari
3. Laila Noor Malitasari NIM 202003030
4. Puspita Ratna Andiani
5. Tri Puji Lestari

MAGISTER PENDIDIKAN DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2021
I . PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kurikulum merupakan suatu alat atau komponen yang sangat menentukan dalam suatu
sistem pendidikan, karena itu kurikulum disebut sebagai alat yang digunakan untuk mencapai
sistem pendidikan agar tercapainya tujuan pendidikan dan sekaligus pedoman dalam pelaksanaan
pengajaran pada semua jenis dan tingkat pendidikan.
Definisi paling umum dari kurikulum adalah seperangkat mata pelajaran yang akan diajarkan
kepada siswa. Konsep kurikulum sebagai pengalaman belajar lebih baik menggambarkan situasi yang lebih
akurat daripada konsep lain. Sekolah didirikan untuk mendidik siswa, yaitu bahwa mereka berkembang
sesuai dengan jalur tertentu. Perkembangan ini hanya dapat dicapai melalui pengalaman belajar yang
mereka peroleh. Kurikulum sebagai cetak biru untuk pendidikan harus mengarah pada penyediaan
pengalaman belajar bagi siswa yang dirancang dengan baik dan diimplementasikan dengan benar
Dalam kurikulum 2013, guru dituntut secara professional merancang pembelajaran afektif
dan bermakna, mengorganisasikan pembelajaran, memilih pendekatan pembelajaran yang tepat,
menentukan prosedur pembelajaran, dan pembentukan kompetensi secara efektif serta menetapkan
kriteria keberhasilan.
Keberhasilan suatu pembelajaran tidak lepas dari hal menunjang pembelajaran salah
satunya adalah media pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar-
mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, dan rangsangan kegiatan belajar
dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media
pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses
pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran.

1.2 Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, rumusan masalah yang dalam makalah
ini adalah:
1. Apakah hakekat pengembangan kurikulum?
2. Apa saja prinsip dalam pengembangan kurikulum?
3. Bagaimanakah langkah dalam menganalisis kebutuhan kurikulum?
4. Bagaimanakah penerapan analisis kebutuhan kurikulum ditinjau dari aspek media?
1.3 Tujuan

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas,maka tujuan dari penulisan
makalah ini adalah:
2. Mengetahui hakekat pengembangan kurikulum.
3. Mengetahui prinsip dalam pengembangan kurikulum.
4. Mengetahui langkah dalam menganalisis kebutuhan kurikulum.
5. Msenjelaskan implementasi analisis kebutuhan kurikulum ditinjau dari aspek media.
PEMBAHASAN

1. Hakekat Pengembangan Kurikulum


Kurikulum memiliki peranan penting dalam sistem pendidikan. Oleh sebab itu,
pengembangan kurikulum harus didasarkan pada landasan yang kuat dan prinsip-prinsip
yang sesuai agar tidak terjadi kesalahan dan kekeliruan dalam implementasi pendidikan.
”Pengembangan kurikulum pada hakikatnya adalah proses penyusunan rencana tentang
isi dan bahan pelajaran yang harus dipelajari serta bagaimana cara mempelajarinya”.
(Sanjaya: 2010: 30). ”Proses ini berhubungan dengan seleksi dan pengorganisasian
berbagai komponen situasi belajar mengajar, antara lain penetapan jadwal
pengorganisasian kurikulum dan spesifikasi tujuan yang disarankan, mata pelajaran,
kegiatan, sumber, dan alat pengukur pengembangan kurikulum yang mengacu pada kreasi
sumber sumber unit, dan garis pelajaran kurikulum ganda lainnya, untuk memudahkan
proses belajar mengajar.” (Hamalik: 2008: 183)
Seller dan Miller dalam Sanjaya (2010: 32) mengemukakan bahwa proses
perkembangan kurikulum adalah rangakaian kegiatan yang dilakukan secara terus
menerus. Seller berpendapat bahwa pengembangan kurikulum merupakan siklus yang
dimulai dari menentukan orientasi kurikulum yang berupa kebijakan kebijakan umum
seperti arah dan tujuan pendidikan, pandangan tentang hakikat belajar dan peserta didik,
dll. Kemudian, Berdasarkan orientasi tadi dikembangkan kurikulum yang dirancang
untuk menjadi acuan pembelajaran. Kurikulum yang telah dikembangkan ini
diimplementasikan dalam pembelajaran dan setelah itu dievaluasi. Hasil evaluasi
penerapan kurikulum tadi dijadikan masukan untuk menentukan orientasi, dan begitu
seterusnya. ”Dengan demikian, maka pengembangan kurikulum memiliki dua sisi yang
sama pentingnya, sisi kurikulum sebagai pedoman dan sisi kurikulum sebagai
implementasi” (Sanjaya: 2010: 33)
Ada dua hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan isi pengembangan
kurikulum, yaitu:
1. Rentangan Kegiatan (Range of Activity)
Pengembangan isi kurikulum dimulai dari kegiatan pengembangan yang paling
luas yaitu rancangan kebijakan kurikulum yang berisi tentang apa yang harus diajarkan
dan sebagai pedoman bagi para pengembang kurikulum lebih lanjut. Menetapkan
kebijakan kurikulum perlu dikaji secara hati hati dan komprehensif. Kemudian rancangan
program studi yang mencakup kegiatan kegiatan menentukan tujuan, urutan serta
kedalaman materi dalam bidang studi. Setelah itu dirancanglah program pengajaran yang
mencakup aktivitas belajar dalam setiap bidang studi untuk satu tahun, satu semester, atau
satu caturwulan. Selain merancang program, kegiatan pengembangan kurikulum juga
berkaitan dengan menghasilkan bahan bahan pengajaran, seperti menyusun buku teks,
modul, program program film, rekaman audio, dan lain sebagainya yang menunjang
kegiatan pembelajaran.

