Anda di halaman 1dari 9

MODUL PERTEMUAN 6

PERKEMBANGAN MATEMATIKA INDIA DAN ARAB


Oleh: Muhammad Khoiril Akhyar, M.Pd.

A. MATEMATIKA INDIA (HINDU)


1. Catatan Sejarah Matematika di India
Matematika India atau juga bisa disebut Matematika Hindu muncul pada abad ke-26 SM dan
berakhir pada abad ke-14 M. Matematika India ini berkembang setelah matematika China
dan berakhir tepat sebelum munculnya matematika Eropa abad pertengahan. Matematika
India dimulai sejak munculnya sebuah peradaban yang terletak di daerah aliran Sungai
Indus. Peradaban ini biasa disebut Peradaban Lembah Indus. Kota-kota yang mereka tempati
kala itu diatur secara geometris.
Peradaban Lembah Sungai Indus, 2800 SM–1800 SM, merupakan sebuah peradaban kuno
yang hidup sepanjang Sungai Indus dan Sungai Ghaggar-Hakra yang sekarang Pakistan dan
India barat. Peradaban ini sering juga disebut sebagai Peradaban Harappa Lembah Indus,
karena kota penggalian pertamanya disebut Harappa, atau juga Peradaban Indus Sarasvati
karena Sungai Sarasvati yang mungkin kering pada akhir 1900 SM. Pemusatan terbesar dari
Lembah Indus berada di timur Indus, dekat wilayah yang dulunya merupakan Sungai
Sarasvati kuno yang pernah mengalir.
Sekitar abad ke-15 SM bangsa India diusir oleh bangsa Arya yang datang dari Asia Tengah.
Selama kira-kira 1000 tahun bangsa Arya menyempurnakan tulisan Hindu dan bahasa
Sansekerta. Beberapa penulis agama juga menulis sejarah matematika karena dalam
pembangunan altar Budha direntangkan tali yang menunjukkan pengenalan tigaan
Pythagoras.
Kemudian lahirlah matematika Vedanta yang berkembang di India sejak Zaman besi. Sekitar
abad ke-9 SM, seorang matematikawan bernama Shatapatha Brahmana mulai menemukan
pendekatan nilai π, dan kemudian antara abad ke-8 dan ke-5 SM, Sulba Sutras memberikan
tulisan-tulisan geometri yang menggunakan bilangan rasional, bilangan prima, aturan tiga
dan akar kubik yaitu dengan menghitung akar kuadrat dari 2 sampai sebagian dari seratus
ribuan, memberikan metode konstruksi lingkaran dan perhitungan luasnya menggunakan
susunan persegi, menyelesaikan persamaan linear dan kuadrat serta menggembangkan
Tripel Pythagoras secara aljabar, dan memberikan pernyataan dan bukti numerik untuk
teorema Pythagoras.
Pada tahun 550 M bangsa Hindu menemukan bilangan nol dan penulisan sistem letak untuk
bilangan. Angka India atau Argam Hindiyyah dimulai satu tempat kosong untuk angka nol, ini
terbukti telah dituliskan posisi itu pada Kitab Injil orang India. Para ahli matematika India
telah lama menemukan bilangan nol, tetapi belum ada simbolnya. Kemudian Aryabrata
menyebut bilangan nol dengan kata “kha”. Aryabrata telah memasukkan nol dalam sistem
perhitungan bukan sekedar tempat kosong. Konsep bilangan nol menggunakan satu tempat
kosong di dalam pengaturan bentuk tabel telah dikenal dan digunakan di India dari abad ke-
6. Naskah tertua yang diketahui menggunakan nol adalah karya Jain dari India yang berjudul
Lokavibhaaga, berangka tahun 458 M. Penggunaan simbol nol oleh orang India yang pasti
adalah di Gwalior Tablet Stone pada tahun 876 M. Dokumen tersebut tercetak pada

