PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
kubik; menghitung akar kuadrat dari 2 sampai sebagian dari seratus ribuan;
memberikan metode konstruksi lingkaran yang luasnya menghampiri
persegi yang diberikan, menyelesaikan persamaan linear dan kuadrat;
mengembangkan tripel Pythagoras secara aljabar, dan memberikan
pernyataan dan bukti numerik untuk teorema Pythagoras.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang akan di
bahas dalam makalah ini adalah :
1. Bagaimana bentuk sistem bilangan Hindu?
2. Siapa saja tokoh-tokoh matematika Hindu?
3. Bagaimana sistem aljabar Hindu?
4. Bagaimana sistem aritmatika Hindu?
5. Bagaimana sistem geometri dan trigonometri Hindu?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari pembuatan
makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana bentuk sistem bilangan Hindu
2. Untuk mengetahui tokoh-tokoh matematika Hindu
3. Untuk mengetahui sistem aljabar Hindu
4. Untuk mengetahui sistem aritmatika Hindu
5. Untuk mengetahui sistem geometrid an trigonometri Hindu
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
B. Sistem bilangan hindu
1. Angka Brahmi
Kebanyakan sistem angka kedudukan yang menggunakan 10 sebagai asas
yang digunakan di seluruh dunia adalah berasal dari India. Sistem angka India
lazimnya dikenali di Barat sebagai sistem angka Hindu-Arab atau angka Arab,
karena ia diperkenalkan di Eropa melalui orang Arab.
Digit 1 hingga 9 dalam sistem angka Hindu-Arab berevolusi dari angka
Brahmi.
Angka Brahmi ditemukan pada prasasti di gua dan kuil di daerah dekat Poona,
Bombay dan Uttar Pradesh, prasasti yang berbeda, berbeda pula bentuk
simbolnya. Angka Brahmi sudah digunakan lebih lama sampai abad 4 M.
2. Angka Gupta
Periode Gupta adalah selama dinasti Gupta memerintah sampai ke
Magadha di Timur laut India pada awal abad 4 M sampai akhir abad 6 M.
Angka Gupta dibangun dari angka Brahmi dan tersebar luas oleh kerajaan
Gupta. Angka Gupta lalu berkembang menjadi angka Nagari kadang-kadang
juga disebut angka Devahagari.
3. Angka Nagari
Angka Nagari sering disebut-sebut oleh Al-Biruni sebangai “kebanyakan
bilangan” karena banyak dikirim ke dalam dunia Arab. Angka Nagari sering
disebut angka Devanagari. Angka India menyebar kenagian dunia antara abad
7 sampai abad 16 M dan sudah menyebar di Eropa di akhir abad 5 M.
4
Angka Devanagari Hindu-Arab Perkataan Sanskrit untuk
angka ordinal
० 0 śūnya (०००००)
० 1 éka (००)
० 2 dvi (००००)
० 3 trí (००००)
० 4 chatúr (०००००)
० 5 pañch (००००)
० 6 ṣáṣ (०००)
० 7 saptá (००००)
० 8 aṣṭá (००००)
5
menentukan gerak sejati benda-benda langit, yang bersesuaian dengan
posisi mereka sebenarnya di langit. Daur waktu kosmologi dijelaskan di
dalam tulisan itu, yang merupakan salinan dari karya terdahulu,
bersesuaian dengan rata-rata tahun siderik 365,2563627 hari, yang hanya
1,4 detik lebih panjang daripada nilai modern sebesar 365,25636305 hari.
Karya ini diterjemahkan ke dalam bahasa Arab dan bahasa Latin pada
Zaman Pertengahan.
Surya Siddhanta adalah salah satu buku astronomi terawal India,
meskipun karya tersebut dalam bentuk yang kita kenal sekarang berasal
dari sekitar setelah tahun 400 M. Dalam Siddhanta terdapat peraturan-
peraturan yang menjelaskan pergerakan benda-benda angkasa yang sesuai
dengan letak asli mereka di langit. Tidak diketahui siapa penulis Siddhanta
atau kapan buku ini pertama kali disusun, namun umumnya versi-versi
yang ditemukan berasal dari sekitar abad ke-4. Matematikawan dan
astronom India dari periode-periode selanjutnya, misalnya Aryabhata
merujuk kepada naskah ini, sementara terjemahan-terjemahan dalam
bahasa Arab dan Latin kelak menjadi berpengaruh di Timur Tengah dan
Eropa.
6
persamaan diferensial, serta memperoleh solusi seluruh bilangan untuk
persamaan linear oleh sebuah metode yang setara dengan metode modern.