2. Tujuan Kelembagaan (Instutional Purpose)


Tujuan kelembagaan harus sejalan dengan visi dan misi sekolah. Setiap sekolah
memiliki visi dan misi yang berbeda. Misalnya visi dan misi sekolah umum adalah
mempersiapkan peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
sedangkan visi dan misi sekolah kejuruan mempersiapkan siswa untuk memasuki dunia
kerja. Dengan demikian, isi kurikulum harus disesuaikan dengan tujuan kelembagaan
agar pengalaman belajar yang didapat siswa di sekolah dapat mencapai tujuan lembaga
yang bersangkutan.
b. Prinsip Pengembangan Kurikulum
Kurikulum di Indonesia mengalami perubahan dari masa ke masa sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan tuntutan dalam masyarakat. Penerapan prinsip-prinsip
pengembangan kurikulum salah satunya dijelaskan oleh Dr. Wina Sanjaya dalam kurikulum
berbasis kompetensi dimana dalam prinsip pengembangan ini juga memperhatikan beberapa
aspek mendasar tentang karakteristik bangsa. Dalam makalah ini juga disebutkan prinsip-
prinsip pengembangan kurikulum yang harus dijadikan acuan oleh pendidik dalam
kurikulum tingkat satuan pendidikan yang telah ditetapkan oleh Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP), serta prinsip-prinsip pengembangan kurikulum pada pendidikan anak
usia dini.
Prinsip-prinsip dalam pengembangan kurikulum menurut Prof. Dr. Nana Syaodih
Sukmadinata terdiri dari dua hal yaitu prinsip-prinsip umum dan prinsip-prinsip khusus.
Prinsip-prinsip umum meliputi :

·         Relevansi
Dalam hal ini dapat dibedakan relevansi keluar yang berarti bahwa tujuan, isi, dan
proses belajar harus relevan dengan tuntutan, kebutuhan dan perkembangan masyarakat dan
relevansi ke dalam berarti bahwa terdapat kesesuaian atau konsistensi antara komponen-
komponen kurikulum, yaitu antara tujuan, isi, proses penyampaian dan penilaian yang
menunjukkan keterpaduan kurikulum.

·         Fleksibilitas
Kurikulum harus dapat mempersiapkan anak untuk kehidupan sekarang dan yang akan
datang, di sini dan di tempat lain, bagi anak yang memiliki latar belakang dan kemampuan
yang berbeda. Hal ini berarti bahwa kurikulum harus berisi hal-hal yang solid, tetapi dalam
pelaksanaannya memungkinkan terjadinya penyesuaian-penyesuaian berdasarkan kondisi
daerah, waktu maupun kemampuan, dan latar belakang anak.

·         Kontinuitas
Terkait dengan perkembangan dan proses belajar anak yang berlangsung secara
berkesinambungan, maka pengalaman belajar yang disediakan kurikulum juga hendaknya
berkesinambungan antara satu tingkat kelas dengan kelas lainnya, antara satu jenjang
pendidikan dengan jenjang lainnya, serta antara jenjang pendidikan dengan pekerjaan.

·         Praktis/efisiensi
Kurikulum harus praktis, mudah dilaksanakan, menggunakan alat-alat sederhana dan
biayanya murah. Dalam hal ini, kurikulum dan pendidikan selalu dilaksanakan dalam
keterbatasan-keterbatasan, baik keterbatasan waktu, biaya, alat, maupun personalia.

·         Efektifitas
Efektifitas berkenaan dengan keberhasilan pelaksanaan kurikulum baik secara kuantitas
maupun kualitasnya. Kurikulum merupakan penjabaran dari perencanaan pendidikan dari
kebijakan-kebijakan pemerintah. Dalam pengembangannya, harus diperhatikan kaitan antara
aspek utama kurikulum yaitu tujuan, isi, pengalaman belajar, serta penilaian dengan
kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan.

Prinsip-prinsip khusus dalam pengembangan kurikulum meliputi:

·         Prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan


Tujuan pendidikan merupakan pusat dan arah semua kegiatan pendidikan sehingga
perumusan komponen pendidikan harus selalu mengacu pada tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan. Tujuan ini bersifat umum atau jangka panjang, jangka menengah dan jangka
pendek. Perumusan tujuan pendidikan bersumber pada ketentuan dan kebijakan pemerintah,
survey mengenai persepsi orangtua / masyarakat tentang kebutuhan mereka, survey tentang
pandangan para ahli dalam bidang-bidang tertentu, survey tentang manpower, pengalaman-
pengalaman negara lain dalam masalah yang sama, dan penelitian. 
·         Prinsip berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan
Dalam perencanaan kurikulum perlu mempertimbangkan beberapa hal, yaitu perlunya
penjabaran tujuan pendidikan ke dalam bentuk perbuatan hasil belajar yang khusus dan
sederhana, isi bahan pelajaran harus meliputi segi pengetahuan, sikap, dan keterampilan, dan
unit-unit kurikulum harus disusun dalam urutan yang logis dan sistematis.  