34 | P e r k e m b a n g a n M a t e m a t i k a I n d i a d a n A r a b
lempengan tenbaga dengan simbol “o” kecil tercetak di situ. Ensiklopedi Britanica
mengatakan “Literatur Hindu membuktikan bahwa bilangan nol mungkin telah dikenal di
depan kelahiran Kristus, tetapi tidak ada catatan yang ditemukan dengan simbol seperti itu
di depan abad ke-9”. Ide-ide brilian dari matematikawan India selanjutnya dipelajari oleh
matematikawan Muslim dan Arab. Hal ini terjadi pada tahap-tahap awal ketika
matematikawan Al-Khawarizmi meneliti sistem perhitungan Hindu (India) yang
menggambarkan sistem nilai tempat dari bilangan yang melibatkan bilangan 0, 1, 2, 3, 4, 5,
6, 7, 8, dan 9. Al-Khawarizmi adalah yang pertama kali memperkenalkan penggunaan
bilangan nol sebagai nilai tempat dalam basis sepuluh. Sistem ini disebut sebagai Sistem
Bilangan Desimal.

2. Matematikawan India
Aryabhata (± 476-550 M)
Aryabhata adalah matematikawan dan astronom India. Dia hidup di zaman yang sulit untuk
mengembangkan matematika. Bahkan, pada masa itu dia merupakan satu-satunya orang
yang menemukan rumus-rumus matematika sebelum lahirnya ahli-ahli matematika pada
masa modern kini.
Pada saat usianya baru 23 tahun ia sudah berhasil membuat sebuah karya besar. Karyanya
itu adalah sebuah Kitab yang ia beri judul mirip dengan namanya yakni Aryabhatiya. Kitab ini
begitu populer karena didalamnya ia memperkenalkan fungsi versinus, menghasilkan tabel
trigonometri India pertama tentang sinus, mengembangkan teknik-teknik algoritma aljabar,
infinitesimal, dan persamaan diferensial, serta memperoleh solusi seluruh bilangan untuk
persamaan linear oleh sebuah metode yang setara dengan metode modern. Tak hanya
matematika, di dalam kitab ini ia juga menuliskan perhitungan astronomi yang akurat
berdasarkan sistem heliosentrisgravitasi. Saking populernya, kitab ini diterjemahkan
kedalam bahasa Arab pada abad ke-8 M, dan kemudian dalam bahasa Latin pada abad ke-13
M.
Penemuannya yang lain dalam matematika adalah penemuan rumus π (phi). Ia memberikan
nilai π yang bersesuaian dengan 62832/20000 = 3,1416. Ia juga membuat rumus untuk
menemukan luas segitiga, lingkaran, dll. Dalam rumus lingkaran, ia membuat peraturan yang
menyatakan komponen utama pemecahan keliling sebuah lingkaran ada pada diameternya.

Brahma Gupta (± 598-660 M)


Brahma Gupta adalah matematikawan besar India berikutnya. Karyanya yang terkenal
adalah Brahma Siddhanta yang terdiri dari dalil dan peraturan. Pada tahun 628 M Brahma
Gupta menulis sebuah buku berjudul Brahma Gupta Siddhanta sebagai perbaikan dari buku
sebelumnya. Dalam buku barunya ini ia menulis 2 bab tentang matematika, yaitu bab 12 dan
18 yang didalamnya terdapat teorema-teorema yang sudah diakui sebagai teorema yang
benar. Namun ada pendapat beberapa ahli yang mengatakan bahwa teorema Brahma Gupta
tidak benar. Disamping itu terdapat pula teorema-teorema Brahma Gupta yang eksak yaitu
dengan memanfaatkan rumus-rumus Archimedes Heron untuk menentukan jari-jari
lingkaran luar suatu segitiga. Salah satu contohnya adalah saat Brahma Gupta membuat
rumus yang ekivalen dengan rumus trigonometri yang kita pakai sekarang yakni:
𝑎 𝑏 𝑐
2𝑅 = = =
𝑆𝑖𝑛 𝐴 𝑆𝑖𝑛 𝐵 𝑆𝑖𝑛 𝐶