Tak hanya matematika, di dalam kitab ini ia juga menuliskan perhitungan
astronomi yang akurat berdasarkan sistem heliosentrisgravitasi. Saking
populernya, kitab ini diterjemahkan kedalam bahasa Arab pada abad ke-8
M, dan kemudian dalam bahasa Latin pada abad ke-13 M.
Penemuannya yang lain dalam matematika adalah penemuan
rumus π (phi). Ia memberikan nilai π yang bersesuaian dengan
62832/20000 = 3,1416. Ia juga membuat rumus untuk menemukan luas
segitiga, lingkaran, dll. Dalam rumus lingkaran, ia membuat peraturan
yang menyatakan komponen utama pemecahan keliling sebuah lingkaran
ada pada diameternya.
4. Brahma Gupta
Brahma Gupta adalah matematikawan besar India berikutnya, ia
hidup dari tahun 598 sampai 660 M. Karyanya yang terkenal adalah
Brahma Siddhanta yang terdiri dari dalil dan peraturan. Pada tahun 628 M
Brahma Gupta menulis sebuah buku berjudul Brahma Gupta Siddhanta
sebagai perbaikan dari buku sebelumnya. Dalam buku barunya ini ia
menulis 2 bab tentang matematika, yaitu bab 12 dan 18 yang didalamnya
terdapat teorema-teorema yang sudah diakui sebagai teorema yang benar.
Namun ada pendapat beberapa ahli yang mengatakan bahwa teorema
Brahma Gupta tidak benar. Disamping itu terdapat pula teorema-teorema
Brahma Gupta yang eksak yaitu dengan memanfaatkan rumus-rumus
Archimedes Heron untuk menentukan jari-jari lingkaran luar suatu
segitiga. Salah satu contohnya adalah saat Brahma Gupta membuat rumus
yang ekivalen dengan rumus trigonometri yang kita pakai sekarang yakni:
i. 2𝑅 = 𝑎/ sin 𝐴 = 𝑏/ sin 𝐵 = 𝑐/ sin 𝐶
Yang merupakan formulasi kembali dari hasil karya ptolami.
Barangkali hasil yang paling menarik dari Brahma Gupta adalah
7
menggeneralisasikan dari rumus beron untuk menentukan luas segi empat
yakni :
ii. 𝐾 = √(𝑠 − 𝑎)(𝑠 − 𝑏)(𝑠 − 𝑐)(𝑠 − 𝑑)
5. Mādhava
Mādhava dari Sangamagrama (lahir dengan nama Irinjaatappilly
Madhava Namboodiri) (c. 1350 – c. 1425) adalah matematikawan dan
astronom India dari kota Irinjalakkuda (dekat Cochin, Kerala, India). Ia
merupakan pendiri sekolah astronomi dan matematika Kerala. Mādhava
dianggap sebagai salah satu matematikawan-astronom terbesar pada abad
pertengahan, dan telah menyumbangkan kontribusi dalam deret takhingga,
kalkulus, trigonometri, geometri dan aljabar.
Karya Madhava diduga dikirim ke Eropa melalui misionaris-
misionaris Yesuit dan pedagang yang aktif disekitar pelabuhan Kochi,
sehingga memberikan pengaruh terhadap perkembangan kalkulus di
Eropa.
Karya Madhava yang memberikan suatu urutan untuk π
diterjemahkan kedalam bahasa matematika modern,dibaca
4𝑟 4𝑟
i. 𝜋𝑟 = 4𝑟 − +
3 𝑠
D. Aljabar Hindu
Aljabar Hindu adalah aljabar sinkopasi, atau aljabar dengan singkatan-
singkatan pengerjaan. Penjumlahan dilakukan menurut jukstaposisi.
Pengurangan dengan bilangan diberi tanda titik di atasnya.
Brahmagupta ± abad ke-7 menulis karya matematika dan astronomi. Salah
satu karyanya ialah Brahma-sphuta-siddhan-dhanta ditulis kira-kira pada
tahun 628. Buku itu telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris pada
8
tahun 1817 oleh H.T.Colebrooke. Ia menulis singkatan dari yang tak
diketahui (perubah) dengan ya (Javattavat), dan singkatan dari bilangan
dengan (rupa). Jika terdapat perubah lain diambil singkatan dari warna
misalnya ka (kalaka = hitam).
Misalnya untuk menulis 4𝑥 + 3𝑦 − 2 ialah ya 4 ka 3 ra
Persamaan kuadrat diselesaikan dengan metode kuadrat sempurna, dan
metode itu disebut juga metode Hindu.