·         Prinsip berkenaan dengan pemilihan proses belajar-mengajar


Pemilihan proses belajar mengajar hendaknya mempertimbangkan beberapa hal, yaitu
apakah metode yang digunakan cocok, apakah dengan metode tersebut mampu memberikan
kegiatan yang bervariasi untuk melayani perbedaan individual siswa, apakah metode
tersebut juga memberikan urutan kegiatan yang bertingkat-tingkat, apakah penggunaan
metode tersebut dapat mencapai tujuan kognitif, afektif dan psikomotor, apakah metode
tersebut lebih menaktifkan siswa, apakah metode tersebut mendorong berkembangnya
kemampuan baru, apakah metode tersebut dapat menimbulkan jalinan kegiatan belajar di
sekolah dan rumah sekaligus mendorong penggunaan sumber belajar di rumah dan di
masyarakat, serta perlunya kegiatan belajar yang menekankan learning by doing, bukan
hanya learning by seeing and knowing.

·         Prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat pengajaran


Proses belajar mengajar perlu didukung oleh penggunaan media dan alat-alat bantu
pengajaran yang tepat. Untuk itu perlu diperhatikan beberapa hal berikut, yaitu alat/media
apa yang dibutuhkan, bila belum ada apa penggantinya, bagaimana pembuatannya, siapa
yang membuat, bagaimana pembiayaannya, dan kapan dibuatnya, bagaimana
pengorganisasiannya dalam keseluruhan kegiatan belajar, serta adanya pemahaman bahwa
hasil terbaik akan diperoleh dengan menggunakan multi media

·         Prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian


Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan kegiatan penilaian meliputi
kegiatan penyusunan alat penilaian harus mengikuti beberapa prosedur mulai dari
perumusan tujuan umum, menguraikan dalam bentuk tingkah laku siswa yang dapat diamati,
menghubungkan dengan bahan pelajaran dan menuliskan butir-butir tes. Selain itu, terdapat
bebarapa hal yang perlu juga dicermati dalam perencanaan penilaian yang meliputi
bagaimana kelas, usia, dan tingkat kemampuan siswa yang akan dites, berapa lama waktu
pelaksanaan tes, apakah tes berbentuk uraian atau objective, berapa banyak butir tes yang
perlu disusun, dan apakah tes diadministrasikan guru atau murid. Dalam kegiatan
pengolahan haisl penilaian juga perlu mempertimbangkan beberapa hal yaitu norma apa
yang digunakan dalam pengolahan hasil tes, apakah digunakan formula guessing bagaimana
pengubahan skor menjadi skor masak, skor standar apa yang digunakan, serta untuk apa
hasil tse digunakan
Menurut Drs. Subandijah, prinsip-prinsip dalam pengembangan kurikulum meliputi:
1. Prinsip relevansi
Lulusan pendidikan harus memiliki nilai relevansi dengan tuntutan dan kebutuhan
masyarakat dan dunia kerja karena pendidikan merupakan invested of man power resources.
Untuk itu diperlukan kurikulum yang dapat mengantisipasi apa yang terjadi pada masa yang
akan dating. Relevansi adalah kesesuaian dan keserasian pendidikan dengan tuntutan
masyarakat (Subandijah, 1993; 48). Relevansi pendidikan dalam hal ini berkenaan dengan:
·         Relevansi pendidikan dengan lingkungan kehidupan peserta didik
Dalam hal ini, pengembangan kurikulum harus disesuaikan dengan kehidupan nyata di
sekitar peserta didik, sehingga peserta didik tidak merasa asing dengan kehidupan di
sekitarnya.
·         Relevansi pendidikan dengan kehidupan sekarang dan kehidupan yang akan datang
Dalam kegiatan pengembangan kurikulum harus memperhatikan bahwa apa yang
diajarkan kepada peserta didik pada saar ini bermanfaat baginya untuk menghadapi
kehidupannya di masa yang akan datang, atau dengan kata lain kurikulum harus
bersifat anticipatory.
·         Relevansi pendidikan dengan tuntutan dunia kerja
Hasil pendidikan juga harus sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Dalam hal ini tidak
saja terkait dengan segi bahan atau isi tetapi juga menyangkut segi belajar dan pengalaman
belajar.
·         Relevansi pendidikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Pendidikan harus menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang
berjalan sangat cepat dan dapat memberi sumbangan terhadap perkembangan tersebut.
Pendidikan harus menyiapkan peserta didik baik sebagai produsen ilmu pengetahuan, tidak
hanya sebagai konsumen iptek.

2. Prinsip efektitifas dan efisiensi


·           Prinsip efektifitas
Efektifitas dalam dunia pendidikan berkenaan dengan sejauh mana apa yang
direncanakan atau diinginkan dapat dilaksanakan atau dicapai. Hal ini terkait dengan
efektifitas mengajar guru dan efektifitas belajar murid. Efektifitas mengajar guru dapat
dicapai dengan menguasai keahlian dan keterampilan dalam mengelola dan melaksanakan
proses belajar-mengajar yang dapat ditingkatkan dengan kegiatan pembinaan baik melalui
penataran maupun penyediaan buku-buku. Efektifitas belajar murid terkait dengan
sejauhmana tujuan pelajaran yang diinginkan telah dicapai melalui kegiatan belajar-
mengajar. Hal ini sangat tergantung pada kemampuan guru dalam menyediakan suasana
pembelajaran yang kondusif, yang dapat dicapai dengan menyesuaikan bahan pengajaran
dengan minat, kemampuan dan kebutuhan peserta didik serta lingkungan, dan adanya
dukungan sarana prasarana yang memadai serta metode yang tepat.