35 | P e r k e m b a n g a n M a t e m a t i k a I n d i a d a n A r a b
Yang merupakan formulasi kembali dari hasil karya ptolami barangkali hasil yang paling
menarik dari Brahma Gupta adalah menggeneraisasikan dari rumus beron untuk
menentukan luas segi empat yakni :
𝐾 = √(𝑠 − 𝑎)(𝑠 − 𝑏)(𝑠 − 𝑐)(𝑠 − 𝑑)

B. MATEMATIKA ARAB
1. Catatan Sejarah Arab
Saat ini ilmu pengetahuan, khususnya matematika, berkiblat ke negeri Barat (Eropa dan
Amerika). Kita hampir tidak pernah mendengar ahli matematika yang berasal dari negeri
Timur (Arab Muslim, India, Cina). Yang paling populer kita dengar sebagai matematikawan
Arab Muslim yang mempunyai kontribusi terhadap perkembangan matematika adalah Al-
Khawarizmi. Beliau dikenal sebagai bapak Aljabar dengan memperkenalkan bilangan nol (0)
dan penerjemah karya-karya Yunani kuno. Kisah angka nol telah berkembang sejak zaman
Babilonia dan Yunani kuno, yang pada saat itu diartikan sebagai ketiadaan dari sesuatu.
Konsep bilangan nol dan sifat-sifatnya terus berkembang dari waktu ke waktu.
Hingga pada abad ke-7, Brahma gupta seorang matematikawan India memperkenalkan
beberapa sifat bilangan nol. Sifat-sifatnya adalah suatu bilangan bila dijumlahkan dengan nol
adalah tetap, demikian pula sebuah bilangan bila dikalikan dengan nol akan menjadi nol.
Tetapi Brahmagupta menemui kesulitan dan cenderung ke arah yang salah ketika
berhadapan dengan pembagian oleh bilangan nol. Hal ini terus menjadi topik penelitian
pada saat itu, bahkan sampai 200 tahun kemudian. Misalnya tahun 830, Mahavira (India)
mempertegas hasil-hasil Brahmagupta, bahkan menyatakan bahwa "Sebuah bilangan dibagi
oleh nol adalah tetap". Tentu saja ini suatu kesalahan fatal. Tetapi hal ini tetap harus sangat
dihargai untuk ukuran saat itu. Ide-ide brilian dari matematikawan India selanjutnya
dipelajari oleh matematikawan Muslim dan Arab.
Hal ini terjadi pada tahap-tahap awal ketika matematikawan Al-Khawarizmi meneliti sistem
perhitungan Hindu (India) yang menggambarkan sistem nilai tempat dari bilangan yang
melibatkan bilangan 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9. Al-Khawarizmi adalah yang pertama kali
memperkenalkan penggunaan bilangan nol sebagai nilai tempat dalam basis sepuluh. Sistem
ini disebut sebagai sistem bilangan desimal.
Sejarah mencatat bahwa setelah Yunani runtuh, muncul era baru, yaitu era kejayaan Islam di
tanah Arab. Hal ini berakibat bahwa perkembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan
berpusat dan didominasi oleh umat Islam-Arab. Yang dimaksud dengan Arab di sini meliputi
wilayah Timur Tengah, Turki, Afrika Utara, daerah perbatasan Cina, dan sebagian dari
Spanyol yang sesuai dengan wilayah kekuasaan kekhalifahan Islam pada saat itu.
Khalifah Harun Al-Rashid, khalifah kelima pada masa dinasti Abassiyah, sangat
memerhatikan perkembangan ilmu pengetahuan. Pada masa kekhalifahannya, yang dimulai
pada sekitar tahun 786, terjadi proses penerjemahan besar-besaran naskah-naskah
matematika (juga ilmu pengetahuan lainnya) bangsa Yunani kuno ke dalam bahasa Arab.
Bahkan khalifah berikutnya, yaitu khalifah Al-Ma’mun lebih besar lagi perhatiannya terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan. Pada masa kekhalifahannya di Bagdad didirikan Dewan
Kearifan, yang menjadi pusat penelitian dan penerjemahan naskah Yunani. Beasiswa
disediakan bagi para penerjemah dan umumnya mereka bukan hanya ahli bahasa, tetapi
juga merupakan ilmuwan yang ahli dalam matematika. Misalnya Al-Hajjaj menerjemahkan
naskah Elements yang ditulis Euclid. Beberapa penerjemah lainnya misalnya Al-Kindi, Banu