Dalam buku karya Bhaskara terdapat kesamaan
Sumber:
E. Aritmetika
9
(1) Menjumlahkan
Cara menjumlahkan dua bilangan yang ditulis dari bawah ke atas mungkin
berasal dari Hindu. Tetapi mengerjakan penjumlahan itu mulai dari kiri,
sedang yang kita lakukan sekarang mulai dari kanan. Misalnya
menjumlahkan 4796 dengan 2897 dikerjakan sebagai berikut :
(2) Mengalikan
10
Misalnya 387 × 6 dikerjakan sebagai berikut :
Metode yang lebih mirip dengan cara mengalikan yang kita gunakan
sekarang, adalah penggunaan kisi-kisi pada persegipanjang seperti pada
gambar berikut.
Misalnya 348 × 276
3 4 8
9 6 0 4 8
11
(3) Metode berkebalikan (metode invers)
Metode berkebalikan adalah operasi hitung yang dikerjakan sebagai
kebalikan dari pengerjaam yang disuruhkan. Bila disuruh membagi maka
dikerjakan mengalikan. Bila disuruh menjumlah maka dikerjakan
mengurang dan sebaliknya.
Pengerjaan dimulai dari belakang. Kira-kira abad ke-6 Aryabhata menulis
karya astronomi dan matematika. Ia menulis suatu soal sebagai berikut :
3
Suatu bilangan dikalikan dengan 3, kepada hasilnya ditambah 4 dari hasil
1
kali itu, hasilnya dibagi 7, dikurangi dengan dari hasil itu, hasil itu
3
dikalikan dengan bilangan itu sendiri hasilnya dikurangi lagi dengan 52,
tentukan akar pangkat dua dari hasilnya, kepada hasilnya ditambah 8,
kemudian dibagi 10. Hasil akhirnya adalah 2. Tentukan bilangan semula.
Perhitungannya dikerjakan mulai dari suruhan terakhir.
1. Hasil terakhir adalah 2, setelah dibagi dengan 10. Karena suruhan
adalah membagi dengan 10, maka dikerjakan adalah mengalikan 2 dengan
10. Hasilnya 20.
2. Hasil ini dikurangi dengan 8, karena suruhan adalah menambah
dengan 8, hasilnya 12.
3. Hasil ini dikuadratkan karena suruhan adalah menarik akar pangkat
dua. Hasilnya 144.
4. Hasil ini ditambah dengan 52, karena suruhan adalah mengurangi
dengan 52. Hasilnya 196.
5. Ditarik akar dari hasil ini, karena suruhan mengalikan dengan
dirinya sendiri atau mengkuadratkan. Hasilnya 14.
1
6. Mengurangi suatu bilangan dengan 3 kali bilangan itu sendiri dapat
1 2 3
diganti dengan membagi. Misalnya a− 3 a = 3 a, kebalikannya adalah 2 a.
3
Maka 14 dikalikan dengan 2 menjadi 21.
12
7. Hasil ini dikalikan denagn 7, karena suruhan adalah membagi
dengan 7. Hasilnya 147.
3
8. Menambahkan dengan kali bilangan itu sendiri dapat diganti
4
3 7 4
dengan mengalikan. Mislanya a+ 4a = 4 𝑎, kebalikannya adalah 7a. Maka
4
147 × 7 = 84.
13
berdiri di wilayah yang sama. Sulbasutra berisi penjelasan verbal awal
mengenai teorema Pythagoras meskipun juga telah diketahui oleh bangsa
Babilonia. Dalil-dalil Sutrasulba berhubungan dengan pembagian gambar-
gambar seperti garis lurus, persegi panjang, lingkaran dan segitiga.
1 1 1
1 + 3 + 3.4 - 3 .4 .34
14
(𝑎𝑏+𝑐𝑑)(𝑎𝑐+𝑏𝑑)
m2 = 𝑎𝑑+𝑏𝑐
(𝑎𝑐+𝑏𝑑)(𝑎𝑑+𝑏𝑐)
n2 = 𝑎𝑏+𝑐𝑑
Maka :
𝑎𝑏
c2 = 4 . + (a-b)2
2
15
= 2ab + a2 – 2ab + b2 = a2 + b2
Maka a2 + b2 = cm + cn + c(m+n) = c2
(ii) Trigonometri
16
oleh kasta lain. Matematik Hindu umumnya dikembangkan oleh kasta
pendeta, matematik Gerik terbuka kepada siapa saja yang berkemampuan.
Orang Hindu pandai-pandai dalam berhitung, orang Gerik luar biasa dalam
geometri, agak kurang dalam berhitung.
Sumber :
Sitorus, J. 1990. Pengantar Sejarah Matematika dan Pembaharuan
Pengajaran Matematika di Sekolah. Bamdung : Tarsito
https://supratmansupuppsmatematika.wordpress.com/2013/12/31/perkemba
ngan-geometri-dari-masa-ke-masa/
17