·      Prinsip efisiensi
Efisiensi dalam proses belajar-mengajar berarti bahwa waktu, tenaga dan biaya yang
digunakan untuk menyelesaikan program pengajaran dapat merealisasikan hasil yang
optimal.

3. Prinsip kesinambungan
Kesinambungan dalam pengembangan kurikulum menyangkut kesaling hubungan
antara berbagai tingkat dan jenis program pendidikan atau bidang studi. Untuk mencapai
kesinambungan, kurikulum harus disusun dengan mempertimbangkan :
 Bahan pelajaran yang diperlukan untuk sekolah yang lebih tinggi harus sudah
diajarkan di sekolah sebelumnya
 Bahan yang sudah diajarkan di sekolah yang lebih rendah tidak perlu diajarkan lagi
di sekolah yang lebih tinggi
Kesinambungan antar berbagai bidang studi berarti bahwa dalam mengembangkan
kurikulum harus mempertimbangkan keterkaitan antara bidang suti yang satu dengan bidang
studi lainnya.

4. Prinsip fleksibilitas
Kurikulum harus memberikan ruang gerak yang memberikan kebebasan guru dalam
mengembangkan program pengajaran. Guru dalam hal ini memiliki otoritas dalam
pengembangan kurikulum yang sesuai dengan minat, kebutuhan peserta didik dan kebutuhan
daerah lingkungannya. Disamping itu, peserta didik harus diberi kebebasan dalam memilih
program pendidikan yang sesuai dengan minat, bakat, kebutuhan dan lingkungan dengan
membuka program-program pendidikan pilihan misalnya jurusan, program spesialisasi, atau
program keterampilan.

5. Prinsip berorientasi pada tujuan


Guru harus menentukan tujuan pengajaran sebelum menentukan bahan. Hal ini berarti
bahwa guru dapat menentukan dengan tepat metode mengajar, alat pengajaran dan evaluasi
yang digunakan dalam proses belajar-mengajar.

6. Prinsip pendidikan seumur hidup


Dalam hal ini, pendidikan harus dapat memberi pengetahuan dan keterampilan yang
diperlukan pada saat peserta didik tamat dari sekolah dan memberikan bekal kemampuan
untuk dapat menumbuh-kembangkan dirinya sendiri.
7. Prinsip dan model pengembangan kurikulum
Pengembangan kurikulum dilakukan secara bertahap dan terus-menerus dengan
mengadakan perbaikan terhadap pelaksanaan dan hasil yang telah dicapai untuk melakukan
perbaikan, pemantapan dan pengembangan lebih lanjut.

Dalam kegiatan pengembangan kurikulum, Drs. Hendyat Soetopo dan Drs. Wasty
Soemanto mengemukakan adanya prinsip-prinsip dasar yang utama yang harus diperhatikan,
yaitu meliputi;

1. Relevansi       
Relevansi pendidikan meliputi tiga hal yaitu relevansi dengan lingkungan hidup murid,
relevansi dengan perkembangan kehiudpan sekarang dan yang akan datang, serta relevansi
dengan tuntutan dunia kerja.

2. Efektifitas
Kegiatan efektifitas terkait dengan efektifitas mengajar guru dan efektifitas belajar
murid.

3. Efisiensi
Prinsip efisiensi perlu diperhatikan utamanya terkait dengan efisiensi waktu, tenaga,
peralatan yang akan menghasilkan efisiensi biaya.

4. Kesinambungan dan fleksibilitas


Kesinambungan terkait dengan dua hal yaitu adanya kesinambungan antara berbagai
tingkat sekolah dan kesinambungan antara berbagai bidang studi. Sedangkan fleksibilitas
terkait dengan pemilihan program pendidikan, dan dalam pengembangan program
pendidikan.

Dr. Wina Sanjaya, M.Pd mengemukakan terdapat beberapa prinsip yang harus
dipertimbangkan dalam mengembangkan kurikulum berbasis kompetensi. Prinsip-prinsip
tersebut, meliputi:

 Peningkatan keimanan, budi pekerti luhur, dan penghayatan nilai-nilai


budaya
Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dan filsafat bangsa

 Keseimbangan etika, logika, estetika, dan kinestetika


Keseimbangan ini terkait dengan tujuan utama pendidikan untuk membentuk manusia
yang utuh yaitu manusia yang seimbang antara kemampuan intelektual, sikap dan moral,
serta keterampilan. 

 Penguatan integritas nasional


Indonesia adalah negara yang terdiri dari berbagai suku dengan latar belakang budaya
yang sangat beragam. Pendidikan harus dapat menanamkan pemahaman dan penghargaan
terhadap perkembangan budaya dan peradaban bangsa yang majemuk.

 Perkembangan pengetahuan dan teknologi informasi


Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang begitu cepat,
anak diharapkan memilik kemampuan berpikir dan belajar dengan cara mengakses, memilih,
dan menilai pengetahuan untuk mengatasi situasi yang cepat berubah dan penuh tantangan
serta ketidakpastian melalui perkembangan pengetahuan dan teknologi informasi

 Pengembangan kecakapan hidup


Kecakapan hidup terdiri dari personal skill, social skill, academic skill, dan vocational
skill. Kurikulum mengembangkan kecakapan hidup melalui pembudayaan membaca,
menulis, berhitung, sikap dan perilaku adaptif, kreatif, kooperatif, dan kompetitif.