36 | P e r k e m b a n g a n M a t e m a t i k a I n d i a d a n A r a b
Musa bersaudara, dan Hunayn Ibnu Ishaq. Seperti yang banyak dikemukakan ahli sejarah
matematika, terutama yang ditulis oleh orang Barat.
Kontribusi Muslim bagi perkembangan matematika adalah terbatas pada aktivitas
penerjemahan naskah Yunani kuno ke dalam bahasa Arab. Banyak ahli sejarah matematika
yang tidak menampilkan tentang sumbangan besar Muslim terhadap perkembangan
matematika, baik karena sengaja atau ketidaktahuannya.
Namun tidak sedikit pula ahli sejarah matematika dari Barat yang lebih objektif dalam
mengemukakan fakta-fakta yang sebenarnya terjadi. Dalam satu sumber yang ditulis oleh J.
J. O’Connor dan E. F. Robertson dikatakan bahwa dunia barat sebenarnya telah banyak
berutang pada para ilmuwan/matematikawan Muslim. Lebih lanjut bahwa perkembangan
yang sangat pesat dalam matematika pada abad ke-16 hingga abad ke-18 di dunia barat,
sebenarnya telah dimulai oleh para matematikawan Muslim berabad-abad sebelumnya.
Al-Khawarizmi adalah seorang matematikawan yang memberikan kontribusi dalam bidang
aljabar. Beliau meneliti suatu revolusi besar dalam dunia matematika, yang menghubungkan
konsep-konsep geometri dari matematika Yunani kuno ke dalam konsep baru. Penelitian-
penelitian Al-Khawarizmi menghasilkan sebuah teori gabungan yang memungkinkan
bilangan rasional/irasional, dan besaran-besaran geometri.
Generasi penerus Al-Khawarizmi, misalnya Al-Mahani (lahir tahun 820) dan Abu Kamil (lahir
tahun 850), memusatkan penelitian pada aplikasi-aplikasi sistematis dari aljabar. Misalnya
aplikasi aritmetika ke aljabar dan sebaliknya, aljabar terhadap trigonometri dan sebaliknya,
aljabar terhadap teori bilangan, aljabar terhadap geometri dan sebaliknya. Penelitian-
penelitian ini mendasari penciptaan aljabar polinom, analisis kombinatorik, analisis numerik,
solusi numerik dari persamaan, teori bilangan, dan konstruksi geometri dari persamaan.
Selain itu generasi Al-Khawarizmi adalah Al-Karaji (lahir tahun 953). Beliau diyakini sebagai
orang pertama yang secara menyeluruh memisahkan pengaruh operasi geometri dalam
aljabar. Al-Karaji mendefinisikan monomial x, x2, x3,…dan 1/x, 1/x2, 1/x3,…dan memberikan
aturan-aturan untuk perkalian dari dua suku darinya. Selain itu, ia juga berhasil menemukan
teorema binomial untuk pangkat bilangan bulat. Selanjutnya untuk memajukan matematika,
ia mendirikan sekolah aljabar. Generasi penerusnya (200 tahun kemudian), yaitu Al-Samawal
adalah orang pertama yang membahas topik baru dalam aljabar. Menurutnya bahwa
mengoperasikan sesuatu yang tidak diketahui (variabel) adalah sama saja dengan
mengoperasikan sesuatu yang diketahui.