 Pilar pendidikan
Kurikulum mengorganisasikan fondasi belajar dalam empat pilar pendidikan yaitu
1. belajar untuk memahami
2. belajar untuk berbuat kreatif
3. belajar hidup dalam kebersamaan
4. belajar untuk membangun dan mengekspresikan jati diri yang dilandasi oleh ketiga
pilar sebelumnya
 Komprehensif dan berkesinambunga        
Komprehensif mencakup keseluruhan dimensi kemampuan dan substansi yang disajikan
secara berkesinambungan mulai dari usia Taman Kanak-kanak hingga pendidikan
menengah. Kemampuan mencakup pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap, pola pikir
dan perilaku. Substansi mencakup norma, nilai-nilai, konsep, serta fenomena dan kenyataan
yang berkembang dalam kehidupan masyarakat.

 Belajar sepanjang hayat


Pendidikan diarahkan pada proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang
berlangsung sepanjang hayat.

 Diversifikasi kurikulum
Kurikulum dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan
pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.

Badan Standar Nasional Pendidikan menetapkan prinsip-prinsip pengembangan


kurikulum tingkat satuan pendidikan yang meliputi :

 Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta


didik dan lingkungannya
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki potensi
sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian
tujuan tersebut, pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi,
perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan. 

 Beragam dan terpadu


Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta
didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan agama, suku,
budaya, dan adat-istiadat, serta status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi
substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara
terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antar
substansi.

 Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni


Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan
seni berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat dan isi kurikulum
mendorong peserta didik utnuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat perkembangan
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.

 Relevan dengan kebutuhan kehidupan


Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan
(stakeholder) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk
di dalamnya kehidupan masyarakat, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu,
pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berfikir, sosial, akademik dan vokasioanl
merupakan keniscayaan.

 Menyeluruh dan berkesinambungan


Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian
keilmuan, dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan
antar semua jenjang pendidikan.

 Belajar sepanjang hayat


Kurikulum diarahkan pada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan
peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan
antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal, dan informal, dengan memperhatikan
kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia
seutuhnya.

 Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah


Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan
kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan
sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

Pada pendidikan anak usia dini, dalam Laporan Eksekutif Seminar dan Lokakarya
Pendidikan Anak Usia Dini disebutkan bahwa kurikulum pada pendidikan anak usia dini
dikembangkan berdasarkan pada prinsip-prinsip :

 Relevansi
Kurikulum anak usia dini harus relevan dengan kebutuhan dan perkembangan anak
secara individual

 Adaptasi
Kurikulum anak usia dini harus memperhatikan dan mengadaptasi perubahan
psikososial, IPTEK, dan seni

 Kontinuitas
Kurikulum anak usia dini harus disusun secara berkelanjutan antara satu tahapan
perkembangan ke tahapan perkembangan berikutnya dalam rangka mempersiapkan anak
memasuki pendidikan selanjutnya

 Fleksibilitas
Kurkulum anak usia dini harus dipahami, dipergunakan dan dikembangkan secara
fleksibel sesuai dengan keunikan dan kebutuhan anak serta kondisi lembaga penyelenggara
 Kepraktisan dan akseptabilitas
Kurikulum anak usia dini harus memberi kemudahan bagi praktisi dan masyarakat
dalam melaksanakan pendidikan pada anak usia dini

 Kelayakan (feasibility)
Kurikulum anak usia dini harus menunjukkan kelayakan dan keberpihakkan pada anak
usia dini

 Akuntabilitas
Kurikulum anak usia dini harus dapat dipertanggung jawabkan pada masyarakat sebagai
pengguna jasa pendidikan anak usia dini

3. Langkah-langkah analisis kebutuhan kurikulum


            Glasgow menggambarkan need assessment dalam bentuk kegiatan yang
dimulai dari tahapan pengumpulan informasi sampai merumuskan masalah.
Sedangkan Morrison menggambarkan Need assessment dalam bentuk kegiatan yang
dimulai dari perencanaan sampai membuat laporan akhir.
     Bentuk langkah-langkah need assessment menurut Glasgow sebagai berikut:
1.  Tahapan pengumpulan Informasi; dalam tahapan ini seorang desainer harus bisa
memahami dan mengumpulkan informasi dari para siswa cakupan pengumpulan
informasi bisa beragam seperti karakteristik siswa, kemampuan personal, dan
problematic didalam pembelajaran.
2.  Tahapan identifikasi kesenjangan; menurut Kaufman mengidentifikasi kesenjangan
yaitu dengan menggunakan metode Organizational Element Model yang dimana
dalam metode ini menjelaskan adanya lima elemen yang saling berkaitan. Dimulai
dari input-proses-produk-output-outcome.
3.  Analisis Performa; tahapan ini dilakukan setelah desainer memahami berbagai
informasi dan mengidentifikasi kesenjangan yang ada. Dalam hal ini ketika
menemukan sebuah kesenjangan, diidentifikasi kesenjangan mana yang dapat
dipecahkan melalui perencanaan pembelajaran dan mana yang memerlukan
pemecahan yang lain.
4.  Identifikasi Hambatan dan Sumber; dalam tahapan ini pelaksanaan suatu program
berbagai kendala bisa muncul sehingga dapat berpengaruh terhadap kelancaran
suatu program. Berbagai kendala bisa meliputi dari waktu, fasilitas, bahan, dan
sebagainya. Sumber-sumbernya juga bisa dari pengorganisasian, fasilitas, dan
pendanaan.
5.  Identifikasi Karakteristik Siswa; tahapan ini merupakan proses pengidentifikasian
masalah-masalah siswa. Karena Tujuan utama dalam desain pembelajaran adalah
memecahkan berbagai masalah yang dihadapi siswa.
6.  Identifikasi tujuan; mengidentifikasi tujuan merupakan  salah satu tahapan penting
yang ada didalam need assessment, karena mengidentifikasi tujuan merupakan
proses penetapan kebutuhan yang dianggap mendesak untuk dipecahkan sesuai
dengan kondisi, karena tidak semua kebutuhan menjadi tujuan.
7.  Menentukan permasalahan; tahapan ini adalah tahap akhir dalam proses analisis,
yaitu menuliskan pernyataan adalah sebagai pedoman dalam penyusunan proses
desain instruksional.
Sedangkan menurut Morrison langkah-langkah need assessment sebagai berikut:
1.    Perencanaan : yang perlu dilakukan; membuat klasifikasi siswa, siapa yang akan
terlibat dalam kegiatan dan cara pengumpulannya.
2.    Pengumpulan data : perlu mempertimbangkan besar kecilnya sampel dalam
penyebarannya (distribusi).
3.    Analisa data : setelah data terkumpul kemudian data dianalisis dengan
pertimbangan : ekonomi, rangking, frequensi dan kebutuhan.
4.    Membuat laporan akhir : dalam sebuah laporan analisa kebutuhan mencakup
empat bagian; analisa tujuan, analisa proses, analisa hasil dengan table dan
penjelasan singkat, rekomendasi yang terkait dengan data.
F.    Analisis pengembangan kurikum berdasarkan kebutuhan
     Pengembangan kurikulum merupakan langkah dalam mengimbangi
berkembangnya ilmu pengetahuan, teknologi, seni, psikologi, sosial politik, ekonomi,
dan lain sebagainya. Sehingga pada akhirnya dapat memberikan gambaran
mengenai arah dan tujuan dari produk kurikulum yang ada dan akan
diimplementasikan oleh implementator kurikulum. Hal ini sejalan dengan pernyataan
Oliva (1992:12), bahwa Kurikulum merupakan produk dari
waktu, menyembuhkan dan menanggapi diubah oleh kekuatan-kekuatan
sosial, posisi filsafat, prinsip-prinsip psikologi, kepemimpinan pendidikan pada
saat dalam sejarah. Misalanya, jika analisis pengembangan kurikulum pada sekolah
kejuruan, maka pengembangan kurikulum harus di dasarkan pada kebutuhan  siswa
dalam mempersiapkan tenaga kerja. Terkat hal itu Daeng Sudirwo (2002; 5),
bahwa “kurikulum SMK haruslah dapat mengantisipasi kebutuhan tenaga kerja,
sehingga lulusannya memiliki kemampuan sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.”
Berkaitan dengan pernyataan tersebut, mengandung makna bahwa kurikulum itu
akan dan harus berubah (adanya pengembangan) sejalan dengan perubahan yang
terjadi dalam setiap bidang kehidupan. Dasar pengembangan kurikulum adalah untuk
mengikuti perubahan sistem sosial, filosofi masyarakat, pandangan terhadap
psikologi, dan kebijakan-kebijakan yang terkait dengan pendidikan, serta dalam
rangka menjalankan fungsinya kepada masyarakat.
Rancangan analisis kebutuhan melibatkan berbagai pilihan. Pemilihan yang mungkin
untuk memberi suatu pandangan menyeluruh tentang kebutuhan siswa dan hal itu
dapat menghadirkan minat yang berbeda bila pengambil keputusan dilibatkan.
Keputusan harus dibuat atas prosedur yang praktis dengan cara mengumpulkan,
mengorganisir, meneliti, dan melaporkan informasi. Adalah penting untuk
menyakinkan bahwa analisis kebutuhan tidak menghasilkan suatu beban informasi
yang terlalu berat. Analisis kebutuhan perlu untuk suatu alasan yang jelas untuk
mengumpulkan berbagai macam informasi yang berbeda agar memastikan bahwa
hanya informasi yang akan digunakan benar-benar dikumpulkan.