2. Matematikawan Arab
Al-Khawarizmi
Al-Khawarizmi sangat dikenal sebagai orang yang ahli di bidang aljabar, bahkan istilah aljabar
sendiri diambil dari judul bukunya hisab al-Jabr wa’I-Muqabalah, ditulis sekitar tahun 825 M.
Dalam buku itu, Al-Khawarizmi mendefinisikan jabr sebagai transposisi dari satu sisi sebuah
persamaan ke sisi yang lain untuk menyeimbangkan persamaan dengan menambahkan
bilangan dengan kuantitas yang sama pada kedua sisi. Misalnya mengubah persamaan
𝑥 2 − 12𝑥 = 40𝑥 − 4𝑥 2 menjadi 5𝑥 2 − 12𝑥 = 40𝑥. Sedangkan muqabalah diartikan
sebagai penyederhanaan dari bentuk persamaan aljabar yang dihasilkan, seperti mereduksi
50 + 3𝑥 + 𝑥 2 = 29 + 10𝑥 menjadi 21 + 𝑥 2 = 7𝑥.
Buku lain yang dianggap penting karya Al-Khawarizmi adalah Trattarid’ Arithmetica, terbit di
Roma pada tahun 1850 M. Buku tersebut membahas beberapa soal hitungan, asal usul

37 | P e r k e m b a n g a n M a t e m a t i k a I n d i a d a n A r a b
angka, dan sejarah angka yang sekarang digunakan. Saat ini buku tersebut telah disalin
kedalam bahasa latin. Al Khawarizmi mengklasifikasikan persamaan dalam enam tipe, tiga
diantaranya macam-macam persamaan kuadrat sekaligus langkah penyelesaiannya. Ketiga
tipe persamaan kuadrat tersebut: (1) squares and roots equal to numbers (𝑥 2 + 𝑏𝑥 = 𝑐); (2)
squares and numbers equal to roots (𝑥 2 + 𝑐 = 𝑏𝑥); dan (3) roots and numbers equal to
squares (𝑏𝑥 + 𝑐 = 𝑥 2 ). Namun pada saat itu, Al-Khawarizmi (umumnya bangsa Arab) belum
mengenal bilangan negatif, sehingga seluruh penyelesaian yang ditemukan pasti berakar
positif. Keseluruhan tipe persamaan kuadrat beserta langkah-langkahnya oleh Al-Khawarizmi
masih ditulis dalam bahasa verbal tanpa ada simbol yang digunakan, seperti yang dilakukan
oleh bangsa Babylonia. Pada saat menuliskan langkah-langkah penyelesaian persamaan
kuadratnya, Al-Khawarizmi memberikan alasan menggunakan teknik geometri cut and paste
layaknya bangsa Babylonia. Namun hanya beberapa langkah dari teknik tersebut yang
diguanakan oleh Al-Khawarizmi. Misalnya, untuk menyelesaikan persamaan 𝑥 2 + 10𝑥 = 39,
Al-Khawarizmi menggambarkan sebuah persegi dengan panjang sisi x, kemudian
menambahkan 4 buah persegi panjang yang ekuivalen dengan panjang 2,5 dan lebar x. Jika
pada setiap ujung persegi panjang ditarik dua ruas garis dengan panjang 2,5, maka akan
terbentuk 4 persegi. Bila diketahui 𝑥 2 + 10𝑥 = 39, maka luas persegi baru dengan sisi 5 + 𝑥
adalah 39 + 4. (2,5)2 = 39 + 4. (6,25) = 39 + 25 = 64. Karena luas persegi baru adalah
64, maka panjang sisi persegi adalah 8 dan nilai x = 8 – 2,5 – 2,5 = 3.

Penyelesaian tersebut merupakan salah satu cara penyelesaian AL-Khawarizmi secara


geometris. Hal lain yang membedakan Al-Khawarizmi dengan bangsa Babylonia adalah
permasalahan yang ditulisnya. Al-Khawarizmi tidak hanya menentukan panjang dan lebar
suatu bangun segi empat, akan tetapi ia telah mampu menggunakan permasalahan secara
abstrak.

Omar Khayyam
Nama lengkapnya Ghiyat al-Din Abu’l-Fath Omar ibn Ibrahim al-Nisaburi al-Khayyami. Lahir
di kota Naishapur Persia (sekarang Iran) pada 1048 M. Di kota ini pula ia menutup usianya
pada 1123 M. Khayyam dalam bahasa Arab berarti pembuat tenda. Nama tersebut
disematkan pada Omar Khayyam, sebab ia berasal dari keluarga yang berprofesi sebagai
pembuat tenda. Omar Khayyan merupakan seorang ahli matematika, astronomer, dan filsuf.
Namun kemampuannya dalam bersyair membuat Omar Khayyam juga dikenal sebagai
seorang penyair dengan salah satu karyanya yang termasyhur berjudul Rubaiyat.
Omat Khayyam dikenal sebgai pemuda yang luar biasa cerdas. Dalam usianya yang belum
genap 25 tahun, ia telah mampu menulis banyak buku tentang aritmetika, aljabar, dan

38 | P e r k e m b a n g a n M a t e m a t i k a I n d i a d a n A r a b
musik. Sehubungan dengan hal itu, ia mendapatkan julukan Tent Maker dari para ilmuwan
semasanya.
Kecermelangan nama Omar Khayyam mampu menarik perhatian Sultan Malik Syah. Suatu
ketika, Sultan menawarkan kedudukan tinggi di istana pada Khayyam, namun ditolaknya
dengan sopan. Khayyam lebih memilih menekuni dunia ilmu pengetahuan dibandingkan
menjadi pejabat. Akhirnya, Khayyam pun di beri fasilitas oleh Sultan berupa dana yang besar
untuk membiayai penelitian khususnya dibidang matematika dan astronomi. Sultan juga
mendirikan sebuah observatorium yang megah, tempat Khayyam mempersiapkan dan
menyusun sebuah tabel astronomi di kemudian hari.

Omar Khayyam adalah orang pertama yang menemukan teori umum dari persaman
berderajat tiga (kubik). Ia menyatakan suatu persamaan berderajat tiga dapat memiliki lebih
dari satu penyelesaian. Ia mampu menunjukkan bagaimana sebuah persamaan berderajat
tiga memiliki dua solusi, namun masih gagal menunjukkan persamaan berderajat tiga
memiliki tiga solusi sekaligus.
Dalam bukunya berjudul Risala fi’l-barahin ‘ala masa’il al-jabr wa’l Muqbala, Omar Khayyam
memperkenalkan lebih dari dua puluh jenis persamaan derajat tiga dan memberikan cara
alternatif dalam menyelesaikan suatu persamaan berderajat tiga. Omar Khayyam
menggunakan pendekatan geometri melalui belahan kerucut. Ia menentukan penyelesaian
persamaan derajat tiga melalui titik potong sebuah parabola yang dipotong oleh sebuah
lingkaran. Karya Omar Khayyam ini selanjutnya padda abad XVII menginspirasi rene
Descartes dalam merelasikan geometri dan aljabar.

Al- Kashi
Nama lengkap Al-Kashi adalah Ghiyal al-Din Jamshid bin Mas’ud bin Muhammad Al-Kashi.
Sejak awal, namanya telah dikenal sebagai ahli matematika, terutama kalkulus. Berbekal
kecerdasannya, Al-Kashi berhasil menyelesaikan masa pendidikannya dengan cepat. Ia pun
menjadi guru besar ilmu matematika dan astronomi Universitas Samarkhan.
Al-Kashi juga berhasil menulis sejumlah buku matematika yang sangat detail dan bermutu
tinggi. Prestasi lainnya, ia bisa menunjukkan cara menghitung akar berpangkat, yang
tersohor dengan nama Raffini Horner, dan menghitung segitiga pascal. Dalam bukunya
tersebut, Al-Kashi juga melampirkan sejumlah tabel aritmetika yang masih bermanfaat
hingga saat ini.