4. Implementasi analisis kebutuhan kurikulum ditinjau dari aspek media.


Kurikulum 2013 ini lebih ditekankan pada pendidikan karakter, terutama pada tingkat
dasar yang akan menjadi fondasi bagi tingkat berikutnya. Dalam implementasi kurikulum
2013 yang berbasis karakter dan kompetensi, pendidikan karakter bukan hanya tanggung
jawab sekolah semata, tetapi merupakan tanggung jawab semua pihak: orang tua,
pemerintah dan masyarakat. Dalam proses pembelajaran, media sangatlah berperan penting
dalam keberhasilan suatu pembelajaran.
Menurut Oemar Hamalik (1989) media pembelajaran adalah alat, metode, dan teknik yang
digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan
siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Media pembelajaran dihadirkan
dengan harapan agar pembelajaran dapat terarah dan dapat mencapai tujuan
pembelajarannya. Media pembelajaran dilihat dari sudut cakupannya dikelompokkan
menjadi dua, yakni media pembelajaran dalam arti sempit dan media pembelajaran dalam
arti luas. Media pembelajaran dalam arti sempit, dalam konteks ini media pembelajaran
hanya meliputi media yang dapat digunakan secara efektif dalam proses pembelajaran yang
terencana. Media pembelajaran dalam arti luas dapat diartikan bahwa media pembelajaran
yang digunakan tidak hanya meliputi media komunikasi elektronik yang kompleks, tetapi
juga sederhana, seperti slide, foto, diagram buatan guru, objek nyata, dan kunjungan keluar
kelas. Sebagai komponen pembelajaran, media merupakan wadah dari pesan yang
disampaikan oleh sumber atau penyalurnya yang ingin diteruskan kepada sasaran atau
penerima pesan tersebut, dan materi yang disampaikan adalah pesan pembelajaran, dan
tujuan yang ingin dicapai adalah terjadinya proses belajar.
Hamalik (1986) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam prose
belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi
dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psokologis terhadap
siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu
efektifitas proses pembeljaran dan penyampaian pesan atau sis pelajaran pada saat itu. Di, samping
itu media pembeljaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan
datadengan menarik da terpercaya, memudahkan penafsiran data, memadatkan informasi, serta
membangkitkan motivasi dan minat siswa dalam belajar (Kustandi & Sucipto, 2011 : 21).
Levie dan Letz (1982) yang dikutif oleh Kustandi dan Sucipto (2011) mengemukakan
empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu :

a. Fungsi atensi, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk


berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang
ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran.
b. Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika
belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual
dapat menggugah emosi dan sikap siswa, misalnya informas yang
menyangkut masalah sosial atau ras.
c. Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-emuan penelitian yang
mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar
pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat iformasi atau pesan yang
terkandung dalam gambar.
d. Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa
media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu
siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam
teks dan mengingatnya kembali. Dengan kata lain, media pemebelajran
brfungsi untuk mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat menerima
seta memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara
verbal.
Menurut Kemp dan Dayton (1985: 28), media pembelajaran dapat memenuhi tiga
fungsi utama apabila media itu digunakan untuk perorangan, kelompok, atau
kelompok yang besar jumlahnya, yaitu :
a. Memotivasi minat dan tindakan, dima media pembelajaran dapat
direalisasikan dengan teknik drma atau hiburan.
b. Menyajikan informasi, media pemebelajaran dapat digunakan dalam
rangka penyajian informasi dihadapan sekelompok siswa. Isi dan bentuk
penyajian bersifat sangat umum, berfungsi sebagai pengantar,
ringkasandan laporan atau pengetahuan latar belakang.
Adapun peranan media dalam pembelajaran menurut Yusufhadi Miarso (2004 : 458) sebagai
berikut :
a. Memberikan rangsangan yang bervariasi kepada otak kita, sehingga dapatberfungsi
secara optimal.
b. Mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para mahasiswa atau peserta didik.
c. Media dapat melampaui batas ruang kelas, karena banyak hal yang tak mungkin untuk
dialami secara langsung di dalam kelas oleh siswa.
d. Memungkinka adanya interaksi langsung antara mahaiswa dan ligkungannya.
e. Memiliki keseragaman pengamatan.
f. Membangkitkan keinginan dan minat baru.
g. Membangkitkan motivasi dan merangsang untuk belajar.
h. Memeberikan pengalaman yang integral/meyeluruh dari sesuatu yang konkr it maupun
abstrak.
i. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untu k belajar mandiri. Pada tempat dan
waktu serta kecepatan yang ditentukan sendiri

j. Meningkatkan kemampuan keterbatasan baru ( new literacy)


k. Meningkatkan efek sosialisasi, yaitu dengan meningkatkannya keadraran akan dinia
sekitar
l. Dapat meningkatkan kemampuan ekspresi diri dosen maupun mahasiswa.

Kemp dan Dayton (1985 : 3-4) mengemukakan beberpa hasil penelitian yang menunjukan
dampak positif dari penggunaan media sebagai bagian integral pembelajaran di kelas, atau
sebagai cara uatama pembelajaran langsung, sebagai berikut :

a. Penyampaian pelajaran tidak kaku.


b. Pembelajaran bisa lebih menarik.
c. Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya teori belajar dan
prinsip=prinsip psikologis yang diterima dalam hal partisipasi sisa, umpan balik dan
penguatan.
d. Lama waktu pemebelajaran dapat dipersingkat, karena kebanyakan media hanya
memerlukan waktu singkat untuk mengantarkan pesan-pesan isi pelajaran dalam jumlah
yang cukup banyak, dan kemungkinan dapt diserap oleh siswa lebh besar.
e. Kualitas hasil belajar dapt ditingkatkan bila integrasi kata dan gambar sebagai media
pemebelajaran dapat mengkomunikasikan elemen-elemen pengetahuan dengan cara yang
terorganisasi dengan baik, spesifik dan jelas.
f. Pembelajaran dapat diberiakn kapan dan dimana saja diinginkan atau diperlukan,
terutama jika media pembelajaran dirancang unuk penggunaan secara individu.
g. Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajar dan terhadapnproses belajar dapat
ditingkatkan.
h. Peran guru dapa berubah ke arah yang lebih positif.