39 | P e r k e m b a n g a n M a t e m a t i k a I n d i a d a n A r a b
Al-Kashi juga membuat sebuah tulisan pendek tentang pengenalan pecahan desimal, yang
kemudian menjadi teks pertama yang membahas masalah tersebut. Tulisan pendek yang
berjudul Kususr A’Shariyya ini termuat dalam Al-Fawahid A-Bahiya fi Al- Hisabiyya.
Di bidang astronomi, Al-Kashi menghasilkan sejumlah karya seperti Sullanus Samai, risalah
al-Muhithal, Nishabul Qalri ila Muhith, Risalah al-Witr wa al-Jaib dan kitab Nuzhah a-Hadaiq.
Sullamus Samai merupakan sebuah buku yang membahas masalah ukuran dan jarak benda-
benda langit. Risalah al-Muhithal dan Nishabul Qalri ila Muhith adlah sebuah risalah tentang
alam sekitar. Sedangkan, Risalah al-Witr wa al-Jaib adalah sejenis tulisan singkat yang
membahas tentang sisi miring atau garis serong. Kitab Nuzhah a-Hadaiq merupakan sebuah
buku yang menerangkan cara membuat penanggalan bintang, menentukan jarak bumi ke
bintang, dan hal-hal lain yang berkaitan.
Al-Kashi adalah seorang ilmuan cerdas yang mampu menunjukkan kaidah hukum yang tepat
untuk menyelesaikan suatu sistem, membuat sejummlah tabel bantu untuk berbagai
perhitungan, membahas tuntas masalah trigonometri dan aljabar. Selainn itu, ia juga
mampu mencari penyelesaian alternatif dari sejumlah persamaan yang sukar dipecahkan. Al-
Kashi meninggal dunia pad tanggal 22 Januari 1429 (19 Ramadhan 832 H) di Samarkhan
(sekarang Uzbekistan).

Tsabit bin Qurah


Ilmuwan muslim yang merupakan penerus Al-Khawarizmi adalah Tsabit bin Qurrah. Ia lahir
di Harran, Mesopotamia tahun 833 M. Terjemahannya terhadap karya ilmuwan Yunani
seperti Euclides, Archimedes, dan Ptolomeus menjadi karya aslinya dalam matematika di
dunia Timur. Hasil pemikiran ilmuwan Yunani ini menginspirasinya untuk melakukan kajian
terhadap matematika dengan mengembangkan dalil-dalil baru. Salah satu karya Tsabit
dibidang geometri adalah bukunya yang berjudul The Composition of Ratios (komposisi
rasio). Dalam buku tersebut, ia mengaplikasikan antara aritmetika dengan rasio kuantitas
geometri. Tsabit telah menjadikan matematika sebagai alat untuk menemukan ilmu-ilmu
lain yang saling menyempurnakan antara satu dengan yang lain. Termasuk dalam karyanya
The Composition of Ratios yang merupakan pengaplikasian dari konsep yang pernah ia tulis
dari teori bilangan.

Al-Baghdadi
Al-Baghdadi memiliki nama lengkap Abu Mansur abd al-Qahir bin Tahir bin Muhammad bin
Abdallah al-Tamimi al-Shafi al-Baghdadi. Ia dilahirkan dan dibesarkan di Baghdad tetapi
meninggalkan kota itu untuk pergi ke Nisyapur. Al-Baghdadi pergi ke Nisyafur (sebuah kota
di Uzbekistan) tidak sendirian, melainkan bersama ayahnya bernama Al-Baghdadi yang telah
menjadi kaya raya. Ia adalah seorang matematikawan Arab dari Baghdad yang terkenal
karena risalah al-Takmila fi’l-Hisab. Risalah tersebut berisi tentang hasil dalam teori
bilangan. Al-Baghdadi sadar bahwa dia membutuhkan tempat yang lebih damai dan tenang
untuk melanjutkan hidupnya sebagai seorang guru, ilmuwan maupun pelajar. Kota tersebut
mempunyai suasana dan kondisi yang lebih tenang dan tentram. Sehingga Al-Baghdadi
mampu melakukan kegiatan mengajar dan belajar di lingkungan yang lebih damai dan tidak
dipusingkan dengan berbagai macam pertikaian suku maupun kelompokagama. Masyarakat
di Nisyapur sangat menghormati dan menghargai Al-Baghdadi sebagai seorang guru besar

40 | P e r k e m b a n g a n M a t e m a t i k a I n d i a d a n A r a b
dan cendekiawan besar. Sehingga masyarakat Nisyapur merasa sangat sedih kehilangan
cendekiawan besar tersebut yang meninggalkan kota mereka.
Al-Baghdadi menulis dua buku tentang matematika: kitab fi’l-misaha yang membahas
tentang ukuran panjang, luas area, dan volume. Kitab lainnya adalah Al-Takmila fi’l-Hisab. Al-
Takmila fi’l-Hisab adalah sebuah karya dimana Al-Baghdadi mempertimbangkan sebuah
sistem yang berbeda dari aritmetika. Sistem ini berasal dari menghitung dengan jari, sistem
sexagesimal dan aritmetika dari angka India. Dia juga mempertimbangkan aritmetika dan
bilangan irrasional dan aritmetika bisnis yang dimulai dengan berbagai macam masalah-
masalah bisnis dan berakhir dengan dua bab tentang keingintahuan yang akhirnya mendapat
tempat pada buku modern terkait masalah rekreasi atau prinsip Modulo.

Al Battani (sekitar 850 – 923 M)


Seorang ahli astronomi dan matematikawan dari Arab. Al Battani lahir di Harran dekat Urfa.
Salah satu pencapaiannya yang terkenal adalah tentang penentuan tahun matahari sebagai
365 hari, 5 jam, 46 menit dan 24 detik. Al Battani juga menemukan sejumlah persamaan
trigonometri.

Abu Wafa’ al Bawzajani (sekitar 998 M)

Salah seorang ahli matematika muslim terbesar. Ia dikenal sebagai ahli astronomi dan
pengembang trigonometri (ilmu ukur sudut), dan orang yang pertama yang mengajukan
beberapa rumus penting dalam trigonometri. Salah satu rumus yang didedikasikan
kepadanya adalah 𝐶𝑜𝑠 𝑐 = 𝐶𝑜𝑠 𝑎. 𝐶𝑜𝑠 𝑏 dalam trigonometri sferis (Bidang Lengkung).

Al Karaji (1019 M)
Pakar matematika asal Persia , ia menulis tentang teori pencabutan akar atau kalkulus
mental. Karyanya banyak sekali tentang sains, diantaranya berjudul Al Badi’ fi al Hisab,
dalam buku ini ia menulis secara rinci untuk pertama kalinya teori pencabutan akar kuadrat
dari sebuah polinomial dengan suatu bilangan yang tidak diketahui.
Sedang dalam bukunya yang berjudul Al Kafi’ fi al hisab banyak membicarakan proses-proses
kalkulus mental ang disebutnya Al Hawa’i.

Aljayani (abad 11 M)
Seorang penulis dan ahli matematika asal Andalusia (Spanyol Islam). Ia menulis komentar
penting terhadap buku Element karya Euclid dan ia juga menulis karyanya dalam
trigonometri speric (sperical trigonometry).

41 | P e r k e m b a n g a n M a t e m a t i k a I n d i a d a n A r a b
Al Halili (abad 14 M)
Seorang pakar matematika dan astronomi. Ia banyak menghasilkan karya matematika dan
astronomi ang berbobot tinggi. Ia berasal dari damaskus yang hidup pada abad ke 14
Masehi. Ia menjadi masyhur karena kemampuannya dalam menentukan arah kiblat dengan
menyajikan garis-garis bujur dan garis-garis lintangnya dengan bantuan perhitungan rumit
matematika. Tabel-tabel kiblatnya merupakan tabel trigonometrik canggih pertama. Ia
berhasil mengkonfilasi sebuah tabel kiblat yang distandarkan pada sebuah rumusan canggih
dan akurat. Hal ini menggambarkan kompetensi dan ketinggian otorotas kecendikiawannya
dalam aljabar fungsi dan tekhnik-tekhnik komputansi.

Berdasarkan uraian sebelumnya, perkembangan matematika pada masa kejayaan Islam


menunjukkan kemajuan dan prestasi kyang mengagumkan dalam tradisi ilmiah. Selain
ditunjang dengan adanya buku-buku matematika terjemahan Yunani, Persia, Indian dan
sebgainya, juga ditunjang adanya karya yang dihasilkan oleh para matematikawan muslim.
Sebab, para intelektual muslim juga mengembangkan kegiatan intelektual melalui
ketekunan dalam menggali ilmu matemtika dan mengembangkannya.

42 | P e r k e m b a n g a n M a t e m a t i k a I n d i a d a n A r a b

Anda mungkin juga menyukai