Sudjana dan Riva’i (1992:2) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar
siswa, yaitu sebagai berkut :
Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa, sehingga dapat menumbuhkan motivasi
belajar.
a. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih
dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan
mencapai tujuan pembelajaran.
b. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata
komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga
siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisantenaga, apalagi kalu guru
mengajar pada setiap jam pelajaran.
c. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak
hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti
mengamati, melakukan, mendemontrasikan, memerankan, dan lain-
lain.

Encylopedia of Educational Reseach, dalam Hamalik (1994:15), memerinci


manfaat media pembelajaran, sebagai berikut :

a. Meletakan dasar-dasar yang konkrit untuk berfikir, sehingga


mengurangi verbalisme.
b. Memeperbesar perhatian siswa.
c. Meletakan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan
belajar,sehingga, membuat pelajaran lebih mantap.
d. Memeberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan
kegiatan berusaha sendiri dikalangan siswa.
e. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinyu, terutama
melalui gambar hidup.
f. Membantu tumbuhnya pengetian yang tidak mudah diperoleh
dengan cara lain, dan membantu efesiensi serta kergaman yang
lebih banyak dalam belajar.

Dari uraian dan pendapat beberapa ahli di atas, maka dapat disimpulkan
beberapa peranan atau manfaat praktis dari penggunaan media pembelajaran
di dalam proses belajar mengajar, sebagai berikut :

a. Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan


informasi, sehingga dapat memperlancar serta meningkatkan proses dan
hasil belajar.
b. Medai pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan
perhatian anak, sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar,
interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, dan
kemungkinan siswa untuk belajar sendiri sendiri sesuai denagn
kemampuan dan minatnya.
c. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasn indera, ruang, dan
waktu.
d. Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman
kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka,
serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru dan
masyarakat serta lingkungannya, seperti melalui karyawisata,
kunjungan-kunjungan ke mueum atau kebun binatang.
PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran
DAFTAR REFERENSI

Andayani, Abdul Majid dan Dian, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Bandung:


Remaja Rosdakarya, 2004

Anderson, L. W & Krathwohl, D. R. 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching and


Assesing; A Revision of Bloom’s Taxonomy of Education Objectives. New York.
Addison Wesley Lonman Inc

Arafat,Maulana.2018.Pembelajaran Tematik di SD/MI; Pengembangan Kurikulum 2013,


Yogyakarta: Samudra Biru.

Brady, Laurie & Kennedy, Kerry. 2007. Curriculum Construction. Australia. Pearson

Hamalik, Oemar, Dasar-Dasar Pengembanagn Kurikulum, Bandung: Remaja Rosdakarya,


2007
Hariyani, Yunita.2018. “Prinsip-Prinsip Pengembangan kurikulum Dalam Upaya
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran”. Jurnal Edureligia 7(2).

Majid,  Abdul, Perencanaan Pembelajaran,Mengembangkan Kompetensi Guru,  Bandung:


Remaja Rosdakarya, 2006

Kamal, Mustofa. 2014. “Model Pengembangan Kurikulum Dan Strategi Pembelajaran


Berbasis Sosiologi Kritis, Kreativitas, Dan Mentalitas.” Jurnal Madaniyah 7(2):
230–31.

Krulick, S. Rudnick, J. J Milou, E. 2003. Teaching Mathematic in Middle School: A Practical


Guide. Buston:Pearson Education

Kustijono,Rudy. Wiwin,Elok 2014 “ Pandangan Guru Terhadap Pelaksanaan Kurikulum


2013 Dalam Pembelajaran Fisika SMK di Kota Surabaya.” Vol4 No 1,Juni 2014.
ISSN:2087-9946.
Nofrion et al. 2019. EXO OLO TASK;What Should Student Do in The Class?. Sumatra
Journal of Disaster, Geography and Geography Education. Vol 3, No. 1, (pp. 75-
81), June, 2019. ISSN: 2580-4030 (Print) 2580-1775 (Online)

Nofrion, N;Wijayanto, Bayu. 2018. Learning Activities in Higher Order Thinking Skill
(HOTS) Oriented Learning Context. Geosfera Indonesia, (S.I), v.3, n.2, p.122-130,
aug.2018. ISSN 2614-8528

Nofrion, Nofrion. (2017). Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Melalui Penerapan Metode
“Jumping Task” Pada Pembelajaran Geografi. Jurnal Geografi. 9. 11.
10.24114/jg.v9i1.6043.

Nofrian.(2019) RPP “Merdeka Belajar” Berbasis LSLC: Bagaimana Merancang


Pembelajaran Di Abad 21?.

Raharjo, S. B. 2018. “Capaian Standar Nasional Pendidikan Sebagai Prediktor Achievement


of National Standards of Education As a Predictor.” Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan 3(2): 132

Sato, Manabu. 2012. Mereformasi Sekolah. Konsep dan Praktik Komunitas Belajar. Jakarta.
PELITA

Setiawan, Adib Rifqi.” Constructing Thematic Learning Lesson Plan to Guide


Primary Education Student on Achieving Scientific Literacy”. 2 (3).

Utaminingsih, S. (2012).Management of the development of social values for the enhancement


of the quality of the graduates in the era of free market.In proceeding international
conference social studies and economic education in the free trade era.UNESA.

Utaminingsih, S. (2013).Management of primary education curriculum development based on


soft skill.Empowering the primary education for the brighter generation.

Anda mungkin juga menyukai